CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK MATEMATIKA SD
Oleh
Cara Flexi
pada tanggal
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD
BABI
PENDAHULUAN
A.LatarBelakang Masalah
Pembelajaran Matematika umumnya didominasi sang pengenalan rumus-rumusserta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yg cukup terhadappemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selaluberlangsung dengan metode “chalk and talk” pengajar menjadi pusat dari seluruhkegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1).
Pembelajaran matematika seringkali diinterpretasikan sebagai kegiatan utamayang dilakukan guru, yaitu pengajar mengenalkan materi, mungkin mengajukan satuatau dua pertanyaan, dan meminta anak didik yang pasif buat aktif menggunakan memulaimelengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri menggunakan pengorganisasianyang baik serta pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yg serupa.
Kondisi pada atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagiansiswa tidak mengetahui mengapa dan buat apa mereka belajar konsep-konsepgeometri, lantaran semua yg dipelajari terasa jauh dari kehidupan merekasehari-hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambaroleh pengajar di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampirtidak pernah mendapat kesempatan buat memanipulasi objek-objek tadi.akibatnya banyak murid yang beropini bahwa konsep-konsep geometri sangatsukar dipelajari (Soedjadi, 1991 pada Sodikin 2004:dua).
Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaranmatematika sulit difahami. Hal ini disebabkan sang beberapa faktor, antaralain: Pertama, siswa kurang mempunyai pengetahuan prasyarat serta kurangmengetahui manfaat pelajaran matematika yg ia pelajari. Kedua, daya abstraksisiswa kurang dalam tahu konsep-konsep matematika yg bersifat abstrak.
Dalam mengajarkan matematika, usahakan diusahakan supaya siswa gampang memahamikonsep yg beliau pelajari, sebagai akibatnya siswa lebih berminat buat mempelajarinya.jika sekiranya diharapkan media atau alat peraga yg bisa membantu siswadalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru menyiapkan media ataualat peraga yg dibutuhkan.
Dari pengalaman peneliti pada menaruh pembelajaran matematika pada siswaselama ini, sebagian besar siswa sulit memahami materi dimensi 3, khususnyatentang irisan bidang dengan bangun ruang. Meskipun peneliti sudah berupayamembimbing murid dalam tahu konsep irisan bidang dengan bangun ruang dengancara menunjukkan sketsa gambar, tetapi output belajar siswa belum sesuai denganyang diharapkan, yaitu masih banyak siswa yg nilainya kurang menurut standarketuntasan belajar minimal.
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1980:134)menyatakan bahwa setiap konsep matematika bisa difahami menggunakan mudah apabilakendala primer yang menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi ataudihilangkan. Dienes berkeyakinan bahwa anak pada umumnya melakukan abstraksiberdasasarkan bisikan hati dan pengalaman kongkrit, sehingga cara mengajarkankonsep-konsep matematika dapat dilakukan menggunakan menggunakan donasi objekkongkrit. Dengan demikian, pada mengajarkan matematika perlu adanyabenda-benda kongkrit yang adalah model menurut wangsit-inspirasi matematika, yangselanjutnya diklaim sebagai alat peraga menjadi alat bantu pembelajaran. Alatbantu pembelajaran ini dipakai dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkanpanca inderanya pada proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba,mendengar, dan mencicipi objek yang sedang dipelajari.
Untuk mengatasi kasus di atas, perlu diadakan penelitian tindakan kelastentang penggunaan media visual atau alat peraga pada pembelajaran materiirisan suatu bidang dengan bangun ruang. Dengan serangkaian tindakan, mulaidari perencanaan, aplikasi, hingga menggunakan evaluasi, dibutuhkan dapatmeningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi irisan suatu bidang denganbangun ruang.
Untuk Lebih Jelasnya Silahkan Download doc Melalui LINK INI
Baca Juga
- Contoh Penelitian Tindakan Kelas Ptk Guru
- Contoh Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Ptk Penelitian Tindakan Kelas Sd
- Contoh Judul Ptk Penelitian Tindakan Kelas
CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK IPA SMP
Oleh
Cara Flexi
pada tanggal
Berikut ini model PENELITIAN TINDAKAN KELAS [PTK] IPA SMP menggunakan judul “Peningkatan prestasi belajar fisika materi gerak lurus mobilitas melalui taktik pembelajaran Quantum Teaching dengan media papan luncur dalam siswa kelas VII- H SMPN 1 Baureno tahun pelajaran 2012 - 2013”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)khusunya fisika berkaitan menggunakan cara mencari memahami tentang alamsecara sistematis, sebagai akibatnya fisika bukan hanya dominasi kumpulanpengetahuan yg berupa informasi-berita, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip sajatetapi jua adalah suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006 : 5). Pendidikan fisikadi Sekolah Menengah pertama dibutuhkan dapat menjadi sarana bagi siswa buat mempelajaridiri sendiri dan alam lebih kurang, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalammenerapkannya pada pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankanpada anugerah pengalaman langsung untuk menyebarkan kompetensi agarmenjelajahi serta tahu alam kurang lebih secara ilmiah. Pendidikan IPA fisikadiarahkan buat inkuiridan berbuat sehingga bisa membantu pesertadidik buat memperoleh pemahaman yg lebih mendalam tentang alam lebih kurang.
Pembelajaran Fisika pada SMP Negeri 1 Baureno seharusnyamengaktifkan dan mendorong murid buat bekerja secara ilmiah, selama inipembelajaran IPA pada SMPN 1 Baureno lebihbanyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Realitas menampakan sebesar 55 % nilai IPA pada kelas VII H darihasil ulangan harian kurang dari KKM Individu yang dipengaruhi sekolah yaitu sebesar 75. Sedangkan rata – homogen nilaikelas adalah 74,50. Ini menunjukkan bahwa selama ini prestasi belajar anak didik dikelas VII H pada mata pelajaran IPA Fisika masih rendah. Hal ini ditimbulkan kurangnyamotivasi dan antusiasme murid pada belajar ekamatra. Sehingga Perlu pada terapkansuatu strategi pembelajaran inovatif yang bisa menambah motivasi danantusiasme anak didik pada belajar IPA.
Salah satujenis strategi pembelajaran yg memberikan kesempatan siswasecara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran serta membangun suasanayang menyenangkan dalam belajar adalahPembelajaran dengan menerapkan taktik QuantumTeaching. Dalam Quantum teaching,pembelajaran berusaha mengakomodir setiapbakat siswa atau dapat menjangkau setiap anak didik sehingga diharapkan siswa dapatmelibatkan seluruh emosinya pada belajar.
Menurut Bobby De Porter pada kitab Quantum Teaching (pada Ani , 2003:3) menjelaskanQuantum Teaching merupakan konsep yangmenguraikan cara-cara baru pada memudahkan proses belajar mengajar , lewatpemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yg terarah, apapun matapelajaran yg diajarkan. Dengan menerapkan quantum teaching dalam pembelajaranIPA dibutuhkan dapat lebih menggairahkan suasana pembelajaran sebagai akibatnya siswalebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya dapat melejitkan prestasibelajar.
Berdasarkanuraian di atas maka penelitian ini mengambil judul :
“Peningkatan prestasi belajar ekamatra materigerak lurus mobilitas melalui taktik pembelajaran Quantum Teaching menggunakan mediapapan luncur dalam murid kelas VII- H SMPN 1 Baureno tahun pelajaran 2012 - 2013”
DOWNLOAD PENELITIAN TINDAKAN KELAS [PTK] IPA Sekolah Menengah pertama
Baca Juga
- Contoh Penelitian Tindakan Kelas Ptk Guru
- Contoh Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (ptk)
- Contoh Ptk Penelitian Tindakan Kelas Sd
- Contoh Judul Ptk Penelitian Tindakan Kelas
CONTOH LAPORAN PTK GURU SD PDF TERBARU TAHUN 2018
Oleh
Cara Flexi
pada tanggal
Contoh Laporan PTK Guru Sekolah Dasar Pdf Terbaru Tahun 2018 ini adalah file terkini yg akan saya bagikan dalam postingan kali ini. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian yang dilakukan sang guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan buat memperbaiki kinerjanya menjadi guru. Untuk menciptakan Laporan PTK, anda mampu menggunakan format ini menjadi tambahan referensi.
File ini sekaligus buat memenuhi Bukti Fisik Akreditasi Sekolah Dasar/MI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) khususnya dalam Instrumen No.42 (Poin 4) buat sekolah/madrasah yg akan melaksanakan akreditasi.
Kerangkat dalam Laporan PTK SD ini secara garis bersarnya mengandung Pendahuluan, Kajian Pustaka, Pelaksanaan Penelitian, Hasil serta Pembahasan Penelitian, Kesimpulan dan Saran. Berikut link download buat Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas dibawah ini.
Download Juga !!!
CONTOH ARTIKEL PTK MAPEL IPA SEKOLAH DASAR
Oleh
Cara Flexi
pada tanggal
Abstrak : Penelitianini dilakukan menggunakan pembelajaran secara individu dan kelompok.tujuanpenelitian ini merupakan buat menaikkan pemahaman danprestasi siswa dalam mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya pada benda dengan menggunakanalat peraga ilmiah.penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada 3 siklus, menggunakan tahapan planing,ackting,observing danreflekting dalam setiap siklusnya. Hasil penelitian tindakan kelas disimpulkan bahwa penggunaan alatperaga ilmiah dapat mempertinggi pemahaman dan prestasi sisw pada materipengaruh gaya dalam benda mata pelajaran IPA. Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1)Dalampembelajaran guru harus menggunakan aneka macam macam indera peraga supaya siswa dapatmemahami materi menggunakan baik.(2) Dalam pembelajaran guru perlumempersiapkan perangkat pembelajaran menggunakan baik, sebagai akibatnya pelaksanakan pembelajaran bisa efektif dan efisien.(3)Kesulitan-kesulitan anak didik dalam tahu materi itumenjadi tanggung jawab guru bagaimanan caranya agar siswa sanggup mendapat materidengan optimal.
Kata Kunci : Alat Peraga, Pemahaman Materi Gaya, Hasil Belajar
Abstract : This research was conducted with individual and group learning. The purpose of this study was to improve understanding and student achievement in science subjects material effect on the body style using scientific props. Classroom action research conducted in three cycles, the planing stage, ackting, observing and reflekting in each cycle. Results of action research concluded that the use of scientific props can increase understanding and achievement sisw the influence of a force on the material science subjects. Furthermore, researchers recommend: (1) In lessons teachers should use a variety of props for students to understand the material well. (2) In lessons teachers need to prepare properly learning device, so that the implementation of a learning can be effective and efficient. (tiga) The difficulties of the students to understand the material it is the responsibility of teachers bagaimanan way that students are able to receive optimal material
Keywords: Viewer tool, Understanding of Materials Style, Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Denganperkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan saran dan pendapat para gurumaka pembelajaran sains disajikan dengan menerapkan aneka macam pendekatansehingga relevan dengan tujuan pembelajaran IPA yakni: menyajikan berbagaifakta atau percobaan sehingga dapat menambah pengalaman siswa baik dirumah maupun pada sekolah. Dalam pemahaman dan kemampuan menjadi perkara bagisiswa kelas IV SDNegeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo. Terbukti dalam satu kelas menurut 42 siswa yg memperoleh nilai 67 keatas 20 anak, siswa yang lainnya hanya menerima 60 kebawah.oleh karena itu penulis selaku peneliti melakukan pemugaran pembelajaranmelalui penelitian tindakan kelas buat menaikkan pemahaman serta prestasisiswa dan buat memenuhi unsur pengembangan profesi berkelanjutan guru.
Guru atausiswa selalu mengharapkan setiap proses belajar mengajar dapat mencapai hasilbelajar yang baik. Pengajar pada menyampaiakan materi mengharapkan murid bisa memahamisetiap materi yg diajarkan, sebagai akibatnya memperoleh output belajar sinkron KKM, akan namun harapan-harapan itu nir selalu bisa terwujud dan masih masih ada murid yang kurang memahamipenjelasan guru. Ada anak didik yg nilainya selalu rendah, bahkan terdapat anak didik yangtidak sanggup mengerjakan soal atau apabila mengerjakan soalpun jawabannyaasal–asalan. Semua itu menerangkan bahwa guru wajib selalu mengadakan perbaikansecara terus menerus pada pembelajarannya, supaya kasus kasus kesulitanbelajar siswa bisa diatasi, sebagai akibatnya hasil belajar anak didik mencapai tujuanyang diharapkan.
Masalah masalah yg dialami sang siswa dalampembelajaran tidak ada begitu saja, namun ada factor faktor penyebabnya. Apabila guru bisa mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yangdialami sang anak didik , maka guru tadi akan bisa melakukanpenanganan–penanganan yang sempurna dalam memecahkan kasus pembelajarannya.
Sejujurnya penggunaan alat peraga untuk pembelajaranIPA di Sekolah Dasar sporadis bahkan hampir tidak pernah digunakan sang pengajar-guru SD,padahal alat peraga itu terdapat. Akhirnya indera peraga itu hanya jadi pajangankantor atau tersimpan rapi di lemari. Alat peraga IPA tidak perlu mahal,kita bisa menemukannya di sekitar kita misalnya kebun sekolah, sawah, sungai,dan semua yang kita lihat pada alam raya ini. Oleh karenanya tugas Penelitian Tindakan Kelas yg saya laksanakanini menggunakan cara menerapkan“ Penggunaan Alat Peraga Lingkungan Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Kompetensi Dasar Menyimpulkan output percobaan bahwa gaya (dorongan atautarikan) bisa membarui gerak suatu benda pada SDNegeri 3 Tarub KecamatanTawangharjo Kabupaten Grobogan”.
Berdasarkan Peraturan PemerintahNomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20 menyatakanPerencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaanpembelajaran yg memuat sekurang-skurangnya tujuan pembelajaran , bahan ajar,metode pedagogi, asal belajar, dan evaluasi hasil belajar.
Permasalahannya pada melakukanproses pembelajaran siswa-siswi belum optimal , sebagai akibatnya dalam pembelajaran hasilnyadibawah KKM sekolah. Hal ini ditimbulkan dalam pembelajaran penggunaan alatperaganya belum optimal.
Berdasarkan fenomena tersebut makapeneliti mencoba melakukan observasi output belajar anak didik dengan tindak lanjutmemberikan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga alamiah yang mudah dijumpai oleh anak-anak sebagai akibatnya bisa mengexplore kemampuan dan daya ingatsiswa.
Alat peraga pada mengajar memegangperanan penting sebagai indera bantu buat membangun proses belajar mengajarIPA yang efektif (Sujana, 2002 : 99). “Dalam kaitannya buat meningkatan hasilbelajar IPA, eksistensi indera peraga jelas mempunyai efek terhadap hasilbelajar siswa. Beberapa fungsi / manfaat indera peraga pada pedagogi IPA,yaitu :
a)Memperjelasinformasi atau pesan pembelajaran pada pembelajaran IPA.
b)Memotivasibelajar murid dalam pembelajaran IPA.
c)Memberivariasi dalam pedagogi IPA.
Siswa lebih cepat serta mudahmemahami pelajaran bahan ajar IPA.
Denganadanya indera peraga, anak-anak akan lebih poly mengikuti pelajaran dengangembira, sebagai akibatnya minatnya dalam mempelajari IPA semakin akbar. Anak akansenang, terangsang, tertarik serta bersikap positif terhadap pedagogi IPA. Menurut Sujana, 2002: 99). Poly ragamjenis indera peraga IPA yang bisa digunakan pada pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar.alat peraga dicermati berdasarkan jenis alat bisa digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a)Mediaaudio, yaitu indera perga yang didengar
b)Mediavisual, yaitu alat peraga yang bisa dilihat
c)Mediaaudio visual, yaitu alat peraga yg bisa didengar serta dilihat
Selain itu alat peraga dari dipandang darisumbernya dapat digolongkan sebagai dua yaitu: (a) Alat peraga alamiah (Natural),yaitu alat peraga yg sinkron menggunakan benda aslinya di alam. (b) Alat peragabuatan (Artificial), yaitu alat peraga output modifikasi atau menirubenda aslinya.
Dalam belajar sangat diperlukanya kegiatan, tanpaaktivitas aktivitas belajar dan mengajar tak mungkin berlangsung secara baik,keberhasilan siswa pada belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannyaselama proses pembelajaran. Menurut Rohani (2004) ”aktivitas belajar dilakukanoleh kegiatan fisik dan psikis. Aktivitas fisik merupakan siswa giat aktifdengan anggota badan. Siswa mendengarkan, mengamati, memeriksa, mengingat,menguraikan serta sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis adalah jiwanya, sepertiberpikir, mengingat serta lain-lain”. Menurut Oemar Hamalik (2001: 175)”menyampaikan penggunaan kegiatan besar nilainya pada pembelajaran, sebabdengan melakukan kegiatan pada proses belajar murid bisa mencari pengalamansendiri, memupuk kerjasama yang serasi dikalangan siswa, anak didik bisa berhubungan menrut minat serta kemampuannya sendiri, murid dapat menyebarkan pemahamandan berfikir kritis, bisa membuatkan semua aspek langsung anak didik, suasanabelajar menjadi hayati sebagai akibatnya aktivitas yg dilakukan selama pembelajaranmenyenangkan bagi anak didik”. Dengan demikian, aktivitas belajar yang dimaksuddalam penelitian ini merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa setelahmengamati aktivitas pembelajaran yg pada lakukan oleh pengajar dalam KBM, kemudiansiswa berlatih dengan alat peraga yang sama yang dipakai sang guru. Indikatorkeberhasilan aktivitas belajar pada penelitian ini merupakan
1)Kemauan anak didik buat mendapat pelajaran sudahmenunjukkan peningkatan.
2)Perhatian siswa telah baik dalam memperhatikanpelajaran yg disampaikan oleh guru.
3)Siswa aktif dalam pembelajaran.
Dua pertiga dari holistik murid sudah beranimengajukan pertanyaan danb pendapat.
Menurut Oemar Hamalik, (2008:36)“Belajar adalahmodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difinedas the modification or strengthening of behavior through experience)”.menurut Slameto, (2003:dua) “Berpendapat Secara psikologis belajar merupakansuatu proses perubahan tingkah laris sebagai output interaksi denganlingkungannya pada memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan-perubahan tersebutakan nyata pada seluruh aspek tingkah laris. Winataputra (2002) “belajar adalahproses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorangdikatakan belajar apabila pikiran serta perasaannya aktif”. Contohnya : siswabertanya, anak didik menjawab pertanyaan, anak didik diskusi, dll. Sedangkan Surya(2001), “beropini bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh perilakusecara keseluruhan. Proses perilaku tersebut mencakup beberapa pola dasar,yaitu: generalisi, diskriminasi, pembentukan serta penghapusan”. Dari pendapatpara ahli tadi bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatanyang sengaja dilakukan individu buat memperoleh perubahan tingkah laku yangbaru secara holistik. Sebagai output latihan pengalaman individu sendiridalam interaksinya menggunakan lingkungan yg ditandai menggunakan adanya perubahantingkah laris.
Surya, (2001), ”beropini bahwa output belajarditandai menggunakan perubahan tingkah laris. Prinsip ini mengandung makna bahwaperubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yg mencakup seluruh aspek tingkahlaku dan bukan hanya satu atau 2 saja. Perubahan tingkah laris meliputiaspek-aspek kognitif, afektif”. Selama output proses pembelajaran belum baik,latihan aneka macam cara wajib diupayakan supaya menjadikan hasil yg baik. Hasilproses pembelajaran tidak hanya mengenai kecerdasan (kognitif), akan tetapi jugakepribadian dan ketrampilan” Nasution, (2002). Dari uraian disimpulkan bahwahasil belajar merupakan suatu hasil belajar yang sudah dicapai sang siswasetelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut diwujudkandalam bentuk nilai angka juga alfabet yg ditulis dalam buku laporan nilaiatau rapor yang diberikan selesainya selesai mengikuti tes.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakanmulai dari perencanaan hingga menggunakan seminar output penelitian kurang lebihempat bulan lebih. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis danJumat lantaran disesuaikan jadwal pelajaran Kelas IV. Subjek penelitian dalampenelitian tindakan ini adalah siswa-siswi SD Negeri 3 Tarub Kelas IV TahunPelajaran 2015/2016 semester II. Subjek penelitian ini berjumlah 42 orang yangterdiri dari pria sebanyak 20 orang dan perempuan sebanyak 22 orang
Demikian mengenai contoh Artikel PTK Mapel IPA SD bisa bermanfaat dalam penyusunan bapak/mak
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DI SMP DAN SMA
BAB I
PENDAHULUAN
A.latar Belakang
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelenggaraan pendidikan berdasarkan sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi yg didesentralisasi merupakan kurikulum. Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam UUSPN Pasal 1 ayat (19) adalah “seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi, serta bahan pelajaran serta cara yg dipakai menjadi pedoman penyelenggaraan aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan eksklusif”. Lebih lanjut Pasal 36 ayat (1) dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu dalam Standar Nasional Pendidikan buat mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sekolah wajib menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta silabusnya menggunakan cara melakukan pembagian terstruktur mengenai dan penyesuaian Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Untuk itu, sekolah/daerah harus mempersiapkan secara matang, karena sebagian akbar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilakspeserta didikan oleh sekolah/wilayah. Penyusunan kurikulum dalam taraf satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpodoman dalam pedoman yang disusun sang BSNP (Pasal 16 ayat 1). Lebih lanjut dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa “kurikulum buat Sekolah Menengah pertama/MTs/SMPLB atau bentuk lain yg sederajat, Sekolah Menengah Atas/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yg sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hidup”. Ayat (dua) pendidikan kecakapan hayati sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) mencakup kecakapan eksklusif, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Konsep kecakapan hayati sejak usang sebagai perhatian para pakar dalam mewacpeserta didikan pengembangan kurikulum. Tyler (1947) serta Taba (1962) misalnya, mengemukakan bahwa kecakapan hidup adalah keliru satu penekanan analisis pada pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan dalam kecakapan hidup dan bekerja. Pengembangan kecakapan hidup itu mengedepankan aspek-aspek berikut: (1) kemampuan yg relevan buat dikuasai peserta didik, (dua) materi pembelajaran sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, (tiga) pengalaman belajar serta kegiatan peserta didik buat mencapai kompetensi, (4) fasilitas, alat dan sumber belajar yg memadai, dan (lima) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan pada kehidupan peserta didik. Kecakapan hidup akan mempunyai makna yg luas apabila pengalaman-pengalaman belajar yg dibuat memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam memecahkan problematika kehidupannya. Pendidikan kecakapan hayati menyiapkan siswa dalam mengatasi problematika hayati dan kehidupan yang dihadapi secara agresif serta reaktif guna menemukan solusi menurut permasalahan.
Berdasarkan pernyataan di atas, wilayah/sekolah mempunyai wewenang yg luas untuk berbagi serta menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan wilayah. Berkenaan dengan itu, Indonesia yang terdiri menurut aneka macam macam suku bangsa yang mempunyai keanekaragaman multikultur (adat adat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri spesial yg memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman harus selalu dilestarikan dan dikembangkan menggunakan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan kecakapan hayati. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, serta budaya pada peserta didik memungkinkan mereka buat lebih mengakrabkan menggunakan lingkungan kehidupan siswa. Pengenalan serta pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan buat menunjang peningkatan kualitas asal daya manusia, dan dalam akhirnya diarahkan untuk menaikkan kompetensi siswa.
Kebijakan yang berkaitan menggunakan dimasukkannya acara pendidikan kecakapan hidup pada baku isi (SI) serta baku kompetensi lulusan (SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi juga dalam pengembangan keterampilan, sikap, serta nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan siswa. Sekolah tempat program pendidikan dilakspeserta didikan adalah bagian berdasarkan rakyat. Oleh karenanya, program pendidikan kecakapan hayati di sekolah perlu menaruh wawasan yg luas pada siswa tentang keterampilan-keterampilan tertentu yg berkaitan dengan pengalaman siswa dalam keseharian pada lingkungannya. Untuk memudahkan pelaksanaan acara pendidikan kecakapan hidup diharapkan adanya model pengembangan yang bersifat generik buat membantu pengajar/sekolah dalam membuatkan muatan kecakapan hayati pada proses pembelajaran. Oleh lantaran pendidikan kecakapan hidup bukan adalah mata pelajaran yg berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaran. Lantaran itu, pedidikan kecapakan hidup bisa merupakan bagian menurut seluruh mata pelajaran yg ada.PENDAHULUAN
A.latar Belakang
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelenggaraan pendidikan berdasarkan sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi yg didesentralisasi merupakan kurikulum. Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam UUSPN Pasal 1 ayat (19) adalah “seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi, serta bahan pelajaran serta cara yg dipakai menjadi pedoman penyelenggaraan aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan eksklusif”. Lebih lanjut Pasal 36 ayat (1) dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu dalam Standar Nasional Pendidikan buat mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sekolah wajib menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta silabusnya menggunakan cara melakukan pembagian terstruktur mengenai dan penyesuaian Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Untuk itu, sekolah/daerah harus mempersiapkan secara matang, karena sebagian akbar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilakspeserta didikan oleh sekolah/wilayah. Penyusunan kurikulum dalam taraf satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpodoman dalam pedoman yang disusun sang BSNP (Pasal 16 ayat 1). Lebih lanjut dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa “kurikulum buat Sekolah Menengah pertama/MTs/SMPLB atau bentuk lain yg sederajat, Sekolah Menengah Atas/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yg sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hidup”. Ayat (dua) pendidikan kecakapan hayati sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) mencakup kecakapan eksklusif, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Konsep kecakapan hayati sejak usang sebagai perhatian para pakar dalam mewacpeserta didikan pengembangan kurikulum. Tyler (1947) serta Taba (1962) misalnya, mengemukakan bahwa kecakapan hidup adalah keliru satu penekanan analisis pada pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan dalam kecakapan hidup dan bekerja. Pengembangan kecakapan hidup itu mengedepankan aspek-aspek berikut: (1) kemampuan yg relevan buat dikuasai peserta didik, (dua) materi pembelajaran sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, (tiga) pengalaman belajar serta kegiatan peserta didik buat mencapai kompetensi, (4) fasilitas, alat dan sumber belajar yg memadai, dan (lima) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan pada kehidupan peserta didik. Kecakapan hidup akan mempunyai makna yg luas apabila pengalaman-pengalaman belajar yg dibuat memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam memecahkan problematika kehidupannya. Pendidikan kecakapan hayati menyiapkan siswa dalam mengatasi problematika hayati dan kehidupan yang dihadapi secara agresif serta reaktif guna menemukan solusi menurut permasalahan.
Berdasarkan pernyataan di atas, wilayah/sekolah mempunyai wewenang yg luas untuk berbagi serta menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan wilayah. Berkenaan dengan itu, Indonesia yang terdiri menurut aneka macam macam suku bangsa yang mempunyai keanekaragaman multikultur (adat adat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri spesial yg memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman harus selalu dilestarikan dan dikembangkan menggunakan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan kecakapan hayati. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, serta budaya pada peserta didik memungkinkan mereka buat lebih mengakrabkan menggunakan lingkungan kehidupan siswa. Pengenalan serta pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan buat menunjang peningkatan kualitas asal daya manusia, dan dalam akhirnya diarahkan untuk menaikkan kompetensi siswa.
Di samping itu perlu pencerahan beserta bahwa peningkatan mutu pendidikan merupoakan komitmen buat mempertinggi mutu sumberdaya insan, baik sebagai pribadi juga sebagai kapital dasar pembangunan bangsa, serta pemerataan daya tampung pendidikan wajib disertai dengan pemerataan mutu pendidikan sebagai akibatnya mampu menjangkau semua rakyat. Oleh kerenanya pendidikan wajib dapat mengembangkan potensi peserta didik supaya berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa merasa stress, mau dan mampu, serta bahagia mengembangkan diri untuk sebagai manusia unggul. Pendidikan pula diharapkan sanggup mendorong peserta didik buat memelihara diri sendiri, sambil menaikkan hubungan dengan Tuhan YME, warga , dan lingkungannya. Dengan demikian jelas bahwa perlu didesain suatu contoh pendidikan kecakapan hidup buat membantu guru/sekolah dalam membekali siswa dengan aneka macam kecakapan hidup, yg secara integratif memadukan potensi generik serta spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema hidup peserta didik dalam kehidupan di rakyat dan lingkungannya baik secara lokal juga dunia. Panduan ini adalah suatu model atau contoh, maka sekolah/guru pada melakspeserta didikannya dapat menyesuaikan atau membarui sinkron menggunakan situasi dan syarat sekolah bersangkutan.
B.tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup
Terdapat dua tujuan berdasarkan pendidikan kecakapan hayati, yaitu tujuan umum dan tujuan spesifik. Secara generik pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sinkron menggunakan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi diri siswa dalam menghadapi kiprahnya di masa mendatang. Secara spesifik bertujuan buat:
1. mengaktualisasikan potensi siswa sebagai akibatnya bisa dipakai buat memecahkan problema yg dihadapi, contohnya: perkara narkoba, lingkungan sosial, dsb
2. memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir peserta didik
3. memberikan bekal menggunakan latihan dasar mengenai nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4. menaruh kesempatan kepada sekolah untuk berbagi pembelajaran yg fleksibel sesuai menggunakan prinsip pendidikan berbasis luas
5. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada pada masyarakat sinkron menggunakan prinsip manajemen berbasis sekolah
C. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan pada mengembangkan kurikulum kecakapan hayati merupakan sebagai berikut.
1. UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36 ayat (1, dua, dan tiga) dan pasal 38 ayat (2)
2. UU No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemda.
3. PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, tiga, dan 4)
4. Standar Isi
5. Standar Kompetensi Lulusan
6. Peraturan lain yang berkaitan
D. Ruang Lingkup
Lingkup pengembangan model pendidikan kecakapan hayati ini meliputi jenjang pendidikan menengah, yaitu: SMP serta SMA
BAB II
PENERTIAN DAN KONSEP PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL)
A.pengertian
1. Kecakapan Hidup (life skill)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hayati bukan sekedar keterampilan buat bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hayati menjadi keterampilan atau kemampuan buat bisa mengikuti keadaan serta berperilaku positif, yg memungkinkan seseorang bisa menghadapi berbagai tuntutan dan tanangan pada kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (tiga) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson serta Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hayati adalah pengembangan diri buat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, mempunyai kemampuan buat berkomunikasi dan berafiliasi baik secara individu, gerombolan juga melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup adalah hubungan berdasarkan banyak sekali pengetahuan dan kecakapan sehingga seorang sanggup hidup mandiri. Pengertian kecapan hidup pada pandangan ini nir semata mempunyai kemampuan eksklusif (vocational job), tetapi jua mempunyai kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahklan kasus, mengelola sumber daya, bekerja dalam grup, dan memakai teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, bisa diartikan bahwa pendidikan kecakapan hayati adalah kecakapan-kecakapan yang secara praksis bisa membekali peserta didik pada mengatasi banyak sekali macam problem hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, perilaku yg didalamnya termasuk fisik serta mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga sanggup menghadapi tuntutan dan tantangan hayati serta kehidupan. Pendidikan kecakapan hayati dapat dilakukan melalui aktivitas intra/ekstrakurikuler untuk berbagi potensi peserta didik sesuai menggunakan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu dalam sejumlah mata pelajaran yg terdapat. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan menggunakan keadaan dan kebutuhan lingkungan supaya siswa mengenal dan mempunyai bekal pada menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi serta bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yg terintegrasi sehingga secara struktur nir berdiri sendiri.
B. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill concep)
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dipilah menjadi 2 jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup umum (generic life skill/GLS), dan
b) Kecakapan hidup khusus (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dipilah menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup umum terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan pada memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri dalam dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yg dimiliki sekaligus menjadi kapital dalam menaikkan dirinya menjadi individu yang berguna bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir rasional meliputi diantaranya kecakapan mengenali serta menemukan keterangan, memasak, serta merogoh keputusan, dan kecakapan memecahkan perkara secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) serta kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hayati khusus merupakan kecakapan buat menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri berdasarkan kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, serta kecakapan vokasional (vokational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan-kecakapan ini meliputi kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
Menurut konsep pada atas, kecakapan hayati adalah kemampuan dan keberanian buat menghadapi problema kehidupan, lalu secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi buat mengatasinya. Konsep kecakapan hidup lebih luas berdasarkan keterampilan vokasional atau keterampilan buat bekerja. Orang yg nir bekerja, misalnya ibu tempat tinggal tangga atau orang yang sudah pensiun tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka jua menghadapi banyak sekali perkara yang harus dipecahkan, orang yang sedang menempuh pendidikanpun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentunya jua memiliki konflik kehidupan.
Pendidikan berorientasi kecakapan hayati bagi peserta didik adalah menjadi bekal pada menghadapi dan memecahkan problema hayati dan kehidupan, baik menjadi pribadi yg mandiri, warga warga , juga sebagai masyarakat negara. Jika hal ini dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada menjadi akibat tingginya pengangguran, bisa diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara sedikit demi sedikit. (Depdiknas, diolah)
Konsep kecakapan-kecakapan tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut:
BAB III
POLA PENGEMBANGAN DESAIN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
A. Kedudukan Kecakapan Hidup dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Konsep pendidikan kecakapan hayati atau life skill education pada kurun ketika 3-4 tahun sebagai ihwal yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan Nasional yang bahkan hingga hari ini sudah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Tidak kalah pentingnya, dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) secara implisit telah mengakomodasi aktivitas-aktivitas yang menunjuk kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Hal ini diperkuat dengan terbitnya PP angka 19 Tahun 2005 Pasal 13 bahwa dalam taraf pendidikan dasar dan menengah atau sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hayati. Tetapi pasal ini nir melaksanakan ketegasan bahwa sekolah tidak diharuskan, tetapi sekolah dibolehkan memberikan pendidikan kecakapan hidup. Implementasi ini jelas berimplikasi terhadap perlunya sekolah menyiapkan seperangkat pendukung pelaksanaan pembelajaran yang berbagi kegiatan-aktivitas yang berorientasi kepada kecakapan hidup.
Pengembangan tadi menyangkut pengembagan dimensi insan seutuhnya yaitu pada aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan pengembangan kecakapan hayati yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa buat bertahan hayati serta mengikuti keadaan serta berhasil pada kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hayati pada KBK menyatu melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada setiap mata pelajaran.
B. Pendidikan Kecakapan Hidup serta Standar Isi
Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan berlakunya Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi serta baku kompetensi ini akan menjadi acuan wilayah/sekolah dalam berbagi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam masing-masing jenjang pendidikan. Oleh karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu kepada baku-baku yg sudah ditetap pemerintah. Standar isi serta baku kompetensi lulusan adalah salah satu bagian berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Standar isi adalah ruang lingkup materi serta tingkat kompetensi yg dituangkan dalam kriteria mengenai kompertensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yg wajib dipenuhi oleh satuan pendidikan. Dokumen baku isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur kurikulum, (tiga) baku kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (lima) kalender pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada pada kurikulum merupakan: pendidikan kepercayaan , pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni serta budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, pembiasaan serta muatan lokal. Masing-masing muatan memiliki tujuan pendidikan yg tidak sama serta peluang buat memasukkan kecakapan hayati secara terintegratif. Berikut ini tersaji model muatan wajib , tujuan, serta pengembangan kecakapan hayati.
Tabel 1: Muatan Wajib, Tujuan Pendidikan, serta Pengembangan Kecakapan Hidup
No Mata Pelajaran Tujuan Pendidikan Pengembangan Kecakapan Hidup
Kecakapan Personal Kecakapan Sosial Kecakapan Akademik Kecakapan Vokasional
1 Pendidikan kepercayaan Membentuk peserta didik sebagai insan yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan YME
2 Pendidikan Kewargane-garaan Membentuk peserta didik menjadi rakyat negara yang memiliki wawasan dan rasa kebersamaan, cinta tanah air, dan bersikap dan berperilaku demokratis
3 Bahasa Membentuk peserta didik bisa berkomunikasi secara efektif serta efisien sesuai dengan etika yg berlaku, baik secara mulut maupun goresan pena
4 Matematika Mengembangkan nalar dan kemampuan berpikir siswa
5 Ilmu Pengetahuan Alam Mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam serta sekitarnya
6 Ilmu Pengetahuan Sosial Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan analisis siswa terhadap syarat sosial rakyat
7 Seni serta Budaya Membentuk karakter peserta didik sebagai insan yang mempunyai rasa seni serta pemahaman budaya
8 Pendidikan Jasmani dan Olahraga Membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas
9 Keterampilan/
Bahasa Asing/TIK Membentuk peserta didik sebagai manusia yg memiliki keterampilan
10 Muatan Lokal Membentuk pemahaman terhadap potensi sinkron menggunakan karakteristik spesial pada wilayah loka tinggalnya
11 Pengembangan Diri Memberikan kesempatan pada peserta didik buat mengembangkan serta mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, serta bakat
C. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan kecakapan hayati sangat dipengaruhi sang acara/rancangan yang disusun dan kreativitas guru dalam merumuskan serta memilih metode pembelajaran. Langkah-langkah yg ditempuh dalam penyusunan acara pembelajaran menjadi berikut:
1. Mengidentifikasi baku kompetensi dan kompetensi dasar
2. Mengidentifikasi bahan kajian/materi
3. Mengembangkan indikator kompetensi
4. Mengembangkan pengalaman belajar yang bermuatan kecakapan hidup
5. Menentukan bahan/alat/asal yang digunakan
6. Mengembangkan indera evaluasi yg sesuai menggunakan aspek kecakapan hidup
D. Prinsip-prinsip Pengembangan Model Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hayati dikembangkan menggunakan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pembentukan kepribadian siswa secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, serta akhlak mulia.
2. Mengakomodasi semua mata pelajaran buat dapat menujang peningkatan iman serta takwa dan akhlak mulia, serta mempertinggi toleransi dan kerukunan antar umat beragama menggunakan mempertimbangkan norma-norma kepercayaan yang berlaku
3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat serta bakat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik siswa secara optimal sesuai menggunakan taraf perkembangannya
4. Tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan
Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan buat membekali peserta didik pada memasuki global kerja/usaha dan relevan dengan kebutuhan kehidupan sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, khususnya bagi mereka yg tidak melanjutkan pendidikan.
5. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan meliputi: kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:
a) Kelompok mata pelajaran kepercayaan serta akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan serta kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan serta teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga serta kesehatan
E. Pengembangan Silabus
Silabus adalah pembagian terstruktur mengenai baku kompetensi dan kompetensi dasar ke pada materi utama/bahan kajian, aktivitas pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi buat proses penilaian. Dalam menyebarkan silabus dan perangkat lainnya, menggunakan mengacu dalam Standar Isi yang ditetapkan sang BSNP. Langkah-langkah pengembangan silabus secara umum mencakup:
1. Menentukan baku kompetensi
2. Menentukan kompetensi dasar
3. Pengembangan indikator
4. Menentukan materi ajar
5. Merumuskan serta berbagi pengalaman belajar
6. Mempertimbangkan alokasi ketika buat setiap baku kompetensi
7. Mengembangkan sistem penilaian
Uraian masing-masing langkah dalam pengembangan silabus adalah menjadi berikut:
a. Penentuan Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yg diperlukan dicapai. Standar kompetensi yg dipilih atau dipakai sesuai menggunakan yang masih ada pada baku kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan atau menentukan standar kompetensi, terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu serta/atau taraf kesulitan materi;
2) keterkaitan antar baku kompetensi serta kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
3) keterkaitan baku kompetensi serta kompetensi dasar antar mata pelajaran.
b. Penentuan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang wajib dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai acum buat menyusun indikator kompetensi. Kompetensi dasar yang dipakai atau dipilih sinkron menggunakan yg tercantum dalam standar kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan atau memilih kompetensi dasar, terlebih dahulu menyelidiki baku kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran menggunakan memperhatikan hal-hal berikut:
1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu serta/atau taraf kesulitan materi;
2) keterkaitan antar baku kompetensi serta kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
3) keterkaitan baku kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
c. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan adalah penjabaran berdasarkan kompetensi dasar yang memperlihatkan tanda-indikasi, perbuatan dan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan sang siswa. Indikator dirumuskan sesuai menggunakan karakteristik satuan pendidikan, potensi siswa, serta dirumuskan dalam istilah kerja operasional yg terukur serta atau bisa diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar dalam menyusun indera evaluasi. Kriteria merumuskan indikator:
1) sesuai taraf perkembangan berpikir peserta didik.
2) berkaitan menggunakan standar kompetensi serta kompetensi dasar.
3) memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari
4) harus bisa menunjukkan pencapaian output belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor)
5) memperhatikan sumber-asal belajar yang relevan
6) dapat diukur/dapat dikuantifikasi
7) memperhatikan ketercapaian baku lulusan secara nasional
8) berisi istilah kerja operasional
9) tidak mengandung pengertian ganda (ambigu)
d. Mengidentifikasi Materi Pokok/Bahan Kajian
Dalam mengidentifikasi materi utama/bahan kajian wajib dipertimbangkan:
1) taraf perkembangan fisik
2) tingkat perkembangan intelektual
3) tingkat perkembangan emosional
4) taraf perkembangan sosial
5) taraf perkembangan spritual
6) kebermanfaatan
7) struktur keilmuan
8) kedalaman serta keluasan materi
9) relevansi menggunakan kebutuhan serta tuntutan lingkungan
10) alokasi waktu
Selain itu juga harus memperhatikan:
1) benar (valid), merupakan materi wajib teruji kebenaran dan kesahihannya
2) taraf kepentingan: materi yang diajarkan memang benar-sahih diperlukan sang peserta didik
3) kebermanfaatan : materi memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya
4) layak dipelajari : materi layak dipelajari baik berdasarkan aspek taraf kesulitan maupun aspek pemanfaatan materi ajar
5) menarik minat (interest): materinya menarik minat peserta didik dan memotivasinya buat mempelejari lebih lanjut
e. Mengembangkan Kegiatan/Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar merupakan aktivitas fisik juga mental yang dilakukan siswa pada berinteraksi menggunakan materi ajar. Kriteria dalam berbagi pengalaman belajar menjadi berikut:
1) pengalaman belajar disusun bertujuan buat memberikan bantuan kepada pengajar, supaya mereka bisa bekerja dan melakspeserta didikan proses pembelajaran secara profesional sesuai menggunakan tuntutan kurikulum
2) pengalaman belajar disusun dari atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh
3) pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan buat mencapai kompetensi dasar
4) pengalaman belajar berpusat dalam peserta didik (student centered)
5) mengandung kegiatan-aktivitas yang mendorong peserta didik mencapai kompetensi
6) materi pengalaman belajar dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan
7) perumusan pengalaman belajar harus jelas materi/konten yg ingin dikuasai peserta didik
8) penentuan urutan langkah pembelajaran sangat krusial artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu
9) pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat spiral (mudah-sukar; nyata-abstrak; dekat-jauh) serta juga memerlukan urutan pembelajaran yg terstruktur
10) rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung 2 unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu aktivitas siswa serta materi
Dalam menentukan kegiatan peserta didik perlu mempertimbangkan hal-hal menjadi berikut:
• menaruh peluang bagi peserta didik buat mencari, mengolah serta menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru
• mencerminkan karakteristik khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.
• diadaptasi dengan kemampuan peserta didik, asal belajar serta sarana yang tersedia
• bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu atau perorangan, berpasangan, grup, dan klasikal
• memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang famili, sosial-ekonomi serta budaya serta kasus spesifik yang dihadapi peserta didik yg bersangkutan.
f. Menentukan Jenis dan Bentuk Penilaian
Penilaian adalah serangkaian kegiatan buat memperoleh, menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses serta output belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan, sehingga menjadi fakta yg bermakna pada pengambilan keputusan. Kriteria penilaian:
1) penulisan jenis penilaian wajib disertai dengan aspek-aspek yang akan dievaluasi sehingga memudahkan pada pembuatan soal-soalnya
2) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3) penilaian memakai acuan kriteria; yaitu dari apa yang mampu dilakukan siswa setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran, serta bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4) sistem yang direncpeserta didikan adalah sistem penilaian yg berkelanjutan, artinya semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk memilih kompetensi dasar yg telah dimiliki dan yg belum, dan untuk mengetahui kesulitan siswa.
5) output penilaian dianalisis buat menentukan tindakan perbaikan, berupa acara remedi. Jika siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, beliau harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila sudah menguasai kompetensi dasar, beliau diberi tugas pengayaan.
6) pada sistem penilaian berkelanjutan, guru wajib menciptakan kisi-kisi penilaian serta rancangan evaluasi secara menyeluruh buat satu semester menggunakan menggunakan teknik evaluasi yg tepat
7) penilaian dilakukan buat menyeimbangkan banyak sekali aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan aneka macam model penilaian, formal serta nir formal secara berkesinambungan.
8) evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran serta penggunaan fakta tentang hasil belajar siswa menggunakan menerapkan prinsip evaluasi berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat serta konsisten sebagai akuntabilitas publik.
9) penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang kentara mengenai baku yang harus serta sudah dicapai disertai dengan peta kemajuan output belajar siswa.
10) evaluasi berorientasi pada baku kompetensi, kompetensi dasar serta indikator Dengan demikian hasil penilaian akan menaruh gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
11) penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncpeserta didikan dan dilakukan terus-menerus) guna mendapatkan gambaran yg utuh mengenai perkembangan dominasi kompetensi oleh peserta didik, baik sebagai efek pribadi (main effect) maupun impak pengiring (nurturant effect) berdasarkan proses pembelajaran.
12) sistem evaluasi harus diubahsuaikan menggunakan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, apabila pembelajaran memakai pendekatan tugas observasi lapangan maka penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/output melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang diharapkan.
g. Mempertimbangkan Alokasi Waktu
Alokasi saat adalah ketika yang diperlukan untuk ketercapaian satu kompetensi dasar, dengan memperhatikan:
1) minggu efektif per semester
2) alokasi saat per mata pelajaran
3) jumlah kompetensi per semester
Apabila pendidikan kecakapan hayati dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran.
h. Menentukan Sumber/Bahan/Alat
1) Sumber
Merupakan acum, surat keterangan atau literatur yg digunakan pada penyusunan silabus atau pembelajaran.
2) Bahan
Bahan merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses praktikum atau pembelajaran lain, contohnya: milimeter blok, benang, daun, kertas, tanah liat, glukosa, serta bahan lain yg relevan
3) Alat
Alat merupakan segala sesuatu yang dipakai pada proses praktikum atau pembelajaran lain, contohnya: jangka, bandul, mikroskop, gelas ukur, globe, harmonika, matras.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan pada rencana aplikasi pembelajaran, dilakspeserta didikan, dievaluasi, serta ditindaklanjuti sang masing-masing guru. Silabus harus dikaji serta dikembangkan secara berkelanjutan menggunakan memperhatikan masukan hasil penilaian output belajar, penilaian proses (aplikasi pembelajaran), serta penilaian rencana pembelajaran.
Bab IV
POLA PELAKSANAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
Pada pada dasarnya pendidikan kecakapan hayati membantu peserta didik dalam membuatkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri buat dikembangkan serta diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, dan memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya nir perlu merubah kurikulum dan membangun mata pelajaran baru. Yang diharapkan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hayati melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yg dalam prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan eksklusif supaya bisa diterapkan pada kehidupan keseharian siswa. Dengan prinsip ini, mata pelajaran dipahami sebagai indera buat dikembangkan kecakapan hayati yg nantinya akan digunakan sang siswa dalam menghadapi kehidupan konkret. Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hayati sebagai berikut:
1. Tidak membarui sistem pendidikan yang berlaku
2. Tidak mengganti kurikulum yg berlaku
3. Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar buat tahu, belajar menjadi diri sendiri, belajar buat melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama
4. Belajar konstekstual menggunakan memakai potensi lingkungan lebih kurang menjadi sarana pendidikan
5. Mengaitkan dengan kehidupan nyata
6. Mengarah pada tercapainya hidup sehat serta berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan, mempunyai akses buat memenuhi standar hidup secara layak
A. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Keempat dimensi kecakapan hayati secara berkelanjutan wajib dimiliki sang peserta didik sejak TK hingga sekolah menengah, serta bahkan perguruan tinggi sekalipun. Akan tetapi pada praktik pengembangannya, penekanan pendidikan kecakapan hayati permanen mempertimbangkan taraf perkembangan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Kecakapan hayati pada Taman Kanak-kanak serta sekolah dasar (SD) tidak sinkron menggunakan sekolah menengah pertama (SMP), demikian juga kecakapan hayati pada sekolah menengah pertama berbeda menggunakan sekolah menengah atas (Sekolah Menengah Atas), bergantung pada tingkat perkembagan psikologis serta fisiologis peserta didik. Dominasi pendidikan kecakapan hayati mada masing-masing jenjang dapat digambarkan sebagai berikut.
Pendidikan Kecakapan Hidup Sekolah Menengah pertama, Sekolah Menengah Atas, dan SMK
SMA Sekolah Menengah Kejuruan
SMP
B. Pendidikan Kecakapan Hidup di SMP serta SMA
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah komitmen bersama yg harus dipegang teguh. Pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu upaya pada melahirkan generasi yg bukan hanya bisa hidup tetapi jua bisa bertahan hayati, serta bahkan dapat unggul (excel) dalam kehidupan dikemudian hari.
Melihat diagram di atas, pendidikan kecapakan hidup dalam jenjang Sekolah Menengah pertama lebih menekankan pada kecakapan hidup umum (generik life skill), yaitu mencakup aspek kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill). Ini memberikan gambaran bahwa buat jenjang dasar berdasarkan pada prinsip bahwa kecakapan secara umum merupakan fondasi kecakapan yg diharapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini pula dapat dikatakan bahwa bukan berarti bahwa jenjang ini tidak perlu dikembangkan kecakapan hidup akademik dan vokasional, akan tetapi apabila dikembangkan maka baru pada tataran awal, misalnya berpikir kritis dan rasional, menumbuhkan perilaku amanah dan toleransi.
Aspek dasar yg wajib dimiliki peserta didik di SMP adalah kecakapan personal dan sosial yang seringkali disebut menjadi kecakapan generik (general life skill). Proses pembelajaran dengan pembenahan aspek personal dan sosial merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Peserta didik dalam usia Sekolah Menengah pertama nir hanya membutuhkan kecakapan membaca-membaca-berhitung sebagaimana dalam usia TK/SD, melainkan pula butuh suatu kecakapan lain yang mengajaknya buat cakap bernalar dan mengarifi kehidupan, sehingga pada masanya siswa dapat berkembang, kreatif, produktif, kritis, amanah buat menjadi insan-insan yg unggul dan pekerja keras. Pendidikan kecakapan hidup dalam jenjang ini lebih menekankan pada pembelajaran akhlak menjadi dasar pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan (basic goodness), seperti: kejujuran, kebaikan, kepatuhan, keadilan, pandangan hidup kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta kemampuan bersosialisasi.
a. Kecakapan personal (personal skill)
Kecapakan personal meliputi pencerahan diri dan berpikir rasional. Kesadaran diri merupakan tuntutan mendasar bagi peserta didik buat membuatkan potensi dirinya di masa mendatang. Kesadaran diri dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) pencerahan akan keberadaan diri sebagai makhluk Tuhan YME, makhluk sosial, dan makhluk lingkungan, dan (2) pencerahan akan potensi diri dan dorongan buat mengembangkannya. (Dikdasmen, 2004 diolah).
(1) Kesadaran diri difokuskan dalam kemampuan siswa buat melihat sendiri potret dirinya
Pada tataran yang lebih rendah peserta didik akan melihat dirinya dalam hubungannya menggunakan lingkungan famili, kebiasaannya, kegemarannya, dan sebagainya. Pada tataran yang lebih tinggi, peserta didik akan semakin tahu posisi drinya di lingkungan kelasnya, sekolahnya, desanya, kotanya, serta seterusnya, minat, bakat, serta sebagainya.
(2) Kecakapan berpikir rasional merupakan kecakapan yg memakai rasio atau pikiran. Kecakapan ini meliputi kecakapan menggali kabar, memasak warta, serta merogoh keputusan secara cerdas, dan sanggup memecahkan masalah secara tepat dan baik. Pada jenjang pendidikan menengah (SMP dan Sekolah Menengah Atas) ketiga kecakapan tadi jauh lebih kompleks ketimbang dengan tingkat sekolah dasar (Sekolah Dasar). Sebagaimana diketahui bahwa pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK), akal budi mengambil keputusan secara cerdas serta memecahkan kasus secara baik serta tepat menjadi isue utama pada pembelajaran kecakapan hayati dalam peserta didik sekolah menengah (Wasino 2004, diolah).
b. Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan sosial bisa dipilah sebagai 2 jenis utama, yaitu (1) kecakapan berkomunikasi, serta (2) kecakapan bekerjasama
(1) Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi bisa dilakukan baik secara verbal maupun goresan pena. Sebagai makhluk sosial yang hayati pada rakyat tempat tinggal maupun loka kerja, siswa sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi baik secara verbal maupun goresan pena. Dalam realitasnya, komunikasi verbal ternyata tidak gampang dilakukan. Seringkali orang nir dapat mendapat pendapat versus bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaiannya yang kurang berkenan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana menentukan kata dan cara menyamaikan supaya gampang dimengerti sang lawan bicaranya. Karena komunikasi secara mulut merupakan sangat krusial, maka perlu ditumbuhkembangkan semenjak peserta didik dini. Lain halnya dengan komunikasi secara tertulis. Dalam hal ini dibutuhkan kecakapan bagaimana cara mengungkapkan pesan secara tertulis menggunakan pilihan kalimat, istilah-kata, rapikan bahasa, dan anggaran lainnya agar mudah dipahami orang atau pembaca lain.
(dua) Kecakapan bekerjasama
Bekerja pada grup atau tim adalah suatu kebutuhan yg nir dapat dielakkan sepanjang manusia hayati. Salah satu hal yang dibutuhkan buat bekerja dalam grup merupakan adanya kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya relatif kompleks. Kerjasama yg dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling pengertian serta membantu antar sesama buat mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan bisa menciptakan semangat komunitas yang serasi.
c. Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan akademik sering diklaim jua kecakapan intelektual atau kepandaian ilmiah yg pada dasarnya merupakan pengembangan menurut kecakapan berpikir secara umum, tetapi menunjuk pada aktivitas yg bersifat keilmuan. Kecakapan ini meliputi diantaranya kecakapan mengidentifikasi variabel, menyebutkan interaksi suatu fenomena eksklusif, merumuskan hipotesis, merancang serta melakspeserta didikan penelitian. Untuk menciptakan kecakapan-kecakapan tadi diharapkan juga sikap ilmiah, kritis, obyektif, serta transparan.
d. Kecakapan vokasional (vokational skill)
Kecakapan ini seringkali dianggap dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu kecakapan yg dikaitkan menggunakan bidang pekerjaan tertentu yg terdapat di warga atau lingkungan siswa. Kecakapan vokasional lebih cocok buat siswa yg menekuni pekerjaan yang mengandalkan keterampilan psikomotorik daripada kecakapan berpikir ilmiah. Namun bukan berarti siswa SMP dan Sekolah Menengah Atas tidak layak buat menekuni bidang kejuruan seperti ini. Misalnya merangkai serta mengoperasikan personal komputer . Kecakapan vokasional mempunyai 2 bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar serta kecakapan vokasional khusus yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan eksklusif seperti halnya pada siswa di SMK. Kecakapan dasar vokasional bertalian menggunakan bagaimana peserta didik menggunakan indera sederhana, contohnya: obeng, palu, dsb; melakukan mobilitas dasar, serta membaca gambar sederhana. Kecakapan ini terkait menggunakan sikap taat asas, presisi, akurasi, dan tepat saat yg menunjuk kepada konduite produktif. Sedangkan vokasional spesifik hanya diperlukan bagi mereka yg akan menekuni pekerjaan yg sinkron dengan bidangnya. Misalnya pekerja montir, apoteker, tukang, tehnisi, atau meramu pilihan menu bagi yang menekuni pekerjaan rapikan makanan kenikmatan, serta sebagainya.
C. Penekanan Pendidikan Kecakapan Hidup pada Sekolah Menengah
Pendidikan kecakapan hidup di sekolah menengah mengungkapkan pada upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi era warta dan era globalisasi. Pada intinya pendidikan kecakapan hidup ini membantu serta membekali siswa pada pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani menghadapi problema kehidupan, serta sanggup memecahkan duduk perkara secara kreatif. Pendidikan kecakapan hayati bukan mata pelajaran baru, akan namun menjadi indera serta bukan sebagai tujuan. Penerapan konsep pendidikan kecakapan hayati terkait dengan syarat siswa dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter peserta didik, syarat sekolah serta lingkungannya.
Pendidikan keccakapan hayati pada Sekolah Menengah Atas lebih memfokuskan pada pengembangan kecakapan akademik dan kecakapan hidup umum. Sementara di Sekolah Menengah Kejuruan penekanan pengembangan diarahkan kepada kecakapan vokasional yang menjadi penekanan pendidikan kejuruan atau keterampilan buat bekerja, jua dalam pengembangan kecakapan akademik dan generik. Lebih lanjut penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing jenjang dapat digambarkan berikut.
Penekanan Pembelajaran Kecakapan Hidup
Taman Kanak-kanak SD SMP SMA S1 S2 dst ...
Gambar di atas menunujukkan penekanan pembelajaran antara kecakapan hidup serta substansi mata pelajaran yg ada di masing-masing jenjang pendidikan. Pada gambar tampak bahwa pada Sekolah Dasar pada kelas awal penekanan terhadap kecakapan hayati masih sangat secara umum dikuasai, meskipun secara bertahap substansi mata pelajaran mulai dimunculkan. Pada jenjang TK/Sekolah Dasar/SMP, proporsi substansi mata pelajaran semakin akbar serta porsi kecakapan hayati makin berkurang, dan pada jenjang SMA porsi kecakapan hayati hampir sebanding dengan substansi mata pelajaran.
Prinsip pembelajaran kecapakan hidup lebih pada kontekstual, yaitu adanya kaitan antara kehidupan nyata menggunakan lingkungan serta pengalaman siswa. Lebih lanjut interaksi antara mata pelajaran, kecakapan hidup, dan kehidupan konkret bisa digambarkan berikut.
Hubungan antara mata pelajaran, Kecakapan hidup
dan Kehidupan nyata
Kontribusi hasil
pembelajaran
Pendidikan kecakapan hayati sudah menjadi bagian berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), maka kecakapan hidup bukan sebagai mata pelajaran dan tidak sama dengan pendidikan keterampilan. Pendekatan pembelajaran menekankan dan menyesuaikan menggunakan kehidupan nyata atau kontekstual dalam kehidupan keseharian peserta didik. Apabila diakitkan dengan permasalahan dalam kehidupan nyata, maka bisa digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup terintegrasi dengan majemuk mata pelajaran yang ada pada di Sekolah Menengah pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Misalnya dalam mata pelajaran Matematika, pada mengusut matematika bukan sekedar buat pandai matematika, akan tetapi supaya seseorang dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, membaca data, menganalisis data, membuat kesimpulan, memeriksa ilmu lain, serta sebagainya. Itulah antara lain kecakapan hidup yg ingin diperoleh melalui pelajaran matematika.
Langkah-langkah klasifikasi unsur kecakapn hidup sebagai berikut:
a. melakukan identifikasi unsur kecakapan hayati yg dibutuhkan dalam kehidupan konkret yg dituangkan pada bentuk pengalaman belajar
b. melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yg mendukung kecakapan hidup
c. mengklasifikasi dalam bentuk topik/tema berdasarkan mata pelajaran
d. dsb (perlu diskusi)
Bab V
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
A. Penilaian
Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) membawa akibat terhadap model serta teknik penilaian yg dilaksanakan peserta didikan pada kelas. Penilaian tersebut terdiri atas penilaian eksternal serta penilaian internal. Penilaian eksternal adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang nir melakspeserta didikan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu forum, baik dalam juga luar negeri dimaksudkan diantaranya buat pengendali mutu. Sedangkan evaluasi internal merupakan penilaian yg dilakukan serta direncpeserta didikan sang pengajar dalam ketika proses pembelajaran berlangsung pada rangka penjaminan mutu. Dengan demikian, penilaian kelas merupakan evaluasi internal.
Penilaian kelas adalah evaluasi internal (internal assessment) terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah buat menilai kompetensinya dalam taraf tertentu dalam ketika dan akhir pembelajaran, sebagai akibatnya dapat diketahui perkembangan serta ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Penilaian kelas adalah suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang memperlihatkan pencapaian output belajar siswa, pelaporan, serta penggunaan berita mengenai output belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan peserta didikan melalui berbagai cara, misalnya tes tertulis (paper and pencil test), penilaian output kerja peserta didik melalui formasi hasil kerja/karya siswa (portfolio), penilaian produk, evaluasi proyek dan penilaian unjuk kerja (performance) siswa. Ini yang dianggap dengan penilaian output belajar.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan pada suasana yg menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa menerangkan apa yang dipahami dan bisa dikerjakannya. Hasil belajar seseorang peserta didik nir dianjurkan buat dibandingkan menggunakan siswa lainnya, tetapi menggunakan hasil yang dimiliki siswa tadi sebelumnya. Dengan demikian peserta didik nir merasa dihakimi sang guru namun dibantu untuk mencapai apa yang dibutuhkan.
Tujuan
Penilaian Kelas ini bertujuan buat :
• menaruh penjelasan mengenai orientasi yg baru pada penilaian kurikulum berbasis kompetensi.
• memberikan wawasan secara generik mengenai konsep penilaian yg dilaksanakan pada tingkat kelas.
• menaruh rambu-rambu evaluasi kelas.
• memberikan prinsip-prinsip pengolahan serta pelaporan hasil evaluasi.
Prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, usahakan pengajar perlu:
• memandang penilaian dan aktivitas belajar-mengajar secara terpadu.
• mengembangkan taktik yang mendorong serta memperkuat evaluasi sebagai cermin diri.
• melakukan aneka macam taktik evaluasi pada dalam acara pengajaran buat menyediakan aneka macam jenis keterangan tentang output belajar siswa.
• mempertimbangkan berbagai kebutuhan spesifik peserta didik.
• mengembangkan serta menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan aktivitas belajar siswa.
• menggunakan cara dan indera evaluasi yang bervariasi.
Agar penilaian objektif, pengajar harus berupaya secara optimal buat:
• memanfaatkan banyak sekali bukti output kerja peserta didik serta tingkah laris dari sejumlah evaluasi.
• menciptakan keputusan yang adil mengenai penguasaan kompetensi siswa dengan mempertimbangkan output kerja (karya).
Tehnik Penilaian
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan keterangan tentang kemajuan belajar siswa, baik yg herbi proses belajar maupun output belajar. Teknik mengumpulkan fakta tersebut dalam prinsipnya merupakan cara penilaian kemajuan belajar siswa berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yg wajib dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan dari indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini, dapat ditentukan penilaian yg sinkron. Untuk itu, terdapat tujuh teknik yg dapat dipakai, yaitu: (1) evaluasi unjuk kerja, (2) penilaian perilaku, (tiga) evaluasi tertulis, (4) penilaian proyek, (lima) penilaian produk, (6) penggunaan portofolio, dan (7) penilaian diri.
B. Tindak Lanjut
Untuk lebih memahami bentuk dan jenis penilaian pembelajaran kecakapan hayati, perlu dilakukan secara terus menerus tidak hanya pada aspek kognitif, akan namun juga pada aspek-aspek yg lain untuk mengetahui kemampuan siswa. Yang paling fundamental merupakan, bahwa evaluasi pendidikan kecakapan hayati tidak hanya tertumpu pada evaluasi keterampilan vokasional semata akan tetapi juga dalam kecakapan-kecakapan lainya misalnya kecakapan personal, sosial, serta akademiknya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Contoh 1
Pengembangan Silabus dan Penilaian Pendidikan Kecakapan Hidup
Jenjang Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Smt : X/1
Topik : Kebutuhan manusia
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Pengalaman Belajar dan Aspek Kecakapan Hidup Penilaian Sumber/
Bahan/
Alat Waktu
Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan insan, kelangkaan serta sistem ekonomi
1. Mengiden tifikasi kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia, kelangkaan serta sistem ekonomi Mendiskripsikan kebutuhan manusia
Mendiskripsikan kelangkaan
Mendiskripsikan sistem ekonomi Mengkaji referensi mengenai kebutuhan manusia (utama serta sekunder)
(Kecakapan hidup: menggali liputan, memasak, komunikasi mulut serta tulisan)
Kuis dan jawab singkat Buku siswa
1 x 45
Mengetahui:
Kepala Sekolah, Pengajar Matpel
------------------------- -------------------------
Contoh 2
Penyusunan Rencana Pembelajaran
Tahap Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Strategi Kecakapan Hidup Waktu
1. Kegiatan awal Apersepsi ...... .......... ......
2. Kegiatan inti Belajar gerombolan Diskusi • Menggali informasi
• Mengolah informasi
• Bekerjasama
• Menyusun kesimpulan
• dst 30 menit
3. Kegiatan akhir ......... .......... ......... ........
Mengetahui:
Kepala Sekolah, Pengajar Matpel
------------------------- -------------------------
Contoh 3
Sistem Penilaian Kecakapan Hidup
a. Aspek Kognitif
Tingkatan Domain Aspek yg dievaluasi Nilai/Skor
1. Pengetahuan Mengemukakan ......
Menceritakan ..........
Menyebutkan ...........
2. Pemahaman Membandingkan ...........
3. Aplikasi Melakukan percobaan ...........
4. Analisa Membuat grafik .........
5. Sintesa Memprediksi ...........
6. Evaluasi Menulis laporan .........
Mengetahui:
Kepala Sekolah, Pengajar Matpel
------------------------- -------------------------
b. Aspek afektif
No Nama Peserta didik Aspek yang dievaluasi Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 dst Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
Keterangan:
Beri indikasi √ pada kolom aspek yg dievaluasi serta kolom keterangan
1. Mengerjakan eksperimen
2. Mengungkapkan gagasan
3. Menerima pendapat teman
4. Menghargai pendapat teman
5. Kemampuan berkomunikasi
6. Memecahkan masalah
7. Menanggapi pendapat sahabat
8. menyimpulkan hasil diskusi
Contoh 4
Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup dengan Mata Pelajaran di SMA
Mata Pelajaran : ....................................................
Aspek Kecapakan Hidup
Materi Pokok Eksistensi diri Potensi diri Menggali warta Mengolah informasi Mengambil keputusan Memecahkan kasus ............. Berkomunikasi verbal Berkomunikasi tertulis Bekerjasama .................. Menguasai pengetahuan Merancang dan melakspeserta didikan penelitian ilmiah
Berkomunikasi ilmiah Mengidentifikasi serta menghubungkan variabel ....................... Menguasai keterampilan sesuai prosedur Menguasai TIK ....................
Kecakapan
Personal Kecakapan Sosial Kecakapan Akademik KecakapanVokasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dst
Contoh 5
Tabel : Indikator-indikator Aspek Kecakapan Hidup pada TK/SD/Sekolah Menengah pertama dan SMA/SMK
ASPEK KECAKAPAN HIDUP JENJANG
TK Sekolah Dasar SMP SMA SMK
Kecakapan Personal
- Beriman kepada Tuhan YME v v v v v
- Berakhlak mulia v v v v v
- Berpikir rasional v v v
- Komitmen v v v v
- Mandiri v v v v
- Percaya diri v v v v v
- Bertanggung jawab v v v v v
- Menghargai dan menilai diri v v v v
- Menggali informasi v v v
- Mengolah liputan v v v
- Mengambil Keputusan v v v
- Memecahkan perkara v v v
Kecakapan sosial
- Bekerjasama v v v v
- Menunjukkan tanggung jawab sosial v v v v
- Mengendalikan emosi v v
- Berinteraksi dalam masyarakat v v
- Mengelola permasalahan v v
- Berpartisipasi v v v
- Membudayakan perilaku sportif,
disiplin, dan hidup sehat v v v v
- Mendengarkan v v v v
- Berbicara v v v v v
- Membaca v v v v
- Menuliskan pendapat/gagasan v v v v
- Bekerjasama menggunakan sahabat sekerja v v v v
- Memimpin v v v
Kecakapan akademik
- Menguasai pengetahuan
- Merancang serta melakspeserta didikan penelitian ilmiah
- Bersikap ilmiah
- Berpikir strategis
- Berkomunikasi ilmiah
- Menggunakan teknologi
- Mengambil keputusan
- Mengidentifikasi dan menghubungkan variabel
- Kemampuan merumuskan masalah
- Kemampuan bersikap kritis dan rasional
Kecakapan vokasional
- Menguasai keterampilan sinkron mekanisme
- Berwirausaha
- Menguasai TIK
- Merangkai indera
Demikian model pendidikan kecakapan hayati pada Sekolah Menengah pertama dan Sekolah Menengah Atas, Semoga berguna. Terima kasih.
Subscribe to:
Posts (Atom)