CARA UNTUK MELUPAKAN SESEORANG DENGAN EFEKTIF

Cara cepat move on - Hubungan cinta terkadang membuat seseorang lebih berwarna, menciptakan seseorang memiliki motivasi serta semangat yg tinggi, namun terkadang saat hubungan berakhir menimbulkan kesedihan baru bahkan kadang membuat seseorang sulit bangkit menurut keterpurukan waktu hubungan mereka berakhir. Nah kali ini saya akan share bagaimana cara cepat buat move on menurut patah hati dan "melupakan seorang dengan efektif". Kenapa saya kasih tanda petik tentang bagaimana melupakan seorang menggunakan efektif lantaran yg dimaksud disini adalah melupakan kenangan yg mungkin hadir pada pikiran anda sehingga anda cepat bangkit dan move on dari hubungan ini, serta bukan melupakan individual seorang karena interaksi yg terjadi relatif lama sayang bila terputus. Melupakan cinta serta kenangan memang wajib dilakukan buat anda cepat move on, tetapi tidak harus memutus interaksi silaturahmi menggunakan seorang kan? Baca juga cara melupakan mantan pacar.
Banyak cara yang mampu anda pakai buat melupakan kenangan tentang sesorang yg dulu pernah hadir pada kehidupan anda. Kali ini saya akan share tips bagaimana melupakan seorang dengan efektif:

Melupakan Seseorang Dengan Efektif
Kesadaran Diri& pikiran Positif
Semua hal akan sulit dilakukan tanpa terdapat niat sahih bukan? Tanamkan dalam diri anda pikiran pikiran positif sebagai akibatnya anda mendapat menggunakan nrimo apa yang terjadi menggunakan interaksi anda. Salah satu hal yang membuat seorang sulit move on karena mereka belum bisa mendapat sepenuhnya apa yg terjadi. Jangan pernah menyalahkan diri anda atau mereka dengan peristiwa ini atau anda akan terpuruk lebih pada. Bayangkan saja sisi positifnya seperti contoh saja: "Mungkin kebahagiaan akan anda bisa menggunakan orang yg lebih baik lagi" atau "Mungkin Tuhan akan memberi ganti yang lebih baik lagi".
Anda juga wajib mampu mendapat bila suatu hubungan itu niscaya ada akhir lantaran tidak terdapat yg tak pernah mati selain Tuhan. Bayangkan bila anda tidak putus hari ini suatu waktu kemungkinan putus itu tetap terdapat bahkan jikalau andasudah sampai jenjang seriuspun seperti pernikahan maka kemungkinan buat "berpisah" itupun permanen ada, jadi jangan menyalahkan diri anda pada hubungan kali ini yg nir berhasil.
Singkirkan benda yg mengakibatkan kenangan
Bagaimana anda akan melupakan sesorang jika mungkin terdapat barang atau kado anugerah itu masih anda miliki. Singkirkan benda benda yg mungkin mempunyai atau membangkitkan pulang kenangan anda seperti bunga, kado atau benda lain.
Memaafkan
Seperti yang aku jelaskan dalam poin diatas bahwa seseorang belum sanggup move on atau melupakan seseorang itu ditimbulkan lantaran anda belum menerima apa yang terjadi. Maafkan diri anda atau orang yang menyakiti anda akan menciptakan anda menjadi lebih lega dan tidak terbebani kesalahan atau kebencian dalam diri anda.
Menjadi lebih baik
Memiliki motivasi tinggi buat menjadi lebih baik akan mengurangi anda buat memikirkan orang lain, ketika ini lupakan apa yg terjadi, lupakan siapa yg menyakiti anda serta berikan kesempatan bagi anda buat mencintai diri anda sendiri menggunakan berkembang lebih baik lagi.
Berikan saat buat diri anda
Dengan mengurung diri pada kamar atau sporadis keluar tempat tinggal hanya akan menciptakan anda nir mampu berhenti memikirkan seseorang atau insiden yang menimpa anda bahkan hanya akan membuat anda semakin galau. Berikan ketika buat diri anda buat bertemu menggunakan sahabat-teman, saudara, keluarga atau sahabat dekat serta mengunjungi tempat loka baru yang belum pernah anda kunjungi. Atau anda mampu menyibukkan diri anda dengan aktifitas aktifitas yang menciptakan anda lupa menggunakan "seseorang". Berdiam diri hanya akan membuat anda tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu hal.

SEJARAH WANITA DARI SEJARAH ANDROSENTRIS KE SEJARAH ANDROGYNOUS

Sejarah Wanita : Dari Sejarah Androsentris Ke Sejarah Androgynous
A. Perempuan dalam Historiografi Indonesia
Dalam perkembangan penulisan sejarah (historiografi) modern di Indonesia, hingga saat ini belum ada penulis yang secara khusus menulis sejarah perempuan . Meskipun ada biografi mengenai tokoh-tokoh wanita, dalam biasanya tidak ditulis oleh sejarawan. Sebagai perbandingan, di Amerika, sejak tahun 1980-an kajian sejarah wanita sudah adalah spesialisasi tersendiri menjadi bagian menurut sejarah sosial (Kuntowijoyo, 1988) Tulisan-tulisan sosiologi yang membicarakan wanita menjadi penyumbang dalam sektor-sektor sosial memang sudah relatif banyak. Bahkan, akhir-akhir ini pada beberapa universitas telah ada Pusat Kajian Wanita (bukan: perempuan ). Sejarah wanita yg dikaitkan menggunakan kasus gender, yang pada dua dekade terakhir ini poly dibicarakan orang pada Indonesia, baru menyentuh kulit luarnya saja.

Mengapa perempuan sporadis sekali dijadikan tokoh sentral pada historiografi (penulisan sejarah)? Jika melihat perkembangan historiografi pada global, juga pada Indonesia, dapat dikatakan bahwa sejarah adalah milik kaum laki-laki . Tema-tema sentral dalam sejarah dipenuhi menggunakan tema sejarah politik serta militer yg erat kaitannya dengan masalah kekuasaan serta keperkasaan, yang dapat dikatakan milik kaum laki-laki (Kuntowijoyo, 1988). Corak sejarah yg androsentris seperti ini menempatkan wanita hanya sebagai figuran. Keadaan ini memang tidak adil lantaran sesungguhnya wanita bisa dipandang sebagai langsung yg berdikari, yang bisa menggerakkan sejarah.

Selain itu, goresan pena sejarah pada masa kemudian pada umumnya bersifat elitis, hanya menyampaikan orang besar , membicarakan kelompok penguasa. Jadi, nir terdapat tempat bagi masyarakat mini . Sumber sejarah yg bisa membicarakan mengenai kiprah perempuan Indonesia pada masa kemudian, merupakan historiografi tradisional, itu pun hanya menyangkut wanita kalangan elite dan sebagai tulisan yg bersifat androsentris, historiografi tradisional itu pun hanya sedikit saja menyinggung tentang kaum perempuan . Apa boleh buat, ayo kita lihat bagaimana perempuan Indonesia digambarkan pada historiografi tradisional. 

Historiografi tradisional merupakan tulisan sejarah yang dibuat menurut tradisi yg sudah berlangsung selama berabad-abad dan ditulis sang para pujangga, para empu, atau penulis-penulis spesifik yang ada di istana-istana atau pendopo-pendopo kabupaten. Historiografi tradisional ini dikenal dengan sebutan wawacan, babad, sejarah, serat, lontarak, hikayat, tambo, dll. Historiografi tradisional dapat dibedakan menggunakan historiografi terkini lantaran dalam historiografi tradisional, selain keterangan sejarah, juga dimuat unsur-unsur sastra dan mitos. Seringkali kebenaran historis tidak dibedakan berdasarkan kebenaran mitis (Ricklefs, 1987). Meskipun demikian, historiografi tradisional sangat penting ialah bagi sejarah lantaran di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya masyarakat yang membuat karya tersebut (Kartodirdjo, 1988). Oleh karena itu, menurut historiografi tradisional yg poly memuat aspek non-historis sekalipun, kita bisa menangkap bagaimana citra perempuan Indonesia dalam sejarah masa kemudian. 

B. Peran Perempuan dalam Kehidupan Berbangsa serta Bernegara
Peran perempuan Indonesia pada banyak sekali aspek kehidupan sangat menarik untuk ditinjau. Dalam global ekonomi, kaum wanita Indonesia sesungguhnya telah mempunyai kesetaraan menggunakan kaum laki-laki sejak dulu. Lihat saja bagaimana perempuan lebih secara umum dikuasai pada pasar Laweyan pada Solo. Di Sumatra Barat, yg menganut garis matriarkhat, sejak dulu kaum wanita menguasai urusan harta tata cara. Di Bali, energi kerja wanita bukan hanya menguasai pekerjaan halus tetapi jua pekerjaan kasar, misalnya tukang batu. Jangan lupa jua bagaimana Ratu Kalinyamat menguasai galangan kapal pada Jepara pada abad ke-16. Bahkan kini , nir terhitung lagi perempuan yg menduduki jabatan tinggi pada global bisnis. Bukankah Direktur Utama Pertamina kini jua merupakan seorang perempuan ?

Di dunia pendidikan, jumlah sarjana wanita bukan persoalan, malah yang duduk menjadi pengajar besar balatak (kata Sunda yang memilih pada jumlah poly dan tersebar). Perubahan sosial yg deras terjadi dalam pergantian abad ke-19 menuju abad ke-20. Seiring dengan bergulirnya roda sejarah, status sosial kaum perempuan perlahan-lahan berubah. Perubahan terjadi diantaranya karena adanya tokoh-tokoh penggerak emansipasi yang membuka jalan bagi pendidikan kaum perempuan . Tokoh-tokoh penggerak emansipasi ini antara lain Raden Dewi Sartika (menurut Bandung), R.A. Kartini (menurut Jepara), Rohana Kudus (menurut Kotogadang), Rahmah El-Yunusiyah (menurut Padang Panjang), R. Ayu Lasminingrat (berdasarkan Garut), serta R. Siti Jenab (dari Cianjur). Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, keadaan berubah secara drastis. Kebebasan terbuka lebar bagi bangsa Indonesia buat berkiprah pada segala bidang. Jelas jua perubahan yang terjadi. Sekarang, wanita sudah setara dengan pria buat mendapatkan hak atas pendidikan. Tetapi, di sisi lain, masih banyak perempuan yg sarjana yg terpaksa buat mengikuti ke kota mana suami pindah tugas (sporadis terdapat suami yg ikut ke mana isteri pindah tugas). 

Faktanya ternyata tidak selaras ketika kita berbicara soal peran wanita Indonesia dalam global politik. Yang dimaksud menggunakan urusan politik di sini adalah urusan bagaimana memperoleh kekuasaan dan bagaimana menyelenggarakan kekuasaan/pemerintahan. Kita sanggup memperhatikan data ini: Jumlah menteri perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid dua (2009-2014) terdapat 5 orang berdasarkan 34 menteri (dan baru bulan ini dikurangi satu orang), sedangkan pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 1 (2004-2009), hanya terdapat empat orang menurut 36 menteri (indocashregister.com/.../daftar-menteri-kabinet-indonesia-bersatu-jilid-dua-pengumuman-resmi/). Jadi, semula terdapat kenaikan sebanyak 25%, tetapi sehabis Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan diganti sang Agus Martowardoyo pada tanggal 20 Mei 2010, berarti persentase ini menurun balik .

Sementara itu, anggota DPR perempuan periode 2009-2014, ada 101 orang menurut 560 anggota DPR, atau 18,03%, sedangkan pada periode 2004-2009, anggota DPR wanita hanya 62 orang berdasarkan 550 orang, jadi hanya 11,6 %. Berarti ada peningkatan sebesar enam % dibanding periode sebelumnya. Bandingkan dengan periode 1992-1997, masih ada 60 orang anggota perempuan atau 12,15% serta periode 1999-2004 dengan 44 orang anggota perempuan atau 8,80 % (Prastya, 2010 pada gagasanhukum.wordpress.com/.../akibat-putusan-mk-terhadap-keterwakilan-wanita/, 22 Mei 2010). Sementara itu, gubernur wanita sampai hari ini hanya terdapat satu orang (yaitu gubernur Banten) berdasarkan 33 orang gubernur yang terdapat di Indonesia atau hanya tiga%. Sementara itu, kaum wanita yang menjadi bupati/walikota hanya delapan orang berdasarkan 440 ketua wilayah kabupaten/kota pada semua Indonesia atau 1,8 persen; dan yang menjadi wakil bupati/walikota, hanya 18 orang menurut 440 wakil kepala wilayah di seluruh Indonesia.

Masih terasa terdapat ganjalan waktu seseorang wanita menjadi menteri sementara suaminya “bukan siapa-siapa”. Keadaan seperti itu “kurang lezat dirasakan, kurang sanggup diterima”. Hal ini memberitahuakn bahwa cara pandang warga kita masih androgynus (menganggap global merupakan milik laki-laki ). Sekarang itu sebenarnya sudah bukan zamannya lagi bicara soal emansipasi antara kaum perempuan dan kaum laki-laki . Tetapi kenyataannya, pada kalangan warga kita sekarang masih saja terdengar ungkapan yang mengungkapkan bahwa perempuan itu hanya konco wingking, swargo nunut neroko katut (bahasa Jawa) atau pada ungkapan bahasa Sunda awewe mah dulang tinande, secara ironis pula terdapat yang mengatakan bahwa perempuan itu kodratnya hanya “di dapur, pada sumur, di kasur”. Adanya ungkapan-ungkapan seperti ini, secara implisit menampakan betapa status sosial kaum perempuan belum bisa semakin tinggi secara ajeg. Ada lagi sebuah masalah yg terasa ironis, dalam tahun 2004, terdapat tujuh orang perempuan yang mendaftarkan diri buat menjadi walikota Bandung. Ini menggembirakan, meski tidak usah dipertanyakan tentang kesempatan mereka buat sanggup sebagai walikota. Ada orang yang sinis mengatakan “ah, itu sekadar meramaikan”. Tentu saja ucapan ini nir menggembirakan, dan menyisakan pertanyaan yg harus dipikirkan jawabannya.

Dengan memperhatikan capaian yang diperoleh kaum wanita Indonesia di bidang politik dewasa ini, memang masih belum mencapai target yaitu 30 % dari yg ditargetkan. Mengapa begitu sulit buat meningkatkan peran wanita pada bidang politik di Indonesia? Apakah sahih keterlibatan wanita pada dunia pemerintahan/dunia politik, sekadar “meramaikan”? Jelas sekali bahwa pandangan semacam ini sangat kontraproduktif bila dikaitkan menggunakan MDGs pada atas. Namun, mengapa masih harus terjadi? Bagaimana jua cara mengatasinya? Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi, ayo kita menengok ke masa kemudian.

C. Perempuan dalam Sejarah Politik di Indonesia 
Dalam bepergian sejarah pada beberapa wilayah pada Indonesia, kita mengenal beberapa tokoh wanita yg menduduki posisi tinggi. Dalam sejarah Aceh contohnya, terdapat empat orang yang pernah sebagai Sultanah (sultan perempuan ). Menurut tradisi Kerajaan Aceh, yg berhak menjadi raja/sultan merupakan anak laki-laki tertua dari permaisuri, jika tidak ada maka bolehlah kaum wanita. Jadi, tetap saja perempuan menempati prioritas setelah kaum laki-laki . Ketika Sultan Iskandar Thani mangkat global dalam tahun 1641, dengan tidak meninggalkan anak, maka isterinya diangkat sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultanah Syafiatuddin Syah. Penobatan ini bukannya tanpa perdebatan lebih dahulu pada kalangan ulama. Barulah sehabis Tengku Abdurrauf menurut Singkel, seseorang ulama terkemuka pada Kerajaan Aceh ketika itu, mengemukakan pendapatnya bahwa urusan agama harus dipisahkan menurut urusan pemerintahan, maka penobatan pun bisa dilangsungkan menggunakan selamat. Sultanah Syafiatuddin Syah berhasil bertahan memerintah hingga wafatnya pada tahun 1675. Ia lalu digantikan berturut-turut oleh tiga orang raja perempuan yaitu Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1675-1678), Ratu Inayat Zakiatuddin Syah (1677-1688), dan Ratu Kamalat Zainatuddin Syah (1688-1699). 

Selain para sultanah, tidak boleh dilupakan adalah seseorang wanita Aceh yg gagah berani yaitu Keumalahayati, yang sebagai Laksamana Kerajaan Aceh (Admiral) yg sebagai salah seseorang pemimpin armada laut dalam masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayatsyah (1589-1604). Seorang perempuan Aceh terkemuka lainnya, yg berjuang melawan Belanda, yaitu Cut Nyak Dhien, menduduki peran krusial yaitu memimpin usaha rakyat Aceh melawan Belanda, sesudah suaminya, Teuku Umar, gugur ditembak Belanda. Cut Nyak Dhien yg dilahirkan tahun 1848 itu, tidak mengenal istilah menyerah, dia berjuang menurut jurang ke jurang, dari hutan ke hutan, bahkan sehabis dia dibuang ke Sumedang, dia permanen berjuang serta wafat di pembuangannya. Pejuang lainnya dalah Cut Nyak Meutia, yg lahir dalam tahun 1870, serta gugur ditembak Belanda pada tahun 1910 sesudah memimpin usaha bersenjata yg sangat keras (Sofyan et al., 1994: 28-96).

Jangan lupa pula pada sejarah Jawa, disebutkan tentang adanya Ratu Sima, seorang Raja menurut Kerajaan Kalingga abad ke-7 yang dikenal menjadi raja yang adil bijaksana. Kemudian seorang ratu yg populer dari Majapahit yaitu Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350), ibunda Raja Hayam Wuruk serta Ratu Suhita yg memerintah antara 1429-1447 (Soekmono, 1995: 36-37,.70-71). Orang pula tidak pernah melupakan seorang Ratu menurut Jepara, yang sudah disebut pada atas yaitu Ratu Kalinyamat, yg bukan saja menduduki jabatan politik tertinggi pada Jepara dalam abad ke-16, tetapi ia pula adalah seseorang ratu yg berani menggempur Portugis pada Malaka. Bahkan, ia juga mempersiapkan kapal-kapal penggempur yg dibentuk pada galangan kapal miliknya yang sangat akbar (De Graaf, 1985: 127-131).

Dalam bepergian sejarah Kesultanan Banten, pernah jua seseorang perempuan menduduki jabatan menjadi Mangkubumi Banten yaitu Ratu Syarifah Fatimah, terlepas berdasarkan citranya yang kurang baik. Ia menduduki jabatan ini pada tahun 1748, menggunakan terlebih dahulu menyingkirkan para pewaris yg absah atas donasi VOC (Lubis, 2004:71-72).

Di Sumedang, pada abad ke-18 pernah ada seorang perempuan yg sebagai bupati serta dikenal sebagai Dalem Isteri Raja Ningrat (1744-1759). Puteri sulung Pangeran Kusumahdinata ini diangkat menjadi bupati karena ketika ayahandanya mangkat , ketiga saudara termuda laki-lakinya belum dewasa, cucu sulungnya yg laki-laki jua masih mini . Lima belas tahun bukan ketika yg sebentar buat memerintah sebuah kabupaten yang daerahnya cukup luas. Sebenarnya juga, leluhur Bupati Isteri ini terdapat yang pernah sebagai ratu pada Kerajaan Sumedanglarang (bawahan Kerajaan Sunda), yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan yg kemudian digantikan oleh puterinya yaitu Nyi Mas Ratu Inten Dewata atau Ratu Pucuk Umun. Jadi, setidak-tidaknya di Sumedang pernah terdapat 2 orang Ratu (Raja Puteri) dan seorang bupati perempuan . Ini menerangkan bahwa ada wanita (kebetulan menurut kalangan atas) Sunda yang mempunyai kedudukan sejajar menggunakan laki-laki , meski tentu ini hanya bersifat kasuistis (Lubis et al., 2008). Jangan lupa jua bahwa pada mitologi Sunda dikenal tokoh Sunan Ambu, tokoh primer di kahyangan, yg memiliki para pembantu, para bujangga, yang jelas-kentara pria. Jika ada permasalahan di Buana Pancatengah, maka para bujangga ini diutus ke bumi buat menuntaskan masalah. Ada jua pembantunya yg wanita yaitu Pohaci (Sanghyang Sri), yg kadang dikenal sebagai Dewi Sri, dewi padi. Apabila menghadapi dilema di Buana Pancatengah, maka para bujangga mengadukan persoalan pada Sunan Ambu, pemilik solusi yg segala mampu. Setidaknya Sunan Ambu adalah simbolisasi “indung” (mak ) yg mempunyai kedudukan sangat terhormat pada tatanan nilai masyarakat Sunda lama . Kepadanyalah segala duduk perkara diadukan (Sumardjo, 2003:234-243).

Demikianlah sekelumit kiprah wanita pada global politik Indonesia masa kemudian. Tetapi, di balik citra status sosial yg tinggi di dunia politik tradisional itu, kita juga akan menerima gambaran kebalikannya. Citra wanita menjadi mahluk kelas dua, konco wingking, bisa kita kenali dari bebagai historiografi tradisional yang terdapat pada Indonesia. Penulis merogoh contoh menurut historiografi tradisional yang terdapat di Tatar Sunda, yg sudah penulis dalami selama ini.

Status sosial wanita Sunda pada abad ke-19 diantaranya tersirat pada galat satu historiografi tradisional yang berjudul Sajarah Sukapura. Karya yg ditulis pada tahun 1886 sang Raden Kanduruan Kertinagara (1835-1915) alias Haji Abdullah Soleh, mantan Wedana Manonjaya ini berisi kisah para leluhur Sukapura, ceritera Dipati Ukur, serta pemerintahan para bupati Sukapura semenjak yg pertama hingga bupati ke-12, yaitu Bupati R.A.A Wirahadiningrat (1875-1906). 

Ada bagian yang menarik pada karya ini yg berkaitan dengan perempuan , yaitu pada bagian VIII. Pada bagian ini dikisahkan tentang tiga orang anak butir Dipati Ukur, yang bernama Wirawangsa, Samahita, serta Astramanggala. Ketiga orang ini dianugerahi kebebasan menurut tugas dan kewajiban sang Sultan Mataram, lantaran mereka dipercaya berjasa dalam penangkapan Dipati Ukur yang dipercaya berkhianat pada Sultan Mataram. Akan tetapi ketiganya merasa nir puas atas pemberian itu. Lalu ketiga orang itu setuju untuk mempersembahkan tiga orang gadis cantik kepada Sultan Mataram. Ternyata sultan merasa senang atas persembahan itu, dan menjadi imbalan atas kesetiaan mereka, ketiganya lalu diangkat menjadi mantri agung (setingkat bupati). Jelaslah bahwa di sini wanita dipercaya sama dengan benda yang bisa dipersembahkan menjadi upeti .

Kaum menak (laki-laki ) hingga perempatan ketiga abad ke-19, mempunyai suatu tradisi yang diklaim nyanggrah. Bila menginginkan seekor kuda milik rakyat (somah), sang menak relatif menggunting bulu surai kuda tadi, maka kuda tadi sudah beralih pemilik. Jika mereka mengadakan bepergian ke desa (turne), kemudian melihat seseorang gadis cantik, relatif baginya mengungkapkan “Anak gadis siapa itu?” maka semenjak waktu itu si gadis sudah mampu dipastikan akan menjadi miliknya. Hal ini mencerminkan betapa akbar kekuasaan kaum menak dahulu, sekaligus mencerminkan betapa rendahnya kedudukan wanita yg dipercaya sama dengan kuda atau ternak lainnya. Ada kisah tragis berkaitan dengan norma nyanggrah ini. Bupati Cianjur, yg kemudian dikenal sebagai Dalem Dicondre, mengalami nasib jelek lantaran ia menginginkan seorang gadis desa yg cantik akan tetapi sudah punya tunangan. Tunangan si gadis, tidak mau menerima perlakuan dalem-nya, serta ia nekad membunuh sang dalem dengan memakai condre (homogen badik) hingga mangkat . Akhirnya bupati tersebut dikenal menjadi Dalem Dicondre. Kisah ini sanggup dibaca pada Sajarah Cikundul. 

Dalam Wawacan Carios Munada, dikisahkan tentang galat seseorang Bupati Bandung pada abad ke-19 yang memiliki begitu banyak selir. Konon, jumlahnya sampai ratusan orang. Asisten residen Bandung saat itu meminta pada bupati agar galat seorang selirnya dipinjamkan buat tinggal bersamanya. Tanpa susah-payah, sang bupati meminjamkan galat seseorang selirnya. Ketika si selir itu hamil, gampang saja sang asisten residen menyerahkan balik si selir ke kabupaten. Tidak jua sebagai perkara waktu si anak lahir dengan paras indo, beliau dipercaya anak oleh bupati tersebut. Dalam kasus ini, sangat jelas betapa seseorang wanita pada-alung-boyong (dilempar ke sana ke yuk) bagai mainan belaka. 

Kisah semacam ini pula mampu dibaca dalam Wawacan Sajarah Galuh. Dalam historiografi tradisional, yang salinannya diperkirakan dibentuk antara tahun 1889-1894 ini, dikisahkan tentang Nyi Tanduran Gagang, seorang puteri keturunan Pajajaran yg mengalami nasib tragis. Mula-mula ia dinikahi Sultan Cirebon, namun nir usang lalu diceraikan karena bagian badan sang puteri mengeluarkan api. Tak usang kemudian dia dinikahi Sultan Banten, serta perkawinan berakhir segera lantaran alasan yang sama. Akhirnya oleh puteri dinikahi Sultan Mataram. Pernikahan pun berakhir nir lama kemudian. Ketiga Sultan putusan bulat menjual Nyi Tanduran Gagang pada pemerintah Inggris (dalam bagian lain pada pemerintah Belanda). Akhirnya pemerintah asing itu bersedia menukar Nyi Tanduran Gagang dengan 3 pucuk meriam. Tiap sultan mendapat sepucuk meriam. Meskipun kisah ini memiliki latar belakang politis, namun secara tersurat perempuan digambarkan menjadi piala bergilir, yang menggunakan mudah pada-alung-boyong.

Dalam carita-carita pantun ataupun pada historiografi tradisional misalnya Babad Pajajaran, Cariosan Prabu Siliwangi, dsb, diceritakan bahwa Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yg legendaris itu, beristri 151 orang. Salah seorang isteri kesayangannya adalah Nyai Rajamantri. Dalam hal ini, tanpa melihat apakah jumlah 151 orang itu faktual atau nir, setidak-tidaknya menyiratkan bahwa wanita hanya dianggap komoditi politik atau barang agunan karena perkawinan Prabu Siliwangi menggunakan kebanyakan perempuan ini lebih bersifat politik yaitu buat menjaga loyalitas elit-elit dari wilayah yang dikuasainya (Lubis, 1998:232).

Mengapa kedudukan perempuan misalnya digambarkan pada historiografi tradisional itu begitu rendah, baik pada keluarga maupun dalam rakyat? Apakah tidak terdapat pilihan bagi mereka? Tidak gampang menjawabnya, lantaran keadaan ini adalah perkara struktural. Salah satu contoh, orang tua wanita somah sangat menginginkan anak gadisnya dijadikan selir sang kaum menak (tidak peduli apakah dinikahi atau nir nantinya), karena keturunannya nanti bisa menjadi menak, sebagai akibatnya status sosial mereka meningkat. 

D. Perempuan Tidak Punya Pilihan
Dalam sejarah Sunda, kaum menak pria, terutama para bupati, umumnya beristeri serta berselir banyak. Para isteri ataupun para selir, selain berasal menurut kalangan menak, banyak pula yg asal menurut kalangan santana, bahkan berdasarkan kalangan somah. Garwa padmi (isteri yg kedudukannya setara dengan permaisuri) seorang bupati umumnya berasal menurut kalangan menak tinggi (umumnya puteri bupati), sedangkan isteri-isteri lainnya sanggup menurut kalangan bukan menak tinggi, sedangkan selir, poly yang dari menurut kalangan somah. Misalnya saja, Bupati Sumedang yg populer dengan sebutan Pangeran Sugih, mempunyai empat orang isteri (3 orang pada antaranya puteri bupati) dan 27 selir, dan hanya seseorang selir saja yg asal dari kalangan menak, sisanya dari menurut kalangan yang berstatus sosial lebih rendah (Lubis, 1998: 226).

Kaum perempuan menak bisa dikatakan lebih beruntung daripada kaum wanita santana ataupun somah. Misalnya saja saat seorang wanita somah dinikahi seorang Bupati Garut, pernikahan dilangsungkan membisu-diam, tanpa pesta, relatif dengan membagi-bagi berekat, lain dengan pesta pernikahan seorang puteri bupati Galuh yang diselenggarakan selama 40 hari 40 malam dengan segala kemewahan dan kemegahannya. Seorang perempuan bukan menak dengan gampang diceraikan tanpa kesalahan apapun, selain kesalahan karena beliau menyandang status sosial yg lebih rendah dari menak. Ada sebuah perkara yang terkenal dalam awal abad ke-20 pada Bandung. Aom Ogog, putera Bupati Bandung, yang akan dipromosikan menjadi bupati, dipaksa sang keluarganya buat menceraikan isteri tercintanya, Oma, lantaran oleh isteri bukan puteri seseorang dalem. Kisah tragis ini digambarkan pada sebuah tembang berjudul Ceurik Oma yang menyayat hati. Lain halnya waktu garwa padmi bupati Garut minta cerai (bukan diceraikan), karena nir putusan bulat suaminya menikah lagi. Ketika ke luar kabupaten, harta-benda berlimpah didapatkannya (Lubis, 1998: 231-237).

Demikianlah gambaran betapa rendah kedudukan perempuan Sunda pada masyarakat tradisional. Meskipun gambaran pada atas menyangkut perempuan bangsawan, namun kedudukan perempuan berdasarkan kalangan rakyat biasa agaknya nir akan jauh berdasarkan itu. Dan kedudukan kaum wanita etnis lain pada Indonesia, juga nir akan jauh berbeda menurut kedudukan kaum wanita Sunda.

Stigma mengenai perempuan sebagai warga kelas 2 itu, yang ditanamkan semenjak beraba-abad kemudian, ternyata cukup mengakar serta belum sanggup diatasi sang gerakan emansipasi yang telah dicanangkan seabad yg lalu. Itulah jawaban mengapa sampai sekarang peran wanita pada global politik sekarang ini masih belum mencapai target.

9 TIPS MENDEKATI WANITA & MEMBUATNYA JATUH HATI KEPADA ANDA

Tips mendekati wanita - Apakah anda sedang "mengincar" seseorang cewek yg anda sukai namun nir memahami bagaimana mendekatinya serta takut ditolak, atau anda tidk mengetahui cara tepat buat memikat hatinya? Tenang anda berada ditempat yg tepat lantaran kali ini aku akan share tentang bagaimana mendekati seorang perempuan dan membuatnya jatuh hati kepada anda. Wanita selalu berhati hati pada memilih lawan jenis dan hal itu adalah hal yang alami lantaran perempuan biasanya mempunyai sifat yang sensitif, namun apabila anda bisa menempatkan diri anda di tempat yg sempurna maka tentu saja wanita akan membuka tangan mereka untuk menerima uluran tangan anda. Berikut beberapa tips mendekati wanita dan membuatnya jatuh hati kepada anda.
img credit: marriageessence.wordpress.com
Percaya diri
Setiap wanita menyukai seseorang pria yang penuh percaya diri, mereka percaya bahwa seorang laki-laki yg percaya diri akan membuat mereka aman, bagaimana anda akan menciptakan wanita percaya kepada anda apabila anda sendiri pun nir mempunyai agama diri? Nah jawabanyya adalah rasa percaya diri, kepercayaan diri tentu saja bukan lebay, dibuat buat atau overacting hal tadi hanya akan membuat perempuan yg anda dekati semakin menjauh. Selalu tampil percaya diri didepannya lantaran kebanyakan wanita menduga hal tadi "sexy" dimata mereka.
Perhatian
Yah bahkan wanita yang anda anggap keras serta "angker" sekalipun akan luluh dengan yang namanya perhatian. Berikan perhatian secara perlahan-huma serta alami, bila anda menerangkan perhatian terlalu akbar maka perempuan yang anda dekati menduga anda melakukan hal yg sama pada setiap wanita dan mempunyai kesan anda mempunyai maksud tersembunyi, mereka mempunyai tingkat sensitifitas lebih tinggi daripada anda kaum laki-laki , buat itulah berikan perhatian secara masuk akal serta alami.
Tersenyum
Tersenyum merupakan cara mudah menghilangkan grogi bila dihadapan perempuan serta akan mencairkan suasana. Selain mampu meningkatan rasa kepercayaan diri menggunakan tersenyum anda dapat mengomunikasikan perasaan anda dengan tersenyum, Ketika anda bertatap muka ataupun berbicara menggunakan perempuan yg menciptakan anda tertarik selalu berikan senyum anggun anda.
Jadilah pendengar yang baik
Kebanyakan pria sering melupakan hal krusial ini, ketika sedang asyik berbicara menggunakan perempuan pujaannya kadang mereka melupakan hal yang sangat penting yaitu "pendengar yg baik". Ketika anda berbicara hal itu menciptakan anda lupa waktu kapan anda harus sebagai pendengar, apakah anda tahu dengan memberikan saat kepada perempuan yang anda dekati buat berbicara hal itu akan menaruh kesan bahwa anda nir egois, sanggup mendengarkan keluh kesah merek.
   
Jadilah temannya
Ini beliau poin penting yg harus anda catat. Wanita itu mempunyai sifat yg relatif unik, dan anda memang wajib sahih sahih mendekatinya dengan ekstra kerja keras, tetapi sekali anda mampu memasuki kehidupannya maka mereka akan mengasihi anda lebih menurut apa yang anda bayangkan. Wanita tidak ingin menerima seseorang laki-laki hanya buat sebagai kekasihnya saja, yg perlu anda ketahui mereka menginginkan anda mampu menjadi teman yang baik, teman, pendamping, pelindung sekaligus motivator mereka. Merka selalu percaya bahwa jodoh yg tepat merupakan mereka yg mampu menjadi teman, teman, pendamping, pembina maupun menciptakan mereka lebih baik.
Rayuan
Siapa wanita yang nir menyukai rayuan? Mereka akan suka dirayu dengan istilah kata anggun, pujilah mereka bahwa mereka cantik (walaupun sebenarnya mereka biasa saja hehehehe.....) namun hal itu akan menciptakan mereka senang walaupun mereka sendiri menyadari bahwa hal tersebut memang nir demikian. Perempuan suka dipuji, akan tetapi jangan menaruh kebanggaan tentang body-nya yg hot ataupun bagian tubuh sensitif lainnya, simpan kebanggaan tadi nanti bila dia sudah sebagai pacar anda.
Humoris
Tentu saja wanita menyuakai seseorang pria yg mempunyai selera humor. Mereka berpikir bila anda mempunyai kesukaan humor, maka anda dapat menghibur mereka disaat mereka down atau bersedih. Selain itu humor jua membuat suasana akan lebih menyenangkan dan mencairkan suasanan yg kaku. Anda tidak wajib melucu misalnya ‘Sule’, akan tetapi sekali waktu lakukan hal-hal yang konyol yg dapat membuat beliau tersenyum seperti menciptakan expresi wajah yg aneh ataupun mengucapkan kata kata lucu.
Misterius
Yah sesekali anda wajib sebagai seorang yang misterius, bila anda masih dalam tahap mendekati seseorang wanita, krusial buat tidak membeberkan seluruh hal tentang anda, ini hanya akan membuat wanita tidak sebagai penasaran lagi dan mungkin malah akan menjauh dari anda. Wanita memiliki rasa penasaran serta ingin tahu yg tinggi, jika anda sanggup memanfaatkan ini aku konfiden anda akan lebih dekat dengan perempuan yg anda "incar".
Buat beliau memikirkan anda
Hal hal yg menyenangkan tentunya akan sebagai kenangan dan memori yg latif tentunya, buatlah segala hal yang menyenangkan ketika anda berada didekatnya maka hal tersebut akan membuat anda dipikirknnya setiap malam dan ingin segera bertemu menggunakan anda.
Namun apabila cara memikat hati perempuan diatas belum berhasil, jangan bersedih, karena mungkin gadis tadi memang belum siap memiliki pacar ataupun belum move on menggunakan hubungannya sebelumnya, mungkin anda jua perlu membaca tanda bahwa dia naksir kita. Yang perlu anda lakukan cukup mengulangi lagi tips di artikel ini ke gadis yang lain. Good Luck.

8 TIPS MENGENDALIKAN AMARAH EMOSI ANDA

Saya konfiden anda merupakan seseorang pemarah hehehhee,...tentu saja karena anda bisa sampai ke page ini tentu lantaran anda ingin mencari solusi buat belajar mengendalikan emosi atau amarah anda. Memiliki emosi atau amarah menandakan bahwa anda normal serta nir ada gangguan kejiwaan dan kesehatan, yang sebagai perkara adalah ketika emosi anda melebihi akal pikiran sehat anda atau anda mempunyai syarat emosional yg meledak-ledak. Emosi yang stabil merupakan hal masuk akal dan normal bahkan beberapa penelitian menerangkan bahwa mempunyai emosi yg stabil mengindikasikan anda dalam syarat sehat yg paling penting merupakan anda sanggup mengelolanya menggunakan cara yg positif. Kemarahan atau syarat emosional yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi gangguan kesehatan Anda dan tentu saja hubungan sosial Anda menggunakan orang-orang disekitar Anda.
Nah jika anda adalah tipe orang yang pemarah menggunakan syarat emosional yang nir stabil, anda berada di laman blog yang sempurna karena pada artikel kali ini saya akan sedikit share tentang 8 tips bagaimana belajar mengendalikan amarah atau emosi anda menggunakan stabil serta lebih positif. Berikut tips cara mengendalikan emosi serta amarah yg meledak-ledak atau tidak stabil:

Tips Mengendalikan Amarah (Emosi)
Berpikir sebelum Anda berbicara
Kebanyakan seorang yg emosional waktu emosinya terpancing akan mengeluarkan kata-kata atau perkataan yang nir terkontrol. Mereka akan memaki, mengeluarkan kata kotor bahkan mengatakan "terlalu berani" yg tentu saja dalam syarat normal hal itu mungkin menjadi penyesalan. Dalam syarat "panas" atau emosi memuncak sangat gampang buat mengatakan sesuatu yg nanti akan anda sesali pada lalu hari. Tidak terdapat keputusan yg baik yg mampu diambil ketika anda dalam kondisi marah. Jadi berpikirlah dahulu sebelum berbicara, saat anda emosi ambil nafas yang panjang kemudian keluarka perlahan lahan, coba buka pikiran Anda sebelum mengatakan serta membiarkan orang lain yang terlibat pada situasi atau syarat sama (sama sama emosi) untuk melakukan hal yang serupa dengan anda.
Setelah Anda damai, ekspresikan kemarahan Anda
Ya emosi yg terpendam jelek buat kesehtan fisik juga pikiran anda, daripada anda menyimpan rasa dongkol atau rasa dendam serta bisa melupakan peristiwa atau menciptakan emosi anda ada pulang, tenangkan serta redam emosi anda selesainya anda sahih sahih damai ungkapkan atau luapkan frustrasi Anda dengan cara yang tegas tapi nir konfrontatif atau memicu perdebatan atau pertengkaran yang lebih hebat lagi. Anda mampu meluapkan emosi anda dengan tidak menyakiti orang lain dengan cara berteriak sekeras anda (tentunya di kamar atau tempat sepi supaya tidak mengganggu orang lain).
Berolahraga secara teratur
Nah anda pasti bertanya "Apa hubungannya mengendalikan emosi dengan aktifitas olahraga"?. Jelas saling berkaitan tentunya, dari global medis kegiatan fisik dapat membantu mengurangi stres, stres adalah pemicu yg dapat menyebabkan Anda gampang sebagai marah. Dengan berolahraga teratur maka otak anda akan lebih poly mengeluarkan zat yg bernama endorphin, zat yg menyebabkan perasaan senang , senang , nyaman, sejahtera, cinta dan perasaan menyenangkan lainnya. Nah bila anda merasa nyaman, bahagia serta bahagia tentu saja anda tidak akan sebagai pemarah kan? Apabila Anda merasa kemarahan Anda meningkat, pulang buat jalan cepat atau lari, atau menghabiskan waktu melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan lainnya.
Istirahat yang cukup
Saat anda kurang tidur atau kurang beristirahat maka anda akan mudah lelah, tidak penekanan, malas serta gampang buat emosi atau murka . Beri diri Anda istirahat yg cukup ketika aktifitas anda sahih benar bisa memicu stres atau ketegangan. Beberapa ketika menggunakan waktu tenang mungkin mampu membantu Anda merasa lebih siap buat menangani apa yg di depan tanpa emosi atau perasaan murka .
Cari solusi bukan cari penyebab
Jika anda hanya serius dalam apa yg menciptakan Anda murka , hal itu hanya akan menciptakan anda semakin emosi. Cari solusi agar amarah anda mereda dan dapat anda kendalikan dengan baik. Jika anda merasa emosi saat dijalan selalu macet lantaran anda pulang kantor kesiangan maka lebih baik anda bangun lebih pagi untuk berangkat ke tempat kerja supaya anda tidak terlambat, atau waktu anda pulang tempat kerja lihat ruangan rumah kotor dan sanggup memicu anda murka usahakan anda bersihkan, dengan begitu anda menemukan solusi buat nir berdebat menggunakan orang lain yg justru mampu memicu amarah anda memuncak. Ingatkan serta katakan pada diri Anda bahwa kemarahan nir akan memperbaiki apapun serta mungkin hanya membuatnya lebih buruk.
Jangan menyimpan dendam
Memaafkan merupakan hal yg ampuh buat meredam amarah anda. Jika Anda membiarkan kemarahan dan perasaan negatif tersimpan didalam pikiran maupun hati anda hal tu justru akan menciptakan emosi atau amarah akan selalu mengikuti anda. Tapi apabila Anda dapat memaafkan seseorang yg membuat anda murka , Anda mungkin bisa belajar dari situasi dan hal itu mampu membuat anda lega. Merupakan hal yg tidak realistis bila anda mengharapkan seluruh orang untuk berperilaku persis misalnya yg Anda inginkan atau harapkan setiap waktu.
Tertawa dan untuk hal lucu
Bagimana anda mampu marah apabila anda tertawa. Gunakan humor atau lelucon yang mampu menciptakan anda tertawa untuk membantu Anda menghadapi dan mengendalikan emosi atau amarah anda.
Relaksasi
Ketika amarah anda memuncak coba pakai metode ampuh ini buat meredakan amarah anda. Metode seperti mengatur nafas, tersenyum, atau mengulangi istilah atau frase yang menenangkan dalam hati anda seperti, "Tenang saja atau tetap tenang." Anda mungkin juga bisa mendengarkan musik, menulis pada sebuah jurnal atau melakukan yoga atau meditasi atau hal apa pun buat mendorong relaksasi yang mampu meredakan amarah anda.

SEJARAH WANITA DARI SEJARAH ANDROSENTRIS KE SEJARAH ANDROGYNOUS

Sejarah Wanita : Dari Sejarah Androsentris Ke Sejarah Androgynous
A. Perempuan pada Historiografi Indonesia
Dalam perkembangan penulisan sejarah (historiografi) modern pada Indonesia, hingga saat ini belum ada penulis yang secara spesifik menulis sejarah perempuan . Meskipun ada biografi mengenai tokoh-tokoh perempuan , dalam umumnya nir ditulis oleh sejarawan. Sebagai perbandingan, pada Amerika, sejak tahun 1980-an kajian sejarah wanita sudah merupakan spesialisasi tersendiri sebagai bagian menurut sejarah sosial (Kuntowijoyo, 1988) Tulisan-goresan pena sosiologi yang membicarakan wanita menjadi penyumbang dalam sektor-sektor sosial memang sudah relatif banyak. Bahkan, akhir-akhir ini di beberapa universitas telah terdapat Pusat Kajian Wanita (bukan: wanita). Sejarah wanita yg dikaitkan menggunakan kasus gender, yg pada dua dasa warsa terakhir ini poly dibicarakan orang di Indonesia, baru menyentuh kulit luarnya saja.

Mengapa wanita sporadis sekali dijadikan tokoh sentral dalam historiografi (penulisan sejarah)? Jika melihat perkembangan historiografi di dunia, pula di Indonesia, dapat dikatakan bahwa sejarah adalah milik kaum pria. Tema-tema sentral dalam sejarah dipenuhi menggunakan tema sejarah politik serta militer yg erat kaitannya menggunakan perkara kekuasaan serta keperkasaan, yg bisa dikatakan milik kaum laki-laki (Kuntowijoyo, 1988). Corak sejarah yang androsentris misalnya ini menempatkan wanita hanya menjadi figuran. Keadaan ini memang tidak adil karena sesungguhnya perempuan dapat ditinjau sebagai eksklusif yg berdikari, yang sanggup menggerakkan sejarah.

Selain itu, tulisan sejarah pada masa lalu dalam umumnya bersifat elitis, hanya menyampaikan orang besar , mengungkapkan kelompok penguasa. Jadi, tidak terdapat tempat bagi masyarakat mini . Sumber sejarah yg mampu menyampaikan tentang peran wanita Indonesia dalam masa lalu, merupakan historiografi tradisional, itu pun hanya menyangkut perempuan kalangan elite serta menjadi tulisan yang bersifat androsentris, historiografi tradisional itu pun hanya sedikit saja menyinggung mengenai kaum wanita. Apa boleh buat, ayo kita lihat bagaimana wanita Indonesia digambarkan dalam historiografi tradisional. 

Historiografi tradisional merupakan tulisan sejarah yang dibuat menurut tradisi yg telah berlangsung selama berabad-abad serta ditulis oleh para pujangga, para empu, atau penulis-penulis khusus yang terdapat di istana-istana atau pendopo-pendopo kabupaten. Historiografi tradisional ini dikenal menggunakan sebutan wawacan, babad, sejarah, serat, lontarak, hikayat, tambo, dll. Historiografi tradisional dapat dibedakan dengan historiografi modern karena pada historiografi tradisional, selain fakta sejarah, juga dimuat unsur-unsur sastra serta mitos. Seringkali kebenaran historis tidak dibedakan dari kebenaran mitis (Ricklefs, 1987). Meskipun demikian, historiografi tradisional sangat krusial merupakan bagi sejarah karena pada dalamnya terkandung nilai-nilai budaya rakyat yg membentuk karya tersebut (Kartodirdjo, 1988). Oleh karena itu, menurut historiografi tradisional yang poly memuat aspek non-historis sekalipun, kita bisa menangkap bagaimana gambaran wanita Indonesia dalam sejarah masa kemudian. 

B. Peran Perempuan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Peran perempuan Indonesia dalam aneka macam aspek kehidupan sangat menarik buat ditinjau. Dalam global ekonomi, kaum perempuan Indonesia sesungguhnya telah mempunyai kesetaraan menggunakan kaum laki-laki sejak dulu. Lihat saja bagaimana perempuan lebih dominan di pasar Laweyan pada Solo. Di Sumatra Barat, yang menganut garis matriarkhat, semenjak dulu kaum wanita menguasai urusan harta norma. Di Bali, tenaga kerja wanita bukan hanya menguasai pekerjaan halus tetapi pula pekerjaan kasar, misalnya tukang batu. Jangan lupa juga bagaimana Ratu Kalinyamat menguasai galangan kapal di Jepara pada abad ke-16. Bahkan kini , nir terhitung lagi perempuan yang menduduki jabatan tinggi di global bisnis. Bukankah Direktur Utama Pertamina sekarang juga adalah seseorang wanita?

Di global pendidikan, jumlah sarjana wanita bukan dilema, malah yg duduk menjadi guru besar balatak (istilah Sunda yang menunjuk pada jumlah banyak serta tersebar). Perubahan sosial yang deras terjadi dalam pergantian abad ke-19 menuju abad ke-20. Seiring menggunakan bergulirnya roda sejarah, status sosial kaum wanita perlahan-lahan berubah. Perubahan terjadi diantaranya lantaran adanya tokoh-tokoh penggerak emansipasi yg membuka jalan bagi pendidikan kaum perempuan . Tokoh-tokoh penggerak emansipasi ini diantaranya Raden Dewi Sartika (dari Bandung), R.A. Kartini (menurut Jepara), Rohana Kudus (dari Kotogadang), Rahmah El-Yunusiyah (menurut Padang Panjang), R. Ayu Lasminingrat (dari Garut), serta R. Siti Jenab (berdasarkan Cianjur). Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, keadaan berubah secara drastis. Kebebasan terbuka lebar bagi bangsa Indonesia untuk bergerak di segala bidang. Jelas pula perubahan yang terjadi. Sekarang, perempuan sudah setara menggunakan pria buat menerima hak atas pendidikan. Tetapi, pada sisi lain, masih poly perempuan yang sarjana yang terpaksa buat mengikuti ke kota mana suami pindah tugas (sporadis ada suami yg ikut ke mana isteri pindah tugas). 

Faktanya ternyata berbeda saat kita berbicara soal kiprah perempuan Indonesia pada global politik. Yang dimaksud dengan urusan politik di sini adalah urusan bagaimana memperoleh kekuasaan dan bagaimana menyelenggarakan kekuasaan/pemerintahan. Kita mampu memperhatikan data ini: Jumlah menteri wanita dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid dua (2009-2014) terdapat 5 orang dari 34 menteri (dan baru bulan ini dikurangi satu orang), sedangkan pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 1 (2004-2009), hanya ada empat orang berdasarkan 36 menteri (indocashregister.com/.../daftar-menteri-kabinet-indonesia-manunggal-jilid-dua-pengumuman-resmi/). Jadi, semula terdapat kenaikan sebanyak 25%, tetapi selesainya Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan diganti oleh Agus Martowardoyo dalam lepas 20 Mei 2010, berarti persentase ini menurun balik .

Sementara itu, anggota DPR perempuan periode 2009-2014, ada 101 orang berdasarkan 560 anggota DPR, atau 18,03%, sedangkan pada periode 2004-2009, anggota DPR wanita hanya 62 orang berdasarkan 550 orang, jadi hanya 11,6 %. Berarti ada peningkatan sebesar enam % dibanding periode sebelumnya. Bandingkan menggunakan periode 1992-1997, masih ada 60 orang anggota wanita atau 12,15% serta periode 1999-2004 menggunakan 44 orang anggota perempuan atau 8,80 % (Prastya, 2010 dalam gagasanhukum.wordpress.com/.../implikasi-putusan-mk-terhadap-keterwakilan-wanita/, 22 Mei 2010). Sementara itu, gubernur perempuan hingga hari ini hanya terdapat satu orang (yaitu gubernur Banten) dari 33 orang gubernur yang ada di Indonesia atau hanya tiga%. Sementara itu, kaum wanita yg sebagai bupati/walikota hanya delapan orang dari 440 kepala wilayah kabupaten/kota pada seluruh Indonesia atau 1,8 %; dan yg menjadi wakil bupati/walikota, hanya 18 orang menurut 440 wakil ketua wilayah di semua Indonesia.

Masih terasa ada ganjalan ketika seorang perempuan menjadi menteri ad interim suaminya “bukan siapa-siapa”. Keadaan misalnya itu “kurang enak dirasakan, kurang bisa diterima”. Hal ini memperlihatkan bahwa cara pandang warga kita masih androgynus (menganggap dunia merupakan milik pria). Sekarang itu sebenarnya telah bukan zamannya lagi bicara soal emansipasi antara kaum perempuan dan kaum pria. Namun kenyataannya, pada kalangan warga kita kini masih saja terdengar ungkapan yang menyebutkan bahwa wanita itu hanya konco wingking, swargo nunut neroko katut (bahasa Jawa) atau pada ungkapan bahasa Sunda awewe mah dulang tinande, secara ironis pula terdapat yang mengungkapkan bahwa wanita itu kodratnya hanya “pada dapur, pada sumur, pada kasur”. Adanya ungkapan-ungkapan seperti ini, secara tersirat menampakan betapa status sosial kaum perempuan belum sanggup semakin tinggi secara ajeg. Ada lagi sebuah masalah yang terasa ironis, pada tahun 2004, terdapat tujuh orang wanita yg mendaftarkan diri buat sebagai walikota Bandung. Ini menggembirakan, meski tak usah dipertanyakan mengenai kesempatan mereka buat bisa sebagai walikota. Ada orang yang sinis berkata “ah, itu sekadar meramaikan”. Tentu saja ucapan ini tidak menggembirakan, serta menyisakan pertanyaan yang harus dipikirkan jawabannya.

Dengan memperhatikan capaian yang diperoleh kaum wanita Indonesia di bidang politik dewasa ini, memang masih belum mencapai target yaitu 30 % menurut yg ditargetkan. Mengapa begitu sulit buat menaikkan peran perempuan pada bidang politik pada Indonesia? Apakah sahih keterlibatan wanita dalam global pemerintahan/global politik, sekadar “meramaikan”? Jelas sekali bahwa pandangan semacam ini sangat kontraproduktif bila dikaitkan dengan MDGs di atas. Tetapi, mengapa masih harus terjadi? Bagaimana pula cara mengatasinya? Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi, mari kita menengok ke masa kemudian.

C. Perempuan dalam Sejarah Politik di Indonesia 
Dalam bepergian sejarah pada beberapa daerah di Indonesia, kita mengenal beberapa tokoh wanita yg menduduki posisi tinggi. Dalam sejarah Aceh contohnya, ada empat orang yg pernah menjadi Sultanah (sultan perempuan ). Menurut tradisi Kerajaan Aceh, yg berhak sebagai raja/sultan merupakan anak laki-laki tertua berdasarkan permaisuri, apabila tidak ada maka bolehlah kaum perempuan . Jadi, permanen saja wanita menempati prioritas selesainya kaum pria. Ketika Sultan Iskandar Thani meninggal dunia pada tahun 1641, dengan tidak meninggalkan anak, maka isterinya diangkat menjadi Sultan Aceh dengan gelar Sultanah Syafiatuddin Syah. Penobatan ini bukannya tanpa perdebatan lebih dahulu pada kalangan ulama. Barulah sehabis Tengku Abdurrauf berdasarkan Singkel, seorang ulama terkemuka pada Kerajaan Aceh ketika itu, mengemukakan pendapatnya bahwa urusan kepercayaan wajib dipisahkan menurut urusan pemerintahan, maka penobatan pun sanggup dilangsungkan dengan selamat. Sultanah Syafiatuddin Syah berhasil bertahan memerintah sampai wafatnya pada tahun 1675. Ia lalu digantikan berturut-turut oleh 3 orang raja wanita yaitu Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1675-1678), Ratu Inayat Zakiatuddin Syah (1677-1688), serta Ratu Kamalat Zainatuddin Syah (1688-1699). 

Selain para sultanah, tidak boleh dilupakan merupakan seorang wanita Aceh yang gagah berani yaitu Keumalahayati, yg sebagai Laksamana Kerajaan Aceh (Admiral) yang sebagai keliru seseorang pemimpin armada bahari dalam masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayatsyah (1589-1604). Seorang wanita Aceh terkemuka lainnya, yang berjuang melawan Belanda, yaitu Cut Nyak Dhien, menduduki peran krusial yaitu memimpin perjuangan masyarakat Aceh melawan Belanda, setelah suaminya, Teuku Umar, gugur ditembak Belanda. Cut Nyak Dhien yang dilahirkan tahun 1848 itu, nir mengenal kata menyerah, beliau berjuang berdasarkan jurang ke jurang, dari hutan ke hutan, bahkan sesudah dia dibuang ke Sumedang, ia permanen berjuang serta wafat di pembuangannya. Pejuang lainnya dalah Cut Nyak Meutia, yg lahir dalam tahun 1870, dan gugur ditembak Belanda pada tahun 1910 setelah memimpin usaha bersenjata yang sangat keras (Sofyan et al., 1994: 28-96).

Jangan lupa juga dalam sejarah Jawa, disebutkan mengenai adanya Ratu Sima, seseorang Raja dari Kerajaan Kalingga abad ke-7 yang dikenal sebagai raja yg adil bijaksana. Kemudian seorang ratu yang populer menurut Majapahit yaitu Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350), ibunda Raja Hayam Wuruk serta Ratu Suhita yang memerintah antara 1429-1447 (Soekmono, 1995: 36-37,.70-71). Orang pula nir pernah melupakan seorang Ratu dari Jepara, yang sudah disebut pada atas yaitu Ratu Kalinyamat, yang bukan saja menduduki jabatan politik tertinggi pada Jepara dalam abad ke-16, namun dia jua merupakan seseorang ratu yang berani menggempur Portugis di Malaka. Bahkan, beliau pula mempersiapkan kapal-kapal penggempur yang dibentuk di galangan kapal miliknya yg sangat besar (De Graaf, 1985: 127-131).

Dalam perjalanan sejarah Kesultanan Banten, pernah jua seorang wanita menduduki jabatan sebagai Mangkubumi Banten yaitu Ratu Syarifah Fatimah, terlepas dari citranya yang kurang baik. Ia menduduki jabatan ini pada tahun 1748, menggunakan terlebih dahulu menyingkirkan para pewaris yg absah atas donasi VOC (Lubis, 2004:71-72).

Di Sumedang, dalam abad ke-18 pernah terdapat seseorang wanita yang sebagai bupati dan dikenal sebagai Dalem Isteri Raja Ningrat (1744-1759). Puteri sulung Pangeran Kusumahdinata ini diangkat menjadi bupati karena saat ayahandanya tewas, ketiga adik laki-lakinya belum dewasa, cucu sulungnya yg pria juga masih mini . Lima belas tahun bukan waktu yg sementara waktu buat memerintah sebuah kabupaten yg wilayahnya cukup luas. Sebenarnya jua, leluhur Bupati Isteri ini terdapat yang pernah sebagai ratu di Kerajaan Sumedanglarang (bawahan Kerajaan Sunda), yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan yang lalu digantikan sang puterinya yaitu Nyi Mas Ratu Inten Dewata atau Ratu Pucuk Umun. Jadi, setidak-tidaknya di Sumedang pernah terdapat dua orang Ratu (Raja Puteri) dan seseorang bupati wanita. Ini menampakan bahwa ada perempuan (kebetulan berdasarkan kalangan atas) Sunda yg memiliki kedudukan sejajar menggunakan laki-laki , meski tentu ini hanya bersifat kasuistis (Lubis et al., 2008). Jangan lupa juga bahwa dalam mitologi Sunda dikenal tokoh Sunan Ambu, tokoh primer pada kahyangan, yg mempunyai para pembantu, para bujangga, yang jelas-kentara laki-laki . Jika ada konflik di Buana Pancatengah, maka para bujangga ini diutus ke bumi untuk merampungkan kasus. Ada juga pembantunya yang wanita yaitu Pohaci (Sanghyang Sri), yg kadang dikenal menjadi Dewi Sri, dewi padi. Jika menghadapi dilema di Buana Pancatengah, maka para bujangga mengadukan persoalan kepada Sunan Ambu, pemilik solusi yg segala mampu. Setidaknya Sunan Ambu adalah simbolisasi “indung” (mak ) yang memiliki kedudukan sangat terhormat dalam tatanan nilai masyarakat Sunda usang. Kepadanyalah segala dilema diadukan (Sumardjo, 2003:234-243).

Demikianlah sekelumit kiprah perempuan dalam dunia politik Indonesia masa kemudian. Namun, pada pulang citra status sosial yang tinggi di dunia politik tradisional itu, kita pula akan mendapat citra kebalikannya. Citra wanita menjadi mahluk kelas dua, konco wingking, bisa kita kenali berdasarkan bebagai historiografi tradisional yg ada di Indonesia. Penulis merogoh model menurut historiografi tradisional yg terdapat di Tatar Sunda, yg telah penulis dalami selama ini.

Status sosial wanita Sunda dalam abad ke-19 diantaranya implisit dalam keliru satu historiografi tradisional yg berjudul Sajarah Sukapura. Karya yg ditulis dalam tahun 1886 sang Raden Kanduruan Kertinagara (1835-1915) alias Haji Abdullah Soleh, mantan Wedana Manonjaya ini berisi kisah para leluhur Sukapura, ceritera Dipati Ukur, serta pemerintahan para bupati Sukapura semenjak yang pertama hingga bupati ke-12, yaitu Bupati R.A.A Wirahadiningrat (1875-1906). 

Ada bagian yang menarik dalam karya ini yang berkaitan menggunakan wanita, yaitu pada bagian VIII. Pada bagian ini dikisahkan tentang tiga orang anak butir Dipati Ukur, yang bernama Wirawangsa, Samahita, serta Astramanggala. Ketiga orang ini dianugerahi kebebasan menurut tugas serta kewajiban oleh Sultan Mataram, karena mereka dipercaya berjasa dalam penangkapan Dipati Ukur yang dipercaya berkhianat pada Sultan Mataram. Akan namun ketiganya merasa tidak puas atas anugerah itu. Lalu ketiga orang itu sepakat buat mempersembahkan 3 orang gadis anggun pada Sultan Mataram. Ternyata sultan merasa senang atas persembahan itu, dan menjadi imbalan atas kesetiaan mereka, ketiganya kemudian diangkat menjadi mantri agung (setingkat bupati). Jelaslah bahwa pada sini perempuan dipercaya sama dengan benda yg sanggup dipersembahkan menjadi upeti .

Kaum menak (laki-laki ) sampai perempatan ketiga abad ke-19, memiliki suatu tradisi yang dianggap nyanggrah. Jika menginginkan seekor kuda milik warga (somah), oleh menak relatif menggunting bulu surai kuda tadi, maka kuda tersebut telah beralih pemilik. Bila mereka mengadakan bepergian ke desa (turne), lalu melihat seseorang gadis manis, relatif baginya mengatakan “Anak gadis siapa itu?” maka semenjak saat itu si gadis sudah mampu dipastikan akan sebagai miliknya. Hal ini mencerminkan betapa besar kekuasaan kaum menak dahulu, sekaligus mencerminkan betapa rendahnya kedudukan wanita yang dianggap sama menggunakan kuda atau ternak lainnya. Ada kisah tragis berkaitan menggunakan norma nyanggrah ini. Bupati Cianjur, yg kemudian dikenal sebagai Dalem Dicondre, mengalami nasib buruk karena ia menginginkan seorang gadis desa yg manis akan tetapi telah punya tunangan. Tunangan si gadis, tidak mau menerima perlakuan dalem-nya, dan dia nekad membunuh oleh dalem menggunakan memakai condre (homogen badik) hingga mangkat . Akhirnya bupati tersebut dikenal sebagai Dalem Dicondre. Kisah ini bisa dibaca pada Sajarah Cikundul. 

Dalam Wawacan Carios Munada, dikisahkan tentang salah seseorang Bupati Bandung pada abad ke-19 yg memiliki begitu banyak selir. Konon, jumlahnya hingga ratusan orang. Asisten residen Bandung ketika itu meminta pada bupati agar galat seorang selirnya dipinjamkan buat tinggal bersamanya. Tanpa susah-payah, oleh bupati meminjamkan keliru seorang selirnya. Ketika si selir itu hamil, mudah saja oleh asisten residen menyerahkan balik si selir ke kabupaten. Tidak jua sebagai perkara ketika si anak lahir dengan wajah indo, ia dipercaya anak sang bupati tersebut. Dalam kasus ini, sangat kentara betapa seseorang perempuan di-alung-boyong (dilempar ke sana ke yuk) bagai mainan belaka. 

Kisah semacam ini jua mampu dibaca dalam Wawacan Sajarah Galuh. Dalam historiografi tradisional, yg salinannya diperkirakan dibentuk antara tahun 1889-1894 ini, dikisahkan mengenai Nyi Tanduran Gagang, seseorang puteri keturunan Pajajaran yg mengalami nasib tragis. Mula-mula beliau dinikahi Sultan Cirebon, namun tidak lama kemudian diceraikan karena bagian badan sang puteri mengeluarkan barah. Tak usang kemudian dia dinikahi Sultan Banten, serta perkawinan berakhir segera lantaran alasan yg sama. Akhirnya sang puteri dinikahi Sultan Mataram. Pernikahan pun berakhir tidak usang kemudian. Ketiga Sultan sepakat menjual Nyi Tanduran Gagang pada pemerintah Inggris (pada bagian lain kepada pemerintah Belanda). Akhirnya pemerintah asing itu bersedia menukar Nyi Tanduran Gagang menggunakan tiga pucuk meriam. Tiap sultan mendapat sepucuk meriam. Meskipun kisah ini mempunyai latar belakang politis, namun secara tersurat wanita digambarkan menjadi piala bergilir, yg dengan gampang di-alung-boyong.

Dalam carita-carita pantun ataupun pada historiografi tradisional seperti Babad Pajajaran, Cariosan Prabu Siliwangi, dsb, diceritakan bahwa Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yg legendaris itu, beristri 151 orang. Salah seorang isteri kesayangannya adalah Nyai Rajamantri. Dalam hal ini, tanpa melihat apakah jumlah 151 orang itu faktual atau tidak, setidak-tidaknya menyiratkan bahwa wanita hanya dipercaya komoditi politik atau barang jaminan karena perkawinan Prabu Siliwangi dengan kebanyakan perempuan ini lebih bersifat politik yaitu buat menjaga loyalitas elit-elit dari daerah yg dikuasainya (Lubis, 1998:232).

Mengapa kedudukan wanita misalnya digambarkan dalam historiografi tradisional itu begitu rendah, baik pada famili juga pada warga ? Apakah nir ada pilihan bagi mereka? Tidak gampang menjawabnya, lantaran keadaan ini adalah masalah struktural. Salah satu contoh, orang tua wanita somah sangat menginginkan anak gadisnya dijadikan selir sang kaum menak (tidak peduli apakah dinikahi atau nir nantinya), sebab keturunannya nanti mampu sebagai menak, sehingga status sosial mereka semakin tinggi. 

D. Perempuan Tidak Punya Pilihan
Dalam sejarah Sunda, kaum menak pria, terutama para bupati, biasanya beristeri serta berselir banyak. Para isteri ataupun para selir, selain asal berdasarkan kalangan menak, banyak juga yg asal dari kalangan santana, bahkan berdasarkan kalangan somah. Garwa padmi (isteri yang kedudukannya setara menggunakan permaisuri) seorang bupati umumnya berasal dari kalangan menak tinggi (umumnya puteri bupati), sedangkan isteri-isteri lainnya mampu berdasarkan kalangan bukan menak tinggi, sedangkan selir, poly yg asal dari kalangan somah. Misalnya saja, Bupati Sumedang yang terkenal menggunakan sebutan Pangeran Sugih, mempunyai empat orang isteri (tiga orang pada antaranya puteri bupati) dan 27 selir, dan hanya seorang selir saja yang asal dari kalangan menak, sisanya asal berdasarkan kalangan yg berstatus sosial lebih rendah (Lubis, 1998: 226).

Kaum wanita menak bisa dikatakan lebih beruntung daripada kaum perempuan santana ataupun somah. Misalnya saja ketika seseorang wanita somah dinikahi seseorang Bupati Garut, pernikahan dilangsungkan diam-diam, tanpa pesta, cukup menggunakan membagi-bagi berekat, lain menggunakan pesta pernikahan seorang puteri bupati Galuh yang diselenggarakan selama 40 hari 40 malam menggunakan segala kemewahan dan kemegahannya. Seorang wanita bukan menak menggunakan gampang diceraikan tanpa kesalahan apapun, selain kesalahan karena ia menyandang status sosial yg lebih rendah dari menak. Ada sebuah masalah yang terkenal dalam awal abad ke-20 pada Bandung. Aom Ogog, putera Bupati Bandung, yang akan dipromosikan sebagai bupati, dipaksa oleh keluarganya buat menceraikan isteri tercintanya, Oma, karena sang isteri bukan puteri seseorang dalem. Kisah tragis ini digambarkan pada sebuah tembang berjudul Ceurik Oma yang menyayat hati. Lain halnya saat garwa padmi bupati Garut minta cerai (bukan diceraikan), lantaran tidak sepakat suaminya menikah lagi. Ketika ke luar kabupaten, harta-benda berlimpah didapatkannya (Lubis, 1998: 231-237).

Demikianlah citra betapa rendah kedudukan perempuan Sunda dalam masyarakat tradisional. Meskipun citra di atas menyangkut wanita bangsawan, tetapi kedudukan wanita menurut kalangan warga biasa agaknya tidak akan jauh menurut itu. Dan kedudukan kaum wanita etnis lain pada Indonesia, jua tidak akan jauh tidak selaras berdasarkan kedudukan kaum wanita Sunda.

Stigma tentang perempuan menjadi warga kelas 2 itu, yg ditanamkan semenjak beraba-abad kemudian, ternyata cukup mengakar dan belum mampu diatasi sang gerakan emansipasi yg sudah dicanangkan seabad yg kemudian. Itulah jawaban mengapa sampai sekarang peran perempuan di global politik sekarang ini masih belum mencapai sasaran.