KISAH CINTA DEWI LAKSMI ISTRI DEWA WISNU

Laksmi: dewi keberuntungan dan kemakmuran
Bagi umat Hindu, dewi Lakshmi melambangkan keberuntungan. Kata Laksmi dari berdasarkan kata Sanskerta Laksya, yg berarti "tujuan" atau "tujuan," serta dalam agama Hindu, beliau adalah dewi keberuntungan serta kemakmuran segala bentuk, baik material maupun spiritual.
Bagi sebagian besar keluarga Hindu, Lakshmi merupakan dewi tempat tinggal tangga, serta beliau merupakan perempuan favorit tertentu. Meskipun ia dipuja setiap hari, bulan seremoni Oktober merupakan bulan khusus Laksmi.
Laksmi Puja dirayakan pada malam bulan purnama dari Kojagari Purnima, festival panen yang menandai akhir animo monsun. Lakshmi dikatakan putri dewi bunda Durga dan istri dewa Wisnu, yg ditemani, merogoh bentuk yang tidak sama pada masing-masing inkarnasinya.
Setiap kali tuhan Wisnumenjelma di bumi dalam bentuk insan, dewi Laksmi berkembang menjadi bersama-sama menggunakan ilahi Wisnu dan memainkan kiprahnya pada memulihkan Dharma.
Laksmi berinkarnasi sebagai Padma Ketika Wisnu bermetamorfosis pada bumi menjadi Vamana, sebagai Dharani waktu dewa Wisnu berinkarnasi menjadi Parasurama, menjadi Sita ketika Wisnu berinkarnasi sebagai Rama serta menjadi Rukmini waktu yang kuasa Wisnu berinkarnasi sebagai Krishna.
"Beberapa doa krusial yg ditujukan pada Laksmi selama ibadah merupakan: Sri Mahalakshmi Ashtakam, Sri Laksmi Sahasaranama Sthothra Sri Stuti, Sri Laksmi Stuti Sri Kanakadhara Sthothra sang Sri Chatussloki Sri Laksmi Sloka dan Sri Sukta yg terkandung pada Veda. Agastya Laksmi Stotra.
Laksmi merupakan kekuatan suci yang mengubah mimpi menjadi kenyataan. Dia prakriti, ciptaan sempurna: Sifat berdikari, berdikari. Dia adalah maya, khayalan yg menyenangkan, ungkapan keilahian yang menyerupai mimpi yg membuat hayati dapat dipahami, karena itu bernilai hayati. Laksmi adalah shakti, tenaga, tak terbatas dan melimpah.
Laksmi pada Patung serta Karya Seni
Laksmi umumnya digambarkan menjadi wanita anggun berkulit keemasan, menggunakan empat tangan, duduk atau berdiri menggunakan teratai penuh mekar serta memegang kuncup teratai, yang berarti estetika, kemurnian, serta kesuburan.
Empat tangannya mewakili empat ujung kehidupan manusia: dharma atau kebenaran, kama atau impian, artha atau kekayaan, dan moksha atau pembebasan berdasarkan siklus kelahiran serta kematian.
Aliran koin emas sering terlihat mengalir dari tangannya, memperlihatkan bahwa mereka yg memujanya akan menerima kekayaan. Laksmi selalu menggunakan baju merah berbordir emas.
Merah melambangkan aktivitas, dan lapisan keemasan menunjukkan kemakmuran. Dikatakan menjadi putri dewi bunda Durga dan istri Wisnu, Laksmi melambangkan tenaga aktif Wisnu. Laksmi dan Wisnu sering timbul beserta sebagai Laksmi-Narayan — Laksmi yang menyertai Wisnu.
Dua gajah sering ditampilkan berdiri di samping dewi dan menyemprotkan air. Ini memperlihatkan bahwa usaha tanpa henti saat dipraktekkan sinkron dengan dharma seorang serta diatur sang kebijaksanaan serta kemurnian, mengarah pada kemakmuran material dan spiritual.
"Laksmi dikenal sangat terkait erat dengan bunga teratai, dan poly julukannya herbi bunga, misalnya: Padma: penghuni lotus Kamala: penghuni lotus Padmapriya: Orang yang suka bunga teratai Padmamaladhara devi: Seseorang yang mengenakan kalung bunga teratai Padmamukhi : Seseorang yang wajahnya anggun misalnya bunga teratai Padmakshi: Yang matanya sepantas bunga teratai Padmahasta: Yang memegang teratai Padmasundari: Yang secantik teratai.

Untuk melambangkan banyak atributnya, Laksmi dapat muncul dalam delapan bentuk yg berbeda, mewakili segala sesuatu mulai menurut pengetahuan hingga biji-bijian.
Laksmi merupakan galat satu dewi mak tradisional Hindu, dan dia tak jarang dipanggil sebagai "mata" (mak ) bukan hanya "devi" (dewi). Sebagai istri perempuan Dewa Wisnu, Mata Laksmi juga disebut "Shr," energi wanita berdasarkan Yang Mahatinggi.
Laksmi adalah dewi keberuntungan, kemakmuran, kekayaan, kemurnian, kemurahan hati, serta perwujudan estetika, rahmat, dan pesona. Dia merupakan subyek menurut berbagai himne yang dibacakan sang orang-orang Hindu.

AGAMA HINDU LEGENDA 10 TITISAN DEWA WISNU

Wisnu adalah salah satu ilahi Hindu yg paling penting. Bersama dengan Brahma serta Siwa, Wisnu membentuk trinitas primer berdasarkan praktik agama Hindu.
Kata Wisnu kira-kira diartikan: "Sesuatu yg menempati segalanya". Pengamat Weda, Yaska, dalam buku Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai vishnu vishateh ("sesuatu yang memasuki segalanya"), serta yad vishito bhavati tad vishnurbhavati (yg mana sesuatu yg tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu).
Penjelasan tradisional menyatakan bahwa istilah Viṣṇu asal berdasarkan Bahasa Sanskerta, akar pungkasnya viś, (yang berarti "menempati", "memasuki", pula berarti "mengisi"  dari Regweda), serta menerima akhiran nu.
Dalam Trimurti Agama Hindu, Dewa Wisnu merupakan personifikasi berdasarkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa pada kapasitas Beliau menjadi pemelihara alam semesta.
Warna kulit dewa Wisnu merupakan rona awan biru gelap. Ini merupakan rona langit, yang memperlihatkan dimensi kosmisnya serta hubungannya menggunakan ilahi hujan dan guntur Veda dan hubungannya menggunakan bumi.
Dewa Wisnu umumnya digambarkan dengan satu wajah, empat lengan, biasanya pada posisi berdiri atau pada posisi istirahat.
Dewa Wisnu menggunakan kalung yang terbuat berdasarkan permata Kaustubha yang populer yg bertumpu pada dada kirinya dan karangan bunga serta permata lainnya dengan nama Vaijayanti.
Wisnu adalah jiwa tertinggi dan ilahi tertinggi dalam mitologi India. Ia dikatakan menjadi esensi yg mencakup segala kehidupan, pengendali masa lalu, masa sekarang serta masa depan, serta orang yg mendukung, mempertahankan, menopang serta mengatur segala sesuatu pada ciptaan.
Dewa Wisnu adalah Dewa paling tinggi pada dalam tradisi Waisnawa. Pengikut Adi Shankara memposisikan Beliau menjadi keliru satu dari 5 Dewa Utama.
Dewa Wisnu dipercaya sebagai ilahi pemelihara semesta dan segala kreasi Dewa Brahma. Dewa Wisnu akan turun ke global apabila kejahatan merajarela.
Dewa Wisnu adalah tuhan berkulit hitam-kebiruan, memiliki sakti Dewi Sri, beraksara Ung, bersenjatakan Cakra dan berwahanakan Burung Garuda.
Beliau dipuja sebagai Dewa Tertinggi (Tuhan Yang Maha Esa) dalam weda Sruti seperti Taittiriya Shakha dan the Bhagavad Gita.
Shakti Beliau merupakan Dewi Laksmi, yang dikenal menjadi Dewi penguasa kemakmuran serta sarana Beliau merupakan burung Garuda.
Vishnu Sahasranama menyatakan Beliau merupakan Paramatma (Jiwa tertinggi) serta Parameshwara (Dewa tertinggi).
Dalam Purana, Dewa Wisnu berkembang menjadi sebagai Awatara / avatara / titisan yg turun ke global buat menyelamatkan global menurut kejahatan dan kehancuran.
Wujud menurut penjelmaan Wisnu tersebut majemuk, fauna atau manusia. Awatara yang umum dikenal oleh umat Hindu berjumlah sepuluh yg diklaim Dasa Awatara atau Maha Avatār.
Dewa Wisnu menikah dengan Lakshmi (dewi keberuntungan), Sarawati (dewi kebijaksanaan) serta Ganga (dewi yang menjadi personifikasi Sungai Gangga).
Namun ilahi Wisnu tidak dapat hidup menggunakan pertengkaran antara ketiga istrinya, Wisnu akhirnya mengirim Ganga ke dewa siwa serta Sarawati ke ilahi Brahma.

10 Titisan Dewa Wisnu

Dashavatara (Sansekerta: दशावतार, daśāvatāra) mengacu dalam sepuluh avatar Wisnu, ilahi pelestarian Hindu. Wisnu dikatakan turun pada bentuk avatar buat memulihkan tatanan kosmik. Avatar ini memainkan kiprah primer dalam membangun evolusi insan selama berabad-abad. Berikut dibawah ini merupakan 10 titisan Dewa Wisnu yang turun pada bentuk avatar:

1. Matsya

Dalam ajaran agama Hindu, Matsya (Dewanagari: मत्‍स्‍य; ,IAST: matsya, मत्‍स्‍य) merupakan awatara Wisnu yang berwujud ikan super besar.

Dalam bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri berarti ikan. Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul dalam masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata (lebih dikenal menjadi Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, yang kuasa matahari.

Matsya Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia menjadi Ikan yg besar yg menyelamatkan insan pertama menurut karam waktu dunia dilanda banjir yg maha akbar.

Matsya turun ke global buat memberitahu Maharaja Manu mengenai bala air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu buat segera membuat bahtera akbar.

2. Kurma

Dalam kepercayaan Hindu, Kurma (Sanskerta: कुर्म; Kurma) adalah awatara (penjelmaan) ke 2 ilahi Wisnu yg berwujud kura-kura super besar.

Awatara ini ada dalam masa Satyayuga. Menurut buku Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa.

Kurma Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai kura-kura besar yang menumpu global supaya selamat dari bahaya terbenam saat pemutaran Gunung Mandara pada Lautan Susu (Kesire Arnawa) sang para Dewa buat mencari Tirta Amertha (Air suci kehidupan)

3. Waraha

Waraha (Sanskerta: वाराह; Varāha) adalah awatara (penjelmaan) ketiga menurut Dewa Wisnu yg berwujud babi hutan.

Awatara ini muncul dalam masa Satyayuga (zaman kebenaran). Kisah mengenai Waraha Awatara selengkapnya masih ada di pada kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.

Waraha Awatara yaitu Hyang Widhi turun menjadi Badak Agung yg mengait global pulang agar selamat dari bahaya tenggelam. 

4. Narasinga

Narasinga (Devanagari: नरसिंह ; diklaim pula Narasingh, Nārasiṃha) adalah awatara (inkarnasi/penjelmaan) Wisnu yang turun ke dunia, berwujud insan dengan ketua singa, berkuku tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yg memegang senjata.

Narasinga adalah simbol dewa pelindung yg melindungi setiap pemuja Wisnu bila terancam bahaya.

Narasinga Awatara yaitu Hyang Widhi turun menjadi manusia berkepala singa (Simbha/Sima) yg membasmi kekejaman Raja Hyrania Kasipu yg sangat lalim dan menindas Adharma.

5. Wamana

Dalam agama Hindu, Wamana (Devanagari: वामन ; Vāmana) adalah awatara Wisnu yg kelima, turun pada masa Tretayuga, menjadi putra Aditi serta Kasyapa, seorang Brahmana.

Wamana Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai orang kerdil berpengetahuan tinggi dan mulia pada mengalahkan Maha Raja Bali yang arogan serta ingin menguasai dunia dan menginjak-injak Dharma.

6. Parasurama

Parashurama adalah putra Jamadagni dan Renuka. Parashu berarti kapak. Dia menerima kapak sehabis melakukan penebusan dosa yg mengerikan buat menyenangkan tuhan Shiva, yg darinya dia belajar metode peperangan serta keterampilan lain.
Paracu Rama Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai Rama Parasu yaitu Rama bersenjatakan Kapak yg membasmi para ksatrya yang menyeleweng menurut ajaran Dharma.

Rama pun populer menggunakan julukan Parasurama lantaran selalu membawa kapak menjadi senjatanya. Selain itu, Parasurama juga mempunyai senjata lain berupa busur panah yang akbar luar biasa.

7. Rama

Dalam kepercayaan Hindu, Rama (Sanskerta: राम; Rāma) atau Ramacandra (Sanskerta: रामचन्द्र; Rāmacandra) merupakan seorang raja legendaris yg terkenal berdasarkan India yg syahdan hayati dalam zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa.

Ia berasal berdasarkan Kerajaan Kosala yg beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga.

Rama Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sang Rama putra raja Dasa Rata dari Ayodya buat menghanncurkan kejahatan serta kelaliman yg disebabkan oleh Raksasa Rahwana menurut negara Alengka.

8. Kresna

Kresna (Dewanagari: कृष्ण; ,IAST: kṛṣṇa,; dibaca [ˈkr̩ʂɳə]) adalah salah satu yang kuasa yang dipuja sang umat Hindu, berwujud laki-laki berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak.

Krisna Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sri Krisna raja Dwarawati buat membasmi raja Kangsa, Jarasanda serta membantu Pandawa buat menegakkan keadilan menggunakan membasmi Kurawa yang menginjak-injak Dharma.

9. Buddha

Dalam agama Hindu, Gautama Buddha timbul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai awatara (inkarnasi) kesembilan di antara sepuluh awatara (Dasawatara) Dewa Wisnu.

Dalam Bhagawatapurana, Beliau disebut sebagai awatara kedua puluh empat pada antara dua puluh 5 awatara Wisnu.

Kata buddha berarti "Dia yg mendapat kesadaran" dan bisa mengacu kepada Buddha lainnya selain Gautama Buddha, pendiri Buddhisme yang dikenal dalam masa kini .

Buddha Awatara yaitu Hyang Widhi turun menjadi putra raja Sododana pada Kapilawastu India dengan nama Sidharta Gautama yg berarti sudah mencapai kesadaran yg sempurna.

Buddha Gautama berbagi ajaran Budha dengan tujuan buat menuntun umat insan mencapai kesadaran, penerangan yang sempurna atau Nirwana.

10. Kalki

Dalam ajaran agama Hindu, Kalki (Dewanagari: कल्कि; ,IAST: Kalki; pula ditulis menjadi Kalkin dan Kalaki) adalah awatara Wisnu kesepuluh sekaligus yg terakhir, yg akan datang dalam akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan kehancuran) ketika ini.

Nama kalki seringkali dipakai sebagai metafora untuk kekekalan serta saat. Kalki Awatara yaitu penjelmaan Hyang Widhi yang terakhir yg akan turun buat membasmi penghinaan-penghinaan, pertentangan-pertentangan agama akibat penyelewengan umat manusia dari ajaran Hyang Widhi (Dharma).

Menurut keyakinan umat Hindu, awatara terakhir akan turun apabila memuncaknya kontradiksi-pertentangan agama di dunia ini.
"Mantra yg indah buat menghormati Dewa Wisnu merupakan, Om Namo Narayanaya. Mantra ini dikatakan membuka satu hingga ke gerbang moksha.
Di antara sepuluh awatara tersebut, sembilan di antaranya diyakini sudah bermetamorfosis serta pernah turun ke dunia sang umat Hindu, sedangkan awatara terakhir (Kalki) masih menunggu hari lahirnya dan diyakini berkembang menjadi dalam penghujung zaman Kali Yuga.

GANESHA ANAK DEWA SIWA

Dewa Ganesha
Ganesha  (Sanskerta गणेश) merupakan ilahi yg menyingkirkan semua kesedihan. Ganesha adalah putra Siwa dan Parvati serta jua dikenal menjadi Ganapati (Pemimpin Shiva Ganas).
Ganesha digambarkan sebagai manusia gemuk dengan ketua gajah. Dia memiliki empat tangan yg memegang kapak buat menghancurkan kebodohan, buku, serta butir pengetahuan.
Anak kedua Dewa Siwa merupakan Shree Ganesha, yg lahir saat Dewa Siwa nir terdapat pada sana. Dewa Ganesh secara luas dipuja di India serta orang-orang masih hari ini berdoa kepadanya sebelum melakukan upacara keberuntungan.
Dewa berkepala gajah, Ganesha, juga dikenal sebagai Ganpati, Vighneshwara, Vinayaka serta Pillaiyar, adalah galat satu dewa paling terkenal pada jajaran Hindu.
Citra-Nya ditemukan di seluruh India serta Nepal dan meluas ke Jain serta Buddha, bahkan ke daerah lain pada luar India.
Ganesha secara umum dianggap sebagai Penghilang Rintangan serta tuhan Awal dan tuhan Hambatan, jua Pelindung seni dan ilmu pengetahuan dan Tuhan Buddhi dan Siddhi (kecerdasan serta kebijaksanaan).
Nama, Ganesha atau Ganapati, merupakan kombinasi berdasarkan kata-istilah Sansekerta, Gana (kelompok pengikut Ganas atau Siwa) dan Isha atau Pati (Tuan / Tuan).
Amarakosha, sebuah daftar bahasa Sansekerta awal, mendaftar delapan sinonim dari Ganesha: Vinayaka, Vighnarāja, Dvaimātura (seseorang yang mempunyai 2 mak ), Gaṇādhipa (sama menggunakan Ganapati), Ekadanta (orang yg mempunyai satu taring), Heramba, Lambodara (orang yg memiliki pot perut), serta Gajanana (memiliki wajah gajah).
Ganesha mempunyai kepala gajah serta perut akbar. Dia memiliki empat tangan dan taring yg patah. Belalainya menunjuk ke kiri atau kanannya, tergantung pada wilayah pada mana patung itu dibentuk.
Umumnya, Ganesha biasanya memegang kapak atau tongkat pada keliru satu lengan atas dan tali pada lengan atas lainnya.
Tangan kanan bawah memperlihatkan pada pemirsa suatu gerakan perlindungan atau keberanian (abhaya mudra), sementara tangan kiri bawah memegang modak manis.
Ganesha's vahana (kendaraan) merupakan Mushika (tikus) serta seringkali ditampilkan sebagai sedang duduk di kaki-Nya.
Umat Hindu yang memuja Dewa Ganesha adalah untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam dunia fisik untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan.
Dewa Ganesha adalah ilahi yg harus terlebih dahulu dipuja sebelum melakukan pemujaan kepada dewa atau dewi lain atau seremoni lainnya.
Dalam mitologi Hindu, Dewa Ganesha adalah putra Dewa Siwa dan Dewi Parwati (bentuk lain dari Dewi Durga).
Adalah Dewa Siwa juga memerintahkan agar Ganesha dipuja pertama kali dalam seluruh upacara keagamaan sebelum memuja tuhan lainnya.

Siwa, Parwati & Ganesha

Istri Siwa adalah Parvati, sering berinkarnasi sebagai Kali serta Durga. Parwati sebenarnya merupakan reinkarnasi berdasarkan Sati (atau Dakshayani), putri menurut tuhan Daksha.

Daksha tidak menyetujui pernikahan Sati menggunakan Siwa dan bahkan melangkah lebih jauh serta mengadakan upacara pengorbanan spesifik buat seluruh ilahi kecuali Shiwa.

Marah sekecil ini, Sati melemparkan dirinya ke atas barah korban. Siwa bereaksi terhadap bencana ini menggunakan menciptakan 2 setan (Virabhadra dan Rudrakali) menurut rambutnya yang menciptakan kekacauan dalam upacara dan memenggal ketua Daksha.

Para tuhan lain menghimbau Siwa buat mengakhiri kekerasan dan, menurut, Shiva membawa Daksha kembali ke kehidupan namun menggunakan ketua seekor domba jantan (atau kambing). Sati akhirnya bereinkarnasi menjadi Parwati di kehidupan berikutnya dan beliau menikahi Siwa.

Dengan Parwati, Siwa mempunyai seseorang anak, tuhan Ganesha. Bocah itu sebenarnya diciptakan berdasarkan tanah liat buat menemaninya dan melindunginya ketika Siwa melanjutkan pengembaraan meditatifnya.

Namun, saat Siwa balik suatu hari, serta menemukan anak lelaki yang menjaga ruangan loka Parvati sedang mandi, beliau bertanya siapa beliau.
Tidak percaya bahwa anak laki-laki itu merupakan anaknya, dan menganggapnya sebagai pengemis yang kurang ajar, Siwa memanggil iblis bhutagana buat memerangi bocah itu.

Dan akhirnya berhasil mengalihkan perhatiannya dengan penampilan Maya yang latif, serta saat dewa Ganesha mengagumi estetika itu, mereka memangkas habis ketua.

Pada keributan itu, dewi Parwati bergegas keluar berdasarkan kamar mandi serta berteriak bahwa putranya telah terbunuh.
Mengetahui hal tadi Dewi Parwati sangat marah serta menuntut supaya Ganesha dihidupkan kembali pada Dewa Siwa. 

Dewa Siwa termenung serta menyanggupi permintaan istrinya. Dewa Siwa kemudian menemui Dewa Brahma sang pencipta, beliau bercerita mengenai peristiwa yg telah dialaminya dan meminta pada Dewa Brahma untuk menghidupkan pulang Ganesha.
Atas saran Dewa Brahma, Dewa Siwa diutus untuk memerintah abdinya yaitu Gana buat memenggal fauna apapaun yang ia temui pertamakali serta menghadap ke utara.
Ketika sampai di dunia, fauna yang menghadap ke utara serta hewan pertama yang ditemui Gana adalah seekor gajah.
Ketika akan dipenggal kepalanya, gajah tadi memberontak sampai mengakibatkan salah satu gadinganya patah.
Pada akhirnya gajah tadi bisa dikalahkan serta dipenggal oleh Gana buat selanjutnya diserahkan kepada Dewa Siwa.
Ganesha pun dihidupkan dengan wujud yg tidak sinkron yaitu manusia berkepala gajah. Maka Ganesha, tuhan berkepala gajah,Sekarang, beliau hayati lagi.

Anak-anak Siwa lainnya merupakan Skanda atau Karttikeya, ilahi perang dan Kuvera, tuhan harta.

Mantra Memuja Dewa Ganesha

Berikut ada beberapa mantra buat memuja Ganesha :
1. Om Gam Ganapatayae Namaha
Mantra ini digunakan buat memulai sesuatu yg baru, seperti memulai bepergian, mengadakan usaha baru, buka tempat kerja baru, penandatanganan kontrak-dagang baru, sebagai akibatnya pelaksanaan usaha tidak menemui kendala-hambatan.

2. Om Namo Bhagabatae Gajaanaaya Namaha
Mantra ini untuk meminta kehadiran Ganesha, serta akan bisa dirasakan kehadirannya.

3. Om Shri Ganeshaaya Namaha
Mantra ini buat menaikkan daya-ingat (terutama pelajar dan mahasiswa) buat mencapai tingkat lebih tinggi pada belajar.

4. Om Vakratundaaya Hum
Mantra ini sangat bertenaga buat merusak serta menghilangkan pikiran-pikiran buruk, baik untuk eksklusif maupun buat insan di tingkat nasional juga internasional bahkan taraf universal. Sering digunakan buat mengusir setan. Dapat pula buat penyembuhan penyakit yg berkaitan tulang belakang (berdasarkan bawah ke atas) dan penyakit dipaha. Untuk itu harus diucapkan 1008 kali (bukan 108 kali !).

5. Om Kshipra Prasadaya Namaha
Mantra ini bersifat “instant” (cepat sekali). Mantra ini diucapkan, ketika ada bahaya atau kesulitan yg telah nir mampu diatasi sendiri.

6. Om Vinayakaaya Namaha
Mantra ini digunakan buat melancarkan segala macam pekerjaan/usaha. Anda akan bisa menguasai serta memecahkan masalah dengan baik serta menciptakan “masa keemasan”.

AGAMA HINDU LEGENDA LAHIRNYA ISTRI DEWA SIWA

Dewi Parwati (Sansekerta: पार्वती; Pārvatī), merupakan Dewi Kekuatan, yang merupakan galat satu dari tiga Sakti Utama. Dewi Parwati tak jarang disamakan menggunakan Adi Shakti dan Dewi Durga.
Parwati adalah putri berdasarkan seorang Raja Gunung Himalaya, Himawan dan Menawati.dia dianggap menjadi adik menurut Dewa Wisnu dan Dewi Gangga.
Dewi Parvati merupakan galat satu dari banyak bentuk Shakti, kekuatan feminin yang nir bisa diketahui tetapi menghidupkan dalam mitologi Hindu, tenaga feminin alam semesta.
Dewi Parvati merupakan kekuatan yang menggerakkan yang membawa keterampilan, kekuatan, kecakapan, dan kejeniusan ketika ia menanamkan dunia menggunakan sihirnya.

Kelahiran Dewi Parwati
Dewa Wisnu dan yang kuasa Brahma terkesan menggunakan Bakti Himawan, Sehingga, Dewa Wisnu memberikannya anugerah, bahwa Himawan akan sebagai Bhakta Dewa Wisnu.
Sementara, Dewa Brahma terkesan karena Himawan selalu menyembah dewa dewi setiap hari , maka Dewa Brahma akan mengkaruniai istri Himawan, buat mempunyai bayi wanita yang sangat cantik, dan dia juga berpesan, bahwa ia akan dikenal banyak orang menggunakan sebutan Parwati.
Pada ketika malam itu pula, Mena bermimpi, bahwa ia bertemu menggunakan Adi Shakti, serta Adi Shakti mengatakan "bahwa aku akan lahir kembali buat global , jadilah perantara untuk itu."
Lalu dalam mimpinya, Adi Shakti berubah sebagai cahaya, serta masuk ke dalam perut Mena, sebagai akibatnya, dia mengandung bayi wanita. Pada waktu kelahirannya , ia diselimuti chaya , dan sangat manis.
Namun, Tarakasura menyuruh Bahrupa buat membunuh Dewi Parwati, dan Bahrupa mencoba melakukannya, namun Bahrupa jatuh ke dalam lereng gunung, tetapi Dewi Parwati justru menolongnya, Ia menarik rambut Bahrupa.
Bahrupa merupakan Bidadari Kahyangan, yang dikutuk oleh Indra menjadi Iblis, yang hanya sanggup dimaafkan sang Adi Shakti, sebagai akibatnya Bahrupa meminta maaf kepada bayi itu, serta berubah sebagai bidadari menuju Kahyangan.
Dewi Parvati dikenal menggunakan nama-nama yg tidak selaras seperti Lalita, Uma, Gauri, Kali, Durga, Haimavati dll. Dua bentuknya yang garang namun sangat kuat merupakan Durga (Dewi pada luar jangkauan) serta Kali (Dewi Kehancuran).
 Sebagai mak berdasarkan alam semesta, Parvati dikenal sebagai Amba dan Ambika, yg berarti ′ ibu ′. Seperti Lalita, dia mewakili aspek kecantikan.
RINGKASAN MITOLOGI DEWI PARWATI


Dewi Parwati adalah merupakan sakti menurut Dewa Siwa yang berwujud “santa” atau hening. Parwati adalah putri berdasarkan raja Parwatas, Himawan serta permaisuri Dewa Siwa.
Dia pula dianggap Shakti, bunda alam semesta, serta berbagai cara yang dikenal menjadi Loka-Mata, Brahma Vidya-, Shivajnana-Pradayini, Shivaduti, Shivaradhya, Shivamurti, dan Shivankari.
Nama-nama populernya termasuk Amba, Ambika, Gauri, Durga, Kali, Rajeshwari, Sati serta Tripurasundari.
Ketika pada wujud santa, sakti Deva Siva ini dianggap dengan Parvati, yaitu seorang devi dengan penuh kecantikan serta afeksi.
Selain dianggap menggunakan Parvati, pula diklaim dengan Devi Uma atau dewi Kedamaian. Didalam buku Purana disebutkan Devi Parvati pada penjelmaan pertamanya merupakan Daksayani, yaitu putri berdasarkan Daksa dan Prasuti dan menikah menggunakan Siva.
Sati sebagai Parvati

Kisah Parwati diceritakan secara rinci dalam Maheshwara Kanda menurut Skanda Purana. Dewi Sati, putri menurut Prajapati Daksa yg juga adalah putra menurut Dewa Brahma.
Daksa nir suka menggunakan menantunya lantaran wujudnya yang aneh, perilaku aneh, dan kebiasaan aneh. Daksa melakukan upacara tetapi tidak mengundang putrinya dan menantunya.
Dewi Sati merasa terhina dan pulang pada ayahnya dan bertanya padanya hanya buat mendapatkan jawaban yg nir menyenangkan. Dewi Sati sangat marah serta tidak mau lagi diklaim putri Daksa.
Dia lebih suka buat menceburkan tubuhnya ke api serta dilahirkan balik menjadi Parwati serta menikah dengan Dewa Siwa.
Dia membentuk api melalui kekuatan Yoga dan menghancurkan dirinya di api yoga itu. Dewa Siwa marah dan mengutus Wirabhadra untuk menghentikan pengorbanan serta mengusir semua Dewa yg berkumpul di sana.
Kepala Daksa terputus dipenggal sang Wirabhadra. Atas permintaan Dewa Brahma, kepala Daksa dibuang ke pada barah, dan diganti menggunakan ketua kambing.
Pertemuan Siwa & Parwati


Sri Narada bhakta Wisnu pergi ke Kailash beliau melihat Siwa serta Parwati menggunakan satu tubuh, 1/2 pria setengah wanita.
Ardhanarishwara adalah bentuk berkelamin Tuhan menggunakan Siwa (purusha) serta Shakti (Prakriti) siam dalam satu, memperlihatkan sifat saling melengkapi menurut kedua jenis kelamin.
Narada melihat mereka bermain dadu. Dewa Siwa menyampaikan ia memenangkan pertandingan dadu tadi dan sebaliknya Parwati menyampaikan bahwa dialah pemenangnya.
Ada pertengkaran, Siwa meninggalkan Parwati dan pulang buat berlatih pertapaan. Parwati diasumsikan bentuk wanita pemburu serta bertemu Siwa. Siwa jatuh cinta dengan pemburu perempuan tadi.
Narada memberitahu Dewa Siwa bahwa pemburu wanita itu merupakan Parwati. Narada serta Parwati meminta maaf pada Tuhannya serta mereka bersatu kembali.

Siwa menikahi Parwati
Dewa Siwa terpaksa pergi ke Himalaya buat pertapaan. Setan menghambat Tarakasura memenangkan pemberian dari Dewa Brahma bahwa beliau harus mati hanya di tangan putra Siwa dan Parwati.
Oleh karenanya, para yang kuasa meminta Himawan memiliki Sati menjadi putrinya. Himawan putusan bulat serta Sati lahir sebagai Parwati. Dia menjabat tangan Dewa Siwa saat penebusan dosa serta menyembahnya lalu Dewa Siwa menikahi Parwati.
Parwati akhirnya menikah dengan Siwa dengan meriah.mena telah mensetujui perhubungan Parwati serta Siwa, karena beliau menyadari bahwa tidak terdapat yg sanggup mengalahkan interaksi Dewa Siwa dan Parwati.
Pernikahan ini diberkati Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewi Laksmi, Dewi Saraswati, serta Dewi Katyayani, dan semua penduduk Arya serta Himalaya.hasil berdasarkan pernikahan mereka merupakan Dewa Kumar, Dewa Ganesha, serta Kala.
Penampilan Dewi Parvati

Ketika ditunjukkan bersama dengan Siwa, Dewi Parvati hanya mempunyai dua tangan, tangan kanan memegang teratai biru dan yg kiri tergantung longgar di samping.
Ketika diwakili secara independen, Parvati Ma ditampilkan menggunakan empat tangan, 2 tangan memegang teratai merah dan biru serta dua lainnya memamerkan mudra varada dan Abhaya.
Dewi Parvati memiliki kepribadian yg dagi. Para wanita yg telah menikah memuja Parvati untuk kehidupan pernikahannya yang bahagia.
Gambar Dewa Siwa, Parvathi dan putra-putra mereka Ganesha serta Kartikeya menggambarkan contoh ideal kesatuan serta cinta famili.

HINDUISM DEWA SIWA DEWA PERANG DAN KEHANCURAN

Siwa secara harfiah berarti "keberuntungan, kesejahteraan". Dia adalah ilahi ketiga berdasarkan Triad Hindu serta dia adalah tuhan kehancuran. Dia mewakili kegelapan, dan dikatakan sebagai "tuhan yang marah". Seringkali Dewa Siwa menghancurkan kehadiran negatif seperti kejahatan, ketidaktahuan, serta kematian.
Dalam agama Hindu yg terkenal, Dewa Siwa dipercaya satu dari 3 aspek tertinggi Brahman, atau galat satu Trimurthis, serta diidentifikasi menggunakan fungsi penghancuran universal. Tempat tinggalnya merupakan Kailas serta permaisuri Parvathi. Ganesha dan Kartikeya adalah anak-anaknya yg yang kuasa, yg pula menempati tempat krusial pada panteon Hindu. Kendaraan Siwa merupakan Nandi, banteng tuhan. Saivism adalah sekte Hinduisme yang paling populer, pada samping Vaishnavism. Shaivisme adalah tradisi massa. Ini menolak hak istimewa kasta yg tiba dengan kelahiran serta hak eksklusif Brahmana dalam tradisi ritual Hindu.
Dewa Siwa , Dewa Brahma , Dewa Wisnu adalah Bagian menurut maha pencipta yang mempunyai tugas masing-masing serta berbeda-beda , mereka di sebut tri murti .
Dalam kitab Mahābhārata, Dewa Siwa lebih sering disebut sebagai Mahādewa, yaitu Dewa tertinggi di antara para ilahi. Kitab itu jua menyebutkan berasal mula dewa Siwa sebutannya. Pada suatu saat, para ilahi menyuruh Siwa membinasakan makhluk-makhluk dursila yang tinggal di Tripura. Untuk meramalkan makhluk-makhluk itu, Dewa Siwa diberi kekuatan dari masing-masing yang kuasa, dan selesainya bisa memusnahkan makhluk-makhluk itu, Dewa Siwa dianggap menjadi ilahi tertinggi.
Sementara itu, sebutan Maheswara ada dalam kitab Mahabharata sloka 222a. Sebutan lain untuk Siwa merupakan Trinetra, yang berarti bermata tiga. Sebutan ini didapat Dewa Siwa saat berdasarkan keningnya "ada" mata ketiga buat "balik " keadaan misalnya keadaan semula, yang "terganggu" karena ke 2 disentuh oleh kedua tangan Parwati, yg waktu itu asyik bercengkerama menggunakan Siwa. Untuk mengembalikan keadaan darurat di global, Siwa  menciptakan mata ketiga dalam keningnya.
Cerita mengenai mata ketiga berdasarkan dewa Siwa dapat di temukan dalam berbagai versi. Diceritakanlah Siwa sedang asyik bercengkerama dengan sakti-Nya yaitu Dewi Parwati sedang bermain tutup-tutupan mata, karena mata dia ditutup sang ke 2 telapak tangan dewi Parwati mengakibatkan Siwa sulit melihat, lantaran terhalangnya penglihatan Siwa maka dunia sebagai goncang. Maka, dari  kening beliau ada mata ketiga buat mengembalikan keadaan global seperti keadaan semula, yg terganggu karena ke 2 matanya tertutup oleh kedua tangan Parwati.
Uraian tentang yang kuasa Siwa yang memiliki tiga mata (Trinetra) pula dijumpai pada buku Mahabharata. Kitab Linga Purana memberikan cerita yang tidak selaras tentang timbulnya mata ketiga Siwa. Dikisahkan adalah Sati, anak Daksa istri pertama Siwa yg bunuh diri menggunakan cara terjun ke pada barah lantaran ayahnya (Daksa) nir menghiraukan suaminya (Siwa). Karena insiden itu, Siwa pergi bertapa pada atas Gunung Himalaya. Parvati, anak Himawan yg jatuh cinta kepada Siwa sebenarnya adalah Sati “yang lahir balik ”. Sementara itu, makhluk dursila Asura (raksasa) Tataka mulai mengganggu para yang kuasa. Menurut ramalan, yang dapat membinasakan makhluk dursila itu hanyalah anak Siwa Dalam kebingungan, para yang kuasa tetapkan buat “membangunkan” Siwa Mereka putusan bulat meminta pertolongan Dewa Kama. Dengan upayanya, berangkatlah para tuhan disertai Parwati ke tempat Siwa bertapa. Karena keampuhan panah Dewa Kama, Siwa “terbangun”. Siwa yang sedikit terusik oleh perbuatan Kama membuka mata ketiganya yg menyemburkan api. Api itu membakar Kama sampai menjadi abu. Pada waktu yang bersamaan karena keampuhan panah Kama, Siwa jatuh cinta pada dewi Parwati.

Asal Muasal Atribut Dewa Siwa
Siwa diyakini terdapat pada berbagai bentuk. Penggambarannya yg paling generik adalah menjadi pertapa berkulit gelap menggunakan tenggorokan biru. Biasanya duduk bersila pada kulit harimau, rambut Siwa kusut serta melingkar pada kepalanya, dihiasi dengan ular serta bulan sabit. Gangga selalu digambarkan mengalir keluar berdasarkan jambulnya.
Siwa memiliki empat lengan serta 3 mata. Mata ketiga, di tengah keningnya, selalu tertutup dan hanya terbuka buat memusnahkan pelaku kejahatan. Sebuah karangan bunga tengkorak, manik-manik rudraksha, atau ular menggantung dari lehernya. Siwa jua memakai ular sebagai armlets serta gelang.
Kitab Suprabhedagama menguraikan mengapa Siwa mengenakan pakaian kulit harimau, hiasan berupa ular, kijang, serta parasu, serta memakai hiasan bulan sabit, serta tengkorak dalam mahkotanya. Pada suatu saat, Siwa pulang ke hutan menggunakan menyamar sebagai pengemis. Istri para pendeta yang kebetulan melihatnya jatuh cinta, sehingga para pendeta murka . Dengan kekuatan magisnya mereka membentuk seekor harimau yg diperintahkan buat menyerang Siwa, akan tetapi dapat dibinasakan dan kulitnya digunakan Siwa menjadi pakaiannya. Melihat Siwa mampu mengalahkan harimau ciptaannya, mereka makin murka dan membentuk seekor ular. Ular itu dapat ditangkap Siwa dan dibentuk perhiasan. Setelah kedua bisnis itu gagal, mereka membentuk kijang dan parasu, akan tetapi kali inipun Çiwa bisa melumpuhkan agresi para pendeta itu. Sejak peristiwa itu, kijang dan parasu sebagai 2 di antara laksana (atribut) Siwa.
Dia menggunakan kulit macan atau macan tutul di sekitar pinggangnya, dan bagian atas tubuhnya umumnya telanjang, akan tetapi diolesi abu, seperti layaknya seseorang pertapa. Mata ketiganya diyakini telah ada saat Parvati (Parvati, dewi kekuasaan, adalah pemuja kosmis Shiva), pada suasana hati yg menyenangkan, menutupi matanya menggunakan ke 2 tangannya.
Menurut Shiva Purana, Dewa Siwa dikatakan memiliki lima wajah, sesuai dengan 5 tugasnya, yaitu panchakriya: penciptaan, pendirian, kehancuran, pelupaan, serta hadiah. Kelima wajahnya dikaitkan dengan penciptaan suku kata kudus "Om".
Di pada kitab Purana kita menerima informasi tentang hiasan  yg di pakai sang Deva Siwa.  Istri para rsi terpikat pada Siwa, yg sekali ketika tampil dengan mengenakan pakaian misalnya peminta-minta. Para rsi sangat murka terhadap Siwa atas penampilannya itu dan ingin membunuhnya. Dari lobang yang di gali, timbul seekor harimau. Siwa membunuh harimau itu serta merogoh kulitnya. Seekor menjangan mengikuti harimau dan juga ada berdasarkan lubang yg sama. Siwa memegang hewan itu menggunakan tangan kirinya. Selanjutnya muncul menurut lubang itu tongkat besi panas berwarna merah. Siwa merogoh tongkat itu dan berakibat senjatanya. Terahir berdasarkan lubang timbul beberapa ular kobra dan Siwa mengambil ular dan mengenakan sebagai hiasan. Suatu hari super besar bernama Gaya menyamar pada wujud seekor gajah serta menangkap seseorang pandita yg melarikan diri serta memohon perlindungan di sebuah pura Siwa. Siwa muncul serta membunuh gajah tersebut, lalu mengambil kulitnya dikenakan di badannya. Suatu hari Siwa mengenakan beberapa ekor ular menjadi anting-antingnya, sang karenanya dia pada kenal menggunakan nama Nagakundala. Siwa dilambangkan oleh ular pada lebih kurang lehernya. Ular yg terbelit di lehernya melambangkan kekuatan penghancurnya. Dalam purana yang lain dikatakan juga bahwa ular tadi berfungsi buat mencegah racun yang diminum waktu para yang kuasa dan asura memperebutkan tirtha amertha masuk kedalam tubuh ilahi Siwa. Tasbih melambangkan sifatnya yang anadi ananta yakni nir berawal dan nir berakhir.
Siwa menghancurkan segalanya dengan mebawa Trisula. Trisula senjata yg utama Siwa,  Dalam aneka macam gambar Siwa digambarkan memegang Trisula pada tangan belakang. Siwa Purana IV.20 mengungkapkan,
Dewa yg bersenjatakan Trisula ,
Brahman yg agung, yaitu Siwa merupakan dari mula penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran. Pelenyapan, serta pemberkatan.
Tanpa campur tangan dia maka nir seujung rambut pun benda atau makhluk sanggup dihancurkan.
 Sebuah Trisula memiliki 3 ujung, yang menandakan tiga sifat alam : sattva (keaktifan), rajas (kegiatan), serta tamas (ketidakaktifan). Trisula melambangkan bahwa ilahi jauh menurut jangkauan ketiga sifat alam ini. Trisula juga melambangkan senjata yang dipakai Dewa untuk menghancurkan kejahatan dan ketidakpedulian di global. (Pandit, 2006 : 208). Selain trisula  terdapat jua senjata lain disebutpinaka, oleh karenanya Siwa dianggap dengan nama Pinakapani (Siwa yg memegang pinaka pada tangannya). Siwa digambarkan mempunyai dua,dua,8, dan 10 tangan. Disamping membawa Pinaka, Siwa pula memegang tongkat yg dinamakan khatyanga, busur (Ajagava), seekor menjangan, genitri, tengkorak, damaru (gendang kecil), serta benda-benda kudus lainnya.
Kitab Kamikagama membicarakan mengapa dalam pengarcaannya, Çiwa mengenakan hiasan bulan sabit pada jatāmakutanya (mahkota). Datohan, keliru seseorang putra Brahmā, menikahkan keduapuluh tujuh (=konstelasi bintang) anak perempuannya pada Santiran, Dewa Bulan. Dia minta agar menantunya memperlakukan semua istrinya sama dan mencintainya tanpa membeda-bedakan. Selama beberapa waktu, Santiran hayati bahagia beserta istri-istrinya, tanpa membeda-bedakan mereka. Dua di antara semua istrinya, Kartikai dan Rogini merupakan yg tercantik. Lama-kelamaan, tanpa disadarinya, Santiran lebih memperhatikan keduanya serta mengabaikan istri-istrinya yang lain. Merasa nir diperhatikan, mereka mengadu pada ayah mereka. Datohan mencoba menasihati menantunya agar mengganti perilaku, tapi tidak berhasil. Setelah berunlangkali Santiran diingatkan serta nir mengindahkan, Datohan sebagai murka dan mengutuh menantunya; keenam belas bagian tubuhnya akan hilang satu per satu sampai akhirnya dia akan hilang, meninggal. Ketika bagian tubuhnya tinggal seperenam belas bagian, Santiran menjadi panik dan pulang minta tolong dan perlindungan Intiran. Intiran tidak bisa menolong. Dalam keadaan putus asa, dia menghadap ilahi Brahmā yg menasihatinya supaya pulang menghadap Çiwa. Santiran langsung menuju Gunung Kailasa serta mengadakan pemujaan buat Çiwa. Çiwa yg berbelas kasihan lalu mengambil bagian tubuh Santiran itu serta diletakkan pada pada rambutnya sambil menyampaikan, “Jangan risi, Anda akan mendapatkan balik bagian-bagian tubuh Anda. Namun, itu akan balik hilang satu per satu. Perubahan itu akan berlangsung terus.” Demikianlah dalam pengarcaannya rambut Çiwa dihiasi bagian tubuh Santiran yang berbentuk bulan sabit pada samping tengkorak (ardhacanrakapala). Selain mata ketiga dan hiasan candrakapala, Çiwa jua dikenal mempunyai tunggangan banteng atau sapi jantan.

Dewa Siwa serta Gunung Kailash
Siwa dikatakan tinggal di Gunung Kailash, sebuah gunung di Himalaya. Kendaraannya adalah Nandi si banteng dan senjatanya, trishul. Pemuja Siwa adalah Parvati, yang juga dianggap menjadi bagian dari Siwa. Salah satu bentuk Shiva yg paling populer adalah Ardhanarishvara.
Menurut sebuah cerita pada dalam Purana, Brahma tidak berhasil menciptakannya. Dia mendahului Siwa yg mengambil bentuk ini serta memisahkan Parvati dari tubuhnya. Parvati memiliki poly inkarnasi, misalnya Kali, Durga, dan Uma. Anak-anak mereka adalah Kartikeya dan dewa Ganesha.
Siwa diyakini mempunyai sejumlah besar pembantu, yg diklaim ganas. Makhluk mitologis ini memiliki tubuh insan menggunakan ketua hewan. Anak laki-laki Siwa Ganesha adalah pemimpin para ganas.
Di semua negara Hindu, terdapat ratusan kuil dan kuil yg didedikasikan untuk Siwa. Dia umumnya disembah dalam bentuk shivalinga. Dia disembah dengan menawarkan bunga, susu, serta pasta cendana.