Seniman ini berasal dari Iraq. Ia merantau dan menetap di Paris. Ia dipercaya sebagai satu satunya kolektor kaligrafi dan seni ornamen terbesar didunia. Dia mengklaim mempunyai koleksi lebih menurut 3000 karya kaligrafi yg semuanya asli tulisan tangan tanpa sentuhan digital, dan semua karya itu menggunakan tinta alami tanpa bahan kimia. Karya karya itu merupakan karya orisinil senimn Iraq menurut aneka macam generasi, yg beliau kumpulkan selama 40 tahun.
Orang ini merupakan Dr. Abdul Ghani Al Aani. Ia lahir pada Iraq dalam tahun 1937. Ia belajar kaligrafi selama 2 tahun kepada kaligrafer akbar Hasyim Muhammad Al Baghdadi. Dan menjadi satu satunya siswa yang pernah menerima ijazah kaligrafi menurut Hasyim Muhammad. Ia merupakan yg pertama serta terakhir. Lantaran sehabis itu Hasyim Muhammad nir pernah lagi mengeluarkan ijazah untuk anak didik muridnya.
Dr. Abdul Ghani, ketika ini berumur 80 tahun serta tinggal pada Guy Moquet Prancis. Ia sedang merasa gelisah terhadap koleksinya yang sangat berharga ini. Ia takut sepeninggalnya karya karya ini akan rusak serta lenyap. Ia memiliki mimpi buat memindahkan koleksinya ke Baghdad, tanah dari seni kaligrafi. Ia sangat berharap dibuatkan museum spesifik pada Baghdad.
Gambar gambar Dr. Abdul Ghani bin Abdul Aziz Al Ani bersama koleksi koleksi kaligrafinya
Sejarah Khat Naskhi ditulis menggunakan Khat Naskhi
Berikut ini merupakan tulisan khat naskhi yang sangat latif goresan pena kaligrafer Ahmad Mufti. Tulisan ini mengutip kembali sejarah munculnya khat naskh. Berikut ini sejarah khat naskhi yang ditulis oleh Ahmad Mufti :
SEJARAH NASKHI
Khat Naskhi ditakdirkan memperoleh perhatian buat dikembangkan keindahannya di negeri Syam sejak Abad Abad Pertama hijriyah dalam zaman kerajaan...
Bani Umayyah sejak zaman pendiri Kerajaan Bani Umayyah, Sayyidina Mu'awiyah bin Abi Sufyan semoga Allah meridhoinya. Dia adalah keliru seorang penulis wahyu pada masa Rasulullah SAW.
Khat Arab - pada perkembangannya yg pertama - ditulis....
menggunakan dua jenis tulisan : tulisan yg berkarakter kering dan kaku yg selanjutnya menjadi khat Kufi,
dan goresan pena lainnya adalah khat berkarakter lemas dan luwes (layyinah). Khat layyinah ini, dari bentuknya yang pertama di negeri Syam, selanjutnya berubah sebagai 2 bentuk baru :
Yang pertama adalah khat badi', (yg disebut jua khat naskhi).
Khat Naskhi ini, orisinil hasil kreasi ciptaan kaligrafer Syam. Dengan khat ini, Al-Qur'an Al-Karim ditulis sejak abad ke - tiga Hijriyah.
Bentuk kedua adalah : Khat Tumar dan cabang cabang pecahannya, yg lalu salah satunya dikenal sebagai khat tsuluts.
Khat Layyinah ini sudah ditakdirkan berkuasa......
...dan umum dipakai dalam banyak sekali tujuan dan kepentingan.
Khat layyinah ini disebut khat naskhi, karena para penulis menggunakannya untuk menulis kitab buku dan mushaf mushaf. Maka penyebutan nama ini menjadi secara umum dikuasai meskipun sebelumnya dianggap khat Badi' karena keindahannya.
Khat ini kemudian berkembang melalui tangan Ibnu Muqlah, Ibnu al Bawwab, serta Yaqut di Baghdad. Ia dulu jua dianggap khat Naskhi Syami, kemudian berkembang pada Mesir melalui tangan Mamalik.
Termasuk yang mengagumkan buat diketahui adalah, bahwa alfabet huruf khat Naskhi ini sangat cantik....
....bila dipakai buat menulis Al- Qur'an dan buku buku sunnah. Hal ini karena kemudahannya buat dibaca, keindahannya, dan karakter syakalnya.
Jejak jejak goresan pena khat naskhi ditemukan sejak Abad ke....
....satu Hijriyah, ditulis diatas kertas kertas Papyrus. Hanya saja zenit pencapaian keindahannya melalui tangan tangan Syekh Hamdullah al Amasiy, serta Hafidz Usman, 2 orang kaligrafer yang menularkan estetika sihir ini.
Ahmad Mufti
Rabi'u Tsani 1418 H
SEJARAH NASKHI
Khat Naskhi telah ditakdirkan mendapat poly perhatian buat dikembangkan keindahannya di negeri Syam semenjak abad abad awal Hijriyah, pada zaman kerajaan Bani Umayyah. Yaitu dimulai sejak zaman pendiri Kerajaan Bani Umayyah, Sayyidina Mu'awiyah bin Abi Sufyan semoga Allah meridhoinya. Dia merupakan salah seorang penulis wahyu dalam masa Rasulullah SAW.
Khat Arab - dalam perkembangannya yang pertama - ditulis memakai dua jenis tulisan :
tulisan yg berkarakter kering dan kaku yg selanjutnya sebagai khat Kufi,
tulisan lainnya yang berkarakter lemas dan luwes (layyinah).
Khat layyinah ini lalu berkembang -dari bentuknya yg pertama pada negeri Syam- menjadi dua bentuk baru :
Yang pertama merupakan khat badi' , yg diklaim juga khat naskhi.
Khat Naskhi ini, merupakan hasil kreasi kaligrafer Syam. Dengan khat ini, Al-Qur'an Al-Karim ditulis sejak abad ke - tiga Hijriyah.
Bentuk ke 2 merupakan : Khat Tumar serta cabang cabang pecahannya. Salah satu khat Tumar dikenal sebagai khat tsuluts.
Khat Layyinah ini telah ditakdirkan berkuasa. Dan umum dipakai dalam berbagai tujuan serta kepentingan.
Khat layyinah ini disebut khat naskhi, karena para penulis menggunakannya untuk menulis kitab buku dan mushaf mushaf. Maka penyebutan nama ini menjadi secara umum dikuasai meskipun sebelumnya dianggap khat Badi' karena keindahannya.
Khat ini kemudian berkembang melalui tangan Ibnu Muqlah, Ibnu al Bawwab, serta Yaqut di Baghdad. Ia dulu juga diklaim khat Naskhi Syami, lalu berkembang pada Mesir melalui tangan Mamalik. Bagus untuk diketahui, bahwa alfabet huruf khat Naskhi ini sangat cocok apabila digunakan buat menulis Al- Qur'an serta kitab buku sunnah. Hal ini karena kemudahannya buat dibaca, keindahannya, serta karakter syakalnya.
Jejak jejak goresan pena khat naskhi ditemukan semenjak Abad ke-I Hijriyah, ditulis diatas kertas kertas Papyrus. Hanya saja puncak pencapaian keindahannya melalui tangan tangan Syekh Hamdullah al Amasiy, dan Hafidz Usman, 2 orang kaligrafer yg menularkan keindahan sihir ini.
Banyak jenis jenis kaligrafi kuno, yg saat ini hanya dikenal namanya saja. Bahkan model model tulisannya pun tidak ada. Apalagi kaidah kaidah penulisannya. Semuanya masih lenyap. Harta karun itu belum terbuka buat kita.
Artikel ini dirangkum menurut kitab Mausu'ah Turats Al Khat karya Hilal Ibnu Naji.
Para kaligrafer pendahulu kita sebenarnya telah menciptakan dan mematenkan kaidah kaidah kaligrafi. Kaidah kaidah itu mereka dokumentasikan dalam karangan karangan yang mereka tulis. Karangan karangan itu terdapat yg berupa risalah (sebuah kitab tipis), syair syair rojaz, ataupun buku buku akbar. Sebagian karya karya itu ada yang sampai kepada kita. Tapi kebanyakan telah hilang, hanya diketahui judul judulnya saja.
Risalah Ishaq bin Ibrahim al Ahwal yang berjudul 'Tuhfatul Wamiq' adalah karangan pertama mengenai kaligrafi. Risalah ini lenyap, hanya diketahui judulnya saja.sesudahnya, terdapat Wazir Ibnu Muqlah yg menulis kitab 'Jamal Al Khat' yg sayangnya juga hilang. Tinggal ringkasannya saja yg hingga kepada kita.
Kemudian datanglah Ibnu al Bawwab mengarang 'Nadzom Ra'iyyah' mengenai kaidah kaidah khat. Nadzom ini diberi syarah (penerangan) sang 3 kaligrafer : Ibnu al Wahid, ibnu al Bashish, dan Al Ju'bari.lalu dalam abad ke lima ibnu al Habariyah menulis sebuah Nadzom (syair syair) dalam bahar (irama ) Rajaz, hanya saja karya ini juga lenyap.
Pada abad ke 8 H muncullah kaligrafer Muhammad Sya'ban al Mushili (w. 828) mengarang Alfiyah (nadzom yang terdiri atas 1000 bait syair) berjudul 'Al Inayah ar-Rabbaniyyah fit Thariqah as- Sya'baniyah'. Alfiyah ini merupakan buku terlengkap yang tidak terdapat tandingannya pada masa itu. Tidak jelas apakah karya ini hingga pada kita.
Pada saat yang sama, pengajar syekh Sya'ban yang bernama Muhammad bin Ali az Zaftawi al Mishri (w. 806 ) mengarang 'Minhajul Ishobah' yang hingga kepada kita satu salinan naskah.
Pada abad ke 9 H, Muhammad bin al Hasan As-Sinjari mengarang nadzom rojaz berjudul Bidho'atul Mujawwad fi Shina'atil Khat wa Ushulihi. Bersamaan dengan itu, kaligrafer Mesir yg lain, Ibnu Shoigh (w. 845) mengarang buku berjudul Tuhfatu Ulil Albab Fi Shina'atil Khat Wal Kitab. Pada akhir abad ke 9 Abdullah bin Ali al Haytami mengarang buku al Umdah fil Khat.
Pada abad ke 10 Muhammad bin Hasan At Thayyibi mengarang buku Jami' Mahasini Kitabatil Kuttab. Pada abad ke 12 Az Zubaidi mengarang buku Hikmatul Isyraq Ila Kitabil Afaq .
Orang terakhir yg diketahui mengarang kitab mengenai khat merupakan Soleh As Sa'di al Musili (kaligrafer yang wafat terbunuh) mengarang Nadzom Rojaz tentang kaidah kaidah khat.
Sayangnya, orang orang terdahulu hanya belajar kaligrafinya saja dari gurunya, tanpa menyelidiki dan mendokumentasikan teori serta kaidahnya dan tokoh tokohnya. Sehingga poly jenis jenis kaligrafi yang hanya tinggal sebutannya saja. Tetapi contoh model karyanya serta kaidah kaidahnya tidak diketahui.
Harta karun itu masih terkunci bagi generasi kita.
Saya kedatangan seseorang tamu menurut Sentul Bogor. Sambil berbincang bincang, matanya nir lepas lepas memandangi kaligrafi surat al-Ikhlas yang aku pajang. Tampaknya dia tertarik pada goresan pena itu. Kemudian beliau mulai berbicara mengenai kaligrafi.
Katanya "bukankah kaligrafi itu nir boleh pak. Karena nir pernah dicontohkan sang Rasulullah".
Saya agak kaget dan nir menduga menggunakan pertanyaan itu. Pikiran saya eksklusif tertuju pada mushaf Al-Qurán. Saya jawab sekena kenanya : " benar, Qur'an yg kita baca kini ini kaligrafinya baru ditemukan abad ke-3. Kalau kamu tidak senang, silahkan saja baca Al-Qurán zaman dahulu yang masih asli dengan goresan pena usang yg ada pada zaman Rasulullah".
Tampaknya jawaban saya meleset menurut maksud pertanyaannya.
"Bukan itu maksud aku . Itu loh ...(dia menunjuk kaligrafi yg saya pajang). Memajang majang kaligrafi misalnya itu hukumnya haram. Ayat Al-Qurán bukan buat tontonan namun tuntunan. Rasulullah SAW nir pernah memajang kaligrafi. Saya baca di internet, terdapat fatwanya....."
Saya berfikir sementara waktu lalu menjawab : "begini saja mas..kalo memang misalnya itu hukumnya, turunkan dulu kaligrafi kaligrafi yg dipajang pada Ka'bah. Insya Allah seluruh kaum muslimin di dunia akan menurunkan kaligrafi yg mereka pajang. Daripada sampean berdasarkan pintu ke pintu menghukumi haram kaligrafi yg dipajang sang orang orang".
Dia hanya bilang "oh......" lalu pembicaraan berlanjut pada topik lain. Saya tidak tahu apakah beliau puas menggunakan jawaban saya, atau sedang mencari argumen lain. Tapi pembicaraan mengenai kaligrafi nir berlanjut.
Cuman istilah istilah beliau "saya baca pada internet" relatif mengganggu fikiran aku . Maka sayapun coba coba browsing tentang kasus ini.
Ulama 4 Madzhab Tidak Mengharamkan Memajang Kaligrafi
Benar istilah tamu aku tadi, diinternet poly yg menuliskan hukum kaligrafi. Baik situs berbahasa Indonesia juga yg berbahasa Arab. Saya bukan pakar fikih. Tapi aku mengerti bahasa Arab. Maka aku mencoba mengusut artikel artikel yang aku bisa, kemudian mencoba mengambil benang hijau menurut apa yg mereka ditulis di internet.
Saya mencoba menemukan ulama 4 madzhab yang menghukumi haram. Yang saya dapati, ulama ulama fiqih 4 madzhab tidak terdapat yang mengharamkan memajang kaligrafi. Maksimal mereka menghukumi "makruh". Teks menurut fatwa fatwa ulama hanya memakai kata kata wa yukrahu (dan dimakruhkan), wa ghairu mustahsanin (nir ditinjau baik). Secara ringkas, aturan memajang kaligrafi dapat kami tuliskan sebagai berikut :
Mayoritas ulama menghukumi makruh kepada penulisan ayat Al-Qurán di tembok (termasuk jua memajangnya, memahatnya, atau melukisnya) dari secara umum dikuasai ulama. Illat(alasan aturan) yang dikemukakan oleh para ulama ketika menghukumi makruh merupakan, karena risi terjadi penistaan terhadap ayat Al Qur'an yg dipajang. Misalnya, jatuhnya kotoran burung atau cicak dalam kaligrafi itu, atau kaligrafi itu jatuh dan terinjak injak, atau kaligrafi itu terpegang sang perempuan haid.
Menuliskan ayat ayat Al-Qurán diatas genteng hukumnya asyaddu karohatan (sangat makruh) lantaran atap itu niscaya diinjak injak.
Memasang kaligrafi (walaupun bukan ayat Al-Qurán) didepan masjid, hukumnya juga sangat makruh lantaran mengganggu kekhusyuán orang sholat.
Menulis ayat Al-Qurán dengan bahan bahan najis, seperti tinta darah, dan kuas bulu babi, hukumnya haram
Pendapat Kalangan Salafi
Kalangan Salafi, atau grup Islam bermanhaj salaf, atau seringkali digeneralkan menggunakan sebutan Wahabi mempunyai pendapat sendiri. Mereka biasanya nir terlalu mengambil pendapat ulama madzhab. Pertimbangan mereka lebih berat kepada apakah hal itu ada dalam zaman rasul atau tidak. Maka, secara tegas mereka mengharamkan dan melarang memasang kaligrafi dengan alasan bid'ah.
Berikut ini beberapa catatan yang saya untuk menurut fatwa ulama ulama mereka :
Pertama, Memajang kaligrafi ayat Al-Qur'an adalah bidáh nir terdapat misalnya dalam masa Rasul dan generasi salaf. Seandainya memajang kaligrafi itu merupakan kebaikan, tentu generasi salaf akan melakukannya lebih dulu. lau kaana khairan lasabaquuna ilaih (bila itu baik, tentu mereka generasi salaf itu akan mendahului kita).
Kedua, Memajang kaligrafi lafadz Allah (الله), akan menyebabkan orang membaca lafadz Allah berulang ulang serta ini hukumnya haram lantaran menyerupai kaum sufi. Demikian pendapat Syekh Usaimin.
Ketiga, tindakan memajang kaligrafi Al Qurán itu merupakan pelecehan karena al-Qurán diturunkan buat pada tadabburi bukan buat dipajang. Syeikh Usaimin berkata : contohnya ada kaligrafi dipajang diruang tamu, isinya mengenai embargo ghibah (bergunjing). Apakah penghuni rumah akan berhenti bergunjing lantaran mentadabburi isi kaligrafi itu..? Saya rasa nir. Mereka akan terus bergunjing dan itu adalah penghinaan terhadap ayat Al-Qurán.
Keempat, menghiasi masjid dengan kaligrafi termasuk perbuatan tabahi (bermegah megahan), dan termasuk perbuatan menghambur hamburkan uang dengan sia sia.
Kelima, menulis kaligrafi didinding rumah, jika isinya doá atau hadis nabi, nir dihentikan tetapi tidak dianjurkan. Doa itu sebaiknya dibaca, bukan dipajang.
Pendapat Saya
Menurut aku , membuat kaligrafi ayat ayat Al Qur'an, memajangnya, menghadiahkannya, serta membuatnya diketahui oleh warga global, merupakan termasuk dakwah melaksanakan perintah nabi : sampaikanlah walaupun satu ayat. Saat ini, penyampaian ayat nir boleh dibatasi hanya menggunakan verbal saja. Boleh disiarkan melalui blog, twitter, WhatsApp, dan seni kaligrafi. Namun demikian, fatwa ulama tetap sebagai rambu rambu kita supaya nir terlalu bebas berekspresi sehingga Al-Qurán nir ditunaikan hak haknya. Adapun fatwa ulama salafi, saya rasa masih banyak yang wajib didiskusikan, terutama mengenai batasan bidáh yg mereka anut, yang selama ini diterapkan tidak konsisten. Tidak konsisten, lantaran mereka membiarkan adanya kaligrafi pada Masjid Nabawi di Madinah serta pada kiswah Ka'bah di Makkah Al Mukarromah. Bahkan pembuatan kiswah menjadi industri beromzet miliaran rupiah. Mereka pula memiliki kaligrafer kaligrafer dunia semacam Syeikh Mukhtar Alam. Dalam pikiran saya, apakah mereka berani menurunkan kaligrafi menurut Ka'bah.? Bila mereka berani, maka ummat Islam seluruh global secara perlahan pasti akan mengikuti mereka, berhenti menulis kaligrafi di dinding dinding masjid. Jadi hukum itu tidak cuman tajam kebawah saja tapi keatas tumpul. Kepada kami kalian bilang bidáh... Namun terhadap yang lebih besar kalian membisu saja.
Bila memajang kaligrafi ditembok masjid atau tempat tinggal , hukumnya makruh lantaran risi terjadi penistaan atau perlakuan nir hormat terhadap kaligrafi tersebut, maka apakah pembuatan kaligrafi di Kiswah Ka'bah kondusif dari penistaan ?. Jika kaligrafi tadi sanggup dilindungi berdasarkan penistaan serta diletakkan pada tempat terhormat, maka aturan makruhnya hilang lantaran illatnya hilang. Itulah mengapa Kiswah Ka'bah permanen ditulisi kaligrafi. Lantaran diyakini, kiswah Ka'bah tersebut berada ditempat terhormat serta terlindungi berdasarkan najis.
Pembuatan Kiswah Ka'bah semenjak awal pengadaan kainnya hingga pemasangannya serta pencuciannya pula nir luput dari penistaan penistaan (perlakuan perlakuan nir hormat) baik sengaja atau nir sengaja. Apalagi bahan bahannya kebanyakan didatangkan menurut Eropa. Entah itu terinjak injak, terlempar, bahkan mungkin terkena kotoran hewan (tikus atau burung).
Memfatwakan haram terhadap pemasangan lafadz Allah lantaran takut didzikirkan berulang ulang menyerupai kaum sufi, merupakan fatwa yg mengada terdapat dan main main terhadap kepercayaan . Begitu bencinya mereka terhadap kaum sufi. Terlepas apakah itu amaliah kaum sufi atau bukan, menyebut nyebut nama Allah adalah perbuatan yg sangat baik dan dianjurkan pada kepercayaan Islam.
Memasang kaligrafi, nir berarti Si pemasang hanya menjadikannya pajangan dan tontonan saja. Tetap terdapat fungsi tadabbur. Ada poly orang yg memasang kaligrafi kemudian dia menatapnya serta membacanya. Bahkan banyak jua yg akhirnya hafal ayat ayat Al-Qurán yang dipajang itu.
Bila pesan Al-Qur'an yang terpajang didinding tempat tinggal nir dihiraukan oleh penghuni tempat tinggal , nir serta merta dipercaya sebagai penghinaan Al-Qurán. Melarang memasang kaligrafi karena alasan ini pula nir sempurna. Sekarang apakah pesan pesan khatib Jumát jua dilaksanakan sang jamaahnya...? Saya rasa jua nir. Apakah berarti khutbah Jumát dilarang karena sudah melecehkan Al-Qurán ?
Seni kaligrafi merupakan sarana dakwah yang efektif. Memanfaatkan sifat universal dari seni, maka kaligrafi Islam telah dinikmati keindahannya oleh semua bangsa. Banyak yg akhirnya masuk Islam gara gara kaligrafi. Antara lain Muhammad Zakariya menurut Amerika, serta Kouichi Honda menurut Jepang
Menghukumi bid'ah terhadap kaligrafi jua nir sempurna target lantaran kaligrafi hanyalah wahana. Sebagaimana tasbih sarana buat berdzikir, serta speaker sarana untuk adzan, kaligrafi pula wahana untuk menampilkan ajaran ajaran Al-Qurán pada warga luas. Kedudukannya sama menggunakan ilmu tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqih, dan lain lain yang belum terdapat dalam masa rasul.
Kebaikan nir hanya dibuka pada generasi salaf. Generasi belakangan pun akan dibukakan kebaikan kebaikan yg generasi salaf tidak memahami. Sangat keliru jika hanya menduga generasi salaf menjadi asal kebaikan satu satunya sebagaimana yg tak jarang mereka dengung dengungkan lau kaana khairan lasabaquuna ilaih. Bukankah terdapat hadis berbunyi : barang siapa yang mentradisikan perbuatan baik dalam Islam, maka baginya merupakan pahala dan pahala orang orang yang mengikutinya.. . Mentradisikan perbuatan baik, tidak dibatasi sampai generasi salaf.
Mohon maaf apabila judulnya relatif kasar. Saya keberatan apabila artikel artikel blog ini di copas plek plekan 100%. Padahal terdapat cara yg etis dan elegan bila anda hendak merogoh konten orang lain.
Hari ini tanpa sengaja aku menemukan sebuah blog kaligrafi berjudul Pusat Kaligrafi. Konten blog ini 100% mengambil artikel milik aku , yang saya tulis pada blog ini (caraflexi.blogspot.com). Di blog Kaligrafi Islam ini saya punya artikel sebanyak 300an. Dan seluruh artikel itu dicopas (copy paste) habis. Bahkan hasil keliru ketik pun ikut dicopas tanpa diedit.
Padahal buat menulis artikel artikel itu aku mengorbankan poly waktu, energi serta pikiran. Tiba tiba ada yg mencomotnya begitu saja. Bahkan artikel artikel itu tidak dibaca dan diedit. Cuman disalin kemudian ditempel. Ini kelakuan blogger pemalas. Untuk melakukan ini bahkan mereka menggunakan bot. Cukup menggerakkan jari jari saja, artikel orang disedot habis.
Saya dirugikan
Dihukum Google, Blog Langsung Ditutup
Dengan peristiwa ini aku eksklusif menempuh langkah langkah 'hukum' menggunakan mengadukan plagiat ini ke DMCA Google. Prosesnya agak melelahkan, karena harus melampirkan URL artikel satu persatu. URL saya serta URL si plagiator. Jika ada 100 artikel yg di copas, berarti terdapat 100 URL yang wajib dilaporkan. Kurang lebih dua jam aku melapor ke DMCA. Setelah selesai, saya menandatangi sumpah bahwa sayalah pemilik artikel original. Setelah itu laporan aku submit, lalu menunggu.
Hanya dalam saat 24 jam, blog pagiat tadi telah ditutup.
Silahkan Ambil Artikel Saya Dengan Beretika
Tujuan aku menulis blog ini, semata mata ingin memberikan manfaat menurut konten yang aku tulis. Saya memang memasang iklan adsense. Namun letaknya aku atur agar tidak mengganggu pembaca. Walaupun dengan begitu penghasilan aku menurun jauh.
Tentu saya nir akan melarang siapapun yang hendak mengutip atau menulis ulang artikel saya. Saya pun menulis ulang dan mengutip artikel blog blog lain. Hanya saja, mesti dilakukan menggunakan beretika.
Berikut ini saran aku apabila anda tertarik menggunakan artikel saya..
Bila hendak melakukan copas secara utuh, sertakanlah alamat blog ini menjadi sumbernya. Biarpun anda nir memasang link hayati, tidak kasus bagi aku . Misalnya anda tulis ' seluruh artikel ini berikut gambarnya diambil berdasarkan blog 'caraflexi.blogspot.com'. Kalau anda hidupkan linknya, saya sangat berterima kasih. Misalnya misalnya ini kaligrafi-islam.blogspot.com
Bacalah, pahami, lalu tulislah ulang menggunakan lebih baik. Kalo perlu tulislah 10 kali lipat lebih baik. Menulis ulang artikel (rewriting content atau repurposing content) adalah aktivitas yg sangat beretika serta elegan.
Bila hendak mengutip bagian bagian eksklusif, silahkan saja lakukan menggunakan bebas walaupun tidak mencantumkan sumber. Hanya saja pastikan anda sudah membaca dan tahu apa yg anda kutip. Supaya blog anda nir turun kualitasnya. Kecuali bila yang anda ambil itu opini pribadi saya atau sisi pandang saya. Maka anda harus mencantumkan asal. Supaya kalo ada opini aku yang galat, aku yang bertanggung jawab.
Dalam menulis ulang artikel, usahakanlah anda tulis unik, tidak sama dengan artikel aslinya. Supaya google tidak mengenalinya menjadi kontent duplikat. Disamping itu, hal ini akan menciptakan anda kredibel dimata pembaca dan cantik pada pandangan mesin pencari google.
Kalo anda menduga saran saran aku itu hanya buang buang waktu serta energi, lalu anda copas artikel orang semau maunya, maka anda MALING.
Blogger maling nir diterima di blogosphere. Apalagi tujuannya buat bisa penghasilan dari adsense. Lebih terhormat anda ngamen saja di angkot.
Kaligrafer Indonesia. Oleh sang dari situs LEMKA Indonesia memiliki banyak kaligrafer hebat. Kita bisa menyebut banyak nama selain sosok Dr. Didin Sirajuddin AR, seorang tokoh kaligrafer Indonesia. Sayangnya para kaligrafer Indonesia memang nir banyak memamerkan karya karyanya baik secara tunggal maupun beserta sama. Mungkin hanya D. Sirajuddin AR saja yg mengadakan banyak galeri pameran sepanjang hayati dia. Kaligrafer yg lain menentukan perilaku khumul, lebih senang berkarya buat dirinya sendiri. Atau kita kenali tulisannya pada mushaf mushaf standar Indonesia, kitab buku kepercayaan , dan lukisan lukisan kaligrafi pada dinding masjid masjid. Saya pernah berkunjung ke Pesantren Walisongo dibawah asuhan KHR. M. Kholil As'ad. Digedung gedung primer, bertebaran banyak kaligrafi murni (hitam diatas putih) yang sangat indah, tidak kalah menggunakan karya karya master luar negeri. Saya nir bertanya siapa penulisnya. Saya pula nir sempat mengabadikannya.
Kita pula tahu pesantren Gontor termasuk galat satu pesantren yang banyak melahirkan khattat. Demikian jua pesantren Darurrahman Jakarta. Rata homogen pesantren di wilayah Jakarta dan sekitarnya mempunyai kurikulum kaligrafi. Di Cianjur, ada poly pesantren yang mempunyai guru kaligrafi yg handal. Melimpah ruahnya tumbuhan handam serta aren, sangat membantu perkembangan kaligrafi pada Cianjur.
Ada satu pengalaman menarik yang saya alami pada Cianjur. Saya mendengar warta ada seorang ahli Al-Qurán sekaligus pakar kaligrafi bernama KH. Moch. Asmu'i Akhyar pada Kampung Bungbulang Sukaluyu Cianjur. Disampaikan kepada saya, bahwa beliau orang hebat. Diantara kehebatan dia pada mengajarkan kaligrafi merupakan beliau memiliki cara instan menggunakan doa doa. Menurut berita yg sampai kepada aku , seorang murid kaligrafi cukup tiba kepada beliau dengan membawa syarat kondisi yang diminta (termasuk mahar uang). Kemudian KH. Asmui akan mengoleskan minyak wangi ketangan kanan siswanya itu. Lalu yg bersangkutan disuruh menjilati minyak wangi itu. Setelah itu sang anak didik disuruh menulis beberapa kalimat selama lebih kurang 7 hari. Setelah itu ia disuruh pergi, dan dijamin bisa kaligrafi. Waahh..!!
KH.M Faiz Abdurrazzak penulis mushaf Istiqlal Putra Kaligrafer besar Indonesia KH. Abdul Rozak Muhili
Akhirnya aku berangkat ke Cianjur karena tertarik. Saya mencari pesantren KH. Asmui itu. Sayangnya kehebatan KH. Moch Asmu'i tidak berhasil saya buktikan lantaran sampai disana pak Kiai Asmu'i telah tewas.
Tidak ingin perjalanan aku sia sia, aku menemui keliru seorang muridnya. Saya diajak menginap dirumahnya di Pajaratan Balengbeng Pasir Kalapa Cianjur, sambil diperkenalkan dasar dasar kaligrafi. Dari dialah saya belajar memotong pulpen besi, mengenal handam, serta diberikan model goresan pena orisinil KH. Asmu'i (sayangnya goresan pena itu telah hilang....sayang sekali). Tulisan dia itu ternyata merupakan doa doa buat belajar kaligrafi. Seingat aku begini tulisannya :
بسم الله المحرك بيدي . الصلاة والسلام عليك وعلى آلك . يا رسول الله خذ بيدي قلت حيلتي أدركنى
Baris baris goresan pena itulah yg dulu saya tulis berulang ulang sampai sanggup. Saya tidak pernah memeriksakan tulisan aku pada orang lain. Benar atau galat. Saya periksa sendiri dengan bercermin dalam Kiai Asmuni. Hanya saja teman saya berpesan, bila mau latihan kirimkan fatihah dulu kepada Kiai Asmu'i. Sebagai santri pesantren yg sangat konfiden akan sampainya pahala Fatihah, tentu aku tidak keberatan.
Begitu kehebatan KH Asmu'i. Saat ini, jika anda ingin mencari pesantren kaligrafi didaerah Jakarta dan sekitarnya, aku akan menunjuk Pesantren Kaligrafi LEMKA di Sukabumi. Saya hampir saja menjadi santri disana, jikalau saja tidak sibuk kuliah.
Berikut ini beberapa karya kaligrafer Indonesia yg saya ambil berdasarkan page Facebook LEMKA :
Karya Ahmad Syafií Kaligrafi Surat Al Alaq lengkap, ditulis menggunakan khat Tsuluts dan Naskh. Terdapat bagian ayat yang ditulis dengan bentuk berpantulan (mutanadzir)
Karya Nukman Kaligrafi Surat Al Alaq lengkap, ditulis menggunakan khat Tsuluts dan Naskh. Naskh diletakkan dibagian primer, dikelilingi oleh khat tsuluts
Hilyah Syarifah karya Teguh Dibawahnya tertulis : katabahu al-haqiir Teguh...
Karya Wendi Santoso Al-Baqarah 277 - 278 Begitulah, kaligrafer Indonesia sesungguhnya hebat hebat. Dari para pionirnya sampai yang muda belia sekarang, sudah menampakan geliatnya. Mereka sudah memberitahuakn, bahwa mereka jua berhak atas keutamaan memperindah ayat ayat Allah SWT. Baca Artikel sebelumnya : Tanda Tangan Para Kaligrafer (Tauqi') Terima Kasih
Negara Turki adalah sentra cara flexi. Negara Turki jua sebagai pusat seni lukis dekoratif yg disebut EBRU atau seni marbling. Memadukan seni kaligrafi serta seni ebru sudah dilakukan oleh para seniman Turki semenjak lama . Perpaduan ini menghasilkan karya karya yang sangat latif.
Seni Ebru atau seni Marbling acapkali disebut dengan melukis diatas air. Prinsip pengerjaannya merupakan dengan mencipratkan cairan cairan warna warni keatas air. Warna rona yang mengapung itu akan membangun pola pola indah misalnya marmer (marble). Kemudian bisa dibubuhi ciptaan kreasi bunga bungaan. Setelah pola terbentuk, maka media lukis (kertas) diletakkan diatas genangan air berpola tersebut. Maka jadilah sebuah media lukis menggunakan pola pola rona warni yang sangat indah.
Selanjutnya kertas berpola itu dijadikan sebagai dasar melukis kaligrafi. Berikut ini adalah beberapa karya Ebru, baik yang sudah dipadukan menggunakan kaligrafi, maupun yg belum.
Seni Ebru berpadu dengan kaligrafi tsuluts. Yang pertama : Adab Yaa Huu. Yang Kedua : Buudah Kecer Yaa Huu
Kaligrafi Diwani Jaly ditulis diatas kertas yg telah dihiasi menggunakan seni ebru. Sangat latif. Ayat yg ditulis merupakan Innahu min Sulaimaana wa innahu bismillahirrahmanirrahim
Kaligrafi Islam dan Seni Ebru "Maasyaa Allah"
Kaligrafi dan seni ebru "Allahumma Sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad Seni Ebru serta Seni Kaligrafi, artikel CARA FLEXI ini ditulis dengan memanfaatkan beberapa asal artikel dan gambar sebagaimana tertera dibawah ini. Sumber gambar :
Al-Qurán Al-Karim menggunakan Khat Farisi atau Nasta'liq.
Kaligrafi Farisi selain menjadi kaligrafi hiasan yang sangat latif, beliau pula memiliki fungsi menjadi kaligrafi naskah (dipakai dalam penulisan kitab buku, koran serta website terutama yg berbahasa Persia). Karena itu dia diklaim jua kaligrafi Nasta'liq (gabungan dari naskh dan ta'liq). Namun buat digunakan menjadi font mushaf (buat menulis mushaf Al-Qur'an lengkap), ia tidaklah terkenal. Kaligrafi Farisi memiliki ciri sepi dari hiasan serta harokat. Justru dalam kesepiannya itulah terletak keindahannya.
Al-Qurán, mesti ditulis dengan alfabet huruf yang mudah dibaca, lantaran Al-Qur'an itu ditulis buat dibaca. Ia memerlukan harokat harokat serta indikasi baca, supaya mampu dibaca oleh semua orang. Menulis mushaf Al-Qur'an dengan alfabet huruf Farisi, akan sepi berdasarkan harokat serta pertanda baca. Ia hanya sanggup dibaca secara tertentu sang orang orang eksklusif saja.
Namun seseorang Kaligrafer Iran bernama Sayyid Hasan Amir Khani berhasil menulis mushaf Al-Qur'an Al-Karim menggunakan memakai kaligrafi Farisi Nasta'liq yang sangat latif, meskipun beliau "terpaksa" menambahkan harokat lengkap pada tulisannya. Harokat harokat yg diberikan secara lengkap, mengakibatkan goresan pena Farisinya sedikit "ramai" tetapi tetap dalam untaian harmoni.
Mushaf ini telah dicetak secara luas terutama dinegeri negeri Persia. Berikut ini merupakan beberapa halaman berdasarkan mushaf Al-Qur'an dalam kaligrafi Farisi :
Menarik juga buat memilikinya. Bagaimanapun, penulisan mushaf Al-Qurán dalam gaya kaligrafi Farisi Nasta'liq ini adalah adalah salah satu bentuk pengabdian kepada Al-Qurán dan adalah sumbangsih berharga bagi global cara fleXi. Al-Qur'an mesti lebih di eksplorasi lagi keindahannya sang para kaligrafer muslim. Karena akhir akhir ini umat kepercayaan lain pun juga turut menyebarkan kaligrafi buat memberitahuakn ajaran ajaran agamanya. Diantara buktinya adalah banyak beredarnya kaligrafi kristen. Sekian
Manusia memiliki cara serta rasa yg tidak sama beda dalam menikmati karya seni. Orang misalnya saya, jika disuruh menikmati karya lukis misalnya Monalisa, gak akan ketemu keindahannya. Demikian jua menggunakan kaligrafi. Tidak semua orang bisa menikmati Kaligrafi, menggunakan cara yang sama dengan cara aku menikmati kaligrafi. Menurut aku latif, berdasarkan orang lain belum tentu, begitu pula sebaliknya.
Ummat Islam memang menyukai kaligrafi. Sebisa mungkin dirumahnya dipasang satu atau dua pigura kaligrafi. Hanya saja, kebanyakan warga , melihat kaligrafi tidak misalnya apa yg ditinjau oleh artis kaligrafi. Bagi warga , berasal melihat tulisan bertumpuk tumpuk dan warna warni, maka dibeli sebagai hiasan. Ada beberapa pengalaman tentang hal ini : Download Juz 'Amma goresan pena Muhammad Ozcay
Pertama, Saya pernah mengarahkan orang buat membeli kaligrafi grafir cermin yang sangat latif -dari aku - seharga Rp. 750.000, tapi dia menolak karena nir ada warnanya. Belakangan saya ketahui beliau membeli kaligrafi lem tembak dengan perada emas seharga 1,lima juta. Tidak kasus karena itu hak dia. Namun yg menciptakan saya kepikiran merupakan, kaligrafi lem tembak itu bahkan nir berbentuk kaligrafi. Hanya lelehan lelehan lem yang diatur bertumpuk tumpuk. Menurut mereka latif, dari saya nir.
Kedua, kebanyakan kitab kaligrafi yg tersebar dipasaran kini ini telah mengalami editing yg sangat menghambat. Bentuknya sebagai nir proporsi, ditarik ulur menggunakan semena mena menyesuaikan ruang rapikan letak kitab . Yang masih benar sahih murni merupakan karya Misbahul Munir dan tentu saja karya Sirajuddin Ar. Ini pertanda, tim editing bukunya memandang indahnya kaligrafi ya misalnya itu.
Ketiga, saya mendapati sejumlah percetakan menggunkan software instant, yang sanggup membuahkan goresan pena biasa menjadi karya kaligrafi dalam aneka macam bentuk. Tinggal dicopy tulisannya, kemudian dimasukkan kedalam shape yang diinginkan maka jadilah kaligrafi. Tetapi hasilnya......menurut saya sangat mengerikan. Tebal tipis gak karu karuan. Tapi tetap adalah karya yg latif dari mereka.
Keempat, sebagaimana diceritakan sang Sirajuddin Ar, pada sebuah ruang pameran kaligrafi Festifal Istiqlal, delegasi delegasi berdasarkan Turki "mencela" kaligrafi yang dipamerkan. Kata mereka hadza laisa bil-khat (ini bukan khat).. Lantaran yang dilihatnya merupakan karya artis Indonesia, yg tidak sama menggunakan karya nenek moyang mereka pada Turki. Ya tidak apa apa sih...semua orang boleh ambil bagian pada menyayangi kaligrafi, serta menikmatinya menggunakan caranya sendiri. Hanya saja, aku menyarankan kepada siapa saja, untuk "mencoba" menulis kaligrafi dengan meniru model yang terdapat. Rasakanlah kesulitannya.... Serta nikmatilah goresannya. Dari situ umumnya pandanganmu terhadap indahnya kaligrafi akan berubah.
Pernah memperhatikan kuas buat menulis kaligrafi ? Kalo belum coba dicermati lagi. Mungkin anda mendapati tulisan PURE BRISTLE disitu. Harian Republika pernah memuat investigasi tentang perkara kuas untuk membuat kue yg bertuliskan Pure Bristle. Menurut harian ini, kuas tadi terbuat menurut BULU BABI (sayangnya kami tidak berhasil menemukan file koran tersebut).
Bristle sendiri artinya bulu. . Dalam global perkuasan, apabila diatas kuas itu tertera tulisan "pure bristle" atau 100% bristle, maksudnya merupakan kuas tadi bukan kuas sintetis yang terbuat berdasarkan nylon, melainkan berdasarkan bulu binatang asli entah itu babi atau musang, atau kambing atau kuda. Tetapi kebanyakan kuas yang beredar di Indonesia berasal berdasarkan China dan dapat dipastikan terbuat berdasarkan bulu BABI HUTAN (boar bristle), lantaran babi hutan membentuk bulu terbaik buat menciptakan kuas. Beberapa merek terkenal dengan jelas jelas mencantumkan bahwa produk mereka adalah 100% boar bristle.
Boar Bristle (Bulu Babi Hutan)
Bulu babi hutan memang lebih tebal dan lebih kuat daripada bulu musang, tetapi nir sama kelenturannya. Pembuat lebih bahagia menggunakan bulu babi hutan daripada musang karena dibeberapa negara musang dilindungi. Biasanya produk bulu babi hutan ditemukan dalam bentuk :
Dibiarkan alami (mungkin berwarna kuning atau coklat atau bahkan abu-abu)
Diberi pemutih (bleach)
Diwarnai menyerupai musang
Waah..bagaimana ini. ......... Ketergantungan kita pada kuas non sintetis sangat akbar. Mulai dari pengecatan tempat tinggal , merias paras, cukur rambut hingga pembuatan kue menggunakan kuas misalnya ini. Bisa najis seluruh... ..semoga Allah mengampuni kita.
Konsumen Indonesia terutama yang muslim sangat tidak terlindungi. Berbeda menggunakan di Malaysia yg telah mencantumkan "TIDAK HALAL/NON HALAL" pada produk sikat atau kuas bulu babi.
Untuk Kaligrafi, sebenarnya lebih poly pilihan alat. Hanya saja penggunaan kuas juga sangat mayoritas. Sebaiknya sahabat sahabat kaligrafer lebih berhati hati. Tentu sangat bertentangan dengan harapan sekali melukis estetika nama nama Allah menggunakan kuas bulu babi hutan yang jelas kentara barang najis. Kuas sintetis atau kayu handam mungkin sanggup jadi alternatif buat menorehkan warna warni kaligrafi. Baca jua : Cara menyiapkan media tinta dengan serat gedebong pisang
Memang sangat sedikit info produk yang kita bisa menurut penghasil. Bagi yang mempunyai isu tambahan tentang kasus ini, mohon ikut berkomentar. Kami juga mengundang pembuat atau supliyer buat turut memberi penerangan.
Bahtsul Masail Kubro PP Langitan
Bahtsul Masail Kubro se-Jawa serta Madura yang dilaksanakan di Ponpe Langitan pada 13-14 Maret 2014 telah membahas perkara kuas bulu babi serta membuat keputusan terkait aturan penggunaannya. Anda bisa membacanya dengan lengkap di situs majalah langitan. Tetapi beberapa poin dapat kami sarikan sebagai berikut :
Hasil pengujian yang dilakukan LPPOM MUI Jawa Timur terhadap beberapa sample kuas, menunjukan bahwa kuas ETERNA positif terbuat menurut bulu babi. Prosuden sudah memberitahu konsumennya dengan memasang tulisan Pure Bristles, 100% china bristles, dll
Imam Syafi'i menyatakan bahwa kuas babi adalah najis apabila memang terbukti menggunakan meyakinkan (tahaqququn-najasah) bahwa kuas itu dari babi (pembuat mencantumkan menggunakan jelas bahwa kuas itu terbuat berdasarkan bulu babi). Jika tidah terbukti (contohnya kuas nir terdapat liputan, atau ciri ciri fisiknya tidak bisa dibedakan antara bulu babi atau bukan) maka hukumnya boleh digunakan.
Menurut Imam Syafi'i, kaligrafi atau masjid atau rumah yg terlanjur dicat memakai kuas yang najis adalah najis. Satu satunya jalan keluar merupakan dengan menghapus/membuang cat tersebut.
Menurut Imam Malik, hukum bulu babi adalah kudus apalagi bila sudah dipotong menurut badan hewannya. Jadi memakai kuas bulu babi buat mengoles kudapan manis, kaligrafi, dan lain lain adalah boleh dan tidak najis.
Diskusi lebih lengkap bisa dibaca Rumaysho.com silahkan dibaca disana menggunakan teliti.