PENTING BUAT PEKERJA LAPANGAN INILAH 5 MAKANAN YANG DAPAT MELINDUNGI KULIT DARI BAHAYA SINAR UV MATAHARI

Sebuah pekerjaan terkadang menuntut seseorang buat terjun langsung ke lapangan. Yang sebagai kasus, kondisi cuaca terkadang tak selalu sesuai dengan yg dibutuhkan.
Di wilayah tropis misalnya pada Indonesia ini, sinar surya pada siang hari terasa sangat terik jika hingga terpapar ke kulit. Jika sampai terpapar cukup lama , akibatnya kulit mampu menjadi rusak dan terbakar. Yang lebih mengerikan, sinar UV surya berisiko mengakibatkan kanker kulit.

Salah satu cara yang biasa dipakai buat menangkal terbakarnya kulit karena gambaran sinar mentari merupakan menggunakan memakai sunscreen. Tapi celakanya, cara itu tak cukup memberikan proteksi bagi kesehatan kulit.
Oleh sebab itu, diharapkan bisnis ekstra buat mencegah risiko kanker kulit dampak gambaran sinar UV mentari . Dilansir berdasarkan Vemale, Untungnya terdapat beberapa bahan kuliner sehat yang dapat menangkal kasus tadi. Apa itu?
1. Almond

Kacang almond ternyata mampu mencegah terjadinya sunburn. Vitamin E pada kacang almon rupanya bisa bekerja menjadi antioksidan dan sunscreen alami.
2. Greek yoghurt
Bukan cuma berkhasiat buat mengatasi kasus pencernaan serta kelebihan berat badan saja, ternyata greek yoghurt mempunyai kandungan probiotik yg bisa memperbaiki kondisi kulit rusak akibat gambaran sinar UV secara alami.
3. Teh hijau

Teh hijau rupanya memiliki senyawa katekin. Senyawa itu bersifat menjadi antioksidan yang bisa melindungi kulit menurut sunsburn dan menghidari terjadi kerusakan jangka panjang dampak radiasi sinar UV mentari .
4. Kunyit
Kandungan antioksidan dalam kunyit ternyata memiliki sifat antiinflamasi yg bisa mengatasi sunsburn. Selain itu, kunyit jua dapat melindungi sel kulit epidermis dari kerusakan yang disebabkan sang radiasi sinar UV mentari .
5. Buah serta sayuran berwarna pekat

Semakin pekat rona buah serta sayuran, itu adalah semakin banyak antioksidan yg terkandung di dalamnya. Antioksidan yg terkandung di pada buah dan sayuran berwarna pekat itu bisa melawan radikal bebas di pada tubuh yang ditimbulkan sang impak jelek sinar UV mentari .
Nah, itulah lima bahan kuliner yang wajib dikonsumsi bagi Anda yang seringkali terpapar sinar surya. Semoga bermanfaat!

10 CARA MEMBUAT MASKER TOMAT UNTUK MENDAPATKAN WAJAH CANTIK ALAMI

Wanita mana yang tak ingin memiliki wajah manis alami bak bidadari. Beberapa di antaranya pun rela merogoh kocek begitu pada buat mendapatkannya.
Bahkan, hal berisikon pun rela mereka tempuh. Salah satu yg tengah ngetren belakangan ini adalah menerima kecantikan menggunakan menjalani operasi plastik.
Padahal terdapat banyak cara yang dapat ditempuh buat menerima kecantikan. Salah satunya adalah menggunakan memanfaatkan bahan alami.

Buah tomat merah, contohnya. Tomat atau solanum lycopersicum syn merupka tanaman Solanaceae yang aslinya dari berdasarkan Amereka Tengah serta Selatan, membentang dari Meksiko hingga Peru, ini memiliki kandungan antioksidan yg sanggup mencegah penuaan dini.
Mengonsumsi buah tomat merah atau mengaplikasikannya secara langsung atau menjadikannya sebagai masker dalam kulit wajah, sanggup mengencangkan serta mencerahkan kulit buat mendapatkan paras yg manis alami.
Agar dampak mempercantik wajah lebih maksimal , Anda pun sanggup mengolaborasikan butir tomat dengan aneka bahan alami lain. Nah, jika Anda tertarik buat mendapatkan wajah anggun alami menggunakan menggunakan masker buah tomat, CARA FLEXI punya 10 cara menciptakan masker tomat untuk mendapatkan paras anggun alami. Yuk simak!
1. Masker tomat murni

Asal memahami saja, buah tomat punya banyak manfaat. Selain bisa menciptakan kulit paras menjadi kencang dan cerah, buah tomat pula dianggap bisa melembabkan kulit kemarau, mengecilkan pori-pori, mengikis noda hitam pada paras, mengurangi keriput akibat penuaan dini, menjaga elastisitas kulit, memutihkan wajah, serta melindungi kulit wajah berdasarkan jahatnya sinar UV penyebab paras kusam serta kanker kulit.
Untuk menciptakan masker buah tomat murni pun sangat gampang. Anda tinggal memblender tomat merah segar hingga menjadi juz. Aplikasikan dalam paras misalnya menggunakan masker paras. Biarkan selama 20 mnt, lalu bilas dengan air dingin, serta keringkan paras dengan handuk berbulu lembut. Lakukan setiap hari, maka kulit akan menjadi lebih kencang, segar, dan lebih cerah.
Simak pula: 3 jurus jitu menghilangkan uban yg timbul sebelum waktunya

2. Masker tomat serta mentimun

Agar efeknya lebih cepat terasa, Anda sanggup menambahkan mentimun. Kandungan nutri dan air dalam mentimun juga diklaim-sebut mampu mencerahkan wajah serta menyegarkan kulit paras karena terlalu tak jarang terpapar sinar surya.
Cara menciptakan masker dari tomat serta mentimun pun sangat mudah. Anda tinggal memasukkan 2 bahan tersebut ke dalam blender dengan perbandingan 1:1. Setelah teksturnya menjadi seperti juz, oleskan dalam paras secara merata. Diamkan selama 20 menit, lalu bilas dengan air dingin, dan keringkan dengan handur berbulu lembut agar tidak melukai paras.
Simak pula: Diet pisang ambon, alternatif paling digdaya buat menerima tubuh proporsional

3. Masker tomat serta jeruk nipis

Masker tomat serta jeruk nipis sangat disarankan bagi Anda yang mempunyai jenis kulit berminyak. Vitamin C dalam jeruk nipis dianggap sanggup mengembalikan sifat kulit wajah agar menjadi normal serta tidak berminyak lagi.
Cara membuatnya pun sangat mudah. Blender butir tomat hingga sebagai jus. Tambahkan air jeruk nipis yg sudah Anda peras sebelumnya. Aduk hingga tercampur rata, serta aplikasikan pada wajah misalnya memakai masker wajah.
Untuk memberikan kesempatan masker tomat serta jeruk nipis ini bekerja, pisahkan selama lebih dari 20 mnt. Setelah itu, bilas menggunakan air dingin, serta keringkan menggunakan tisu wajah.
Simak pula: Inilah manfaat berjemur sinar matahari yg mungkin belum Anda ketahui

4. Masker tomat dan putih telur

Salah satu sumber protein bagi manusia adalah telur. Nah, putih telur ayam memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, mencapai 92 %.
Proten pada putih telur dapat dimanfaatkan buat meregenerasi sel-sel kulit mangkat . Dengan demikian, noda hitam dan bekas jerawat pun usang ke lamaan pun akan memudah.
Lantas bagaimana cara menciptakan masker tomat serta putih telur? Praktis saja, setelah tomat diblender sampai sebagai juz, masukkan putih telur yg didapat dari 1 butir telur ayam. Kocok sampai tercampur homogen.
Aplikasikan masker tersebut pada paras. Beri kesempatan masker tadi bekerja selama 20 mnt. Bersihkan dengan air dingin sampai benar-benar bersih. Lap menggunakan handuk mini sampai kemarau.
Simak pula: Anda merasa payudara besar sebelah? Ternyata penyebabnya tak disangka-sangka!

5. Masker tomat dan minyak zaitun

Kalau masker tomat dan jeruk nipis buat kulit berminya, masker tomat dan minyak zaitun ini sebaliknya. Kandungan lemak nabati yang terkandung di pada minyak zaitun sangat baik buat mengembalikan kulit wajah yang kemarau menjadi normal.
Cara menciptakan masker tomat serta minyak zaitun pun sangat mudah. Masukkan rabat butir tomat merah ke pada blender. Proses sampai teksturnya menyerupai juz tomat.
Masukkan ke dalam mangkuk, tambahkan minyak zaitun 0,25 sendok teh buat setiap butir tomat yang diblender. Aplikasikan pada wajah secara teratur buat menerima paras cantik alami.
Simak pula: Tak disangka-sangka, inilah gejala penyakit diabetes yang belum tentu semua orang tahu

6. Masker tomat dan kunyit

Meski bila diparut lalu diperas buat diambil sarinya, sarinya berwarna kuning pekat, akan tetapi kunyit jua dapat memutihkan wajah secara alami. Cara membuatnya pun sangat gampang.
Setelah dipotong-potong, masukkan 1 buah tomat merah berukuran sedang ke pada blender, proses hingga menjadi juz. Tambahkan 1 sendok makan kunyit bubuk, aduk rata. Gunakan menjadi masker secara rutin supaya hasilnya cepat Anda rasakan.
Simak pula: Terlanjur jadi bagian dari gaya hayati zaman now, tak disangka hal ini justru jadi "pintu" perceraian

7. Masker tomat serta susu

Kandungan nutrisi baik dalam susu jua bisa dimanfaatkan buat memutihkan wajah serta mengembalikan kecerahannya. Cara menciptakan masker tomat dan susu pun sangat gampang.
Blender 1 butir tomat berukuran sedang hingga menjadi juz. Tuangkan 50 ml susu sapi segar atau masukkan dua sdm susu serbuk, mixer sampai tercampur homogen.
Oleskan dalam seluruh bagian paras seperti mengoleskan masker dalam biasanya. Diamkan selama 20 mnt, dan lihat hasilnya selesainya dibilas dengan air higienis, kulit paras Anda akan terlihat manis alami.
Simak pula: Penting buat pekerja lapangan! Inilah 5 makanan yg bisa melindungi kulit dan bahaya sinar UV matahari

8. Masker tomat serta madu

Siapa bilang madu hanya berkhasiat buat menyehatkan badan. Lebih menurut itu, madu jua bisa menjaga kekenyalan kulit paras.
Cara membuatnya pun sangat gampang. Tuangkan 1 sendok makan madu murni ke dalam 1 butir tomat merah ukuran sedang yg sudah diblender hingga sebagai juz.
Aduk sampai tercampur homogen, serta gunakan menjadi masker. Rutin lakukan, serta wajah Anda pun akan terlihat lebih cerah serta elastis.
Simak pula: Inilah tiga dampak mengerikan yg terjadi apabila tak teratur pangkas kuku kaki

9. Masker tomat dan gula pasir

Meski terkesan aneh, namun campuran juz tomat dengan gula pasir ini sanggup mengikis noda hitam pada kulit paras. Oleskan dalam kulit wajah secara merta. Lakukan secara rutin, serta hasilnya akan lebih cepat terlihat.
10. Masker tomat dan bengkoang

Ada khasiat tak terduga dibalik daging buah bengkoan yang berwarna putih. Ternyata, kandungan vitamin B dan C dalam buah bengkoang bisa dimanfaatkan buat memutihkan kulit paras dan menyamarkan flek hitam ada wajah.
Selain itu, pula berguna buat mengecilkan pori-pori. Tak heran apabila butir yg satu ini acapkali dipakai buat keperluan kecantikan.
Cara menciptakan masker tomat serta bengkoang sangat mudah. Masukkan potongan tomat serta daging buah bengkoang dengan perbandingan 4:1 ke pada blender dan gunakan buat masker paras. Jika Anda memakai 1 buah tomat, maka bengkoang yang diperlukan buat membuat masker paras adalah cukup 1/4 butir bengkoan saja.
Simak pula: Nggak nyangka! Cuma diolah sesederhana ini, butir ini sanggup hilangkan jerawat dan keriput pada wajah

Sebenarnya, masih banyak aneka bahan alami yg bisa dikolaborasikan dengan butir tomat merah buat mendapatkan paras manis alami. Namun, dengan ulasan ini semoga bisa menjadi cara lain pilihan bagi Anda. Semoga berguna.

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 
Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yang dibahas dalam artikel ini melalui 3 tahapan primer yaitu proses perencanaan kurikulum , penetapan isi kurikulum, serta implementasi kurikulum. Sebelum membahas masing-masing tahapan tadi, artikel ini terlebih dahulu membahas tentang perspektif historis pendidikan teknologi kejuruan. Perkembangan pendidikan kontemporer, dan yg terpenting merupakan ciri pendidikan teknologi serta kejuruan yang mendasari ketiga tahapan pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi kejuruan.

A.perspektif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi serta Kejuruan 
1. Perspektif Sejarah
Banyak faktor yg menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengembangkan kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan salah satunya merupakan pengaruh ”sejarah”. Sejarah mempunyai pesan penting untuk memberikan berita peristiwa dulu serta menyediakan perspektif yg bermakna bagi para pengembang kurikulum. Dilihat berdasarkan perspektif sejarah, bisnis perencanaan serta pengembangan kurikulum sudah dimulai pada masa Mesir antik lebih kurang 2000 tahun SM. Program-acara magang yang terorganisir (apprenticeship) menggunakan cara menyelidiki suatu keterampilan tertentu berdasarkan seorang yg sudah ditinjau pakar yg berpengalaman sebagai ciri khas pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada ketika itu, mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra . Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas buat kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung pada tempat kerja untuk hal-hal yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara bekerja para pakar yg sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke banyak sekali bagian global lain hingga sekitar abad ke-19.

Sebenarnya ada pula bisnis-bisnis lain yg mencoba memberi cara lain selain acara magang, baik yg berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa pendirian forum-lembaga pendidikan yg telah bersifat agak formal. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang dipelopori sang para pakar filsafat misalnya John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau memberi ide kuat terhadap bentuk-bentuk persekolahan kuno yg mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yg lebih formal dengan memasukkan aspek pendidikan mental misalnya filsafat dan logika serta pendidikan kesenian.ketika revolusi industri pecah pada awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih yang murah pada jumlah yang sangat akbar sebagai akibatnya nir mungkin lagi terpenuhi menurut sistem pendidikan magang yang umumnya memerlukan waktu yang usang serta biaya nisbi mahal. 

Sejak saat itulah, lalu muncul banyak pemikiran-pemikiran buat mengusahakan perencanaan serta pengembangan kurikulum sekolah secara sistematis, termasuk galat satunya merupakan pemikiran Victor Della Vos yang mengawali adanya pemikiran yg sistematis dalam pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi serta kejuruan. Della yg adalah direktur menurut ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun 1876 pada Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru pada pembelajaran teknik, sehingga dalam ketika itu Della menjadi katalis buat pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971). Pada ketika itu Della terkenal dengan 4 perkiraan yg berkaitan dengan pengajaran dalam bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam ketika yg sesingkat mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara buat menaruh pengajaran yg relatif buat jumlah murid yg banyak pada satu ketika; (c) dengan metode yg akan memberikan pelajaran praktek di bengkel menggunakan pemenuhan pengetahuan yg mencukupi, serta (d) sebagai akibatnya memungkinkan guru dapat menetapkan perkembangan anak didik setiap waktu. 

2. Pendidikan Teknologi serta Kejuruan Vs Pendidikan Umum 
Sepanjang hidupnya seorang insan mempunyai kesempatan berpartisipasi baik pada pendidikan formal maupun informal, dan sejauhmana partisipasi ini dilakukan akan menjadi galat satu faktor bagi penentu bagi kemampuannya mengarungi kehidupannya. Finch & Crunkilton (1984 : 8) mendeskripsikan jalinan partisipasi ini dikaitkan menggunakan dua tujuan krusial diselenggarakannya pendidikan secara luas, yaitu : (1) pendidikan buat hidup serta (2) pendidikan buat mencari penghidupan

Gambar  Education in Our Society
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 8)

3. Konsep Dasar Kurikulum 
Finch & Crunkilton (1984 : 9), mengemukakan definisi kurikulum menjadi .... As the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school” Dari definisi tersebut dapat paling tidak ada dua point yg harus diperhatikan, yaitu bahwa penekanan primer kurikulum adalah siswa serta yang kedua bahwa bagian dari kurikulum nir hanya mata pelajaran akan namun semua kegiatan (olah raga, klub, aktivitas kokurikuler) mempunyai pengaruh yg signifikan buat pembentukan individu siswa yang total dan buat mencapai efektivitas berdasarkan kurikulum .

4. Hubungan antara Kurikulum serta Pembelajaran 
Penjelasan interaksi antara kurikulum serta pembelajaran akan menaruh membawa konsekuensi eksklusif dalam perbedaan pengertian antara perencanaan kurikulum dan perencanaan pembelajaran. Finch & Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan interaksi keduanya sebagai berikut : 

Gambar Possible Shared and Unique Aspects of Instructional Development and Curriculum Development

Dari gambar pada atas, bisa dijelaskan sebagai berikut : Jikalau ada seorang guru merumuskan tujuan buat mata pelajaran yg diampunya, maka kegiatan tadi diklasifikasikan sebagai pengembangan pembelajaran . Di lain pihak bila ada sekelompok guru yang merumuskan tujuan buat digunakan pada mata pelajaran dia sendiri atau bahkan buat mata pelajaran -mata pelajaran yang lainnya, maka aktivitas tesebut dinamakan kegiatan pengembangan kurikulum. 

5. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 
Pendidikan Teknologi serta Kejuruan merupakan sistem yang nir terpisahkan menurut sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri dan kekhususan tersendiri yg membedakannya menggunakan sub sistem pendidikan yg lain. Perbedaan ini nir hanya dalam definisi, struktur organisasi, serta tujuan pendidikannya saja, tetapi terlihat berdasarkan aspek lainnya yang berkaitan dengan aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik – ciri dasar dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu : 

a. Orientasi 
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, bukan saja diukur menurut pencapaian hasil belajar berupa kelulusan, namun dalam kemampuan para lulusan kelak di global kerja. Asumsi tadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan kejuruan yang adalah pendidikan buat penyiapan tenaga kerja, maka dengan sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju dalam hasil atau lulusan. 

b. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan berdasarkan pada identifikasi kebutuhan aneka macam jenis pekerjaan yg terdapat di lapangan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan eksistensi pendidikan teknologi dan kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan energi kerja pada lapangan. Oleh karena itu, yg dimaksud justifikasi pada sini merupakan justifikasi buat eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan ”nir layak ada” jika pada lapangan tidak dibutuhkan tenaga kerja yg akan dididik di sekolah tersebut. 

c. Fokus 
Fokus kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan nir hanya pada aspek skill / psikomotorik seperti yg dipahami sebagian rakyat, akan tetapi kurikulum membantu anak didik buat berbagi diri pada semua aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan nilai yang tujuan akhirnya buat memberikan kontribusi buat keberhasilan sebagai ”pekerja” atau menggunakan kata lain siswa dididik buat mempunyai kemampuan yang komprehensif dan simultan sehingga mampu sebagai pekerja yg ”produktif”. Mengembangkan salah aspek saja bertentangan dengan hakikat murid sebagai suatu totalitas eksklusif.

d. Kriteria Keberhasilan di Sekolah serta Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan berukuran ganda, yaitu keberhasilan anak didik pada sekolah (in-school success) dan keberhasilan pada luar sekolah (out-of-school success). Kriteria yg pertama mencakup aspek keberhasilan anak didik dalam menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang ke 2 diindikasikan sang keberhasilan performance lulusan setelah berada di dunia kerja. 

e. Hubungan antara Sekolah –Masyarakat dan Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah serta warga lebih khususnya dengan dunia industri merupakan karakteristik yang sangat krusial dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan. Peran masyarakat dan pemerintah dalam hal ini sama pentingnya. Masyarakat dan pemerintah mempunyai tanggung jawab buat mengembangkan pendidikan teknologi serta kejuruan. Perwujudan interaksi timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee), kesediaan dunia usaha menampung siswa pendidikan teknologi dan kejuruan dalam program kerjasama yg memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, keterangan kesamaan ketenagakerjaan yg selalu dijabarkan ke dalam perencanaan serta implementasi program pendidikan. 

f. Kepekaan 
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri lain yaitu kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan rakyat dalam umumnya serta dunia kerja pada khususnya, hal ini dimungkinkan lantaran komitmen pendidikan teknologi dan kejuruan yang tinggi buat selalu berorientasi kepada dunia kerja. Perkembangan ilmu serta teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, penemuan serta penemuan-penemuan terkini dalam bidang produksi dan jasa, semuanya itu sangat akbar pengaruhnya terhadap kecenderungan pendidikan teknologi serta kejuruan. Tidak terkecuali merupakan gerak kerja baik vertikal maupun horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya harus diantisipasi secara cermat guna mengklaim relevansi yg tinggi antara isi pendidikan teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja. 

g. Logistik/ Sarana Prasarana serta Pembiayaan 
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan , ketersediaan sarana prasarana merupakan sesuatu yang sangat krusial. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yg bisa mencerminkan situasi global kerja secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel serta laboratorium merupakan kelengkapan yg umum menyertai eksistensi / keberadaan pendidikan teknologi dan kejuruan, selain pengalaman lapangan yg biasanya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam konteks ini, tak jarang dipertanyakan apakah investasi yang akbar di pendidikan teknologi dan kejuruan cukup efisien dibandingkan menggunakan hasilnya. 

B. Model Pengembangan Kurikulum 
1. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan 
Gay dalam Finch (1984) mengemukakan ada empat contoh desain pada proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential model, pragmatic contoh, dan technical contoh. 
a. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan nalar ilmiah menjadi basis pada penetapan kurikulum. Kurikulum dikembangkan menurut pendekatan struktur yang sinkron dengan disiplin ilmu atau disiplin ilmu buat membangun isi kurikulum. Model ini cocok buat para calon-calon profesional dalam suatu bidang tertentu.
b. Experiential Model : berorientasi dalam ”learned centered and activity-oriented” person and process oriented. Model ini cocok buat pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi aktivitas perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum wajib disesuaikan menggunakan kondisi lokal tidak boleh keluar dari ”school setting”. Model ini cocok relevan buat diterapkan pada konteks pelatihan usaha atau industri
d. Technical Model : pada model ini pembelajaran ditinjau sebagai suatu ”sistem”. ”Sistem” bisa dipahami terdiri dari bagian-bagian yg saling berafiliasi. Sebuah sistem akan efektif dan efisien apabila dikontrol dengan manajemen yang bagus. Dalam model ini, komponen-komponen misalnya analisis kebutuhan, perumusan tujuan yang khusus, pemilihan materi, metode, serta penetapan evaluasi merupakan bagian yang tidak mampu dipisahkan satu sama lain. Model ini cocok diterapkan buat proses belajar mengajar dalam pendidikan teknologi serta kejuruan . 

2. Tinjauan Sistem pada Pengembangan Kurikulum 

Gambar  Vocational Program System
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)

C. Perencanaan Kurikulum 
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama pada proses pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), mendeskripsikan tahapan dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan menjadi berikut : 

Gambar Curriculum Development in Vocational and Technical Education
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 21)

1. Pengambilan Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum 
Dalam konteks pengambilan keputusan buat perencanaan kurikulum terdapat lima tahapan yg dilakukan :
a. Mendefinisikan kasus dan mengklarifikasikan beberapa cara lain pemecahan kasus; tahap ini merupakan termin yg cukup kritis dalam mendefinisikan suatu masalah. Pada tahap ini jika suatu kasus dapat “didefinisikan dengan baik” maka pemecahan perkara melalui cara lain yg mungkin bisa diidentifikasi serta diklarifikasi. Sebagai model, suatu community college memperlihatkan 4 program yang berbeda buat pendidikan teknologi serta kejuruan. Data mengenai masing-masing keempat program tadi dapat dikumpulkan dan diklarifikasi serta dianalisis secara simultan buat menetapkan mana diantara keempat acara tersebut (bila nir diambil semuanya) wajib diimplementasikan.

b.menetapkan baku dari masing-masing alternatif ; jikalau dalam tahap pertama beberapa cara lain diklarifikasi, maka pada termin kedua atau selanjutnya merupakan menciptakan baku menurut masing-masing alternatif tersebut. Penetapan standar akan membantu para pengambil keputusan buat memilih alternatif yang paling mungkin buat ditawarkan serta sumber daya apa yg perlu disediakan. Standar akan membantu para pengembang kurikulum pada penetapan dan operasinalisasi berdasarkan acara pendidikan teknologi serta kejuruan yg berkualitas.

c. Pengumpulan data yg herbi sekolah dan warga buat didampingkan menggunakan standar yang terdapat; setelah ditetapkan standar pada tahap ke 2, data sekarang dapat diidentifikasi dan dikumpulkan buat masing-masing cara lain . Data akan diharapkan untuk dikumpulkan menurut dua sumber yaitu sekolah serta rakyat.

d. Analisis Data; Pada tahap keempat, perencana kurikulum harus dengan objektif menganalisis semua data berdasarkan standar yang telah ditetapkan tadi. Pada termin ini dilakukan aktivitas merancang ; menyimpulkan, menganalisis , dan mempersiapakn data dalam bentuk form yg dapat digunakan pada saat pengambilan keputusan datang. Situasi ini mungkin terjadi dalam saat termin yang memerlukan data tambahan yang tidak mampu dikumpulkan, sebagai akibatnya ketetapan data harus dibuat buat pengumpulan data sebelum seluruh data bisa dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara seksama. 

e. Memutuskan cara lain mana yang dapat mendukung pada data; Tahap kelima merefresentasikan tahap akhir berdasarkan proses pengambilan keputusan. Pada termin ini, beberapa cara lain bisa diabaikan misalnya data yang tidak layak atau menerima data yang layak yang bisa digunakan dalam menyebarkan kurikulum. Dalam beberapa masalah, hanya satu cara lain yg mungkin dipilih berdasarkan beberapa kemungkinan. Atau seluruh cara lain mungkin dipercaya nir sinkron. Akan tetapi pada kasus lain , semua alternatif dipercaya layak. 

2. Pengumpulan Informasi yang Berkaitan Dengan Sekolah
Salah satu faktor yang wajib diperhatikan sang para perencana kurikulum pada pendidikan teknologi serta kejuruan merupakan ”school setting”. Hal ini wajib diperhatikan mengingat tujuan utama berdasarkan proses pembelajaran di pendidikan teknologi serta kejuruan adalah mempersiapkan murid buat sukses sebagai “pegawai” pada dunia kerja. Dalam bab ini difokuskan buat mengumpulkan data yg berkaitan dengan sistem yg mempengaruhi proses pembelajaran pada sekolah. Beberapa faktor yang yang berkaitan tersebut yaitu :
a. Tingkat droupout serta aneka macam alasan yg mendasarinya; para perencana kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yang secara nir eksklusif menggambarkan kecenderungan minat menurut siswa. 
b. Ketertarikan dalam karir / jabatan pekerjaan; buat menilai kecenderungan pada karir ini sanggup dilakukan menggunakan cara melalukan banyak sekali tes yang akan sanggup menggambarkan minat/ kesamaan siswa terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yg dapat dilakukan antara lain : standardized achievement test.
c. Ketertarikan serta concern orang tua murid;keterlibatan orang tua murid menjadi hal yg krusial pada memilih acara pembelajaran pada sekolah. Concern orang tua akan sangat menghipnotis terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan ”masukan” dari para orang tua murid.
d. Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan di pasar kerja adalah tujuan primer berdasarkan acara pendidikan teknologi serta kejuruan, sang karena itu para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa usang masa tunggu kerja lulusan serta seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
e. Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan kecenderungan pasar kerja pada masa yg akan tiba. Kecenderungan ini akan ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi fakta akan menuntut buat membuka acara studi baru misalnya ICT atau pembelajaran perlu diorientasikan menggunakan memanfaatkan teknologi tadi. 
f. Penilaian terhadap ketersediaan fasilitas; dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan, fasilitas memegang peranan krusial. Dengan fasilitas yg memadai akan sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan buat bekerja mengindikasikan fasilitas yang idealnya sinkron menggunakan tuntutan pekerjaan yg terdapat. 

3. Pengumpulan Data yg Berkaitan menggunakan Masyarakat 
a. Keadaan rakyat; yg dimaksud perkembangan rakyat pada sini diantaranya keadaan geografis dimana sekolah tadi berada, kecenderungan jumlah penduduk, serta nilai-nilai yang berlaku di rakyat, 
b. Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan; meliputi bidang-bidang pekerjaan yang muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Keseimbangan “supply-demand” tenaga kerja; para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini ,menggunakan asa jumlah lulusan yg dihasilkan disesuaikan menggunakan jumlah pekerjaan yang terdapat sehingga tidak terjadi pengangguran .

D. Penetapan Isi Kurikulum 
1. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum 
Berbagai faktor yg menentukan terhadap isi kurikulum paling nir ada 2 hal yg wajib diperhatikan : 
a. Relevansi isi kurikulum menggunakan konteks pendidikan yg berkaitan dengan masalah-duduk perkara yang menyangkut dukungan warga kependidian, ketersediaan energi guru serta jajaran kependidikan yg lain buat mendukung implementasi kurikulum, kualitas masukan calon murid serta aspirasi pendidikannya, serta jua hal-hal yg menyangkut administrasi akademik aplikasi kurikulum tadi.

b. Relevansi kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut dilema-persoalan yg berkaitan dengan daya dukung rakyat global kerja baik dalam hal ketersediaan bantuan fisik maupun non fisik, kemungkinan pengumpulan sumber fakta buat masukan perencanaan dan penyempurnaan kurikulum, serta ketersediaan warga dunia usaha serta global industri buat membantu sebagai anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam penentuan isi kurikulum merupakan perkara kebutuhan individu siswa yg untuk aneka macam jenjang pendidikan akan sangat berbeda. 

2. Strategi Penetapan Isi Kurikulum 
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa taktik / pendekatan yang bisa dipakai pada mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan sang para pakar kurikulum di Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya merupakan proyek beserta antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi dengan General Learning Corporation di Canada, tetapi lalu diseminasinya dilaksanakan di banyak lembaga pendidikan kejuruan.pada sistem ini, isi kurikulum digagas sang para pengusaha atau pekerja menurut industri serta dunia bisnis tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada asumsi bahwa pada penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi dibutuhkan memiliki relevansi yang tinggi menggunakan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya pengajar dan pelatih yang sehari-hari terlibat pada mengajar saja kurang bisa memberikan donasi yang positif. Keunikan menurut proses identifikasi isi kurikulum menggunakan pendekatan DACUM ini merupakan urutan dan intensitas partisipasi peserta yg wajib ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut, bukan terbatas hanya dalam inventarisasi skill saja atau pengetahuan spesifik yang akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi jua sampai dalam tingkat kemahiran atau kompetensi sinkron dengan apa yg dibutuhkan dalam situasi kerja yang konkret. Ini adalah kelebihan berdasarkan cara pendekatan yg seluruhnya melibatkan pihak pengusaha menurut industri serta global kerja.

b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa siswa yg belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan wajib memeriksa fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk mengklaim kelangsungan kerja suatu industri atau dunia bisnis tertentu, serta lalu dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait menggunakan fungsi atau tugas eksklusif.buat dijadikan masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur menurut penentuan isi kurikulum ini merupakan dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian bisa dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dalam setiap fungsi, buat lalu dikaitkan menggunakan kompetensi atau keterampilan yang wajib dimiliki sang orang yang akan mengerjakan kegiatan-aktivitas tadi. Kompetensi ini dirumuskan baik pada bentuk pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dengan taraf yang bervariasi.

c. Pendekatan Analisis Tugas; pada pendekatan ini, isi kurikulum diambil berdasarkan aspek-aspek perilaku serta persyaratan kerja tertentu yg dijabarkan pribadi dari deskripsi pekerjaan atau pelukisan tugas yang sudah ”mapan”. Sebagai model konsorsium pendidikan kejuruan pada Amerika Serikat yg beranggotakan beberapa negara bagian sudah poly menyebarkan kurikulum program studi kejuruan yang berdasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (1) melakukan kajian literatur serta berita yang relevan, (dua) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (tiga) Memilih sampel atau model pekerja sebagai sumber data; (4) melaksanakan survei atau penelitian di lapangan; (lima) menganalisis hasil informasi lapangan buat dijabarkan menjadi kurikulum serta kegiatan belajar pada sekolah . Dari langkah kelima ini, output informasi lapangan analisis tugas, kemudian diorganisir dan diolah sebagai akibatnya menjadi bahan acuan pada penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan menggunakan cara analisis zona (zone analysis) serta analisis isi (content analysis). Yang pertama melukiskan gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan grup mata pelajaran yg dibagi menjadi kelompok spesialisasi, gerombolan penunjang, serta gerombolan dasar, masing-masing menggunakan proporsi yang harus dipikirkan dengan matang. Yang kedua menyangkut penjabaran rincian output analisis tugas menjadi materi belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan instruksional serta pengadaan materi instruksionalnya, baik yg berupa lembar keterangan, lbr kerja, lembar tugas, dan lembar pengamatan. 

d. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para pakar filsafat sebagai faktor dominan dalam penentuan isi kurikulum. Secara simpel dapat dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yg dimiliki oleh seorang atau gerombolan yg lalu mendasari segenap sikap serta perbuatannya. Dalam literatur poly sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yang berkenaan dengan pendidikan teknologi serta kejuruan dan menurut pernyataan-pernyataan tersebut lalu dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan wajib menekankan penyesuaian murid dengan jenis pekerjaan yg terdapat pada lapangan kerja, maka isi kurikulumnya sanggup diramalkan akan sangat didominasi sang penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional misalnya bagaimana mengikuti keadaan dengan lingkungan, bagaimana mengatasi problem mobilitas pekerjaan, serta kemampuan berhubungan dengan sesama orang (human relations skill). 

e. Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada hasil pemikiran perorangan atau grup, namun difokuskan pada pemikiran serta perasaan menurut mereka yang terlibat langsung pada penyelenggaraan pendidikan teknologi serta kejuruan, misalnya contohnya para guru serta administrator yg sehari-harinya bekerja di lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya pemikiran ini dimulai menggunakan memeriksa apa yg selama ini sudah berjalan, mungkin dilengkapi menggunakan data komparatif dengan program yang serupa pada tempat lain dalam suatu negara juga dibandingkan dengan orang lain meskipun lewat literatur.

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 
Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yg dibahas pada artikel ini melalui tiga tahapan primer yaitu proses perencanaan kurikulum , penetapan isi kurikulum, dan implementasi kurikulum. Sebelum membahas masing-masing tahapan tersebut, artikel ini terlebih dahulu membahas mengenai perspektif historis pendidikan teknologi kejuruan. Perkembangan pendidikan pada masa ini, dan yang terpenting adalah ciri pendidikan teknologi serta kejuruan yang mendasari ketiga tahapan pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi kejuruan.

A.perspektif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi serta Kejuruan 
1. Perspektif Sejarah
Banyak faktor yg menyebabkan terjadinya disparitas pada menyebarkan kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan keliru satunya adalah pengaruh ”sejarah”. Sejarah mempunyai pesan penting buat memberikan keterangan peristiwa dulu serta menyediakan perspektif yg bermakna bagi para pengembang kurikulum. Dilihat menurut perspektif sejarah, bisnis perencanaan serta pengembangan kurikulum sudah dimulai dalam masa Mesir antik lebih kurang 2000 tahun SM. Program-acara magang yg terorganisir (apprenticeship) menggunakan cara menyelidiki suatu keterampilan tertentu dari seorang yg telah dipandang ahli yang berpengalaman sebagai karakteristik spesial pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan dalam waktu itu, meliputi belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra . Ini tercatat dalam sejarah menjadi bisnis awal penggabungan antara belajar pada kelas buat kemampuan-kemampuan dasar serta belajar eksklusif di loka kerja buat hal-hal yang bersifat keterampilan terapan menggunakan fokus pada metode menirukan cara bekerja para ahli yang telah mapan pada pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian dunia lain hingga kurang lebih abad ke-19.

Sebenarnya terdapat pula usaha-usaha lain yg mencoba memberi alternatif selain acara magang, baik yg berupa pemikiran maupun tindakan konkret berupa pendirian forum-lembaga pendidikan yg sudah bersifat relatif formal. Pemikiran-pemikiran kependidikan yg dipelopori oleh para pakar filsafat seperti John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau memberi ilham bertenaga terhadap bentuk-bentuk persekolahan antik yg mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yang lebih formal dengan memasukkan aspek pendidikan mental misalnya filsafat dan nalar serta pendidikan kesenian.ketika revolusi industri pecah pada awal abad ke-19 , terjadi permintaan energi terlatih yang murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin lagi terpenuhi berdasarkan sistem pendidikan magang yg umumnya memerlukan saat yg usang serta biaya relatif mahal. 

Sejak saat itulah, kemudian muncul poly pemikiran-pemikiran buat mengusahakan perencanaan serta pengembangan kurikulum sekolah secara sistematis, termasuk galat satunya merupakan pemikiran Victor Della Vos yg mengawali adanya pemikiran yg sistematis dalam pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi dan kejuruan. Della yang merupakan direktur berdasarkan ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun 1876 pada Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru pada pembelajaran teknik, sehingga dalam saat itu Della menjadi katalis buat pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971). Pada ketika itu Della terkenal menggunakan 4 asumsi yang berkaitan menggunakan pedagogi pada bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh pada ketika yang sesingkat mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara buat memberikan pengajaran yang relatif buat jumlah siswa yg poly pada satu waktu; (c) menggunakan metode yang akan memberikan pelajaran praktek di bengkel dengan pemenuhan pengetahuan yang mencukupi, serta (d) sebagai akibatnya memungkinkan guru dapat memutuskan perkembangan murid setiap waktu. 

2. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vs Pendidikan Umum 
Sepanjang hidupnya seseorang insan mempunyai kesempatan berpartisipasi baik pada pendidikan formal maupun informal, dan sejauhmana partisipasi ini dilakukan akan sebagai keliru satu faktor bagi penentu bagi kemampuannya mengarungi kehidupannya. Finch & Crunkilton (1984 : 8) menggambarkan jalinan partisipasi ini dikaitkan menggunakan dua tujuan krusial diselenggarakannya pendidikan secara luas, yaitu : (1) pendidikan untuk hayati dan (dua) pendidikan buat mencari penghidupan

Gambar  Education in Our Society
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 8)

3. Konsep Dasar Kurikulum 
Finch & Crunkilton (1984 : 9), mengemukakan definisi kurikulum menjadi .... As the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school” Dari definisi tersebut dapat paling nir ada 2 point yg harus diperhatikan, yaitu bahwa fokus utama kurikulum adalah siswa dan yg kedua bahwa bagian berdasarkan kurikulum tidak hanya mata pelajaran akan tetapi seluruh kegiatan (olah raga, klub, kegiatan kokurikuler) mempunyai imbas yg signifikan buat pembentukan individu murid yg total dan buat mencapai efektivitas dari kurikulum .

4. Hubungan antara Kurikulum serta Pembelajaran 
Penjelasan hubungan antara kurikulum dan pembelajaran akan menaruh membawa konsekuensi pribadi pada disparitas pengertian antara perencanaan kurikulum serta perencanaan pembelajaran. Finch & Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan hubungan keduanya menjadi berikut : 

Gambar Possible Shared and Unique Aspects of Instructional Development and Curriculum Development

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : Jikalau ada seorang guru merumuskan tujuan buat mata pelajaran yg diampunya, maka kegiatan tadi diklasifikasikan menjadi pengembangan pembelajaran . Di lain pihak jika ada sekelompok guru yg merumuskan tujuan buat dipakai pada mata pelajaran beliau sendiri atau bahkan buat mata pelajaran -mata pelajaran yang lainnya, maka kegiatan tesebut dinamakan kegiatan pengembangan kurikulum. 

5. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 
Pendidikan Teknologi serta Kejuruan adalah sistem yg tidak terpisahkan menurut sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan memiliki karakteristik serta kekhususan tersendiri yg membedakannya menggunakan sub sistem pendidikan yg lain. Perbedaan ini tidak hanya pada definisi, struktur organisasi, dan tujuan pendidikannya saja, tetapi terlihat dari aspek lainnya yg berkaitan menggunakan aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik – karakteristik dasar menurut kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu : 

a. Orientasi 
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, bukan saja diukur berdasarkan pencapaian output belajar berupa kelulusan, tetapi dalam kemampuan para lulusan kelak di global kerja. Asumsi tadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan kejuruan yg merupakan pendidikan buat penyiapan energi kerja, maka dengan sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju pada output atau lulusan. 

b. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan berdasarkan dalam identifikasi kebutuhan berbagai jenis pekerjaan yg ada di lapangan. Inilah yg sebagai alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan eksistensi pendidikan teknologi serta kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan energi kerja di lapangan. Oleh karena itu, yg dimaksud justifikasi di sini merupakan justifikasi buat eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan ”tidak layak terdapat” apabila di lapangan nir dibutuhkan tenaga kerja yg akan dididik pada sekolah tersebut. 

c. Fokus 
Fokus kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan nir hanya pada aspek skill / psikomotorik misalnya yang dipahami sebagian rakyat, akan tetapi kurikulum membantu siswa buat mengembangkan diri dalam seluruh aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang tujuan akhirnya buat memberikan donasi buat keberhasilan sebagai ”pekerja” atau menggunakan istilah lain siswa dididik buat memiliki kemampuan yg komprehensif serta simultan sehingga bisa sebagai pekerja yg ”produktif”. Mengembangkan keliru aspek saja bertentangan dengan hakikat murid menjadi suatu totalitas langsung.

d. Kriteria Keberhasilan di Sekolah dan Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria buat memilih keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success) serta keberhasilan di luar sekolah (out-of-school success). Kriteria yang pertama mencakup aspek keberhasilan anak didik dalam menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang ke 2 diindikasikan sang keberhasilan performance lulusan sehabis berada di global kerja. 

e. Hubungan antara Sekolah –Masyarakat serta Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah serta rakyat lebih khususnya dengan global industri merupakan karakteristik yg sangat penting pada konteks pendidikan teknologi serta kejuruan. Peran warga serta pemerintah pada hal ini sama pentingnya. Masyarakat serta pemerintah memiliki tanggung jawab buat berbagi pendidikan teknologi serta kejuruan. Perwujudan hubungan timbal pulang yang menunjang ini meliputi adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee), kesediaan dunia bisnis menampung siswa pendidikan teknologi dan kejuruan dalam acara kerjasama yg memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, informasi kecenderungan ketenagakerjaan yang selalu dijabarkan ke pada perencanaan serta implementasi program pendidikan. 

f. Kepekaan 
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri lain yaitu kepekaan atau daya suai yg tinggi terhadap perkembangan masyarakat dalam umumnya serta dunia kerja dalam khususnya, hal ini dimungkinkan karena komitmen pendidikan teknologi dan kejuruan yang tinggi buat selalu berorientasi pada dunia kerja. Perkembangan ilmu serta teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, penemuan serta penemuan-penemuan terbaru dalam bidang produksi serta jasa, semuanya itu sangat akbar pengaruhnya terhadap kesamaan pendidikan teknologi serta kejuruan. Tidak terkecuali merupakan mobilitas kerja baik vertikal juga horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya wajib diantisipasi secara cermat guna menjamin relevansi yang tinggi antara isi pendidikan teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja. 

g. Logistik/ Sarana Prasarana dan Pembiayaan 
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan , ketersediaan wahana prasarana adalah sesuatu yg sangat penting. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yg bisa mencerminkan situasi dunia kerja secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan yang generik menyertai eksistensi / keberadaan pendidikan teknologi dan kejuruan, selain pengalaman lapangan yang umumnya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam konteks ini, seringkali dipertanyakan apakah investasi yang besar di pendidikan teknologi serta kejuruan relatif efisien dibandingkan dengan hasilnya. 

B. Model Pengembangan Kurikulum 
1. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan 
Gay pada Finch (1984) mengemukakan terdapat empat contoh desain dalam proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential contoh, pragmatic model, dan technical contoh. 
a. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan nalar ilmiah sebagai basis dalam penetapan kurikulum. Kurikulum dikembangkan berdasarkan pendekatan struktur yg sinkron menggunakan disiplin ilmu atau disiplin ilmu buat menciptakan isi kurikulum. Model ini cocok buat para calon-calon profesional pada suatu bidang eksklusif.
b. Experiential Model : berorientasi dalam ”learned centered and activity-oriented” person and process oriented. Model ini cocok buat pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi kegiatan perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum wajib diadaptasi menggunakan syarat lokal nir boleh keluar berdasarkan ”school setting”. Model ini cocok relevan untuk diterapkan pada konteks pelatihan bisnis atau industri
d. Technical Model : pada model ini pembelajaran dipandang menjadi suatu ”sistem”. ”Sistem” bisa dipahami terdiri dari bagian-bagian yang saling bekerjasama. Sebuah sistem akan efektif dan efisien jika dikontrol menggunakan manajemen yg bagus. Dalam contoh ini, komponen-komponen seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan yg khusus, pemilihan materi, metode, serta penetapan evaluasi merupakan bagian yg nir sanggup dipisahkan satu sama lain. Model ini cocok diterapkan buat proses belajar mengajar pada pendidikan teknologi serta kejuruan . 

2. Tinjauan Sistem pada Pengembangan Kurikulum 

Gambar  Vocational Program System
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)

C. Perencanaan Kurikulum 
Perencanaan kurikulum adalah langkah pertama pada proses pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), menggambarkan tahapan dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan menjadi berikut : 

Gambar Curriculum Development in Vocational and Technical Education
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 21)

1. Pengambilan Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum 
Dalam konteks pengambilan keputusan buat perencanaan kurikulum ada lima tahapan yg dilakukan :
a. Mendefinisikan perkara serta mengklarifikasikan beberapa alternatif pemecahan perkara; termin ini merupakan termin yang relatif kritis pada mendefinisikan suatu kasus. Pada tahap ini jika suatu kasus bisa “didefinisikan dengan baik” maka pemecahan masalah melalui alternatif yang mungkin bisa diidentifikasi dan diklarifikasi. Sebagai contoh, suatu community college menawarkan 4 program yg tidak sinkron buat pendidikan teknologi serta kejuruan. Data mengenai masing-masing keempat acara tersebut dapat dikumpulkan dan diklarifikasi dan dianalisis secara simultan buat memutuskan mana diantara keempat acara tadi (bila nir diambil semuanya) wajib diimplementasikan.

b.menetapkan standar menurut masing-masing alternatif ; bila dalam tahap pertama beberapa alternatif diklarifikasi, maka dalam tahap kedua atau selanjutnya merupakan membuat standar berdasarkan masing-masing cara lain tersebut. Penetapan standar akan membantu para pengambil keputusan buat menentukan cara lain yang paling mungkin buat ditawarkan dan sumber daya apa yang perlu disediakan. Standar akan membantu para pengembang kurikulum pada penetapan serta operasinalisasi berdasarkan program pendidikan teknologi serta kejuruan yg berkualitas.

c. Pengumpulan data yang herbi sekolah serta warga buat didampingkan dengan baku yg ada; sesudah ditetapkan standar pada termin ke 2, data sekarang bisa diidentifikasi dan dikumpulkan buat masing-masing cara lain . Data akan dibutuhkan buat dikumpulkan berdasarkan dua asal yaitu sekolah dan masyarakat.

d. Analisis Data; Pada termin keempat, perencana kurikulum wajib menggunakan objektif menganalisis semua data menurut baku yg telah ditetapkan tadi. Pada tahap ini dilakukan kegiatan merancang ; menyimpulkan, menganalisis , dan mempersiapakn data pada bentuk form yang dapat digunakan pada saat pengambilan keputusan datang. Situasi ini mungkin terjadi dalam ketika termin yg memerlukan data tambahan yg nir bisa dikumpulkan, sebagai akibatnya ketetapan data harus dibentuk buat pengumpulan data sebelum semua data dapat dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara seksama. 

e. Memutuskan cara lain mana yang dapat mendukung dalam data; Tahap kelima merefresentasikan termin akhir dari proses pengambilan keputusan. Pada tahap ini, beberapa cara lain bisa diabaikan misalnya data yg nir layak atau menerima data yg layak yg bisa dipakai dalam mengembangkan kurikulum. Dalam beberapa masalah, hanya satu alternatif yang mungkin dipilih berdasarkan beberapa kemungkinan. Atau semua cara lain mungkin dipercaya nir sinkron. Akan namun dalam perkara lain , seluruh cara lain dipercaya layak. 

2. Pengumpulan Informasi yg Berkaitan Dengan Sekolah
Salah satu faktor yang harus diperhatikan sang para perencana kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan merupakan ”school setting”. Hal ini wajib diperhatikan mengingat tujuan utama dari proses pembelajaran pada pendidikan teknologi dan kejuruan merupakan mempersiapkan siswa buat sukses sebagai “pegawai” pada dunia kerja. Dalam bab ini difokuskan buat mengumpulkan data yang berkaitan dengan sistem yang menghipnotis proses pembelajaran di sekolah. Beberapa faktor yg yg berkaitan tadi yaitu :
a. Tingkat droupout dan aneka macam alasan yg mendasarinya; para perencana kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yg secara nir langsung menggambarkan kesamaan minat menurut siswa. 
b. Ketertarikan pada karir / jabatan pekerjaan; buat menilai kesamaan pada karir ini mampu dilakukan dengan cara melalukan banyak sekali tes yang akan mampu menggambarkan minat/ kecenderungan peserta didik terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yang bisa dilakukan diantaranya : standardized achievement test.
c. Ketertarikan serta concern orang tua murid;keterlibatan orang tua murid menjadi hal yg krusial pada menentukan acara pembelajaran di sekolah. Concern orang tua akan sangat mempengaruhi terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan ”masukan” menurut para orang tua anak didik.
d. Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan pada pasar kerja merupakan tujuan utama berdasarkan acara pendidikan teknologi dan kejuruan, oleh karena itu para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa lama masa tunggu kerja lulusan dan seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
e. Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan kesamaan pasar kerja pada masa yg akan tiba. Kecenderungan ini akan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi fakta akan menuntut buat membuka program studi baru contohnya ICT atau pembelajaran perlu diorientasikan menggunakan memanfaatkan teknologi tersebut. 
f. Penilaian terhadap ketersediaan fasilitas; dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan, fasilitas memegang peranan krusial. Dengan fasilitas yg memadai akan sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan buat bekerja menandakan fasilitas yg idealnya sinkron menggunakan tuntutan pekerjaan yang terdapat. 

3. Pengumpulan Data yang Berkaitan dengan Masyarakat 
a. Keadaan rakyat; yg dimaksud perkembangan masyarakat di sini diantaranya keadaan geografis dimana sekolah tersebut berada, kesamaan jumlah penduduk, dan nilai-nilai yg berlaku pada warga , 
b. Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan; meliputi bidang-bidang pekerjaan yg muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Keseimbangan “supply-demand” tenaga kerja; para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini ,dengan asa jumlah lulusan yang dihasilkan disesuaikan dengan jumlah pekerjaan yang terdapat sehingga nir terjadi pengangguran .

D. Penetapan Isi Kurikulum 
1. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum 
Berbagai faktor yg memilih terhadap isi kurikulum paling nir ada dua hal yg harus diperhatikan : 
a. Relevansi isi kurikulum menggunakan konteks pendidikan yg berkaitan menggunakan problem-persoalan yang menyangkut dukungan rakyat kependidian, ketersediaan energi guru dan jajaran kependidikan yg lain untuk mendukung implementasi kurikulum, kualitas masukan calon siswa dan aspirasi pendidikannya, serta jua hal-hal yang menyangkut administrasi akademik aplikasi kurikulum tersebut.

b. Relevansi kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut dilema-dilema yang berkaitan menggunakan daya dukung rakyat dunia kerja baik pada hal ketersediaan bantuan fisik juga non fisik, kemungkinan pengumpulan asal fakta buat masukan perencanaan serta penyempurnaan kurikulum, serta ketersediaan rakyat global usaha dan dunia industri buat membantu menjadi anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).

Faktor lain yang wajib diperhatikan dalam penentuan isi kurikulum adalah kasus kebutuhan individu siswa yg buat berbagai jenjang pendidikan akan sangat tidak selaras. 

2. Strategi Penetapan Isi Kurikulum 
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa strategi / pendekatan yang bisa digunakan pada mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan oleh para pakar kurikulum pada Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya adalah proyek bersama antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi menggunakan General Learning Corporation pada Canada, tetapi lalu diseminasinya dilaksanakan di poly lembaga pendidikan kejuruan.pada sistem ini, isi kurikulum digagas oleh para pengusaha atau pekerja menurut industri serta dunia bisnis tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada perkiraan bahwa pada penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi diharapkan mempunyai relevansi yg tinggi menggunakan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya pengajar dan instruktur yang sehari-hari terlibat dalam mengajar saja kurang dapat menaruh kontribusi yg positif. Keunikan menurut proses identifikasi isi kurikulum menggunakan pendekatan DACUM ini adalah urutan dan intensitas partisipasi peserta yang harus ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yg dihasilkan selama proses tadi, bukan terbatas hanya dalam inventarisasi skill saja atau pengetahuan khusus yg akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi jua hingga dalam taraf kemahiran atau kompetensi sesuai dengan apa yg diharapkan pada situasi kerja yang konkret. Ini adalah kelebihan berdasarkan cara pendekatan yang seluruhnya melibatkan pihak pengusaha dari industri serta dunia kerja.

b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh perkiraan bahwa anak didik yang belajar melalui pendidikan teknologi serta kejuruan harus mengusut fungsi-fungsi apa yang harus ada buat mengklaim kelangsungan kerja suatu industri atau global usaha tertentu, serta kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait menggunakan fungsi atau tugas eksklusif.buat dijadikan masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur dari penentuan isi kurikulum ini adalah dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian bisa dirinci lagi sebagai daftar kegiatan-kegiatan pada setiap fungsi, buat kemudian dikaitkan dengan kompetensi atau keterampilan yg harus dimiliki sang orang yang akan mengerjakan kegiatan-aktivitas tadi. Kompetensi ini dirumuskan baik pada bentuk pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan menggunakan tingkat yang bervariasi.

c. Pendekatan Analisis Tugas; pada pendekatan ini, isi kurikulum diambil berdasarkan aspek-aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yg dijabarkan eksklusif berdasarkan pelukisan pekerjaan atau pelukisan tugas yg sudah ”mapan”. Sebagai model konsorsium pendidikan kejuruan pada Amerika Serikat yang beranggotakan beberapa negara bagian sudah poly menyebarkan kurikulum acara studi kejuruan yang berdasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah menjadi berikut (1) melakukan kajian literatur serta liputan yang relevan, (dua) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (tiga) Memilih sampel atau contoh pekerja menjadi sumber data; (4) melaksanakan survei atau penelitian di lapangan; (lima) menganalisis output kuesioner untuk dijabarkan sebagai kurikulum dan kegiatan belajar di sekolah . Dari langkah kelima ini, hasil kuesioner analisis tugas, lalu diorganisir serta diolah sehingga sebagai bahan acuan pada penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan dengan cara analisis zona (zone analysis) dan analisis isi (content analysis). Yang pertama melukiskan citra menyeluruh isi kurikulum berdasarkan kelompok mata pelajaran yg dibagi sebagai gerombolan spesialisasi, kelompok penunjang, dan gerombolan dasar, masing-masing menggunakan proporsi yang wajib dipikirkan menggunakan matang. Yang ke 2 menyangkut pembagian terstruktur mengenai rincian output analisis tugas sebagai materi belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan menggunakan desain aktivitas instruksional serta pengadaan materi instruksionalnya, baik yg berupa lbr liputan, lbr kerja, lembar tugas, dan lbr pengamatan. 

d. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para pakar filsafat sebagai faktor secara umum dikuasai pada penentuan isi kurikulum. Secara mudah bisa dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yg dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang lalu mendasari segenap sikap serta perbuatannya. Dalam literatur poly sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yg berkenaan dengan pendidikan teknologi serta kejuruan serta berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan wajib menekankan penyesuaian siswa menggunakan jenis pekerjaan yg terdapat pada lapangan kerja, maka isi kurikulumnya bisa diramalkan akan sangat didominasi oleh penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional seperti bagaimana beradaptasi dengan lingkungan, bagaimana mengatasi masalah gerak pekerjaan, dan kemampuan herbi sesama orang (human relations skill). 

e. Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada output pemikiran perorangan atau kelompok, tetapi difokuskan pada pemikiran serta perasaan berdasarkan mereka yang terlibat langsung pada penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan, seperti contohnya para guru dan administrator yg sehari-harinya bekerja pada lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya pemikiran ini dimulai menggunakan mempelajari apa yang selama ini sudah berjalan, mungkin dilengkapi menggunakan data komparatif dengan program yg serupa di loka lain dalam suatu negara juga dibandingkan menggunakan orang lain meskipun lewat literatur.