PENGERTIAN TATA LETAK FASILITAS

Tinjauan Tata Letak Fasilitas
Didalam perencanaan fasilitas pabrik ada dua hal utama yg akan dibahas, yaitu pertama berkaitan menggunakan perencanaan lokasi pabrik (plant location) yaitu penetapan lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi wajib ditempatkan, dan yang ke 2 merupakan perancangan fasilitas produksi (facilities design) yang akan meliputi perancangan struktur bangunan (structure design), perancangan rapikan letak fasilitas produksi (facilities/plan layout design) serta perancangan sistem pemindahan material. Secara skematis hirarki berdasarkan perencanaan fasilitas pabrik tersebut dapat digambarkan menjadi berikut : (Sritomo,2000)

Gambar  Sistematika perencanaan fasilitas pabrik
Sumber : Sritomo, 2000

Perencanaan lokasi mencakup penentuan tempat fasilitas itu tidak sinkron, yg dipilih menggunakan memperhatikan faktor-faktor misalnya letak pasar, bahan standar, dan keadaan lingkungan. Perencanaan rapikan letak meliputi tata letak buat bangunan primer serta penunjang (misalnya bagian personalia, loka parkir) serta rapikan letak mesin-mesin didalam pabrik. Perencanaan sistem material handling mencakup penanganan bahan standar, personil, fakta dan peralatan-alat-alat yg dibutuhkan buat memperlancar pelaksanaan proses produksi.

Dalam perancangan fasilitas, tata letak pabrik seringkali menimbulkan beberapa masalah yg harus segera diatasi, lantaran kasus tata letak pabrik merupakan hal utama pada menunjang kelancangan proses produksi. Oleh karenanya rapikan letak pabrik sebagai sangat krusial pada menunjang keberhasilan suatu perusahaan, karena dengan tata letak yg baik dapat menaikkan efektivitas serta efisiensi yg tinggi selama proses produksi berlangsung.

Pengertian Tata Letak Fasilitas
Banyak definisi tata letak pabrik yg dikemukakan oleh para ahli yg pada dasarnya merupakan sama, antara lain yaitu :
1. Tata letak pabrik (plan lay out) atau rapikan letak fasilitas (facilities lay out) adalah rapikan cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi (Sritomo, 2000).
2. Tata letak fasilitas merupakan fungsi yg melibatkan analisa (sintesa), perencanaan serta desain berdasarkan interelasi antara pengaturan fasilitas fisik, pergerakan material, kegiatan yang dihubungkan menggunakan personil dan aliran kabar yg diharapkan untuk mencapai performan optimum pada rentang aktivitas yang berhubungan (James M, Apple, 1990).

Ruang Lingkup Rancang Fasilitas
Pekerjaan rancang fasilitas seringkali dikira hanya berhubungan dengan perancangan yang cermnat mengenai susunan peralatan produksi. Padahal perencanaan demikian hanya adalah keliru satu termin saja berdasarkan suatu rangkaian aktivitas yg sangat luas yg saling berhubungan dan yg secara holistik menciptakan kegiatan perancangan rapikan letak fasilitas.

Ruang lingkup pekerjaan rancang fasilitas meliputi satu kajian yg cermat paling tidak berdasarkan bidang-bidang berikut : (James M. Apple, 1990)
1. Pengangkutan
2. Penerimaan
3. Gudang bahan baku
4. Produksi
5. Perakitan
6. Pengemasan dan pengepakan
7. Pemindahan barang
8. Pelayanan pegawai
9. Kegiatan produksi penunjang
10. Pergudangan
11. Pengiriman
12. Perkantoran
13. Fasilitas luar (penunjang)
14. Bangunan
15. Lahan
16. Lokasi
17. Keamanan
18. Buangan

Tujuan Tata Letak Pabrik
Secara garis akbar tujuan primer menurut rapikan letak pabrik adalah mengatur area kerja serta segala fasilitas produksi yg paling ekonomis buat operasi produksi, aman dan nyaman sebagai akibatnya akan menaikkan moral kerja dan performans dari operator. Lebih spesifik lagi rapikan letak yang baik akan bisa menaruh laba-keuntungan dalam sistem produksi, diantaranya menjadi berikut : (Sritomo, 2000)

· Menaikan hasil produksi
Tata letak yang baik akan menaruh keluaran (hasil) yg lebih akbar dengan ongkos yg sama atau lebih sedikit, ketika kerja (man-hours) operator yg lebih kecil, dan mengurangi jam kerja mesin (machine hours).

· Mengurangi ketika tunggu (delay)
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari masing-masing departemen atau mesin. Dengan pengaturan yg baik maka bisa mengurangi saat tunggu (delay) yg berlebihan

· Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)
Pada sebagian besar proses produksi, bahan standar akan lebih acapkali dipindahkan dibandingkan menggunakan dua elemen dasar produksi lainnya. Dengan mengingat hal itu maka pada merencanakan rapikan letak wajib menekankan desainnya dalam usaha-bisnis meminimalkan kegiatan pemindahan bahan pada waktu proses produksi berlangsung.

· Penghematan penggunaan areal buat produksi, gudang serta service
Suatu perencanaan tata letak yg baik akan mencoba mengatasi segala pemborosan pemakaian ruangan dan berusaha buat mengoreksinya.

· Pendayagunaan yg lebih akbar menurut pemakaian mesin, energi kerja dan atau fasilitas produksi lainnya
Suatu rapikan letak yang terpola menggunakan baik akan banyak membantu pendayagunaan elemen-elemen produksi secara lebih efektif serta efisien.

· Mengurangi inventory in-process
Siatem produksi dalam dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan standar buat berpindah menurut suatu operasi langsung ke operasi berikutnya secepat-cepatnya serta berusaha mengurangi bertumpuknya bahan 1/2 jadi. Problem ini terutama bisa dilaksanakan dengan mengurangi ketika tunggu dan bahan yang menunggu buat segera diproses.

· Proses manufacturing lebih singkat
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu ke operasi yg lainnya serta mengurangi bahan yang menunggu dan penyimpanan yang nir dibutuhkan, maka waktu yg dibutuhkan berdasarkan bahan baku buat berpindah dari satu loka ke loka lainnya pada pabrik akan mampu diperpendek sehingga secara total saat produksi akan dipersingkat.

· Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja operator
Suasana yang aman dan nyaman bagi para pekerja dalam pekerjaannya. Hal-hal yg bisa dipercaya membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan kerja menurut operator haruslah dihindari.

· Memperbaiki moral serta kepuasan kerja
Penataan tata letak pabrik yang baik, rapi dan tertib akan menciptakan suasana kerja yg menyenangkan sebagai akibatnya moral serta kepuasan kerja mampu lebih ditingkatkan.

· Mempermudah kegiatan supervisi
Dengan tata letak pabrik yang terpola dengan baik akan mempermudah dalam mengamati segala aktifitas yang berlangsung di area kerja.

· Mengurangi kemacetan serta kesimpangsiuran
Tata letak pabrik yg baik akan menaruh luasan yg relatif untuk semua operasi yg diharapkan dan proses mampu berlangsung gampang dan sederhana.

· Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mensugesti kualitas berdasarkan bahan standar ataupun produk jadi
Tata letak yg baik akan menjaga bahan baku maupun produk jadi menurut getaran-getaran, debu, panas serta lain-lain sebagai akibatnya akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan.

Tujuan-tujuan tadi umumnya tidak dapat dicapai secara sekaligus, karena tujuan yang satu menggunakan yg lainnya dapat antagonis, contohnya buat dapat mempercepat atau memperlancar kegiatan material handling dapat dilakukan dengan memakai peralatan terkini, namun penggunaan peralatan ini tentunya akan menambah investasi modal perusahaan. Penggunaan ruang yang sangat efisien, misalnya penempatan mesin-mesin yg sangat rapat, bisa mengakibatkan kesulitan dalam pemeliharaan lantaran ruang mobilitas yg sangat terbatas. Oleh karenanya, perencanaan perlu memilih sasaran mana yg terutama hendak dicapai.

Pertimbangan Dalam Perencanaan Pabrik
Pada dasarnya perencanaan pulang rapikan letak pabrik menyangkut perencanaan produk baru atau tata letak baru berdasarkan fasilitas produksi yang sudah ada. Pada umumnya perencanaan pulang suatu pabrik ditimbulkan sang beberapa alasan tertentu diantaranya :
1. Adanya perubahan dalam design produk, contoh serta lain-lain.
2. Adanya perubahan lokasi pabrik suatu wilayah pemasaran.
3. Adanya perubahan ataupun peningkatan volume produksi yang akhirnya membawa perubahan kearah modifikasi segala fasilitas produksi yang terdapat.
4. Adanya keluhan-keluhan dari pekerja terhadap syarat kerja yg nir memenuhi persyaratan.
5. Adanya peningkatan jumlah kecelakaan dampak syarat area kerja yg kurang memenuhi persyaratan tersebut.
6. Adanya stagnasi-stagnasi dalam pemindahan bahan, gudang yg terlalu sempit serta lain-lain.

Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Tata Letak Fasilitas
Untuk menjamin kelengkapan serta ketepatan pekerjaan yg dilakukan dalam menghasilkan rancangan fasilitas, kebanyakan proses perancangan harus mengikuti langkah-langkah menjadi berikut : (James M. Apple, 1990)
1. Mendapatkan data dasar
2. Menganalisis data dasar
3. Merancang proses produksi
4. Merencanakan pola aliran bahan
5. Mempertimbangkan rencana pemindahan bahan menyeluruh
6. Menghitung kebutuhan peralatan
7. Merencanakan stasiun kerja mandiri
8. Memilih alat-alat pemindah barang tertentu
9. Mengkoordinir kelompok operasi yang berkaitan
10. Merancang keterkaitan kegiatan
11. Menentukan kebutuhan gudang
12. Merencanakan kegiatan pelayanan serta aktivitas lainnya
13. Menentukan kebutuhan gudang
14. Mengalokasikan kegiatan ke semua ruang
15. Mempertimbangkan jenis bangunan
16. Membangun rapikan letak induk
17. Mengevaluasi, menyesuaikan, dan menyelidiki rapikan letak dengan orang yang tepat
18. Memperoleh persetujuan
19. Membangun tata letak
20. Mengikuti pelaksanaan rapikan letak

Jenis-Jenis Persoalan Tata Letak
Permasalahan tata letak tidak selalu ada pada perancangan rapikan letak bagi pabrik baru, namun tak jarang terjadi pada penataletakan ulang menurut suatu proses yang sudah terdapat atau perubahan beberapa bagian berdasarkan susunan peralatan eksklusif.

Masalah-perkara tata letak pabrik dalam umumnya akan ada bila terjadi berbagai hal misalnya : (James M. Apple, 1990)

1. Perubahan rancangan produk
Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau operasi yang dibutuhkan. Perubahan ini hanya memerlukan penggantian sebagian mini tata letak yang telah ada, atau merancang ulang tata letak, tergantung pada perubahan perubahan-perubahan yg terjadi.

2. Perluasan departemen
Jika lantaran suatu alasan diharapkan menambah produksi suatu komponen produk eksklusif, mungkin saja dibutuhkan perubahan pada tata letak.

3. Pengurangan departemen
Jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu dipertimbangkan pemakaian proses yg tidak sinkron dari proses sebelumnya yang digunakan untuk produksi tinggi. Perubahan ini menuntut pemasangan jenis alat-alat baru.

4. Penambahan produk baru
Jika produk baru ditambah maka kemungkinan produk alat-alat yang ada dapat dipakai dengan menambah beberapa mesin baru disana-sini pada tata letak yg telah terdapat dengan penyusunan minimum, atau mungkin memerlukan penyiapan departemen baru atau seksi baru, mungkin jua pabrik baru.

5. Memindahkan satu departemen
Memindahkan satu departemen bisa mengakibatkan perkara tata letak yang akbar karena bisa menimbulkan perubahan kearah penataletakan ulang dalam daerah yang baru.

6. Peremajaan peralatan yang rusak
Persoalan ini menuntut pemindahan alat-alat yg berdekatan buat menerima tambahan ruang.

7. Perubahan metode produksi
Setiap perubahan kecil dalam satu tempat kerja tak jarang mempunyai pengaruh terhadap loka kerja yg berdekatan. Hal ini akan menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.

8. Penambahan departemen baru
Masalah ini bisa ada menurut harapan buat mengkonsolidasi-kan
9. Penurunan biaya
10. Perencanaan fasilitas baru

Prinsip Dasar Perencanaan Tata Letak Pabrik
Untuk merencanakan rapikan letak pabrik yang baik ada beberapa prinsip yg wajib diperhatikan, prinsip-prinsip tadi antara lain : (Sritomo, 2000)

· Prinsip integrasi secara total
Tata letak pabrik adalah integrasi secara total berdasarkan semua elemen produksi yg ada sebagai suatu operasi yang akbar.

· Prinsip jarak perpindahan bahan yg paling minimal
Hal ini mampu dilaksanakan menggunakan cara mencoba menempatkan operasi yg berikutnya sedekat mungkin menggunakan operasi yang sebelumnya.

· Prinsip aliran dari suatu proses kerja
Prinsip ini adalah kelengkapan berdasarkan jeda perpindahan bahan yang seminimal mungkin, dengan prinsip ini diusahakan untuk menghindari adanya gerakan kembali (back tracking), gerakan memotong (cross movement), stagnasi (congestion), serta sedapat mungkin material berkecimpung terus tanpa ada interupsi.

· Prinsip pemanfaatan ruangan
Pada dasarnya tata letak merupakan pengaturan ruang yg akan dipakai manusia, bahan standar, mesin dan peralatan penunjang proses produksi lainnya.

· Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
Melalui penataan suasana kerja yg menyenangkan serta memuaskan, akan memberikan moral kerja serta keselamatan kerja yang lebih baik serta mengurangi porto produksi.

· Prinsip fleksibilitas
Prinsip ini sangat penting dalam perkembangan disegala bidang, sangat cepat sebagai akibatnya dunia industri harus ikut berpacu buat mengimbanginya.

Tanda-Tanda Tata Letak yang Baik
Tata letak yg baik terwujud dengan mempunyai beberapa karakteristik yang kentara yg bisa dilihat bahkan berdasarkan satu pengamatan biasa. Diantara yg paling krusial merupakan :
1. Keterkaitan aktivitas yang terencana
2. Pola aliran barang terencana
3. Aliran yang lurus
4. Langkah balik (pulang ketempat yg sudah dilewati) yg minimum
5. Jalur genre tambahan
6. Gang yang lurus
7. Pemindahan antar operasi minimum
8. Metode pemindahan yang terencana
9. Jarak pemindahan minimum
10. Pemrosesan digabung dengan pemindahan bahan
11. Pemindahan bergerk berdasarkan penerimaan menuju pengiriman
12. Operasi pertama dekat menggunakan penerimaan
13. Operasi terakhir dekat menggunakan pengiriman
14. Penyimpanan pada loka pemakaian bila mungkin
15. Tata letak yg dapat diubahsuaikan menggunakan perubahan
16. Direncanakan buat perluasan terencana
17. Barang 1/2 jadi minimum
18. Sesedikit mungkin bahan yg tengah diproses
19. Pemakaian semua lantai pabrik maksimum
20. Ruang penyimpanan yang cukup
21. Penyediaan ruang yang cukup antar peralatan
22. Bangunan didirikan di sekeliling tata letak
23. Bahan diantar ke pekerja dan diambil menurut tempat kerja
24. Sesedikit mungkin jalan kaki antar operasi produksi
25. Penempatan yang sempurna buat fasilitas pelayanan produksi serta pekerja
26. Alat pemindah terpasang dalam loka yang sesuai
27. Fungsi pelayanan pekerja yang cukup
28. Pengendalian kebisingan, kotoran, debu, asap, kelembaban serta sebagainya yg cukup
29. Waktu pemrosesan bagi waktu produksi total maksimum
30. Sesedikit mungkin pemindahan barang
31. Pemindahan ulang minimum
32. Pemisah nir mengganggu genre barang
33. Pemindahan sang buruh langsung sesedikit mungkin
34. Pemindahan barang residu sekecil mungkin
35. Penempatan yang pantas bagi bagian penerimaan serta pengiriman

Macam-Macam Tipe Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik produksi dapat disusun berdasarkan beberapa alternatif sinkron dengan kebutuhan serta kondisi yg dihadapi. Tata letak fasilitas produksi tersebut dapat dibedakan sebagai berikut : (Sritomo, 2000) 

Tata Letak Fasilitas Sesuai Dengan Aliran Produk (Product Lay Out) 
Tata letak jenis ini dikonsentrasikan pada ketika memproduksi suatu macam produk standar. Tata letak yang dari genre produk akan menghatur mesin dan fasilitas lainnya berdasarkan prinsip “machine after machine”, tidak peduli macam mesin yang digunakan.

Dengan memakai rapikan letak tipe ini segala fasilitas buat proses manufaktur atau juga perakitan akan diletakkan menurut garis aliran (Flow Line) dari proses produksi tadi.

Tata letak dari genre produk ini adalah tipe layout yang paling popular buat pabrik yang bekerja/berproduksi secara massal (mass production).

Contoh tata letak jenis ini bisa dicermati pada gambar berikut :

Gambar  Tata letak berdasarkan genre produk
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Tata Letak Berdasarkan Aliran Proses (Process Lay Out) 
Tata letak dari genre proses tak jarang diklaim pula dengan fuctional layout, yaitu metode pengaturan serta penempatan berdasarkan mesin serta segala fasilitas produksi dengan tipe/macam yg sama pada sebuah departemen. Semua fasilitas atau mesin yang memiliki ciri-ciri operasi atau fungsi kerja yg sama diletakkan dalam sebuah departemen. Tata letak jenis ini umumnya diaplikasikan dalam industri yg bekerja dengan jumlah/volume produksi yang nisbi kecil dan terutama sekali buat jenis produk yg nir disetandarkan. Tata letak jenis ini jauh lebih fleksibel dibandingkan menggunakan tipe genre produk.

Tata letak jenis ini bisa dipandang pada contoh dibawah ini :

Gambar  Tata letak berdasarkan genre proses
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Tata Letak Dengan Lokasi Tetap 
Tata letak panrik yang menurut dalam posisi permanen, material atau komponen produk utamanya akan permanen tinggal pada posisi/lokasi sedangkan fasilitas produksinya seperti alat-alat, mesin, manusia, serta komponen-komponen lainnya akan berkecimpung menuju lokasi material atau komponen produk utama tadi. Pada posisi perakitan maka lay out tipe ini seringkali dijumpai lantaran disini tools dan peralatan kerja lainnya akan cukup mudah dipindahkan. Tipe lay out jenis posisi permanen ini tidaklah begitu krusial bila dibandingkan dengan tipe-tipe layout lainnya.

Tata letak jenis ini bisa dipandang pada contoh dibawah ini :

Gambar  Tata letak menurut lokasi material tetap
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technologi Lay Out) 
Tata letak jenis ini berdasarkan dalam pengelompokan produk atau komponen yg akan dibentuk. Produk-produk yang nir identik dikelompok-gerombolan berdasarkan langkah-langkah bentuk, mesin atau alat-alat yang digunakan, pemrosesan serta sebagainya. Disini pengelompokan tidak berdasarkan dalam kesamaan jenis produk akhir. Pada tipe ini, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya pula akan dikelompokan serta ditempatkan dalam sebuah “manufacturing cell”.

Tata letak jenis ini bisa ditinjau pada gambar dibawah ini :

Gambar Group technologi lay out
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Dengan adanya pengaturan pengelompokan produk sinkron menggunakan proses pembuatannya maka akan diperoleh eksploitasi mesin yg aporisma. Lintasan genre kerja menjadi lebih lancar dan jeda perpindahan material diharapkan lebih pendek jika dibandingkan rapikan letak menurut fungsi atau macam proses. Berdasarkan pengaturan tata letak fasilitas produksi selama ini, maka suasana kerja gerombolan akan bisa dibentuk sehingga keuntungan-laba dari pelaksanaan job enlargement pula akan diperoleh. Pada dasarnya pengaturan rapikan letak tipe grup produk merupakan kombinasi menurut product layout dan process layout. Umumnya cenderung menggunakan mesin-mesin general purpose.

Perencanaan Yang Sistematis Untuk Tata Letak
Pada perencanaan tata letak pabrik dibutuhkan suatu data-data yang sistematis buat jalannya suatu perancangan, adapun hal-hal yg sistematis tadi meliputi :

Kebutuhan Ruang
Dalam menentukan kebutuhan ruang buat perencanaan tata letak fasilitas adalah hal yg sangat kompleks. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya ketidakpastian didalam perencanaan fasilitas yg mencakup : kemajuan teknologi, perubahan pada komposisi produk, perubahan taraf permintaan serta rancangan organisasi dimasa mendatang.

Permasalahan yg sangat kompleks tersebut pada menentukan kebutuhan ruang, dengan adanya hal tersebut Tomkins (1984) menyarankan adanya pendekatan yang sistematik yang dibangun berdasarkan bawah keatas. Dalam lingkungan manufaktur serta perkantoran kebutuhan ruang dipengaruhi pertama-tama menurut stasiun kerja individual, lalu kebutuhan ruang buat departemen dari formasi stasiun didalam departemen tersebut.

Spesifikasi Departemen
Dalam memilih kebutuhan luas lantai untuk suatu departemen perlu adanya tambahan kelonggaran buat gang. Kelonggaran pada gang tersebut ditentukan berdasarkan berukuran relatif dari beban yg ditangani.

Spesifikasi Stasiun Kerja
Stasiun kerja adalah loka dimana mesin dan alat-alat ditempatkan. Adapun pada stasiun kerja tadi mencakup untuk peralatan, material serta tenaga kerja. Untuk ruang alat-alat dalam stasiun kerja terdiri berdasarkan ruang menjadi berikut :
1. Peralatan
2. Pergerakan mesin
3. Perawatan mesin
4. Pelayanan dipabrik

Pertimbangan-pertimbangan yang wajib diberikan dalam kebutuhan ruang peralatan yang harus tersedia pada data mesin mencakup beberapa hal :
1. Tipe mesin serta produksinya
2. Nomor seri serta contoh mesin
3. Lokasi yg kondusif bagi mesin
4. Kebutuhan bongkar muat
5. Tinggi statistik pada titik maksimum
6. Pergerakan partikal maksimum
7. Lebar statistik pada titik maksimum
8. Pergerakan maksimum kekiri
9. Pergerakan maksimum kekanan
10. Statistik kedalam dalam titik maksimum
11. Pergerakan maksimum ke arah operator
12. Pergerakan maksimum yg menjauhi operator
13. Area dan kebutuhan perawatan
14. Area dan kebuthan pelayanan pabrik

Kebutuhan luas lantai untuk setiap mesin, termasuk konvoi mesin, dapat ditentukan dengan mengalikan lebar total (lebar statistik ditambah konvoi maksimum mesin kekiri serta kekanan), menggunakan panjang total (panjang statistik ditambah pergerakan maksimum mesin). Tambahkan kebutuhan pelayanan pabrik serta perawatan buat setiap kebutuhan lantai bagi setiap mesin. Adapun jumlah total berdasarkan luas lantai tersebut mewakili kebutuhan luas lantai bagi mesin.

Area bagi energi kerja didalam stasiun kerja mencakup ruang buat :
1. Operator
2. Penanganan material
3. Pergerakan operator

Area bagi material buat stasiun kerja dalam ruang buat :
1. Penerimaan serta penyimpanan material
2. Material in-proses
3. Penyimpanan serta pengiriman material
4. Penyimpanan dan pengiriman residu material dan scraf
5. Peralatan, dies, fixtures, jig serta material buat perawatan

Dalam spesifikasi kebutuhan luas lantai bagi operator dan penanganan material dapat diperoleh secara pribadi berdasarkan metoda kerja yang ditetapkan dengan menggunakan study gerakan terhadap pekerjaan yang dilakukan serta studi ergonomi buat operator.

Adapun gambaran faktor-faktor yang wajib diperhatikan pada hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Stasiun kerja dirancang buat meminimasi operator pada menjangkau atau meletakan materiah tanpa harus berjalan jauh.
2. Stasiun kerja harus dibuat buat utilitas yang efektif serta efisien bagi operator.
3. Stasiun kerja dirancang buat meminimasi terdapat ketika buat menangani meterial secara manual.
4. Stasiun kerja dibuat buat memberikan ketenangan, keamanan yang maksimum buat produktivitas operator.

Stasiun kerja dibuat buat meminimasi adanya bahaya yang ada menurut operator, dampak kelelahan serta ketegangan mata.

Pada hal-hal tersebut diatas, operator wajib diberikan ruang buat pergerakannya pada melewati gang dengan lebar minimum 30 inchi. Apabila operator berkiprah diantara objek yang membisu dan mesin yg sedang beroperasi, maka lebar minimum yg diberikan untuk gang tersebut merupakan 38 inchi. Dan jika operator berkiprah diantara dua mesin yg beroperasi, maka lebar minimum yang diberikan merupakan sebesar 43 inchi.

PENGERTIAN TATA LETAK FASILITAS

Tinjauan Tata Letak Fasilitas
Didalam perencanaan fasilitas pabrik terdapat dua hal pokok yang akan dibahas, yaitu pertama berkaitan menggunakan perencanaan lokasi pabrik (plant location) yaitu penetapan lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi wajib ditempatkan, dan yang kedua merupakan perancangan fasilitas produksi (facilities design) yang akan mencakup perancangan struktur bangunan (structure design), perancangan tata letak fasilitas produksi (facilities/plan layout design) serta perancangan sistem pemindahan material. Secara skematis hirarki berdasarkan perencanaan fasilitas pabrik tadi bisa digambarkan menjadi berikut : (Sritomo,2000)

Gambar  Sistematika perencanaan fasilitas pabrik
Sumber : Sritomo, 2000

Perencanaan lokasi meliputi penentuan loka fasilitas itu tidak sama, yang dipilih menggunakan memperhatikan faktor-faktor seperti letak pasar, bahan baku, dan keadaan lingkungan. Perencanaan tata letak meliputi tata letak buat bangunan primer dan penunjang (contohnya bagian personalia, loka parkir) serta rapikan letak mesin-mesin didalam pabrik. Perencanaan sistem material handling meliputi penanganan bahan baku, personil, warta serta peralatan-peralatan yang diharapkan buat memperlancar aplikasi proses produksi.

Dalam perancangan fasilitas, rapikan letak pabrik seringkali menimbulkan beberapa masalah yang harus segera diatasi, lantaran perkara rapikan letak pabrik merupakan hal utama pada menunjang kelancangan proses produksi. Oleh karenanya rapikan letak pabrik menjadi sangat krusial dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan, lantaran dengan rapikan letak yg baik bisa menaikkan efektivitas serta efisiensi yg tinggi selama proses produksi berlangsung.

Pengertian Tata Letak Fasilitas
Banyak definisi rapikan letak pabrik yg dikemukakan oleh para ahli yg pada dasarnya merupakan sama, antara lain yaitu :
1. Tata letak pabrik (plan lay out) atau tata letak fasilitas (facilities lay out) adalah tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi (Sritomo, 2000).
2. Tata letak fasilitas adalah fungsi yang melibatkan analisa (sintesa), perencanaan dan desain berdasarkan interelasi antara pengaturan fasilitas fisik, pergerakan material, kegiatan yg dihubungkan dengan personil serta genre informasi yang diperlukan buat mencapai performan optimum pada rentang kegiatan yang bekerjasama (James M, Apple, 1990).

Ruang Lingkup Rancang Fasilitas
Pekerjaan rancang fasilitas acapkali dikira hanya herbi perancangan yang cermnat tentang susunan peralatan produksi. Padahal perencanaan demikian hanya merupakan salah satu tahap saja berdasarkan suatu rangkaian aktivitas yang sangat luas yg saling bekerjasama dan yg secara holistik membangun kegiatan perancangan rapikan letak fasilitas.

Ruang lingkup pekerjaan rancang fasilitas mencakup satu kajian yang cermat paling tidak menurut bidang-bidang berikut : (James M. Apple, 1990)
1. Pengangkutan
2. Penerimaan
3. Gudang bahan baku
4. Produksi
5. Perakitan
6. Pengemasan serta pengepakan
7. Pemindahan barang
8. Pelayanan pegawai
9. Kegiatan produksi penunjang
10. Pergudangan
11. Pengiriman
12. Perkantoran
13. Fasilitas luar (penunjang)
14. Bangunan
15. Lahan
16. Lokasi
17. Keamanan
18. Buangan

Tujuan Tata Letak Pabrik
Secara garis akbar tujuan primer berdasarkan tata letak pabrik adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yg paling irit buat operasi produksi, kondusif dan nyaman sebagai akibatnya akan menaikkan moral kerja dan performans menurut operator. Lebih khusus lagi rapikan letak yang baik akan bisa memberikan laba-laba dalam sistem produksi, antara lain sebagai berikut : (Sritomo, 2000)

· Menaikan hasil produksi
Tata letak yang baik akan menaruh keluaran (hasil) yang lebih akbar menggunakan ongkos yg sama atau lebih sedikit, ketika kerja (man-hours) operator yg lebih mini , serta mengurangi jam kerja mesin (machine hours).

· Mengurangi waktu tunggu (delay)
Mengatur ekuilibrium antara ketika operasi produksi serta beban berdasarkan masing-masing departemen atau mesin. Dengan pengaturan yg baik maka bisa mengurangi waktu tunggu (delay) yg berlebihan

· Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)
Pada sebagian akbar proses produksi, bahan baku akan lebih seringkali dipindahkan dibandingkan dengan 2 elemen dasar produksi lainnya. Dengan mengingat hal itu maka dalam merencanakan tata letak wajib menekankan desainnya pada bisnis-bisnis meminimalkan kegiatan pemindahan bahan dalam saat proses produksi berlangsung.

· Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang serta service
Suatu perencanaan tata letak yg baik akan mencoba mengatasi segala pemborosan pemakaian ruangan serta berusaha buat mengoreksinya.

· Pendayagunaan yang lebih besar berdasarkan pemakaian mesin, energi kerja dan atau fasilitas produksi lainnya
Suatu tata letak yg bersiklus dengan baik akan banyak membantu pendayagunaan elemen-elemen produksi secara lebih efektif dan efisien.

· Mengurangi inventory in-process
Siatem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan baku buat berpindah dari suatu operasi pribadi ke operasi berikutnya secepat-cepatnya serta berusaha mengurangi bertumpuknya bahan setengah jadi. Problem ini terutama mampu dilaksanakan menggunakan mengurangi ketika tunggu serta bahan yg menunggu buat segera diproses.

· Proses manufacturing lebih singkat
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu ke operasi yg lainnya serta mengurangi bahan yang menunggu serta penyimpanan yang tidak diperlukan, maka saat yg diharapkan berdasarkan bahan baku buat berpindah menurut satu tempat ke tempat lainnya pada pabrik akan bisa diperpendek sebagai akibatnya secara total saat produksi akan dipersingkat.

· Mengurangi resiko bagi kesehatan serta keselamatan kerja operator
Suasana yang kondusif dan nyaman bagi para pekerja pada pekerjaannya. Hal-hal yg bisa dipercaya membahayakan bagi kesehatan serta keselamatan kerja berdasarkan operator haruslah dihindari.

· Memperbaiki moral dan kepuasan kerja
Penataan rapikan letak pabrik yg baik, rapi serta tertib akan membangun suasana kerja yg menyenangkan sebagai akibatnya moral serta kepuasan kerja mampu lebih ditingkatkan.

· Mempermudah aktivitas supervisi
Dengan tata letak pabrik yg terencana dengan baik akan mempermudah dalam mengamati segala aktifitas yang berlangsung di area kerja.

· Mengurangi kemacetan serta kesimpangsiuran
Tata letak pabrik yg baik akan menaruh luasan yg relatif untuk seluruh operasi yang diharapkan serta proses sanggup berlangsung mudah dan sederhana.

· Mengurangi faktor yg bisa merugikan serta menghipnotis kualitas menurut bahan standar ataupun produk jadi
Tata letak yang baik akan menjaga bahan standar juga produk jadi berdasarkan getaran-getaran, debu, panas serta lain-lain sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan.

Tujuan-tujuan tersebut umumnya tidak dapat dicapai secara sekaligus, lantaran tujuan yang satu dengan yg lainnya dapat antagonis, misalnya buat dapat meningkatkan kecepatan atau memperlancar kegiatan material handling dapat dilakukan menggunakan menggunakan alat-alat terkini, tetapi penggunaan alat-alat ini tentunya akan menambah investasi modal perusahaan. Penggunaan ruang yang sangat efisien, misalnya penempatan mesin-mesin yang sangat rapat, dapat mengakibatkan kesulitan dalam pemeliharaan lantaran ruang gerak yg sangat terbatas. Oleh karenanya, perencanaan perlu memilih sasaran mana yg terutama hendak dicapai.

Pertimbangan Dalam Perencanaan Pabrik
Pada dasarnya perencanaan pulang rapikan letak pabrik menyangkut perencanaan produk baru atau tata letak baru menurut fasilitas produksi yang telah ada. Pada umumnya perencanaan balik suatu pabrik ditimbulkan sang beberapa alasan eksklusif diantaranya :
1. Adanya perubahan dalam design produk, contoh dan lain-lain.
2. Adanya perubahan lokasi pabrik suatu daerah pemasaran.
3. Adanya perubahan ataupun peningkatan volume produksi yang akhirnya membawa perubahan kearah modifikasi segala fasilitas produksi yg ada.
4. Adanya keluhan-keluhan berdasarkan pekerja terhadap syarat kerja yang nir memenuhi persyaratan.
5. Adanya peningkatan jumlah kecelakaan dampak syarat area kerja yang kurang memenuhi persyaratan tersebut.
6. Adanya kemacetan-stagnasi dalam pemindahan bahan, gudang yang terlalu sempit dan lain-lain.

Prosedur Perencanaan serta Penyusunan Tata Letak Fasilitas
Untuk menjamin kelengkapan dan ketepatan pekerjaan yang dilakukan pada menghasilkan rancangan fasilitas, kebanyakan proses perancangan harus mengikuti langkah-langkah menjadi berikut : (James M. Apple, 1990)
1. Mendapatkan data dasar
2. Menganalisis data dasar
3. Merancang proses produksi
4. Merencanakan pola aliran bahan
5. Mempertimbangkan rencana pemindahan bahan menyeluruh
6. Menghitung kebutuhan peralatan
7. Merencanakan stasiun kerja mandiri
8. Memilih peralatan pemindah barang tertentu
9. Mengkoordinir kelompok operasi yg berkaitan
10. Merancang keterkaitan kegiatan
11. Menentukan kebutuhan gudang
12. Merencanakan kegiatan pelayanan serta kegiatan lainnya
13. Menentukan kebutuhan gudang
14. Mengalokasikan kegiatan ke semua ruang
15. Mempertimbangkan jenis bangunan
16. Membangun rapikan letak induk
17. Mengevaluasi, menyesuaikan, serta menilik tata letak menggunakan orang yang tepat
18. Memperoleh persetujuan
19. Membangun rapikan letak
20. Mengikuti aplikasi rapikan letak

Jenis-Jenis Persoalan Tata Letak
Permasalahan tata letak tidak selalu muncul dalam perancangan tata letak bagi pabrik baru, namun sering terjadi dalam penataletakan ulang berdasarkan suatu proses yg sudah ada atau perubahan beberapa bagian menurut susunan alat-alat eksklusif.

Masalah-kasus tata letak pabrik dalam umumnya akan timbul jika terjadi berbagai hal seperti : (James M. Apple, 1990)

1. Perubahan rancangan produk
Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau operasi yang dibutuhkan. Perubahan ini hanya memerlukan penggantian sebagian kecil rapikan letak yang sudah terdapat, atau merancang ulang tata letak, tergantung dalam perubahan perubahan-perubahan yang terjadi.

2. Perluasan departemen
Jika lantaran suatu alasan diperlukan menambah produksi suatu komponen produk eksklusif, mungkin saja dibutuhkan perubahan dalam tata letak.

3. Pengurangan departemen
Jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu dipertimbangkan pemakaian proses yg tidak sinkron menurut proses sebelumnya yg digunakan buat produksi tinggi. Perubahan ini menuntut pemasangan jenis peralatan baru.

4. Penambahan produk baru
Jika produk baru ditambah maka kemungkinan produk alat-alat yg ada bisa dipakai menggunakan menambah beberapa mesin baru disana-sini dalam rapikan letak yg sudah ada dengan penyusunan minimum, atau mungkin memerlukan penyiapan departemen baru atau seksi baru, mungkin juga pabrik baru.

5. Memindahkan satu departemen
Memindahkan satu departemen bisa menimbulkan kasus tata letak yg besar lantaran mampu mengakibatkan perubahan kearah penataletakan ulang pada wilayah yang baru.

6. Peremajaan alat-alat yg rusak
Persoalan ini menuntut pemindahan alat-alat yg berdekatan buat menerima tambahan ruang.

7. Perubahan metode produksi
Setiap perubahan kecil dalam satu tempat kerja tak jarang memiliki pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini akan menuntut peninjauan pulang atas wilayah yg terlibat.

8. Penambahan departemen baru
Masalah ini bisa timbul dari asa buat mengkonsolidasi-kan
9. Penurunan biaya
10. Perencanaan fasilitas baru

Prinsip Dasar Perencanaan Tata Letak Pabrik
Untuk merencanakan rapikan letak pabrik yg baik terdapat beberapa prinsip yang wajib diperhatikan, prinsip-prinsip tadi diantaranya : (Sritomo, 2000)

· Prinsip integrasi secara total
Tata letak pabrik adalah integrasi secara total berdasarkan semua elemen produksi yg ada menjadi suatu operasi yg besar .

· Prinsip jeda perpindahan bahan yg paling minimal
Hal ini mampu dilaksanakan dengan cara mencoba menempatkan operasi yg berikutnya sedekat mungkin menggunakan operasi yang sebelumnya.

· Prinsip genre berdasarkan suatu proses kerja
Prinsip ini adalah kelengkapan berdasarkan jeda perpindahan bahan yg seminimal mungkin, menggunakan prinsip ini diusahakan buat menghindari adanya gerakan pulang (back tracking), gerakan memotong (cross movement), kemacetan (congestion), dan sedapat mungkin material berkiprah terus tanpa terdapat interupsi.

· Prinsip pemanfaatan ruangan
Pada dasarnya rapikan letak adalah pengaturan ruang yg akan digunakan manusia, bahan standar, mesin dan alat-alat penunjang proses produksi lainnya.

· Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
Melalui penataan suasana kerja yang menyenangkan dan memuaskan, akan menaruh moral kerja dan keselamatan kerja yg lebih baik dan mengurangi porto produksi.

· Prinsip fleksibilitas
Prinsip ini sangat krusial pada perkembangan disegala bidang, sangat cepat sebagai akibatnya dunia industri wajib ikut berpacu buat mengimbanginya.

Tanda-Tanda Tata Letak yg Baik
Tata letak yg baik terwujud menggunakan mempunyai beberapa karakteristik yg kentara yg bisa dipandang bahkan menurut satu pengamatan biasa. Diantara yang paling krusial merupakan :
1. Keterkaitan kegiatan yg terencana
2. Pola aliran barang terencana
3. Aliran yg lurus
4. Langkah pulang (pulang ketempat yang sudah dilalui) yg minimum
5. Jalur aliran tambahan
6. Gang yang lurus
7. Pemindahan antar operasi minimum
8. Metode pemindahan yg terencana
9. Jarak pemindahan minimum
10. Pemrosesan digabung menggunakan pemindahan bahan
11. Pemindahan bergerk berdasarkan penerimaan menuju pengiriman
12. Operasi pertama dekat dengan penerimaan
13. Operasi terakhir dekat dengan pengiriman
14. Penyimpanan dalam tempat pemakaian bila mungkin
15. Tata letak yang bisa disesuaikan dengan perubahan
16. Direncanakan buat perluasan terencana
17. Barang 1/2 jadi minimum
18. Sesedikit mungkin bahan yang tengah diproses
19. Pemakaian semua lantai pabrik maksimum
20. Ruang penyimpanan yg cukup
21. Penyediaan ruang yg cukup antar peralatan
22. Bangunan didirikan pada sekeliling tata letak
23. Bahan diantar ke pekerja serta diambil dari loka kerja
24. Sesedikit mungkin jalan kaki antar operasi produksi
25. Penempatan yang sempurna buat fasilitas pelayanan produksi serta pekerja
26. Alat pemindah terpasang dalam loka yang sesuai
27. Fungsi pelayanan pekerja yang cukup
28. Pengendalian kebisingan, kotoran, debu, asap, kelembaban serta sebagainya yg cukup
29. Waktu pemrosesan bagi ketika produksi total maksimum
30. Sesedikit mungkin pemindahan barang
31. Pemindahan ulang minimum
32. Pemisah tidak mengganggu genre barang
33. Pemindahan oleh buruh langsung sesedikit mungkin
34. Pemindahan barang sisa sekecil mungkin
35. Penempatan yang pantas bagi bagian penerimaan dan pengiriman

Macam-Macam Tipe Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik produksi bisa disusun berdasarkan beberapa alternatif sesuai dengan kebutuhan serta kondisi yg dihadapi. Tata letak fasilitas produksi tadi dapat dibedakan sebagai berikut : (Sritomo, 2000) 

Tata Letak Fasilitas Sesuai Dengan Aliran Produk (Product Lay Out) 
Tata letak jenis ini dikonsentrasikan dalam saat memproduksi suatu macam produk standar. Tata letak yang menurut genre produk akan menghatur mesin serta fasilitas lainnya dari prinsip “machine after machine”, nir peduli macam mesin yang dipakai.

Dengan menggunakan rapikan letak tipe ini segala fasilitas buat proses manufaktur atau jua perakitan akan diletakkan menurut garis aliran (Flow Line) berdasarkan proses produksi tersebut.

Tata letak menurut aliran produk ini adalah tipe layout yang paling popular buat pabrik yang bekerja/berproduksi secara massal (mass production).

Contoh rapikan letak jenis ini dapat ditinjau dalam gambar berikut :

Gambar  Tata letak dari aliran produk
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Tata Letak Berdasarkan Aliran Proses (Process Lay Out) 
Tata letak dari genre proses sering dianggap juga dengan fuctional layout, yaitu metode pengaturan dan penempatan menurut mesin serta segala fasilitas produksi menggunakan tipe/macam yg sama pada sebuah departemen. Semua fasilitas atau mesin yg mempunyai karakteristik-karakteristik operasi atau fungsi kerja yang sama diletakkan pada sebuah departemen. Tata letak jenis ini umumnya diaplikasikan dalam industri yg bekerja menggunakan jumlah/volume produksi yang relatif mini serta terutama sekali buat jenis produk yg nir disetandarkan. Tata letak jenis ini jauh lebih fleksibel dibandingkan menggunakan tipe genre produk.

Tata letak jenis ini bisa dipandang dalam contoh dibawah ini :

Gambar  Tata letak berdasarkan genre proses
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Tata Letak Dengan Lokasi Tetap 
Tata letak panrik yg berdasarkan pada posisi tetap, material atau komponen produk utamanya akan permanen tinggal dalam posisi/lokasi sedangkan fasilitas produksinya misalnya alat-alat, mesin, insan, serta komponen-komponen lainnya akan beranjak menuju lokasi material atau komponen produk primer tadi. Pada posisi perakitan maka lay out tipe ini acapkali dijumpai lantaran disini tools dan alat-alat kerja lainnya akan relatif mudah dipindahkan. Tipe lay out jenis posisi tetap ini tidaklah begitu krusial jika dibandingkan menggunakan tipe-tipe layout lainnya.

Tata letak jenis ini bisa dipandang dalam contoh dibawah ini :

Gambar  Tata letak dari lokasi material tetap
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technologi Lay Out) 
Tata letak jenis ini didasarkan dalam pengelompokan produk atau komponen yg akan dibuat. Produk-produk yg tidak identik dikelompok-kelompok berdasarkan langkah-langkah bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai, pemrosesan serta sebagainya. Disini pengelompokan tidak berdasarkan dalam kecenderungan jenis produk akhir. Pada tipe ini, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya pula akan dikelompokan dan ditempatkan dalam sebuah “manufacturing cell”.

Tata letak jenis ini bisa ditinjau pada gambar dibawah ini :

Gambar Group technologi lay out
Sumber : Richard L. Francis, 1992

Dengan adanya pengaturan pengelompokan produk sesuai menggunakan proses pembuatannya maka akan diperoleh pendayagunaan mesin yang aporisma. Lintasan aliran kerja menjadi lebih lancar serta jarak perpindahan material diperlukan lebih pendek apabila dibandingkan tata letak dari fungsi atau macam proses. Berdasarkan pengaturan tata letak fasilitas produksi selama ini, maka suasana kerja gerombolan akan bisa dibuat sebagai akibatnya keuntungan-keuntungan dari pelaksanaan job enlargement jua akan diperoleh. Pada dasarnya pengaturan rapikan letak tipe kelompok produk adalah kombinasi berdasarkan product layout serta process layout. Umumnya cenderung memakai mesin-mesin general purpose.

Perencanaan Yang Sistematis Untuk Tata Letak
Pada perencanaan rapikan letak pabrik diperlukan suatu data-data yg sistematis untuk jalannya suatu perancangan, adapun hal-hal yang sistematis tersebut mencakup :

Kebutuhan Ruang
Dalam memilih kebutuhan ruang untuk perencanaan tata letak fasilitas adalah hal yg sangat kompleks. Hal tadi menyebabkan banyaknya ketidakpastian didalam perencanaan fasilitas yg meliputi : kemajuan teknologi, perubahan dalam komposisi produk, perubahan taraf permintaan dan rancangan organisasi dimasa mendatang.

Permasalahan yang sangat kompleks tersebut pada menentukan kebutuhan ruang, dengan adanya hal tadi Tomkins (1984) menyarankan adanya pendekatan yang sistematik yg dibangun berdasarkan bawah keatas. Dalam lingkungan manufaktur serta perkantoran kebutuhan ruang dipengaruhi pertama-tama berdasarkan stasiun kerja individual, lalu kebutuhan ruang untuk departemen dari formasi stasiun didalam departemen tadi.

Spesifikasi Departemen
Dalam menentukan kebutuhan luas lantai buat suatu departemen perlu adanya tambahan kelonggaran buat gang. Kelonggaran pada gang tadi dipengaruhi berdasarkan ukuran relatif dari beban yg ditangani.

Spesifikasi Stasiun Kerja
Stasiun kerja merupakan tempat dimana mesin dan peralatan ditempatkan. Adapun dalam stasiun kerja tersebut mencakup buat peralatan, material dan tenaga kerja. Untuk ruang alat-alat pada stasiun kerja terdiri berdasarkan ruang sebagai berikut :
1. Peralatan
2. Pergerakan mesin
3. Perawatan mesin
4. Pelayanan dipabrik

Pertimbangan-pertimbangan yg wajib diberikan pada kebutuhan ruang alat-alat yang harus tersedia pada data mesin mencakup beberapa hal :
1. Tipe mesin serta produksinya
2. Nomor seri dan contoh mesin
3. Lokasi yg aman bagi mesin
4. Kebutuhan bongkar muat
5. Tinggi statistik dalam titik maksimum
6. Pergerakan partikal maksimum
7. Lebar statistik pada titik maksimum
8. Pergerakan maksimum kekiri
9. Pergerakan maksimum kekanan
10. Statistik kedalam dalam titik maksimum
11. Pergerakan maksimum ke arah operator
12. Pergerakan maksimum yang menjauhi operator
13. Area serta kebutuhan perawatan
14. Area dan kebuthan pelayanan pabrik

Kebutuhan luas lantai buat setiap mesin, termasuk pergerakan mesin, bisa ditentukan menggunakan mengalikan lebar total (lebar statistik ditambah pergerakan maksimum mesin kekiri serta kekanan), menggunakan panjang total (panjang statistik ditambah pergerakan maksimum mesin). Tambahkan kebutuhan pelayanan pabrik serta perawatan buat setiap kebutuhan lantai bagi setiap mesin. Adapun jumlah total dari luas lantai tersebut mewakili kebutuhan luas lantai bagi mesin.

Area bagi energi kerja didalam stasiun kerja mencakup ruang buat :
1. Operator
2. Penanganan material
3. Pergerakan operator

Area bagi material buat stasiun kerja pada ruang buat :
1. Penerimaan dan penyimpanan material
2. Material in-proses
3. Penyimpanan dan pengiriman material
4. Penyimpanan serta pengiriman residu material dan scraf
5. Peralatan, dies, fixtures, jig dan material buat perawatan

Dalam spesifikasi kebutuhan luas lantai bagi operator dan penanganan material bisa diperoleh secara langsung menurut metoda kerja yg ditetapkan menggunakan menggunakan study gerakan terhadap pekerjaan yang dilakukan serta studi ergonomi buat operator.

Adapun gambaran faktor-faktor yang wajib diperhatikan pada hal tadi adalah menjadi berikut :
1. Stasiun kerja dirancang buat meminimasi operator dalam menjangkau atau meletakan materiah tanpa wajib berjalan jauh.
2. Stasiun kerja wajib didesain untuk utilitas yang efektif dan efisien bagi operator.
3. Stasiun kerja dirancang buat meminimasi terdapat saat buat menangani meterial secara manual.
4. Stasiun kerja dibuat buat menaruh ketenangan, keamanan yang maksimum buat produktivitas operator.

Stasiun kerja didesain buat meminimasi adanya bahaya yang muncul menurut operator, dampak kelelahan serta ketegangan mata.

Pada hal-hal tersebut diatas, operator wajib diberikan ruang buat pergerakannya dalam melewati gang menggunakan lebar minimum 30 inchi. Jika operator berkiprah diantara objek yg diam dan mesin yg sedang beroperasi, maka lebar minimum yang diberikan buat gang tadi adalah 38 inchi. Dan apabila operator berkiprah diantara dua mesin yang beroperasi, maka lebar minimum yg diberikan adalah sebesar 43 inchi.

PENGERTIAN DAN TUJUAN ANTHROPOMETRI DAN DATA ANTHROPOMETRI

Pengertian Dan Tujuan Anthropometri Dan Data Anthropometri
Istilah Anthropometri asal berdasarkan kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri”yang berarti berukuran. Anthropometri adalah suatu studi yg berkaitan menggunakan pengukuran dimensi tubuh insan. Manusia dalam dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat serta lain-lain yg tidak sinkron antara satu dengan lainnya. Secara luas, antropometri akan dipakai menjadi pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan hubungan manusia.

Anthropometri dan Aplikasinya pada Perancangan Fasilitas
Kerja
Data anthropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain pada hal:
• Perancangan areal kerja (work station, interior kendaraan beroda empat, dan lain-lain)
• Perancangan alat-alat kerja misalnya mesin, equipment, perkakas (tools) serta lain sebagainya
• Perancangan produk-produk konsumtif misalnya pakaian, kursi/ meja komputer, serta lain-lain
• Perancangan lingkungan kerja fisik

Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan memilih bentuk, berukuran, dan dimensi yg sempurna yang berkaitan dengan produk yang dibuat dan insan yg akan mengoperasikan/ memakai produk tadi. Dengan ini, maka perancang produk harus sanggup mengakomodasikan dimensi tubuh menurut populasi terbesar yang akan menggunakan produk output rancangannya tadi.

Secara umum, sekurang-kurangnya 90% : 95% menurut populasi yg menjadi sasaran pada grup pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Contohnya merupakan kursi kendaraan beroda empat – pada mana didesain secara fleksibel, bisa digerakkan maju-mundur dan sudut sandarannya bisa jua dirubah buat membentuk posisi yg nyaman.

Pada dasarnya peralatan yg dibentuk dengan mengambil surat keterangan dimensi tubuh tertentu sporadis sekali sanggup mengakomodasikan seluruh range berukuran tubuh berdasarkan populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yg amat penting dalam proses perancangannya; terutama buat produk-produk yang berorientasi ekspor.

Data Anthropometri serta Cara Pengukurannya
Pada umumnya, insan bhineka pada hal bentuk dan dimensi berukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan menghipnotis berukuran tubuh insan, sehingga perancang produk wajib memperhatikan beberapa faktor.

Pada pengukuran ini, tubuh diukur pada banyak sekali posisi standart serta tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh menggunakan cara ini adalah “static anthropometry”. Dimensi tubuh yg diukur menggunakan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, berukuran kepala, tinggi/ panjang lutut pada waktu berdiri/ duduk, panjang lengan serta sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile eksklusif seperti 5-th dan 95 th percentile.

• Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh (Functional Body Dimensions)
Pada pengukuran ini dilakukan terhadap posisi tubuh pada ketika berfungsi melakukan gerakan-gerakan eksklusif yg berkaitan menggunakan aktivitas yang harus diselesaikan. Hal yang paling penting ditekankan pada pengukuran dimensi fungsional tubuh adalah menerima berukuran tubuh yg nantinya akan berkaitan erat menggunakan gerakan-gerakan konkret yang dibutuhkan tubuh buat melaksanakan aktivitas-kegiatan eksklusif. Jadi pengukuran dilakukan pada waktu tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yg “dinamis”. Cara pengukuran semacam ini akan membentuk data “dynamic anthropometry”. Anthropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yg dinamis akan poly diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contohnya merupakan perancangan kursi mobil di mana pada sini posisi tubuh dalam saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal, serta jua jeda antara menggunakan atap kendaraan beroda empat juga dashboard wajib memakai data “dynamic anthropometry”.

Prinsip-prinsip pada Perancangan Produk/ Fasilitas Kerja
Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai menggunakan ukuran tubuh manusia yg akan mengoperasikannya, maka diharapkan prinsip-prinsip yg diambil pada pelaksanaan data anthropometri, yaitu antara lain:
a. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim
Pada prinsip ini, rancangan produk dibuat supaya dapat memenuhi 2 sasaran produk, diantaranya:
• Dapat sinkron buat berukuran tubuh manusia yg mengikuti penjabaran ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan menggunakan homogen-ratanya.
• Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yg lain (lebih banyak didominasi berdasarkan populasi yg terdapat).

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tadi, maka ukuran yg diaplikasikan ditetapkan dengan cara:
• Untuk dimensi minimum yg harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan dalam nilai percentile yg terbesar misalnya 90-th, 95-th atau 99-th percentile.

Contoh: dalam penetapan ukuran minimal menurut lebar serta tinggi pintu darurat.
• Untuk dimensi maksimum yg harus ditetapkan merupakan dari nilai percentile yg paling rendah (1-th, lima-th,10-th percentile) menurut distribusi data anthropometri yg ada.

Contoh: Dalam penetapan jarak jangkau berdasarkan suatu prosedur kontrol yg harus dioperasikan sang seseorang pekerja.

Secara generik, aplikasi data anthropometri buat perancangan produk atau fasilitas kerja akan memetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th percentile buat dimensi minimum.

b. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Di Antara Rentang Ukuran Tertentu
Pada prinsip ini, rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sebagai akibatnya relatif fleksible dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki banyak sekali macam ukuran tubuh.

Contoh yg paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil di mana pada hal ini letaknya dapat digeser maju/ mundur dan sudut sandarannya bisa berubah-ubah sinkron dengan yg diinginkan.

Data anthropometri yang umum diaplikasikan merupakan dalam rentang nilai 5-th sampai menggunakan 95-th percentile.

c. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-rata
Pada prinsip ini, rancangan produk didasarkan terhadap rata- rata berukuran insan. Produk didesain serta dibentuk buat mereka yg berukuran kurang lebih homogen-homogen, sedangkan bagi mereka yang mempunyai berukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan sendiri.

Berkaitan menggunakan pelaksanaan data anthropometri yang diharapkan pada proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka terdapat beberapa saran yang diberikan sesuai menggunakan langkah- langkah menjadi berikut:

• Pertama kali terlebih dahulu wajib ditetapkan anggota tubuh yg mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tadi.
• Tentukan dimensi tubuh yg penting dalam proses perancangan tadi.
• Tentukan populasi terbesar yang wajib diantisipasi, diakomodasikan serta menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.
• Terapkan prinsip berukuran yang harus diikuti (misal: apakah rancangan tadi buat berukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel ataukah ukuran homogen-homogen).
• Pilih prosentase populasi yg harus diikuti.
• Untuk setiap dimensi tubuh yg telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/ menetapkan nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sinkron.

Metoda Pengukuran Anthropometri
Metoda Ukur Dengan Anthropometer
Dalam metoda ini, pengukuran dilakukan menggunakan mengunakan data anthropometri, pada mana waktu kita akan merancang produk, digunakan perhitungan yang telah baku yaitu menggunakan memakai persentil, baik percentile akbar (90-th, 95-th, 99-th) juga percentile mini (5-th,10-th) tergantung dengan produk yg akan kita desain.

Contoh: mendesain sebuah pintu. Data homogen-homogen tinggi orang Indonesia sudah tersedia sehingga kita tinggal menghitungnya saja yaitu dengan menggunakan persentil akbar (95-th) sehingga orang yg memiliki tinggi pada atas rata-rata pun dapat melewati tinggi pintu tersebut apalagi buat orang yang pendek.

Metoda Ukur Tukang Jahit
Dalam metoda ini, pengukuran dilakukan dengan mengukur satu - persatu sumber data, sesudah itu baru kita olah sebagai data yg bisa digunakan menjadi patokan buat membandingkan sesuatu.

Contoh: (contoh diatas); dengan menggunakan metoda ukur tukang jahit kita bisa menerka-ngira berapa tinggi pintu tersebut menggunakan cara mengukur satu persatu orang yg akan lewat pintu tersebut. Setelah diolah menjadi data, berukuran berdasarkan sumber data tersebut nir bisa dipakai lagi buat membuat pintu di loka yg lain. Jika kita mengukur dengan menggunakan metode ini, waktu kita mendesain sesuatu produk wajib sinkron dengan pengguna produk tadi (pemakainya).

Studi Gerakan (Motion Study)
Definisi Studi Gerakan
Studi gerakan atau lazimnya dianggap menggunakan motion study adalah suatu studi dasar mengenai gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menuntaskan pekerjaannya. Dengan demikian diperlukan supaya gerakan- gerakan yang kurang efektif bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh waktu kerja yamg lebih efektif. Studi gerakan dikembangkan sang sepasang suami istri. Frank dan Lilian Gilberth.

Studi gerakan yg dikembangkan sang Frank serta Lilian Gilberth, umumnya diklasifikasikan ke pada dua macam studi, yaitu :

1) Visual Motion Study
Melakukan pengamatan secara pribadi (visual) terhadap operasi kerja yang sedang berlangsung serta buat memudahkan dalam melakukan pengamatan Frank serta Lilian Gilberth menguraikan gerakan-gerakan dasar kerja ke dalam 17 gerakan dasar therblig, kemudian dibentuk suatu peta yang dikenal sebagai Peta Proses Operasi (Operation Proses chart) dengan mengaplikasikan simbol-simbol therbligs. Selanjutnya melakukan analisa terhadap gerakan-gerakan kerja yg ada dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

2) Micromotion Study
Dalam pelaksanaannya akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada Visual Motion Study serta biasanya dipergunakan buat pekerjaan-pekerjaan yg berlangsung cepat dan berulang-ulang. Analisa bisa dilakukan lebih detail karena memakai peralatan spesifik (movie camera) untuk merekam gerakan-gerakan kerja yang berlangsung.

Visual Motion Study
Bila kita mengamati suatu pekerjaan yang sedang berlangsung, hal yang telah niscaya terlihat merupakan gerakan-gerakan yg membentuk kerja tadi. Setiap pekerjaan memiliki uaraian/ elemen gerakan yang berbeda-beda antara satu pekerjaan menggunakan pekerjaan yang lain, sehingga buat memudahkan penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yg dipelajari, Frank B. Gilberth bersama istrinya Lilian Gilberth, menguraikan gerakan ke pada 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang dinamakan therbligs. Pengertian berdasarkan setiap elemen gerakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Mencari (Search).
Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar berdasarkan pekerjaan buat menemukan lokasi objek, yg bekerja pada hal ini adalah mata.

2. Memilih (Select).
Memilih merupakan gerakan buat menemukan suatu objek yang tercampur, tangan dan mata merupakan dua bagian badan yg digunakan buat melakukan gerakan ini.

3. Memegang ( Grasp).
Gerakan buat memegang objek, umumnya didahului sang gerakan menjangkau serta dilanjutkan sang gerakan membawa. Therblig ini adalah gerakan yang efektif berdasarkan suatu pekerjaan dan meskipun sulit buat dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi.

4. Menjangkau (Reach).
Pengertian menjangkau pada therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek.

5. Membawa (Move).
Elemen gerakan membawa pula adalah mobilitas perpindahan tangan, namun pada gerakan ini tangan pada keadaan dibebani serta umumnya didahului sang gerakan memegang kemudian dilanjutkan sang melepas atau dapat pula oleh pengerahan (position).

6. Memegang atau Memakai (Hold).
Pengertian memegang atau menggunakan disini merupakan memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut, disparitas dengan memegang yang terdahulu adalah perlakuan terhadap objek yg dipegang.

7. Melepas (Released load).
Elemen gerak melepas terjadi apabila seseorang pekerja melepaskan objek yang dipegangnya, gerakan ini relatif lebih singkat dibandingkan dengan gerakan yg lain.

8. Pengarahan (Position).
Therblig merupakan gerakan mengarahkan suatu objek dalam suatu lokasi eksklusif, yg biasanya didahului sang gerakan mengangkut serta diikuti sang merakit (assemble).

9. Pengarahan Sementara (Pre Position).
Mengarahkan ad interim adalah elemen gerakan mengarahkan pada suatu loka sementara, yg tujuannya buat memudahkan pemegangan bila objek tadi akan dipakai balik serta mengurangi elemen gerak siklus kerja berikutnya.

10. Memeriksa (Inspection).
Therblig ini adalah pekerjaan menilik objek buat mengetahui apakah objek sudah memenuhi kondisi-syarat eksklusif. Elemen ini bisa berupa gerakan melihat misalnya buat mempelajari warna, meraba buat memeriksa kehalusan bagian atas, mencium, mendengarkan, dan kadang-kadang merasa dengan pengecap.

11. Merakit (Assemble).
Perakitan adalah gerakan buat menggabungkan satu objek dengan objek lainnya, sehingga sebagai satu kesatuan. Gerakan ini umumnya didahului sang keliru satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan sang therblig melepas.

12. Lepas Rakit (Desassemble).
Therblig ini adalah kebalikan dari therblig diatas, disini dua bagian objek dipisahkan berdasarkan kesatuan.

13. Memakai (Use).
Yang dimaksud dengan memakai disini adalah jika satu atau kedua tangan digunakan buat memakai alat.

14. Kelambatan yg Tak Terhindar (Unavoidable delay).
Kelambatan yg dimaksudkan disini adalah kelambatan yg diakibatkan sang hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian si pekerja. Hal ini muncul karena ketentuan cara kerja yg mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang lainnya bekerja.

15. Kelambatan yg Dapat Dihindarkan (Avoidable delay).
Kelambatan ini disebabkan sang hal yg disebabkan sepanjang saat kerja oleh pekerjanya, baik disengaja maupun nir disengaja.

16. Merencana (Plan).
Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir buat memilih tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu therblig ini lebih sering terjadi pada seseorang pekerja baru.

17. Istirahat buat Menghilangkan Fatique (Rest to overcome fatoque).
Hal ini tidak terjadi dalam setiap siklus kerja, namun secara periodik. Therblig yg efektif merupakan seluruh elemen dasar yg berkaitan pribadi dengan aktivitas pekerjaan. Therblig yg tidak efektif serta tidak berkaitan eksklusif dengan aktivitas pekerjaan dapat dihilangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar menurut analisa operasi kerja serta ekonomi gerakan.

Ekonomi Gerakan
Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (The Principles of Motion Economy). Prinsip ekonomi gerakan dapat digunakan buat menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi pada sebuah stasiun kerja dan sanggup jua buat aktivitas-aktivitas kerja yang berlangsung secara menyeluruh menurut satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya.

Adapun prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dimaksudkan buat mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sebagai akibatnya memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja buat sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan datangnya kelemahan (fatique), buat menganalisa gerakan-gerakan setempat yang terjadi pada sebuah stasiun kerja dan mampu jua buat kegiatan-aktivitas kerja yang berlangsung secara menyeluruh menurut suatu sistem kerja ke stasiun kerja lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dapat dihubungkan dengan 3 hal, yaitu :
1. Tubuh insan menggunakan gerakannya.
2. Pengaturan tata letak loka kerja.
3. Perancangan peralatan kerja yang digunakan

Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Penggunaan
Badan/ Anggota Tubuh Manusia
1) Kedua tangan sebaiknya memulai serta mengakhiri gerakan dalam saat yang sama.
2) Kedua tangan usahakan tidak menganggur dalam waktu yg sama, kecuali pada saat istirahat.
3) Gerakan kedua tangan, akan lebih gampang apabila satu terhadap yg lainnya simetris dan berlawanan arah (supaya kedua tangan mencapai ekuilibrium).
4) Gerakan tangan atau badan usahakan dihemat.

Maksudnya hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yg diperlukan saja buat melakukan pekerjaan sebaik-baiknya.

contohnya gerakan tangan bisa diklasifikasikan pada taraf mobilitas sebagai berikut :
- Gerakan jari.
- Gerakan jari, telapak tangan.
- Gerakan jari, telapak tangan, tangan bagian depan.
- Gerakan jari, telapak tangan, tangan bagian depan, serta lengan atas.
- Gerakan jari, telapak tangan, tangan bagian depan, lengan atas dan bahu.
5) Sebaiknya pegawai memanfaatkan keadaan buat membantu pekerjaannya, serta pemanfaaat ini muncul lantaran berkurangnya kerja otot dalam bekerja.
6) Gerakan yang patah-patah, poly perubahan arah akan memperlambat gerakan, serta perubahan arah gerakan pada suatu pekerjaan akan memperlambat ketika penyelesaian kerja.
7) Gerakan balistik (mobilitas yg bebas) akan lebih cepat, menyenangkan, serta lebih teliti daripada gerakan yg dikendalikan, yaitu gerakan yg terjadi dalam suatu pekerjaan dimana memerlukan dua otot yg berlawanan kerjanya (menulis; masih ada 2 otot yg saling tahan, yaitu jari serta jempol).
8) Pekerjaan hendaknya dibuat semudah mungkin dan jika perlu irama kerja harus mengikuti irama yg alamiah bagi pegawai. Irama merupakan suatu pengulangan yg teratur berdasarkan suatu siklus kerja sang operator.
9) Usahakan sedikit mungkin gerakan mata. Objek-objek yang kecil, memerlukan gerakan mata buat mengerjakannya. Seringkali antara tangan dan mata terjadi koordinasi dimana fungsi mata sebagai pengarah tangan. Rasa lelah yang dirasakan serta dialami sang mata akan menjalar ke seluruh badan dengan cepat.

Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Tempat Kerja Berlangsung
1) Tempat-tempat eksklusif yang tidak seringkali dipindah- pindah harus disediakan buat seluruh peralatan serta bahan sehingga bisa menimbulkan norma permanen (mobilitas rutin).
2) Letakkan bahan serta alat-alat dalam jarak yg bisa dengan gampang serta nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari. Oleh karena itu semua bahan dan alat-alat sedapat mungkin wajib diatur tata letaknya dari prinsip ini.

Bersangkutan dengan jarak jangkauan terdapat dua pengertian, yaitu :
- Daerah kerja normal : adalah daerah pada depan pekerja yang bisa disapu sang ke 2 tangan bagian depan menggunakan nir menggerakan lengan permukaan.
- Daerah kerja maksimum : adalah daerah yang bisa dijangkau oleh tangan bila direntangkan secara penuh.
3) Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan urut-urutan gerakan yg terbaik.
4) Tinggi loka kerja (mesin, meja kerja, dan lain- lainnya) wajib sinkron menggunakan ukuran tubuh manusia sebagai akibatnya pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Disini prinsip-prinsip anthropometri mutlak wajib dipelajari pada waktu akan merancang fasilitas kerja tersebut.
5) Kondisi ruangan pekerja misalnya penjelasan, temperatur, kebersihan, ventilasi udara, dan lain- lainnya yg berkaitan menggunakan persyaratan ergonomic harus juga diperhatikan benar-benar sebagai akibatnya dapat diperoleh area kerja yg nyaman, kondusif dan sanggup menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik.

Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Desain Peralatan Kerja Yang Dipergunakan
1) Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal tadi dapat dilaksanakan menggunakan alat-alat kerja.
2) Usahakan memakai peralatan kerja yang dapat melaksanakan aneka macam macam pekerjaan sekaligus, baik yg homogen juga yg berlainan.
3) Siapkan serta letakkan semua peralatan kerja dalam posisi tepat dan cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada ketika dibutuhkan tanpa wajib bersusah payah mencari-cari. Desain peralatan jua dibentuk sedemikian rupa sebagai akibatnya memberi ketenangan genggaman tangan waktu dipakai.
4) Jika tiap jari melakukan pekerjaan eksklusif misalnya pekerjaan mengetik contohnya, maka beban untuk masing-masing jari tadi wajib dibagi seimbang sesuai tenaga dan kekuatan yg dimilki sang masing- masing jari.

Prinsip-Prinsip Pengaturan Komponen Pada Suatu Area Kerja
o Frequency of Use Principle
→ Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja dari frekuensi penggunaannya. Semakin tak jarang digunakannya komponen tadi, maka peletakkan komponen tadi semakin dekat terhadap operator.

o Use Principle
→ Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja menurut penggunaannya atau fungsi dari komponen tadi. Misalnya pada area kerja perakitan bentuk sepatu setengah jadi, dalam work station 3 tidak dibutuhkan gunting, sedangkan dalam work station 1 membutuhkan gunting, sehingga pada pengaturan komponen pada area kerja ini, gunting diletakkan pada work station 3.

o Sequence of Use Principle
→ Merupakan prinsip pengaturan komponen dalam suatu area kerja menurut urutan penggunaan komponen tersebut. Urutan yang dibuat dalam pengaturan ini wajib dibentuk seefektifitas mungkin supaya gerakan-gerakan yg dilakukan hemat (hanya seperlunya saja) sebagai akibatnya nir terjadi gerakan-gerakan yg nir krusial atau nir diperlukan.

o Importance Principle
→ Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja dari prinsip kepentingan daripada komponen tadi. Semakin penting penggunaan komponen tadi pada suatu perakitan , maka pengaturan atau peletakkan komponen tersebut lebih strategis (lebih dekat menggunakan operator).