MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN APLIKASI CALENDER DAN CONTACTS APPLE

Kita semua setiap harinya memiliki aktivitas yang sangat sibuk dan, buat sebagian besar pengguna iOS, aplikasi Calender serta Contacts sudah menjadi kunci buat memenuhi komunikasi harian serta target produktivitas. Dengan tips ini, engkau akan jauh lebih produktif waktu menggunakan galat satu pelaksanaan.

Beri Gambar dalam Kontak Kamu

Saat seseorang menelepon kamu, iOS sudah menempatkan nomor serta nama mereka di layar kamu. Apple bahkan telah memastikan sistem operasi relatif pandai untuk menebak siapa yg mungkin menelepon dengan cepat melihat pesan email engkau jika nomor tersebut tidak ada pada hubungan.
Namun, keliru satu cara buat membuatnya lebih mudah mengetahui siapa yg menelepon engkau merupakan dengan menambahkan gambar pada setiap kontak engkau . Inilah yg wajib dilakukan bila engkau mempunyai gambar kontak atau gambar lain yang mungkin cocok.
  • Buka aplikasi Contacts, pilih nama seseorang yang ingin kamu tambahkan foto lalu ketuk Edit di sudut kanan
  • Ketuk Add Photo serta engkau akan diminta buat mengambil foto atau memilih foto berdasarkan galeri Foto kamu
  • Tambahkan gambar serta kamu akan diminta buat Move and Scale gambar
  • Gunakan jari kamu buat memindahkan gambar ke dalam bingkai yg ditunjukkan menggunakan kentara, serta penskalaan memakai isyarat sejumput.
  • Bila kamu mempunyai gambar hubungan misalnya yang engkau inginkan, ketuk Choose serta Done.

Di masa depan, kamu akan melihat gambar kontak kamu muncul di layar iPhone saat mereka menghubungi kamu, serta akan dapat mengenali siapa mereka jauh lebih cepat.
Tip:Kamu pula bisa tetapkan gambar ke hubungan menurut pada Photo. Bila kamu menemukan gambar yang ingin engkau gunakan buat hubungan, relatif ketuk ikon Share serta pilih Assign to Contact. Kamu kemudian harus mencari kontak serta memindahkan serta memberi nilai pada gambar yang sesuai.

Jangan Lewatkan Email yg Penting Dari Siapapun

Sayangnya, hanya tersedia pada iOS, fitur Mail VIP adalah cara yang baik untuk memantau mail masuk berdasarkan hubungan primer.
Ini menggabungkan semua pesan dari kontak primer pada dalam satu folder yg gampang ditonton. Kamu pula bisa mengatur perangkat iOS buat memberi memahami engkau ketika menerima pesan dari orang-orang krusial.
  • Untuk mengaktifkan VIP masukkan Mailboxes view di iOS Mail, ketuk Edit, serta ketuk Add VIP.
  • VIP Mailbox akan timbul dalam daftar Mailboxes kamu. Ketuk tombol warta I yang pada lingkari di sebelah kanan VIP
  • Kamu berada dalam daftar VIP. Ketuk Add VIP. Untuk memilih contact yg ingin kamu monitor dengan cara ini. Kamu jua bisa menambahkan contact ke VIP menggunakan mengetuk alamat mereka pada header email serta memilih Add to VIP di layar berikutnya.
  • Setelah kamu memilih orang yg ingin kamu lihat buat menerima email dari engkau , kamu dapat menyiapkan lansiran atau alerts. Ketuk I pada samping VIP Mailbox serta gulir ke bagian bawah daftar kamu di mana kamu akan menemukan VIP Alerts, yang harus engkau sentuh.

Kamu akan dibawa masuk ke Mail settings buat pemberitahuan. Aktifkan Allow Notifications serta kemudian tetapkan ini sesuai keinginan kamu. Saya suka menonaktifkan notifikasi secara umum, kecuali orang-orang dari VIP. Artikel ini akan membantu kamu mengendalikan Notification Center dengan lebih baik di perangkat kamu.

Reschedule Acara

Bila kamu perlu reschedule events atau mengubah ketika program yg dijadwalkan, kamu bisa:
  • Di iOS, tekan serta tahan acara sampai menjadi buram serta kamu bisa menyeretnya ke waktu baru atau bahkan hari baru.
    Pada iOS tekan serta tahan acara sampai menjadi buram serta kemudian seret salah satu lingkaran kecil ke waktu mulai atau akhir yang baru.
  • Pada kedua iOS serta Mac mengetuk acara untuk membukanya, ketuk Edit serta ubah waktu, hari, atau lokasi.
  • Pada kedua iOS serta Mac kamu juga dapat menggunakan Siri untuk menjadwal ulang sebuah acara, katakan sesuatu seperti “reschedule my 2pm meeting on September 30 to [new time]”.

Tambahkan Acara Dari Mail

Apple sudah membentuk serangkaian detektor data yang membantu kamu menambahkan peristiwa dari mail menggunakan gampang. Sebenarnya, dia mencoba melakukan semua pekerjaan buat engkau . Begini cara kerjanya: Saat engkau menerima email berisi acara, engkau wajib melihat item mini timbul pada permukaan layar perangkat seluler kamu.
Ini menampilkan ikon Calender serta frase "Event found".
Jika kamu ingin menambahkan program ke Calender kamu, yang perlu engkau lakukan hanyalah mengetuk istilah "add" mini ... (warnanya akan berwarna biru). Acara calender baru akan segera dibentuk buat kamu.

Membuat Default Alerts Great Again

Setiap orang memiliki kebutuhan yang sedikit tidak selaras. Dengan pemikiran ini, engkau mungkin mendapati bahwa engkau umumnya perlu membarui waktu siaga saat membuat item Calender alert baru, jadi mengapa tidak mengganti ketika default menjadi yg biasanya sinkron menggunakan engkau ? Untuk mencapai ini buka Settings> Calendar> Default Alert Times. Di sini kamu dapat memilih waktu yang tepat untuk mengingatkan peringatan tentang Ulang tahun, Acara serta Acara Sehari-hari. Di masa depan saat membuat peringatan Peristiwa, waktu default akan sesuai dengan preferensi kamu yang biasa, sehingga menghemat waktu beberapa detik saat menyiapkan acara baru.

Jangan Telat

Salah satu fitur Kalender yang paling berguna adalah kemampuannya untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan ke acara terjadwal. Untuk menggunakan ini, kamu harus membuat acara dengan cara biasa, buka acara itu, serta ketuk Edit. Selanjutnya kamu harus memasukkan lokasi acara serta mengizinkan Calender mengakses data Lokasi kamu jika meminta kamu untuk melakukannya. Ketuk tombol Alert serta kemudian buat Time to Leave alert pada menu drop-down. Kamu bisa menciptakan beberapa pengingat, termasuk pengingat konvensional yang akan segera terjadi. Tetapi, apa yg akan terjadi setelah kami memiliki Time to Leave alert set merupakan perangkat kamu akan mengingatkan kamu saat harus pergi ke loka tujuan rendezvous kamu.

Berbagi Calender dengan Orang Lain

Kemampuan untuk berbagi calender dengan orang lain merupakan sebuah permata mini . Ini bisa sangat bermanfaat apabila kamu ingin mengembangkan kamera famili atau yang terkait menggunakan pekerjaan. Bila kamu memberikan kalender dengan siapa pun yang kamu pilih buat membagikannya dapat membaca atau mengedit calender engkau , termasuk dapat menambahkan entri mereka sendiri, itulah sebabnya kamu wajib menciptakan calender tertentu buat dibagikan, daripada menunjukkan semua data jadwal pribadi engkau .
Untuk menciptakan calender baru:
  • Buka Calenders serta ketuk Calenders di bagian bawah layar
  • Sekarang ketuk Edit pada permukaan layar
  • Pilih Add Calender, beri nama item baru serta tetapkan warnanya.
  • Ketuk Done.

Untuk membuatkan calender: Ketuk tombol Calenders untuk membuka daftar semua yang ada sekarang. Cari yang ingin kamu bagikan serta ketuk tombol (info) saya ke kanan. Di halaman berikutnya ketuk tautan 'Add Person', pilih contact yang ingin kamu bagikan dengan item ini. Kamu akan bisa mengendalikan apa yang bisa mereka lakukan, namun agar fitur ini bermanfaat, mereka harus bisa membuat serta mengedit item.
Dengan fitur ini disiapkan, kamu serta keluarga / kolega kamu akan dapat melacak jadwal masing-masing serta memastikan kamu tidak bentrok.
Tip: Saat engkau membuatkan calender, kamu akan diberi tahu saat orang-orang yang engkau ajak membuatkan dengan menambahkan atau mengedit apapun.

Gunakan Nicknames

Jika engkau menggunakan nicknames (atau julukan) engkau dapat meminta Siri buat “call my mum, atau “call the doctor”, atau “send a message to the boss”. Begini, Siri cukup pandai untuk mencari julukan orang saat melakukan perintah buat engkau - meski engkau perlu menugaskan nama ini terlebih dahulu.
Ada 2 cara untuk melakukan ini:
Metode satu
  • Buka Contacts, cari orang yang ingin kamu tambahkan informasi tentang, buka catatan mereka serta ketuk 'Edit'.
  • Gulir ke bawah sampai engkau melihat item 'add field', ditulis dengan rona biru
  • Ketuk ini kemudian ketuk 'Nickname'
  • Nickname Field akan muncul sempurna pada bawah nama pada permukaan kartu. Sekarang kamu mampu memasukkan nama yg relevan, (Dad, Mum, My Boss, contohnya).

Metode dua
  • Luncurkan Siri serta mintalah untuk memanggil julukan, "Dad", misalnya.
  • Jika engkau belum menjelaskan nama panggilan yg engkau pakai ke contact, Siri akan bertanya siapa orang yang tepat.
  • Begitu kamu menamai orang yang tepat, Siri akan menanyakan apakah kamu ingin mengingat bahwa julukan itu berhubungan dengan contact itu. Katakan iya, serta kamu bisa menggunakan julukan itu untuk merujuk ke contact di masa depan.

Bekerja menggunakan Layanan Lain

Aplikasi Calenders serta Contacts kamu dapat disinkronkan menggunakan layanan pihak ketiga, termasuk solusi Yahoo !, Google, atau Microsoft Exchange. Itu berguna bagi pengguna Gmail biasa, namun krusial bagi kita yg perlu mengakses sistem perusahaan dari iPhone kamu. Untuk menyinkronkan layanan pihak ketiga:
  • Buka Settings serta ketuk pilihan Mail
  • Ketuk Accounts serta pilih Add Account
  • Sekarang engkau wajib memilih jenis akun yg ingin engkau sinkronkan dengan data. Ketuk pada opsi Other jika kamu menggunakan solusi pengelolaan serta / atau penjadwalan kontak alternatif yang mendukung protokol LDAP atau CardDAV.
  • Setelah memasukkan lebih jelasnya yg relevan, engkau dapat menentukan pelaksanaan mana yang mendukung layanan pihak ketiga.

Bila kamu menyiapkan iPhone, iPad, atau Mac kamu akan sinkron dengan layanan ini secara otomatis, yang berarti kamu dapat mengakses kalender kerja serta menjadwalkan janji temu dengan menggunakan produk Apple kamu.

Bonus buat Pengguna Mac: Tips Jadwal

Ini adalah fitur hebat yang sangat keren serta saat ini hanya tersedia di Mac. Kemampuan untuk membuka hampir semua jenis file yang dijadwalkan adalah hal yang jarang sekali diketahui. Kamu dapat menggunakannya untuk, misalnya, menjaga timesheets atau memastikan materi presentasi diserahkan saat kamu sedang menuju ke sebuah pertemuan. Fitur ini sedikit tersembunyi, tapi beginilah cara kerjanya:
  • Buat acara baru di Calender (Command + N)
  • Control Klik pada acara tersebut serta pilih Get Info dalam daftar
  • Klik di bidang Get info untuk beralih ke fungsi edit. Atau pilih acara serta tekan Command + E.
  • Ketuk kolom Alert serta pada menu drop-down pilih Custom.
  • Pada item berikutnya, ketuk kolom atas buat menaikkan pilihan menu drop-down di mana kamu bisa menentukan gaya lansiran kamu: Message, Message with Sound, Email, serta Open file. Pilih Open file.
  • Kamu akan diminta untuk memilih file yang ingin kamu buka, serta dapat mengatur waktu saat peringatan tersebut diaktifkan
  • Klik OK.

Saat acara tersebut dijadwalkan berlangsung, kamu akan memiliki semua dokumen yang kamu butuhkan secara otomatis serta dibuka sehingga kamu bisa langsung masuk ke pertemuan kamu. Kamu dapat menambahkan alarm tambahan dengan mengetuk tombol + pada samping alret.

MENGELOLA DINAMIKA POLITIK DAN SUMBERDAYA DAERAH

Mengelola Dinamika Politik Dan Sumberdaya Daerah 
Di negara berkembang seperti Indonesia, buruknya birokrasi permanen menjadi dilema terbesar. Birokrasi selalu dikaitkan dengan prosedur kerja yg berbelit-belit dan lamban. Birokrasi yg memiliki sifat patron-klien yang kental, hierarkhis dan impersonal telah memberikan pengaruh diantaranya mematikan inisiatif warga dan kualitas pelayanan rakyat yg nir efisien. Sudah sebagai rahasia umum bahwa pelayanan generik di instansi pemerintah selama ini lamban, ruwet, nir efisien bahkan menjengkelkan lantaran banyak calo yg berkeliaran. Di samsat, di loket stasiun misalnya, calo yang ada nir pernah sanggup diberantas, malah dilindungi lantaran mendatangkan fulus. Hal ini memberi kesan bahwa birokrasi kita merupakan ibarat 'benang kusut', akibatnya warga enggan berhadapan dengan birokrasi. Inilah sebuah lawan asas birokrasi kita yang justru tidak mendinamisasi rakyat. Kekuasaan yg berlimpah baik yang bersifat otoritas formal, keuangan, keterangan maupun skill berakibat posisi birokrasi kuat dan memungkinkan birokrasi buat memaksakan kehendaknya tanpa terdapat kemampuan masyarakat menolaknya. Dengan keadaan seperti itu, birokrasi yang semula dipandang sebagai organisasi yang bisa secara efektif serta efisien melayani kebutuhan masyarakat kemudian mengalami penurunan agama di mata rakyat bahkan menumbuhkan resistensi yang tinggi berdasarkan warga . 

Seiring menggunakan proses reformasi yang terjadi di negara kita, tuntutan warga terhadap birokrasi jua menguat. Birokrasi dituntut buat sebagai publik servant. Artinya tugas birokrasi adalah melayani rakyat, bukan kebalikannya warga yang melayani birokrat. Masyarakat menuntut buat diterapkannya manajemen yg baik dan transparan. Sebagai konsekuensinya, pemerintah harus mempertinggi kinerja pada fungsi pelayanan publik agar lebih efektif, efisien serta transparan demi terwujudnya tata pemerintahan yg baik (good governance). Strategi yg dilakukan untuk mengatasi beberapa problem birokrasi tersebut merupakan melalui reformasi. Reformasi birokrasi merupakan upaya buat mengatasi aneka macam kasus internal birokrasi seperti tumpang tindih tugas serta kesemrawutan fungsi organisasi di berbagai tingkatan, masalah pandangan hidup dan budaya kerja, belum adanya standar pelayanan publik, penggunaan anggaran yang belum berorientasi dalam hasil dan baku kinerja, monitoring dan penilaian masih seringkali terjadi. 

Reformasi birokrasi berupaya buat mengurangi kasus tersebut menggunakan perubahan, penyegaran dan pembaharuan guna memenuhi pelayanan publik yg dapat mengimbangi dinamika serta kebutuhan warga . Tulisan ini dia akan mencoba mengelaborasi lebih jauh terkait dengan reformasi pelayanan publik pada wilayah serta kendala yg dihadapi dalam melaksanakan reformasi tadi. Dalam pelaksanaan reformasi pelayanan publik, goresan pena ini mengangkat 2 daerah yang telah melakukan reformai birokrasi yaitu Jawa Timur dan Daerah (DI) Yogyakarta. Jawa Timur merupakan wilayah yang melakukan inisiasi penerapan ISO 9001:2000 menjadi standar dalam pemberian pelayanan publik secara profesional yang umumnya diterapkan oleh partikelir. Sedangkan DI Yogyakarta adalah daerah yg pertama kali melakukan terobosan manajemen pemerintahan daerah pada era otonomi melalui kerjasama antar pemerintah daerah pada bidang pariwisata serta pengelolaan wahana dan prasarana perkotaan. Hal ini memberitahuakn adanya perubahan positif dengan cara serta taktik tidak sama berdasarkan Jawa Timur serta DI Yogyakarta dalam melaksanakan reformasi birokrasi. Fenomena ini yg dinamakan dengan Sound Governance (Farazmand, Ali, 2004). Kedua provinsi ini memberikan suara tidak sinkron pada melakukan reformasi birokrasi pada daerahanya sinkron menggunakan kebutuhan mereka sendiri dalam upaya menaikkan pelayanan publik. 

Birokrasi serta Pelayanan Publik
Birokrasi dari dari kata bureau berdasarkan bahasa Perancis yg berarti taplak yg dipakai dalam sebuah meja buat melayani orang-orang (Savirani, 2004). Birokrasi adalah tipe ideal masyarakat rasional yg terdapat pada gagasan Weber. Idealnya, birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang mempunyai hierarkhi, spesialisasi peranan serta tingkat kompetensi tinggi yang ditunjukkan oleh para pejabat yang terlatih untuk mengisi kiprah-peran birokrasi sehingga sangat efektif serta efisien (Weber pada Sinambela,2006). Pada praktiknya, cara-cara yang dijalankan birokrasi terlalu prosedural, berbelit-belit sehingga tidak efektif serta efisien pada menyelesaikan suatu pekerjaan (Lauer,2004:460). Dalam hubungannya menggunakan kekuasaan, birokrasi sebagai instrumen buat mengatur aparatur maupun mengatur masyarakatnya. Sebagai suatu sistem, birokrasi merupakan suatu rapikan kerja yang stabil dan tidak bergantung pada kualitas individu-individu yg terdapat didalamnya lantaran birokrasi adalah wujud berdasarkan tindakan beserta serta mempunyai tujuan pasti yang akan dicapai. 

Di negara sedang berkembang, dimana birokrasi patrimonial terdapat, birokrasi tidak hanya menjadi indera penguasa, tetapi birokrasi justru menjadi penguasa itu sendiri. Kewenangan birokrasi yang terlalu luas dengan struktur birokrasi yg sangat hierarkis mempermudah birokrasi berbuat sekendak hatinya terhadap warga . Berbagai alasan dijadikan dalih birokrat buat memperlambat proses pelayanan kepada masyarakat bila kondisi non formal (uang tips) nir disertakan. Slogan birokrasi ’jikalau bisa usang kenapa wajib di percepat’ sebagai momok sendiri bagi rakyat waktu berhadapan menggunakan birokrasi 

Sejalan dengan demokratisasi serta perkembangan teknologi, maka pelayanan publik dituntut lebih efisien, serba cepat, computerised, transparansi serta komunikatif. Birokrasi terkini mengemban misi fairer, faster, better and cheaper. Oleh karena itu, sistem wajib dibenahi, dituntut aparat yang mempunyai skill yang memadai, ramah, berpengetahuan luas serta ditunjang alat yg sophisticated. Untuk itu, David Osborn dan Ted Gaebler dalam "Reinventing Government" atau entrepreneural government menyarankan adanya perubahan orientasi pemerintahan, diantaranya: Entrepreneural government sebagai manajemen pelayanan publik menggunakan karakteristik antara lain (1) mengedepankan kompetisi, (dua) sanggup memberdayakan rakyat menggunakan membatasi peran birokrasi, berorientasi dalam output (outcome), (tiga) lebih menggunakan misi ketimbang anggaran sebagai daya dorongnya, (4) mencoba semaksimal mungkin mencegah (prevent) persoalan yg muncul ketimbang memecahkannya, (lima) memakai semua potensi yg ada buat mencari uang (earning money) ketimbang membelanjakannya, (6) mengedepankan desentralisasi dan mendorong partisipasi, (7) mengadopsi prosedur pasar pada manajemen pelayanan publik, serta (8) mengutamakan kiprah katalisator ketimbang menjadi pengelola pelayanan publik (Osborne & Gaebler,1997:255-250).

Berkaitan menggunakan pelayanan publik, menurut Keputusan Menpan Nomor 81/1993, pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan generik yg dilaksanakan sang instansi pemerintah pada sentra, pada wilayah dan di lingkungan BUMN/D pada bentuk barang serta jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan rakyat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Secara umum pelayanan publik bisa dipahami menjadi jenis pelayanan yg disediakan buat rakyat, baik yg dilakukan sang pemerintah maupun partikelir. Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan pelayanan yg terbaik bagi publik atau masyarakat. Pelayanan yg terbaik adalah pelayanan yg memenuhi apa yg dijanjikan atau apa yg diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan terbaik akan membawa implikasi terhadap kepuasaan publik atas pelayanan yang diterima. Secara ideal, pelayanan generik yg dilaksanakan harus sedapat mungkin mendorong kreativitas, prakarsa serta kiprah dan rakyat pada pembangunan. Hubungan aparat menggunakan rakyat yg patront-client harus diubah menjadi hubungan pembuat-konsumen atau govenrment-citizen di mana warga adalah primary stakeholder.

Pelayanan publik mempunyai ciri-karakteristik utama diantaranya: (1) pelayanan buat pure public goods (barang serta jasa primer/murni)seperti pertahanan-keamanan, perlindungan lingkungan hidup. Pelayanan jenis ini diselenggarakan sang pemerintah dan nir dapat dialihkan kepada organisasi partikelir dengan mekanisme pasar; (2) penyediaan pelayanan publik buat barang ataupun jasa yg mengandung eksternalitas positif dan menguntungkan masyarakat secara holistik serta bukan anggota warga secara individual pula lebih sempurna diselenggarakan oleh pemerintah. Misalnya imunisasi anak buat penyakit menular, akan memberi manfaat secara keseluruhan terhadap anak-anak yg lain lantaran penyebaran penyakit tadi dapat dihambat; (3) aktivitas pelayanan publik yang bersifat monopoli seperti penyediaan air dan pelayanan infrastruktur lain akan lebih efisien diselenggarakan sang organisasi tunggal (single firm). Oleh karenanya, organisasi swasta tak jarang kurang tepat sebagai penyelenggara aktivitas ini.

Selain karakteristik-karakteristik pokok di atas, pelayanan publik pula mempunyai ciri-ciri menjadi berikut: pertama, di dalam aktivitas pelayanan publik sang organisasi pemerintah nir masih ada interaksi yg seimbang antara porto (cost) serta penerimaan (revenue). Akibatnya, seringkali terdapat kesamaan bahwa organisasi pemerintah menaikkan porto pelayanan; ke 2, ada beberapa alternatif pengelolaan institusional, yakni dengan cara pemberian kewenangan penyelenggaraan pelayanan publik kepada pihak partikelir. Pemberian kewenangan kepada swasta ini bisa menyebutkan pada kita bahwa baik organisasi pemerintah juga organisasi swasta dapat berperan menjadi pembeli maupun penjual/penghasil dalam penyelenggaraan pelayanan publik atau berperan sebagai keduanya (Pratikno, dkk, 2004:187-189). 

Pelayanan publik itu sendiri dapat diselenggarakan oleh pemerintah, rakyat sendiri atau sektor privat (partikelir). Pelayanan yg diselenggarakan oleh pemerintah diklaim sektor publik. Sedangkan yang diselenggarakan oleh warga atau individu disebut sektor swasta. Hal yang membedakan antara sektor publik dan sektor partikelir antara lain; (1) sektor publik lebih kompleks serta mengemban tugas-tugas yang lebih mendua (ambigu); (dua) sektor publik menghadapi lebih poly problem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya; (3) sektor publik lebih poly memperhatikan bisnis mempertahankan peluang serta kapasitas; (4) sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat majemuk; (lima) sektor publik lebih memperhatikan kompensasi atas kegagalan pasar; (6) sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dalam legalitas; (7) sektor publik memiliki peluang yang lebih besar untuk merespon isu-informasi keadilan dan kejujuran; (8) sektor wajib beroperasi demi kepentingan publik serta (9) sektor publik wajib memperhatikan level dukungan publik minimal diatas level yang diharapkan pada industri swasta (Parson, 2005:10).

Ukuran sektor publik dari Parson lebih banyak berdasarkan pada kriteria kesejahteraan sosial ketimbang kriteria laba finansial, dimana ciri-cirinya (1) tidak mengejar laba; (2) cenderung sebagai organisasi pelayanan; (tiga) ada batasan yg lebih akbar dalam tujuan dan taktik yg mereka susun; (4) sektor ini lebih tergantung kepada klien buat menerima sumber daya finansialnya; (5) sektor ini lebih didominasi oleh kelompok profesional; (6) akuntabilitasnya berbeda dengan akuntabilitas organisasi privat; (7) manajemen zenit nir memiliki tanggung jawab yang sama atau imbalan financial yg sama; (8) organisasi sektor publik bertanggung jawab kepada elektorat dan proses politik serta (9) tradisi kontrol manajemennya kurang.

Rendahnya kualitas pelayanan publik pada Indonesia selama ini menerima sorotan yg sangat tajam berbagai kalangan. Berdasarkan laporan menurut The World Competitiveness Yearbook tahun 1999, Indonesia termasuk kategori paling rendah diantara 100 negara paling kompetitif pada global (Dwiyanto, dkk: 2006: 53). Situasi dan syarat birokrasi yg dinilai buruk dan korup tersebut mengakibatkan kemerosotan daya tarik berusaha di Indonesia. Dalam laporan terbarunya, The World Competitiveness Yearbook, International Institute for Management Development menempatkan daya saing Indonesia dalam peringkat ke-59 berdasarkan 60 negara. Survey serupa yg dilakukan Forum Ekonomi Dunia (WEF) memberitahuakn penyebab kemerosotan daya tarik berusaha yang paling mencolok asal dari institusi publik, dari urutan ke-68 dalam tahun 2004 menjadi urutan ke-89 dalam tahun 2005. Masih dari survey WEF, yang paling sebagai masalah pada melakukan usaha pada Indonesia merupakan birokrasi pemerintahan yg tidak efisien. Oleh karenanya, birokrasi yg efektif dan efisien sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas sebagai akibatnya kebutuhan warga bisa terpenuhi.

Dwiyanto (2006:47-76) mengemukakan empat kriteria yg bisa digunakan buat menilai kinerja birokrasi pada memberikan pelayanan publik. Pertama, akuntabilitas publik, yaitu menggunakan melihat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan publik menggunakan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat atau yang dimilki oleh stakeholders. Kedua, responsivitas, yaitu menilai kinerja birokrasi dengan melihat kemampuan birokrasi dalam mengenali kebutuhan warga , menyusun agenda menurut prioritas pelayanan dan berbagi acara-acara sesuai kebutuhan serta aspirasi masyarakat. Ketiga, orientasi pada pelayanan, yaitu menggunakan melihat seberapa banyak energi birokrasi dipakai buat menaruh pelayanan pada publik. Keempat, efisiensi pelayanan, yaitu dengan membandingkan antara input serta hasil pelayanan. 

Birokrasi cenderung mengutamakan buat mempertahankan kekuasaan daripada kualitas pelayanan pada masyarakat. Oleh karenanya, Osborne serta Gaebler menyarankan supaya birokrasi mesti mempunyai semangat enterpreuner yg tinggi, yaitu wajib mempunyai kemampuan untuk mencari cara baru guna memaksimalkan produktivitas dan efektivitas telah saatnya dilakukan mengingat tuntutan publik yg meningkat, kebutuhan pelayanan rakyat yang semakin semakin tinggi serta kesiapan pihak partikelir melakukan pelayanan publik menggunakan menjanjikan pelayanan yang lebih berkualitas. Tidak mungkin pemerintah berperan menjadi provider jasa yang pasif dan monopolistik sebagaimana yang terjadi pada masa-masa sebelumnya.

Konsepsi reformasi birokrasi pada setiap negara dan lebih sempit lagi pada level wilayah tentu memiliki konteks tersendiri yg turut berkontribusi pada reformasi birokrasi. Oleh karena itu, konsep Sound Governance yang diawali menurut gagasan Ali Farazmand (2004).terminologi “Sound” menggantikan “Good” merujuk dalam prinsip-prinsip penghormatan dan pengakuan atas adanya berita keberagaman diantara Negara bahkan pada wilayah-wilayah pada suatu negara misalnya Indonesia. Hal ini berarti bahwa konsepsi Sound Governance memberikan penghormatan dan pengakuan atas bervariasinya konteks suatu tempat yang mempunyai lokalitas serta kearifan lokal yang berbeda-beda termasuk pada dalamnya penemuan secara lokal sesuai menggunakan kebudayaan yang terdapat dalam tempat tadi. 

Namun, adanya faktor keberagaman pada melakukan reformasi birokrasi ini tidak terlepas dari prasyarat awal menurut Good Governance yang terlibat didalamnya seperti adanya syarat demokrasi, transparansi serta akuntabilitas. Reformasi birokrasi menggunakan Sound Governance ini terlihat dari dua daerah yg diangkat dalam makalah ini yaitu Provinsi Jawa Timur serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua wilayah ini menaruh penekanan tertentu pada reformasi birokrasi. Jawa Timur melakukan reformasi birokrasi dengan menerapkan inovasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000 sedangkan Daerah Yogyakarta melakukan reformasi birokrasi dengan kerjasama antar pemerintah daerah pada bidang pariwisata dan pengelolaan wahana dan prasarana perkotaan yg lebih jauh akan dibahas pada sub-bab reformasi pelayanan publik pada wilayah. 

Reformasi Pelayanan Publik pada Daerah 
1. Inovasi Pelayanan Publik pada Jawa Timur
Implementasi UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan wilayah menaruh kewenangan yang lebih besar kepada wilayah pada menyelenggarakan pemerintahan di tingkat lokal. Pemerintah daerah berfungsi sebagai aplikasi demokratisasi di taraf lokal, efisiensi serta efektivitas pemerintahan terutama dalam hal pelayanan publik supaya lebih dekat pada rakyat. Umumnya kabupaten/ kota menjadi sibuk buat mempersiapkan diri dalam merespon tanggung jawab baru dalam memberikan pelayanan pada rakyat. Diantaranya bidang pengembangan sumber daya manusia, pendapatan, sarana dan prasarana, organisasi dan metode dan berbagai hal krusial lainnya, adalah informasi-gosip dimana pemda wajib menaikkan serta memperkuatnya untuk lebih sanggup pada menjalankan otoritas serta tanggung jawab yg didesentralisasikan.

Disadari atau tidak upaya kompetensi aparatur dalam pelayanan melalui bimbingan teknis ini tidak akan tercapai jika masih poly pertarungan internal organisasi yg menjadi penghambat bagi kinerja pelayanan. Lantaran itu, berbagai masalah tadi diantisipasi menggunakan pembuatan baku pelayanan dalam tiap-tiap organisasi pelayanan publik seperti yang dilakukan oleh pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur. Penyediaan pelayanan publik melalui pendekatan mutu merupakan galat satu bentuk pendekatan yang dapat membantu penyedia layanan publik buat beroperasi secara lebih sistematis serta transparan, dimana didalamnya selalu ada proses perbaikan kinerja disertai respon yang selalu positif terhadap seluruh kebutuhan publik serta pihak yg berkepentingan lainnya (stakeholder) (Hanif & Martanto (eds.), 2005: 114). Manajemen mutu adalah kegiatan untuk mengarahkan serta mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Hal ini akan terlaksana jika sistem yang diterapkan adalah sistem manajemen mutu terpadu yaitu sistem manajemen yang melibatkan semua karyawan dalam suatu organisasi yg membentuk produk barang dan jasa. Tujuan utamanya adalah menaikkan mutu, efisiensi serta efektivitas produksi pada pada organisasi menggunakan harapan bisa menaruh agunan mutu pada kosumen. Penerapan Sistem Manajemen Mutu Terpadu inilah yang menjadi strategi penemuan Pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur pada pelayanan publik. Standar pelayanan publik yg dipakai merupakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000 yang telah diterapkan pada lebih dari 150 negara pada global (repository.binus.ac.id/content/D0314/D031417914.ppt, diakses 10 April 2012) menggunakan menerapkan 8 prinsip SMM ISO 9001:2000. Delapan prinsip sistem manajemen mutu tadi terdiri atas penekanan pelanggan, kepemimpinan, dukungan dan keterlibatan karyawan, pendekatan proses, pendekatan sistem terhadap manajemen, pemugaran berkesinambungan, pendekatan aktual dalam pengambilan keputusan dan hubungan pemasok yg saling menguntungkan.

Prinsip penekanan pelanggan merupakan bentuk komitmen unit pelayanan publik pada Jawa Timur yang senantiasa berusaha tahu kebutuhan dan asa warga baik pada masa kini juga pada masa yg akan tiba. Unit pelayanan publik wajib merencanakan serta memenuhi kebutuhan rakyat serta berusaha semaksimal mungkin buat melebihi asa kebutuhan saat ini dan yg akan tiba. Prinsip kepemimpinan adalah kesadaran akan besarnya peran pengambil keputusan pada memutuskan suatu kebijakan serta target mutu buat memberi arah organisasi dan pada menciptakan dan memelihara harmoni internal dimana seluruh pegawai dapat berperan secara penuh pada menunjang tujuan organisasi. Hal ini mempunyai keterkaitan organik dengan prinsip keterlibatan serta partisipasi aktif semua karyawan dalam suatu unit pelayanan sebagai akibatnya mencapai sebuah sinergi dalam mencapai tujuan organisasi yakni mewujudkan kepuasan warga terhadap penyediaan layanan publik. 

Prinsip pendekatan proses menekankan pada suatu empiris bahwa penyediaan layanan publik melibatkan serangkaian proses yg saling berkaitan sehingga kendali terhadap setiap tahapan proses akan membentuk output layanan publik yang lebih prima. Terkait menggunakan hal tersebut, prinsip kedekatan sistem dalam manajemen yg terdiri menurut input, proses serta hasil dapat diketahui/ diidentifikasi, dipahami, dikelola secara menyeluruh sebagai satu sistem yg terpadu. Hal ini akan berguna bagi pencapaian efektifitas dan efisiensi unit pelayanan publik pada Jawa Timur dalam mencapai tujuannya. Penerapan prinsip peningkatan berkelanjutan memerlukan pendataan serta analisis terhadap layanan yg sudah dilakukan. Oleh sebab itu, prinsip pendekatan informasi dalam pengambilan keputusan membutuhkan data-data yang benar sebagai akibatnya keputusan yg diambil dan ditetapkan senantiasa didasarkan dalam analisis data serta banyak sekali berita yang terdapat dan tersedia. Sedangkan prinsip interaksi pemasok yg saling menguntungkan adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas layanan yang diberikan. Oleh karena itu hubungan yg harmonis antara keduanya wajib dipelihara (Hanif & Martanto (eds.), 2005: 115-116). 

Dari 378 unit pelayanan publik pada Jawa Timur 49 unit sudah menerapkan SMM ISO 9001:2000, sebesar 30 diantaranya telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 serta 19 lainnya masih dalam proses penilaian sertifikasi. Instansi yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Bangunan Kota Surabaya, Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Sidoarjo, PDAM Kota Madiun, RSUD Dr. Soedono Madiun, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Dinas Pendapatan Daerah Jatim dan Kantor SAMSAT Sidoarjo, dan Badiklat Jatim. Sementara yg masih pada proses sertifikasi diantaranya, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) dan Sekretariat Daerah.

RSUD Dr. Soedono Madiun, misalnya, sudah melakukan reformasi birokrasi buat memberikan pelayanan pada instalasi rawat jalan menggunakan sistem pelayanan tanpa loket. Hal ini berarti bahwa terdapat percepatan durasi saat pelayanan kepada warga dari 1.lima - dua jam dapat diturunkan sebagai hanya 10-15 mnt saja. Selain itu, dalam instalasi rawat inap, mereka menyediakan pelayanan kelas 3 bagi masyarakat miskin menggunakan fasilitas tempat tidur dan sarana perawatan sinkron kelas 1. Kemudian, Kantor SAMSAT Sidoarjo membuat acara pelayanan berbasis elektro yaitu e-Samsat (//esamsat.jatimprov.go.id/) serta Drive Thru.

Sementara itu, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) yang melakukan reformasi pelayanan publik melalui pelayanan ijin trayek yang diantaranya adalah, a) Pelayanan Perpanjangan Masa Berlaku Izin Trayek; b) Pelayanan Perpanjangan Masa Berlaku Kartu Pengawasan; c) Pelayanan Perubahan Trayek; d) Pelayanan Uji Tipe; e) Pelayanan Sertifikasi Uji Mutu; f) Pelayanan Pengendalian Muatan Mobil Barang. Pengurusan ijin trayek serta kartu pengawasan dilakukan dengan percepatan ketika pelayanan menurut waktu 14 hari sebagai hanya 1 hari saja. 

Perubahan pelayanan publik ini perlu dibarengi komitmen menurut para aktor birokrasi pada Jawa Timur serta aneka macam kabupaten serta kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Komitmen ini diwujudkan dengan adanya Komisi Pelayanan Publik (KPP). Komisi Pelayanan Publik pada Jawa Timur dibentuk menurut Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pelayanan Publik pada Jawa Timur. Dengan adanya perda ini terbentuklah institusi independen bernama Komisi Pelayanan Publik (KPP), buat melakukan supervisi dalam penyelenggaraan pelayanan publik di Jawa Timur.

Keberadaan Komisi Pelayanan Publik di Jawa Timur ini menghadapi tantangan dari Komisi A DPRD Jawa Timur yang menganggap fungsi KPP telah tumpang tindih menggunakan komisi ombudsman yg sudah mempunyai payung hukum berupa UU 25/2009 tentang kiprah dan fungsi pelayanan publik (//www.surabayapagi.com/, 4 April 2012, diakses lepas 20 April 2012). Keberadaan KPP buat periode 2012-2016 permanen dipertahankan sang Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggunakan argumen bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih membutuhkan lembaga independen seperti KPP buat mengatasi perkara yg timbul atas pelayanan publik pada Jawa Timur. Data tahun 2011 memperlihatkan terdapat sebesar 4.100 perkara dalam pelayanan publik di Jawa Timur yg nir seluruh masalah dapat diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai akibatnya eksistensi KPP memang sangat dibutuhkan buat turut membantu menyelesaikan perkara pelayanan publik di Jawa Timur menggunakan melakukan banyak sekali macam penemuan (//www.surabayapagi.com/, 4 April 2012, diakses tanggal 20 April 2012).

2. Inovasi Pelayanan Publik pada Yogyakarta
Berbeda menggunakan inovasi di Jatim, inovasi pelayanan publik di Yogyakarta lebih menekankan dalam pentingnya kerjasama antar pemerintah terutama kerjasama dalam manajemen prasarana perkotaan serta kerjasama dalam pengembangan kepariwisataan. Menurut Feiock (2004) kerjasama antar daerah merupakan persetujuan antar dua atau lebih pemerintah wilayah dimana persetujuan tadi bertujuan buat memperoleh laba beserta diantara wilayah yg bekerjasama. Selain itu, kerjasama antar daerah ini jua buat menjaring pihak partikelir baik nasional ataupun internasional buat berinvestasi didaerah-wilayah yang berafiliasi tadi. Lebih jauh, kerjasama antar daerah ini bertujuan untuk meningkatkan daya kompetitif pada taraf nasional dan internasional. Tentu saja, taraf kompetitif ini hanya akan berhasil apabila didukung oleh adanya institusi dan governance yang dapat mewujudkan potensi yang dimilikinya untuk pembangunan di wilayah pemerintah daerah yg saling berhubungan secara berkelanjutan (Friedmann, 1999; Bird dan Slack, 2007; Freire, 2007). 

Berkaitan menggunakan kerjasama antar wilayah ini, Luo serta Shen (2009) pada Tommy Firman, dalam orasi ilmiah pada acara dies ITB ke-52 tahun 2011 (//www.pl.itb.ac.id/?P=328, diakses lepas 20 April 2012) ada 3 jenis kerjasama antar daerah, yaitu: (1) Hierarchical partnership, kerjasama ini ditandai oleh adanya inisiatif berdasarkan pemerintah lebih atas (pusat, provinsi) pada memobilisasi pemerintah wilayah buat berhubungan; (dua) Spontaneous partnership, kerjasama ini ditandai adanya inisiatif pemerintah lokal buat bekerjasama satu sama lain; (tiga) Hybrid, yg merupakan kombinasi antara keduanya. 

Sistem kerja berdasarkan kerjasama tipe hierarkis merupakan memakai undang-undang dan banyak sekali peraturan pemerintah. Untuk tipe kerjasama spontaneous, pada prinsipnya menggunakan persetujuan serta konvensi beserta diantara daerah yg mempunyai kepentingan yg sama baik yg bersifat politis ataupun non politis. Sedangkan tipe kerjasama Hybrid adalah menggunakan menggabungkan antara peraturan pemerintah diatasnya dengan konvensi antar daerah buat kepentingan beserta //www.pl.itb.ac.id/?P=328, diakses lepas 20 April 2012). 

Perkembangan desentralisasi yang cenderung berorientasi dalam wilayah sendiri daripada orientasi ke wilayah yang lebih luas antara lain sebagai alasan bertenaga pembentukan Sekretariat Bersama Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul). Pembentukan Sekretariat Bersama Kartamantul adalah inisiatif beserta antar pemerintah wilayah atau bertipe Spontaneous partnership. Sekretariat Bersama ini merupakan metode buat mengoptimalkan keterpaduan pengelolaan prasarana perkotaan daerah perbatasan. Adanya perhatian dan minat yang sama adalah pertimbangan lain menurut pembentukan Sekretariat Bersama ini. Salah satu info krusial dalam manajemen prasarana perkotaan di Yogyakarta merupakan infrastruktur misalnya jalan dan transportasi, penyediaan air higienis, limbah serta sampah. Oleh karenanya, pengelolaan prasarana perkotaan perlu dilakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap prasarana perkotaan dengan cara yang adil, kompetitif, tepat buat membantu masyarakat kota dalam menuntaskan kasus mereka. Pada prinsipnya, pengelolaan prasarana serta wahana perkotaan yang acapkali melintasi batas administratif daerah yg berdekatan perlu menekankan suatu pendekatan sistem sebagai suatu metode buat memastikan bahwa setiap faktor telah diperhitungkan. Disisi lain, pemerintah daerah mempunyai kepentingan untuk memprioritaskan wilayah mereka pada pada yurisdiksi administratif yg mereka miliki. 

Dengan keberhasilan Sekretariat Bersama Kartamantul ini dalam kerjasama pembangunan infrastruktur, akhirnya Sekretariat Bersama Kartamantul ini diperluas dalam pengemabangan kepariwisataan. Berkaitan dengan pengembangan kepariwisataan, kerjasama antar daerah tadi dikukuhkan menggunakan terbentuknya Sekretariat Bersama Java Promo yg sudah disahkan keberadaannya sang Menteri Budaya serta Pariwisata, I Gede Ardika, pada lepas 21 Mei 2003 pada Wonosobo. Sekber ini adalah wadah kerjasama pada mengupayakan peningkatan kualitas kebijakan bidang pariwisata menurut Kabupaten/ kota anggota (13 anggota) antara lain Sleman, Kota Yogya, Magelang, Purworejo, Wonosobo, dll. Peningkatan kualitas meliputi:
  1. peningkatan keragaman industri pariwisata pada daerah kerjasama lewat aneka usaha-usaha bersama pada bidang pariwisata.
  2. peningkatan kualitas SDM bidang pariwisata di wilayah kerjasama.
  3. peningkatan jumlah kunjungan wisata ke daerah kerjasama ini.
  4. peningkatan lama tinggal (length of stay) wisatawan pada daerah kerjasama ini.
  5. peningkatan tingkat hidup warga pada wilayah kerjasama menggunakan tersedianya tersedianya lapangan kerja yang lebih poly pada bidang pariwisata.
  6. peningkatan kontribusi PAD menurut sektor pariwisata.
Enam point spesifik kerjasama ini juga mengikuti contoh kerjasama Spontaneous yang dengan menjalankan prinsip pengambilan keputusan secara kolektif, transparansi dalam bernegosiasi antar daerah yg bekerjasama, kepemimpinan, visi dan komitmen beserta berdasarkan tiap ketua pemerintah daerah yang berafiliasi buat melakukan pengembangan kepariwisataan beserta, dukungan menurut pemerintah propinsi DIY dan Jawa Tengah. Tentu, prinsip-prinsip kerjasama ini tidaklah gampang buat dilakukan, tetapi, melihat keberhasilan Sekretariat Bersama Kartamantul setidaknya akan menaruh efek positif bagi para kepala daerah bersama birokrasinya untuk mereformasi dirinya agar mendapatkan laba pada peningkatan kesejahteraan rakyat pada wilayahnya masing-masing. 

Kendala pada Melakukan Reformasi Pelayanan Publik
Reformasi pelayanan publik merupakan upaya buat memperbaiki buruknya paras pelayanan publik yang memakai pendekatan pelayanan struktural bukan fungsional. Berbagai duduk perkara pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah selama ini masih mengakibatkan dilema. Beberapa kelemahan mendasar yang dihadapi diantaranya; pertama; kelemahan yang asal dari sulitnya memilih atau mengukur hasil maupun kualitas menurut pelayanan yg diberikan oleh pemerintah. Kedua, pelayanan pemerintah nir mengenal ’bottom line’ merupakan seburuk apapun kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal istilah bangkrut. Ketiga, tidak selaras menggunakan prosedur pasar yg memiliki kelemahan dalam memecahkan eksternalitas, organisasi pelayanan pemerintah menghadapi perkara berupa internalitas. Artinya organisasi pemerintah sangat sulit mencegah efek nilai-nilai dan kepentingan para birokrat berdasarkan kepentingan umum masyarakat yang seharusnya dilayani (Hanif & Martanto (eds.), 2005:109). Keempat, rendahnya SDM dan kelima, minimnya wahana serta prasarana yang dimiliki oleh pemda.

Karakteristik pelayanan pemerintah sebagian besar bersifat monopoli sehingga nir menghadapi konflik persaingan pasar berakibat lemahnya perhatian pengelola pelayaan publik akan penyediaan pelayanan yg berkualitas. Tak sporadis syarat tersebut membuahkan sebagian pengelola pelayanan memanfaatkan buat mengambil keuntungan langsung dan cenderung mempersulit mekanisme pelayanan. Kendala yang tidak kalah penting merupakan kompetensi sumber daya manusia yang ada. Upaya penyediaan pelayanan yg profesional nir akan terwujud jika tidak didukung oleh pegawai yg memiliki kemampuan yg handal. Yang perlu diperhatikan disini, melaksanakan pelayanan pada pelanggan bukan merupakan kemampuan yg standar buat setiap syarat. Karenanya setiap pelaku/ aparat atau staf dituntut kreativitasnya menurut waktu ke waktu. 

Dalam kaitannya dengan inovasi serta terobosan pemerintah wilayah dalam peningkatan pelayanan publik, terdapat 2 hal krusial yg perlu diperhatikan. Pertama, adalah kepemimpinan menurut ketua daerah dan kedua adalah bagaimana menciptakan perangkat daerah menjadi organisasi pembelajaran. Kepemimpinan diarahkan pada sosok yang adalah motor pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemimpin yang dibutuhkan merupakan pertama, orang yg futuristik dalam arti dia wajib mempunyai pemikiran yg menjangkau ke depan, sehingga arah orientasi dan kebijakan yg ditetapkan sang yang bersangkutan merupakan bagian menurut tahapan masa depan. Kedua, orang yang dapat mengatasi syarat yang seringkali berubah dalam arti dapat mengatasi perubahan yg berkembang cepat. Ketiga, orang yang bisa melakukan perkiraan dari keadaan yg tidak sanggup diprediksikan. Keempat, seorang pemimpin yg situasional. Kelima, orang yang memiliki wawasan nusantara. Organisasi perangkat wilayah hendaknya menjadi sentra pembelajaran. Interaksi para pegawai dalam organisasi yag dimulai pada unit skala mini menjadi ajang memunculkan gagasan/ inspirasi perbaikan cara kerja dan bahkan pemugaran kondisi kerja pada skala yg lebih luas. Kecenderungan yg terdapat kini adalah menciptakan pekerjaan yang akbar sementara perubahan dalam hal yg sifatnya mini selalu diabaikan.

MENGELOLA DINAMIKA POLITIK DAN SUMBERDAYA DAERAH

Mengelola Dinamika Politik Dan Sumberdaya Daerah 
Di negara berkembang misalnya Indonesia, buruknya birokrasi permanen menjadi masalah terbesar. Birokrasi selalu dikaitkan menggunakan mekanisme kerja yg berbelit-belit dan lamban. Birokrasi yg memiliki sifat patron-klien yg kental, hierarkhis serta impersonal telah memberikan efek diantaranya mematikan inisiatif rakyat serta kualitas pelayanan rakyat yg nir efisien. Sudah menjadi rahasia generik bahwa pelayanan generik pada instansi pemerintah selama ini lamban, ruwet, nir efisien bahkan menjengkelkan karena poly calo yang berkeliaran. Di samsat, di loket stasiun misalnya, calo yang terdapat nir pernah bisa diberantas, malah dilindungi lantaran mendatangkan fulus. Hal ini memberi kesan bahwa birokrasi kita adalah ibarat 'benang kusut', akibatnya warga enggan berhadapan dengan birokrasi. Inilah sebuah paradoks birokrasi kita yg justru nir mendinamisasi warga . Kekuasaan yg berlimpah baik yang bersifat otoritas formal, keuangan, berita juga skill berakibat posisi birokrasi bertenaga serta memungkinkan birokrasi buat memaksakan kehendaknya tanpa terdapat kemampuan warga menolaknya. Dengan keadaan seperti itu, birokrasi yg semula dicermati menjadi organisasi yang bisa secara efektif dan efisien melayani kebutuhan warga lalu mengalami penurunan agama di mata warga bahkan menumbuhkan resistensi yg tinggi dari rakyat. 

Seiring menggunakan proses reformasi yg terjadi pada negara kita, tuntutan masyarakat terhadap birokrasi jua menguat. Birokrasi dituntut buat sebagai publik servant. Artinya tugas birokrasi merupakan melayani warga , bukan sebaliknya warga yang melayani birokrat. Masyarakat menuntut untuk diterapkannya manajemen yg baik dan transparan. Sebagai konsekuensinya, pemerintah wajib menaikkan kinerja dalam fungsi pelayanan publik agar lebih efektif, efisien dan transparan demi terwujudnya rapikan pemerintahan yang baik (good governance). Strategi yang dilakukan buat mengatasi beberapa persoalan birokrasi tersebut adalah melalui reformasi. Reformasi birokrasi adalah upaya untuk mengatasi aneka macam masalah internal birokrasi seperti tumpang tindih tugas dan kesemrawutan fungsi organisasi pada banyak sekali strata, masalah pandangan hidup serta budaya kerja, belum adanya baku pelayanan publik, penggunaan aturan yg belum berorientasi dalam output dan baku kinerja, monitoring serta penilaian masih sering terjadi. 

Reformasi birokrasi berupaya buat mengurangi kasus tersebut menggunakan perubahan, penyegaran serta pembaharuan guna memenuhi pelayanan publik yang bisa mengimbangi dinamika dan kebutuhan rakyat. Tulisan ini dia akan mencoba mengelaborasi lebih jauh terkait menggunakan reformasi pelayanan publik di daerah dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan reformasi tadi. Dalam pelaksanaan reformasi pelayanan publik, tulisan ini mengangkat dua daerah yg sudah melakukan reformai birokrasi yaitu Jawa Timur serta Daerah spesial (DI) Yogyakarta. Jawa Timur adalah daerah yang melakukan inisiasi penerapan ISO 9001:2000 sebagai baku pada anugerah pelayanan publik secara profesional yg umumnya diterapkan sang swasta. Sedangkan DI Yogyakarta adalah daerah yg pertama kali melakukan terobosan manajemen pemerintahan wilayah pada era otonomi melalui kerjasama antar pemerintah daerah dalam bidang pariwisata dan pengelolaan wahana dan prasarana perkotaan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan positif menggunakan cara serta strategi tidak selaras dari Jawa Timur serta DI Yogyakarta dalam melaksanakan reformasi birokrasi. Fenomena ini yang dinamakan menggunakan Sound Governance (Farazmand, Ali, 2004). Kedua provinsi ini menaruh bunyi berbeda dalam melakukan reformasi birokrasi pada daerahanya sinkron dengan kebutuhan mereka sendiri dalam upaya meningkatkan pelayanan publik. 

Birokrasi serta Pelayanan Publik
Birokrasi berasal berdasarkan istilah bureau dari bahasa Perancis yg berarti taplak yg digunakan pada sebuah meja buat melayani orang-orang (Savirani, 2004). Birokrasi merupakan tipe ideal rakyat rasional yang ada pada gagasan Weber. Idealnya, birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi yang memiliki hierarkhi, spesialisasi peranan serta taraf kompetensi tinggi yg ditunjukkan oleh para pejabat yang terlatih untuk mengisi kiprah-kiprah birokrasi sehingga sangat efektif serta efisien (Weber pada Sinambela,2006). Pada praktiknya, cara-cara yang dijalankan birokrasi terlalu prosedural, berbelit-belit sebagai akibatnya nir efektif dan efisien pada menyelesaikan suatu pekerjaan (Lauer,2004:460). Dalam hubungannya dengan kekuasaan, birokrasi menjadi instrumen buat mengatur aparatur juga mengatur masyarakatnya. Sebagai suatu sistem, birokrasi adalah suatu tata kerja yang stabil dan tidak bergantung pada kualitas individu-individu yang ada didalamnya karena birokrasi merupakan wujud dari tindakan beserta serta memiliki tujuan pasti yang akan dicapai. 

Di negara sedang berkembang, dimana birokrasi patrimonial terdapat, birokrasi tidak hanya menjadi indera penguasa, namun birokrasi justru sebagai penguasa itu sendiri. Kewenangan birokrasi yg terlalu luas menggunakan struktur birokrasi yang sangat hierarkis mempermudah birokrasi berbuat sekendak hatinya terhadap rakyat. Berbagai alasan dijadikan dalih birokrat buat memperlambat proses pelayanan pada masyarakat jika syarat non formal (uang tips) tidak disertakan. Slogan birokrasi ’kalau bisa usang kenapa harus pada percepat’ sebagai momok sendiri bagi rakyat ketika berhadapan dengan birokrasi 

Sejalan menggunakan demokratisasi dan perkembangan teknologi, maka pelayanan publik dituntut lebih efisien, serba cepat, computerised, transparansi dan komunikatif. Birokrasi terkini mengemban misi fairer, faster, better and cheaper. Oleh karena itu, sistem harus dibenahi, dituntut aparat yg memiliki skill yg memadai, ramah, berpengetahuan luas dan ditunjang indera yang canggih. Untuk itu, David Osborn dan Ted Gaebler pada "Reinventing Government" atau entrepreneural government menyarankan adanya perubahan orientasi pemerintahan, antara lain: Entrepreneural government menjadi manajemen pelayanan publik dengan ciri antara lain (1) mengedepankan kompetisi, (2) bisa memberdayakan masyarakat menggunakan membatasi kiprah birokrasi, berorientasi pada hasil (outcome), (tiga) lebih memakai misi ketimbang anggaran menjadi daya dorongnya, (4) mencoba semaksimal mungkin mencegah (prevent) dilema yang muncul ketimbang memecahkannya, (lima) menggunakan semua potensi yang ada buat mencari uang (earning money) ketimbang membelanjakannya, (6) mengedepankan desentralisasi dan mendorong partisipasi, (7) mengadopsi mekanisme pasar dalam manajemen pelayanan publik, serta (8) mengutamakan peran katalisator ketimbang menjadi pengelola pelayanan publik (Osborne & Gaebler,1997:255-250).

Berkaitan dengan pelayanan publik, berdasarkan Keputusan Menpan Nomor 81/1993, pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan generik yg dilaksanakan oleh instansi pemerintah di sentra, pada wilayah serta pada lingkungan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan rakyat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Secara umum pelayanan publik dapat dipahami sebagai jenis pelayanan yang disediakan buat rakyat, baik yang dilakukan sang pemerintah juga partikelir. Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan pelayanan yang terbaik bagi publik atau masyarakat. Pelayanan yg terbaik merupakan pelayanan yg memenuhi apa yg dijanjikan atau apa yg diinginkan serta dibutuhkan sang masyarakat. Pelayanan terbaik akan membawa implikasi terhadap kepuasaan publik atas pelayanan yg diterima. Secara ideal, pelayanan umum yang dilaksanakan harus sedapat mungkin mendorong kreativitas, prakarsa dan peran dan masyarakat dalam pembangunan. Hubungan aparat menggunakan rakyat yg patront-client harus diubah menjadi interaksi produsen-konsumen atau govenrment-citizen di mana rakyat adalah primary stakeholder.

Pelayanan publik mempunyai ciri-ciri utama diantaranya: (1) pelayanan untuk pure public goods (barang dan jasa utama/murni)misalnya pertahanan-keamanan, proteksi lingkungan hidup. Pelayanan jenis ini diselenggarakan oleh pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada organisasi swasta dengan mekanisme pasar; (dua) penyediaan pelayanan publik buat barang ataupun jasa yang mengandung eksternalitas positif dan menguntungkan rakyat secara holistik dan bukan anggota warga secara individual pula lebih tepat diselenggarakan oleh pemerintah. Misalnya imunisasi anak buat penyakit menular, akan memberi manfaat secara keseluruhan terhadap anak-anak yang lain lantaran penyebaran penyakit tadi dapat dihambat; (tiga) kegiatan pelayanan publik yang bersifat monopoli seperti penyediaan air dan pelayanan infrastruktur lain akan lebih efisien diselenggarakan sang organisasi tunggal (single firm). Oleh karena itu, organisasi swasta acapkali kurang tepat menjadi penyelenggara kegiatan ini.

Selain karakteristik-karakteristik utama pada atas, pelayanan publik pula mempunyai karakteristik-karakteristik menjadi berikut: pertama, di pada aktivitas pelayanan publik oleh organisasi pemerintah nir terdapat interaksi yg seimbang antara biaya (cost) dan penerimaan (revenue). Akibatnya, tak jarang masih ada kesamaan bahwa organisasi pemerintah meningkatkan biaya pelayanan; kedua, ada beberapa cara lain pengelolaan institusional, yakni dengan cara hadiah wewenang penyelenggaraan pelayanan publik kepada pihak swasta. Pemberian kewenangan kepada partikelir ini bisa mengungkapkan kepada kita bahwa baik organisasi pemerintah maupun organisasi partikelir dapat berperan menjadi pembeli maupun penjual/produsen dalam penyelenggaraan pelayanan publik atau berperan menjadi keduanya (Pratikno, dkk, 2004:187-189). 

Pelayanan publik itu sendiri dapat diselenggarakan oleh pemerintah, warga sendiri atau sektor privat (swasta). Pelayanan yg diselenggarakan sang pemerintah diklaim sektor publik. Sedangkan yg diselenggarakan oleh rakyat atau individu dianggap sektor partikelir. Hal yg membedakan antara sektor publik serta sektor partikelir antara lain; (1) sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yg lebih mendua (ambigu); (2) sektor publik menghadapi lebih poly persoalan dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya; (tiga) sektor publik lebih poly memperhatikan bisnis mempertahankan peluang serta kapasitas; (4) sektor publik memanfaatkan lebih poly orang yg memiliki motivasi yang sangat majemuk; (lima) sektor publik lebih memperhatikan kompensasi atas kegagalan pasar; (6) sektor publik lebih ketat pada menjaga baku komitmen dalam legalitas; (7) sektor publik memiliki peluang yang lebih besar buat merespon gosip-info keadilan serta kejujuran; (8) sektor harus beroperasi demi kepentingan publik serta (9) sektor publik harus memperhatikan level dukungan publik minimal diatas level yang dibutuhkan dalam industri swasta (Parson, 2005:10).

Ukuran sektor publik menurut Parson lebih banyak berdasarkan pada kriteria kesejahteraan sosial ketimbang kriteria laba finansial, dimana karakteristik-cirinya (1) nir mengejar laba; (dua) cenderung menjadi organisasi pelayanan; (tiga) ada batasan yg lebih akbar dalam tujuan dan taktik yg mereka susun; (4) sektor ini lebih tergantung pada klien buat mendapatkan asal daya finansialnya; (5) sektor ini lebih didominasi oleh kelompok profesional; (6) akuntabilitasnya tidak sama dengan akuntabilitas organisasi privat; (7) manajemen puncak nir memiliki tanggung jawab yang sama atau imbalan financial yg sama; (8) organisasi sektor publik bertanggung jawab pada elektorat serta proses politik serta (9) tradisi kontrol manajemennya kurang.

Rendahnya kualitas pelayanan publik pada Indonesia selama ini menerima sorotan yg sangat tajam aneka macam kalangan. Berdasarkan laporan berdasarkan The World Competitiveness Yearbook tahun 1999, Indonesia termasuk kategori paling rendah diantara 100 negara paling kompetitif pada global (Dwiyanto, dkk: 2006: 53). Situasi serta syarat birokrasi yg dievaluasi jelek dan korup tadi menyebabkan kemerosotan daya tarik berusaha pada Indonesia. Dalam laporan terbarunya, The World Competitiveness Yearbook, International Institute for Management Development menempatkan daya saing Indonesia pada peringkat ke-59 berdasarkan 60 negara. Survey serupa yang dilakukan Forum Ekonomi Dunia (WEF) menerangkan penyebab kemerosotan daya tarik berusaha yang paling mencolok asal berdasarkan institusi publik, dari urutan ke-68 pada tahun 2004 sebagai urutan ke-89 pada tahun 2005. Masih dari survey WEF, yg paling sebagai kasus pada melakukan bisnis pada Indonesia adalah birokrasi pemerintahan yg tidak efisien. Oleh karenanya, birokrasi yang efektif dan efisien sangat diperlukan pada menaruh pelayanan publik yang berkualitas sebagai akibatnya kebutuhan warga dapat terpenuhi.

Dwiyanto (2006:47-76) mengemukakan empat kriteria yg dapat digunakan buat menilai kinerja birokrasi dalam menaruh pelayanan publik. Pertama, akuntabilitas publik, yaitu dengan melihat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan publik menggunakan nilai-nilai yg ada dalam warga atau yang dimilki oleh stakeholders. Kedua, responsivitas, yaitu menilai kinerja birokrasi dengan melihat kemampuan birokrasi dalam mengenali kebutuhan warga , menyusun rencana berdasarkan prioritas pelayanan dan menyebarkan program-acara sinkron kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ketiga, orientasi dalam pelayanan, yaitu menggunakan melihat seberapa banyak energi birokrasi dipakai buat memberikan pelayanan kepada publik. Keempat, efisiensi pelayanan, yaitu dengan membandingkan antara input serta output pelayanan. 

Birokrasi cenderung mengutamakan buat mempertahankan kekuasaan daripada kualitas pelayanan pada masyarakat. Oleh karenanya, Osborne dan Gaebler menyarankan agar birokrasi mesti memiliki semangat enterpreuner yg tinggi, yaitu wajib memiliki kemampuan buat mencari cara baru guna memaksimalkan produktivitas dan efektivitas telah saatnya dilakukan mengingat tuntutan publik yang semakin tinggi, kebutuhan pelayanan rakyat yg semakin meningkat serta kesiapan pihak partikelir melakukan pelayanan publik dengan menjanjikan pelayanan yang lebih berkualitas. Tidak mungkin pemerintah berperan sebagai provider jasa yang pasif serta monopolistik sebagaimana yang terjadi dalam masa-masa sebelumnya.

Konsepsi reformasi birokrasi di setiap negara serta lebih sempit lagi dalam level wilayah tentu memiliki konteks tersendiri yang turut berkontribusi dalam reformasi birokrasi. Oleh karenanya, konsep Sound Governance yg diawali berdasarkan gagasan Ali Farazmand (2004).terminologi “Sound” menggantikan “Good” merujuk pada prinsip-prinsip penghormatan serta pengakuan atas adanya fakta keberagaman diantara Negara bahkan pada daerah-daerah pada suatu negara seperti Indonesia. Hal ini berarti bahwa konsepsi Sound Governance menaruh penghormatan serta pengakuan atas bervariasinya konteks suatu tempat yg mempunyai lokalitas dan kearifan lokal yg bhineka termasuk di dalamnya penemuan secara lokal sinkron menggunakan kebudayaan yang terdapat dalam loka tadi. 

Namun, adanya faktor keberagaman dalam melakukan reformasi birokrasi ini nir terlepas berdasarkan prasyarat awal dari Good Governance yg terlibat didalamnya seperti adanya syarat demokrasi, transparansi serta akuntabilitas. Reformasi birokrasi dengan Sound Governance ini terlihat dari 2 wilayah yg diangkat dalam makalah ini yaitu Provinsi Jawa Timur serta Daerah Yogyakarta. Kedua daerah ini menaruh penekanan tertentu pada reformasi birokrasi. Jawa Timur melakukan reformasi birokrasi dengan menerapkan inovasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000 sedangkan Daerah spesial Yogyakarta melakukan reformasi birokrasi dengan kerjasama antar pemerintah wilayah dalam bidang pariwisata dan pengelolaan wahana dan prasarana perkotaan yg lebih jauh akan dibahas dalam sub-bab reformasi pelayanan publik pada daerah. 

Reformasi Pelayanan Publik pada Daerah 
1. Inovasi Pelayanan Publik pada Jawa Timur
Implementasi UU No. 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan wilayah memberikan wewenang yang lebih akbar kepada daerah pada menyelenggarakan pemerintahan pada tingkat lokal. Pemerintah wilayah berfungsi menjadi pelaksanaan demokratisasi pada taraf lokal, efisiensi serta efektivitas pemerintahan terutama dalam hal pelayanan publik supaya lebih dekat pada masyarakat. Umumnya kabupaten/ kota sebagai sibuk buat mempersiapkan diri pada merespon tanggung jawab baru pada memberikan pelayanan kepada masyarakat. Diantaranya bidang pengembangan sumber daya insan, pendapatan, wahana dan prasarana, organisasi serta metode serta aneka macam hal penting lainnya, merupakan informasi-gosip dimana Pemerintah Daerah harus meningkatkan serta memperkuatnya buat lebih mampu dalam menjalankan otoritas serta tanggung jawab yang didesentralisasikan.

Disadari atau nir upaya kompetensi aparatur pada pelayanan melalui bimbingan teknis ini tidak akan tercapai apabila masih poly perseteruan internal organisasi yg menjadi penghambat bagi kinerja pelayanan. Karena itu, banyak sekali dilema tersebut diantisipasi menggunakan pembuatan baku pelayanan dalam tiap-tiap organisasi pelayanan publik misalnya yg dilakukan oleh pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur. Penyediaan pelayanan publik melalui pendekatan mutu merupakan galat satu bentuk pendekatan yg dapat membantu penyedia layanan publik buat beroperasi secara lebih sistematis dan transparan, dimana didalamnya selalu terdapat proses pemugaran kinerja disertai respon yg selalu positif terhadap seluruh kebutuhan publik serta pihak yg berkepentingan lainnya (stakeholder) (Hanif & Martanto (eds.), 2005: 114). Manajemen mutu merupakan kegiatan buat mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Hal ini akan terlaksana apabila sistem yg diterapkan merupakan sistem manajemen mutu terpadu yaitu sistem manajemen yg melibatkan semua karyawan pada suatu organisasi yg membentuk produk barang dan jasa. Tujuan utamanya merupakan mempertinggi mutu, efisiensi dan efektivitas produksi pada pada organisasi dengan harapan bisa menaruh jaminan mutu pada kosumen. Penerapan Sistem Manajemen Mutu Terpadu inilah yang menjadi taktik inovasi Pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur dalam pelayanan publik. Standar pelayanan publik yg digunakan merupakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000 yang sudah diterapkan pada lebih dari 150 negara pada dunia (repository.binus.ac.id/content/D0314/D031417914.ppt, diakses 10 April 2012) menggunakan menerapkan 8 prinsip SMM ISO 9001:2000. Delapan prinsip sistem manajemen mutu tersebut terdiri atas penekanan pelanggan, kepemimpinan, dukungan serta keterlibatan karyawan, pendekatan proses, pendekatan sistem terhadap manajemen, perbaikan berkesinambungan, pendekatan aktual dalam pengambilan keputusan serta hubungan pemasok yg saling menguntungkan.

Prinsip penekanan pelanggan merupakan bentuk komitmen unit pelayanan publik pada Jawa Timur yang senantiasa berusaha tahu kebutuhan dan harapan rakyat baik dalam masa sekarang juga di masa yg akan tiba. Unit pelayanan publik wajib merencanakan dan memenuhi kebutuhan rakyat dan berusaha semaksimal mungkin buat melebihi asa kebutuhan waktu ini serta yang akan tiba. Prinsip kepemimpinan merupakan pencerahan akan besarnya peran pengambil keputusan dalam memutuskan suatu kebijakan dan sasaran mutu buat memberi arah organisasi dan dalam membangun serta memelihara harmoni internal dimana seluruh pegawai bisa berperan secara penuh pada menunjang tujuan organisasi. Hal ini memiliki keterkaitan organik dengan prinsip keterlibatan serta partisipasi aktif seluruh karyawan dalam suatu unit pelayanan sebagai akibatnya mencapai sebuah sinergi pada mencapai tujuan organisasi yakni mewujudkan kepuasan rakyat terhadap penyediaan layanan publik. 

Prinsip pendekatan proses menekankan pada suatu realitas bahwa penyediaan layanan publik melibatkan serangkaian proses yg saling berkaitan sebagai akibatnya kendali terhadap setiap tahapan proses akan membentuk hasil layanan publik yang lebih prima. Terkait menggunakan hal tersebut, prinsip kedekatan sistem dalam manajemen yang terdiri menurut input, proses dan hasil dapat diketahui/ diidentifikasi, dipahami, dikelola secara menyeluruh sebagai satu sistem yang terpadu. Hal ini akan berguna bagi pencapaian efektifitas dan efisiensi unit pelayanan publik pada Jawa Timur pada mencapai tujuannya. Penerapan prinsip peningkatan berkelanjutan memerlukan pendataan dan analisis terhadap layanan yg telah dilakukan. Oleh sebab itu, prinsip pendekatan informasi pada pengambilan keputusan membutuhkan data-data yang benar sebagai akibatnya keputusan yg diambil dan ditetapkan senantiasa didasarkan dalam analisis data dan aneka macam liputan yang ada dan tersedia. Sedangkan prinsip hubungan pemasok yg saling menguntungkan merupakan keliru satu faktor yg memiliki imbas yang signifikan terhadap kualitas layanan yang diberikan. Oleh karena itu hubungan yang serasi antara keduanya wajib dipelihara (Hanif & Martanto (eds.), 2005: 115-116). 

Dari 378 unit pelayanan publik pada Jawa Timur 49 unit telah menerapkan SMM ISO 9001:2000, sebanyak 30 diantaranya telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 serta 19 lainnya masih dalam proses penilaian sertifikasi. Instansi yang sudah mendapatkan tunjangan profesi ISO 9001:2000 diantaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Bangunan Kota Surabaya, Dinas Perijinan serta Penanaman Modal Sidoarjo, PDAM Kota Madiun, RSUD Dr. Soedono Madiun, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Dinas Pendapatan Daerah Jatim serta Kantor SAMSAT Sidoarjo, serta Badiklat Jatim. Sementara yang masih pada proses sertifikasi diantaranya, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) dan Sekretariat Daerah.

RSUD Dr. Soedono Madiun, misalnya, telah melakukan reformasi birokrasi buat memberikan pelayanan dalam instalasi rawat jalan dengan sistem pelayanan tanpa loket. Hal ini berarti bahwa ada percepatan durasi saat pelayanan kepada rakyat dari 1.lima - dua jam bisa diturunkan menjadi hanya 10-15 menit saja. Selain itu, dalam instalasi rawat inap, mereka menyediakan pelayanan kelas tiga bagi warga miskin menggunakan fasilitas tempat tidur serta wahana perawatan sesuai kelas 1. Kemudian, Kantor SAMSAT Sidoarjo menciptakan program pelayanan berbasis elektro yaitu e-Samsat (//esamsat.jatimprov.go.id/) serta Drive Thru.

Sementara itu, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) yg melakukan reformasi pelayanan publik melalui pelayanan ijin trayek yang diantaranya adalah, a) Pelayanan Perpanjangan Masa Berlaku Izin Trayek; b) Pelayanan Perpanjangan Masa Berlaku Kartu Pengawasan; c) Pelayanan Perubahan Trayek; d) Pelayanan Uji Tipe; e) Pelayanan Sertifikasi Uji Mutu; f) Pelayanan Pengendalian Muatan Mobil Barang. Pengurusan ijin trayek dan kartu supervisi dilakukan menggunakan akselerasi waktu pelayanan berdasarkan saat 14 hari sebagai hanya 1 hari saja. 

Perubahan pelayanan publik ini perlu dibarengi komitmen menurut para aktor birokrasi pada Jawa Timur serta aneka macam kabupaten dan kota yang terdapat pada Provinsi Jawa Timur. Komitmen ini diwujudkan menggunakan adanya Komisi Pelayanan Publik (KPP). Komisi Pelayanan Publik di Jawa Timur dibentuk menurut perda Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pelayanan Publik pada Jawa Timur. Dengan adanya perda ini terbentuklah institusi independen bernama Komisi Pelayanan Publik (KPP), buat melakukan pengawasan pada penyelenggaraan pelayanan publik pada Jawa Timur.

Keberadaan Komisi Pelayanan Publik pada Jawa Timur ini menghadapi tantangan berdasarkan Komisi A DPRD Jawa Timur yang menganggap fungsi KPP telah tumpang tindih menggunakan komisi ombudsman yang telah mempunyai payung hukum berupa UU 25/2009 tentang peran serta fungsi pelayanan publik (//www.surabayapagi.com/, 4 April 2012, diakses lepas 20 April 2012). Keberadaan KPP buat periode 2012-2016 permanen dipertahankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggunakan argumen bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur masih membutuhkan forum independen misalnya KPP buat mengatasi kasus yg timbul atas pelayanan publik di Jawa Timur. Data tahun 2011 memperlihatkan masih ada sebanyak 4.100 perkara pada pelayanan publik di Jawa Timur yg tidak semua perkara bisa diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai akibatnya eksistensi KPP memang sangat dibutuhkan untuk turut membantu menuntaskan perkara pelayanan publik pada Jawa Timur menggunakan melakukan banyak sekali macam inovasi (//www.surabayapagi.com/, 4 April 2012, diakses tanggal 20 April 2012).

2. Inovasi Pelayanan Publik pada Yogyakarta
Berbeda menggunakan inovasi di Jatim, penemuan pelayanan publik pada Yogyakarta lebih menekankan dalam pentingnya kerjasama antar pemerintah terutama kerjasama pada manajemen prasarana perkotaan dan kerjasama dalam pengembangan kepariwisataan. Menurut Feiock (2004) kerjasama antar daerah adalah persetujuan antar 2 atau lebih pemerintah wilayah dimana persetujuan tersebut bertujuan buat memperoleh laba beserta diantara daerah yang bekerjasama. Selain itu, kerjasama antar daerah ini juga untuk menjaring pihak partikelir baik nasional ataupun internasional buat berinvestasi didaerah-daerah yg bekerjasama tersebut. Lebih jauh, kerjasama antar daerah ini bertujuan buat menaikkan daya kompetitif di tingkat nasional dan internasional. Tentu saja, tingkat kompetitif ini hanya akan berhasil jika didukung oleh adanya institusi serta governance yang bisa mewujudkan potensi yang dimilikinya buat pembangunan di daerah pemerintah daerah yang saling berafiliasi secara berkelanjutan (Friedmann, 1999; Bird dan Slack, 2007; Freire, 2007). 

Berkaitan menggunakan kerjasama antar daerah ini, Luo dan Shen (2009) pada Tommy Firman, dalam orasi ilmiah pada acara dies ITB ke-52 tahun 2011 (//www.pl.itb.ac.id/?P=328, diakses lepas 20 April 2012) ada 3 jenis kerjasama antar daerah, yaitu: (1) Hierarchical partnership, kerjasama ini ditandai sang adanya inisiatif menurut pemerintah lebih atas (pusat, provinsi) dalam memobilisasi pemerintah daerah buat berhubungan; (2) Spontaneous partnership, kerjasama ini ditandai adanya inisiatif pemerintah lokal untuk berhubungan satu sama lain; (3) Hybrid, yg merupakan kombinasi antara keduanya. 

Sistem kerja berdasarkan kerjasama tipe hierarkis adalah memakai undang-undang dan banyak sekali peraturan pemerintah. Untuk tipe kerjasama spontaneous, pada prinsipnya memakai persetujuan dan kesepakatan bersama diantara wilayah yang mempunyai kepentingan yang sama baik yang bersifat politis ataupun non politis. Sedangkan tipe kerjasama Hybrid merupakan menggunakan menggabungkan antara peraturan pemerintah diatasnya dengan kesepakatan antar wilayah untuk kepentingan bersama //www.pl.itb.ac.id/?P=328, diakses tanggal 20 April 2012). 

Perkembangan desentralisasi yang cenderung berorientasi pada wilayah sendiri daripada orientasi ke wilayah yang lebih luas antara lain sebagai alasan bertenaga pembentukan Sekretariat Bersama Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul). Pembentukan Sekretariat Bersama Kartamantul merupakan inisiatif bersama antar pemerintah wilayah atau bertipe Spontaneous partnership. Sekretariat Bersama ini adalah metode buat mengoptimalkan keterpaduan pengelolaan prasarana perkotaan wilayah perbatasan. Adanya perhatian serta minat yang sama adalah pertimbangan lain menurut pembentukan Sekretariat Bersama ini. Salah satu gosip krusial dalam manajemen prasarana perkotaan di Yogyakarta adalah infrastruktur seperti jalan serta transportasi, penyediaan air higienis, limbah serta sampah. Oleh karenanya, pengelolaan prasarana perkotaan perlu dilakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan terhadap prasarana perkotaan menggunakan cara yang adil, kompetitif, tepat buat membantu warga kota pada menuntaskan perkara mereka. Pada prinsipnya, pengelolaan prasarana serta sarana perkotaan yg seringkali melintasi batas administratif wilayah yg berdekatan perlu menekankan suatu pendekatan sistem sebagai suatu metode buat memastikan bahwa setiap faktor telah diperhitungkan. Disisi lain, pemerintah wilayah memiliki kepentingan buat memprioritaskan wilayah mereka di dalam yurisdiksi administratif yg mereka miliki. 

Dengan keberhasilan Sekretariat Bersama Kartamantul ini pada kerjasama pembangunan infrastruktur, akhirnya Sekretariat Bersama Kartamantul ini diperluas pada pengemabangan kepariwisataan. Berkaitan menggunakan pengembangan kepariwisataan, kerjasama antar wilayah tersebut dikukuhkan menggunakan terbentuknya Sekretariat Bersama Java Promo yang sudah disahkan keberadaannya oleh Menteri Budaya serta Pariwisata, I Gede Ardika, pada lepas 21 Mei 2003 di Wonosobo. Sekber ini adalah wadah kerjasama dalam mengupayakan peningkatan kualitas kebijakan bidang pariwisata dari Kabupaten/ kota anggota (13 anggota) diantaranya Sleman, Kota Yogya, Magelang, Purworejo, Wonosobo, dll. Peningkatan kualitas meliputi:
  1. peningkatan keragaman industri pariwisata pada daerah kerjasama lewat aneka usaha-bisnis bersama dalam bidang pariwisata.
  2. peningkatan kualitas SDM bidang pariwisata pada daerah kerjasama.
  3. peningkatan jumlah kunjungan wisata ke wilayah kerjasama ini.
  4. peningkatan lama tinggal (length of stay) wisatawan di wilayah kerjasama ini.
  5. peningkatan taraf hidup rakyat pada daerah kerjasama dengan tersedianya tersedianya lapangan kerja yang lebih banyak di bidang pariwisata.
  6. peningkatan kontribusi PAD berdasarkan sektor pariwisata.
Enam point khusus kerjasama ini juga mengikuti contoh kerjasama Spontaneous yg menggunakan menjalankan prinsip pengambilan keputusan secara kolektif, transparansi dalam bernegosiasi antar daerah yang bekerjasama, kepemimpinan, visi dan komitmen bersama menurut tiap ketua pemerintah daerah yang bekerjasama untuk melakukan pengembangan kepariwisataan bersama, dukungan berdasarkan pemerintah propinsi DIY dan Jawa Tengah. Tentu, prinsip-prinsip kerjasama ini tidaklah gampang buat dilakukan, tetapi, melihat keberhasilan Sekretariat Bersama Kartamantul setidaknya akan memberikan impak positif bagi para ketua wilayah beserta birokrasinya untuk mereformasi dirinya supaya menerima keuntungan dalam peningkatan kesejahteraan warga pada daerahnya masing-masing. 

Kendala pada Melakukan Reformasi Pelayanan Publik
Reformasi pelayanan publik merupakan upaya buat memperbaiki buruknya paras pelayanan publik yang menggunakan pendekatan pelayanan struktural bukan fungsional. Berbagai duduk perkara pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah selama ini masih menyebabkan duduk perkara. Beberapa kelemahan fundamental yg dihadapi antara lain; pertama; kelemahan yg asal dari sulitnya menentukan atau mengukur output juga kualitas menurut pelayanan yg diberikan sang pemerintah. Kedua, pelayanan pemerintah nir mengenal ’bottom line’ merupakan seburuk apapun kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal kata bangkrut. Ketiga, tidak sama dengan mekanisme pasar yg memiliki kelemahan dalam memecahkan eksternalitas, organisasi pelayanan pemerintah menghadapi perkara berupa internalitas. Artinya organisasi pemerintah sangat sulit mencegah imbas nilai-nilai dan kepentingan para birokrat menurut kepentingan umum masyarakat yg seharusnya dilayani (Hanif & Martanto (eds.), 2005:109). Keempat, rendahnya SDM dan kelima, minimnya sarana dan prasarana yg dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

Karakteristik pelayanan pemerintah sebagian besar bersifat monopoli sehingga tidak menghadapi permasalahan persaingan pasar menjadikan lemahnya perhatian pengelola pelayaan publik akan penyediaan pelayanan yang berkualitas. Tak jarang kondisi tadi membuahkan sebagian pengelola pelayanan memanfaatkan buat mengambil laba langsung dan cenderung mempersulit prosedur pelayanan. Kendala yang tak kalah penting merupakan kompetensi asal daya insan yg terdapat. Upaya penyediaan pelayanan yg profesional nir akan terwujud jika nir didukung sang pegawai yang mempunyai kemampuan yg handal. Yang perlu diperhatikan disini, melaksanakan pelayanan pada pelanggan bukan merupakan kemampuan yg standar buat setiap syarat. Karenanya setiap pelaku/ aparat atau staf dituntut kreativitasnya berdasarkan saat ke ketika. 

Dalam kaitannya menggunakan penemuan serta terobosan pemerintah daerah pada peningkatan pelayanan publik, terdapat dua hal krusial yang perlu diperhatikan. Pertama, merupakan kepemimpinan menurut ketua daerah serta kedua adalah bagaimana membentuk perangkat wilayah menjadi organisasi pembelajaran. Kepemimpinan diarahkan pada sosok yang merupakan motor pembaharuan pada penyelenggaraan pemerintahan. Pemimpin yg diperlukan adalah pertama, orang yang futuristik pada arti beliau wajib mempunyai pemikiran yang menjangkau ke depan, sebagai akibatnya arah orientasi serta kebijakan yg ditetapkan sang yang bersangkutan merupakan bagian berdasarkan tahapan masa depan. Kedua, orang yg dapat mengatasi kondisi yg seringkali berubah dalam arti bisa mengatasi perubahan yg berkembang cepat. Ketiga, orang yang bisa melakukan asumsi dari keadaan yang nir mampu diprediksikan. Keempat, seorang pemimpin yang situasional. Kelima, orang yang mempunyai wawasan nusantara. Organisasi perangkat wilayah hendaknya sebagai sentra pembelajaran. Interaksi para pegawai pada organisasi yag dimulai dalam unit skala mini menjadi ajang memunculkan gagasan/ ilham perbaikan cara kerja dan bahkan perbaikan syarat kerja dalam skala yg lebih luas. Kecenderungan yang terdapat kini merupakan menciptakan pekerjaan yang akbar ad interim perubahan pada hal yg sifatnya kecil selalu diabaikan.