LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK KONSELING KELOMPOK

Layanan Bimbingan Kelompok, Konseling Kelompok
Kiprah bimbingan serta konseling dewasa ini nir lagi hanya terbatas dalam lingkungan pendidikan sekolah, melainkan menjangkau seting luar sekolah serta masyarakat. Dalam era kesejagatan ketika ini, individu dituntut agar selalu mengembangkan dan/atau memperbaiki kecakapannya dalam memilih warta agar bisa merogoh keputusan secara tepat. Pengembangan serta/atau pemugaran kecakapan semacam ini perlu dilakukan secara terus menerus pada bebagai aspek kehidupan melalui proses belajar sepanjang hayat. Konseling merupakan wahana pelayanan yg sanggup memfasilitasi individu serta kelompok untuk menghadapi perubahan yg pesat serta ragam keterangan yg amat kompleks.

Pelayanan konseling yg diluncurkan menggunakan kerangka kerja kelompok dapat berbentuk Layanan Konseling Kelompok (KKp) atau Layanan Bimbingan Kelompok (BKp). Kondisi riil di lapangan menampakan adanya bahwa Layanan KKp serta/atau BKp ini semakin menjadi unggulan dan primadona dalam keseleruhan penyelenggaraan acara konseling. Kondisi ini terjadi lantaran Layanan KKp serta/atau BKp memiliki beberapa keunggulan mendasar, diantaranya : 
  1. membantu seorang atau sejumlah orang yg nir siap serta terbuka secara perorangan menemui konselor, 
  2. memfasilitasi individu atau sekelompok individu yg lebih berani berbicara serta terbuka waktu bersama-sama temannya, 
  3. dapat melayani sejumlah orang pada saat yg bersamaan, 
  4. menimbulkan keakraban, menciptakan suasana saling percaya, saling membantu, serta ikut merasakan diantara sesama anggota gerombolan dan konselor, 
  5. menemukan cara lain pemecahan kasus yg lebih poly serta bervariasi, karena mengemukanya aneka macam pemikiran menurut anggota, 
  6. praktis, dalam arti dapat dilakukan pada mana saja, di dalam ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau pada luar sekolah, pada tempat tinggal galat seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau di ruang praktik langsung konselor.

Konsekuensi logis berdasarkan perspektif yg dideskripsikan di atas merupakan adanya tuntutan pelayanan KKp serta atau BKp yang profesional. Konseling, dalam bentuk perorangan atau grup, esensinya merupakan proses bantuan buat mengentaskan perkara yg terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara 2 orang individu (klien yg mengahadapi masalah menggunakan konselor yang mempunyai kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan agar klien sanggup memecahkan kasus yg dihadapinya serta sanggup tumbuh kembang ke arah yg dipilihnya, sebagai akibatnya klien bisa mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yg efektif (effektive daily living). Hubungan pada proses konseling terjadi pada suasana profesional dengan menyediakan syarat yang kondusif bagi perubahan dan pengembangan diri klien.

Konseling profesional merupakan layanan terhadap klien yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh serta dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan serta teknologinya. Penyelenggaraan konseling profesional bertitik tolak menurut teori serta/atau pendekatan-pendekatan yang dijadikan sebagai dasar acuannya. 

Implikasi berdasarkan tuntutan ini merupakan, para calon konselor profesional perlu dipersiapkan melalui pembekalan terprogram buat memperoleh pengalaman mengelola KKp serta/atau BKp secara eksklusif dengan sejumlah kelompok klien yang bervariasi.

Pengertian Dasar
Layanan Konseling Kelompok (KKp) dan/atau Bimbingan Kelompok (BKp) merupakan jenis layanan koseling yang mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin kelompok. Layanan ini mengaktifkan dinamika gerombolan buat membahas banyak sekali hal yg bermanfaat bagi pengembangan eksklusif serta/atau pemecahan kasus individu yg sebagai peserta aktivitas grup. 

Dalam BKp dibahas topik-topik generik yg sebagai kepedulian bersama anggota grup, sedangkan pada KKp dibahas perkara pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun kasus langsung itu dibahas melalui suasana dinamika gerombolan yang intensif dan konstruktif. Layanan ini bisa dilakukan pada mana saja, di dalam ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di tempat tinggal galat seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau pada ruang praktik langsung konselor. Di manapun kedua jenis layanan ini dilaksanakan, harus terjamin bahwa dinamika grup bisa berkembang menggunakan sebaik-baiknya buat mencapai tujuan kelompok.

Tahap Bimbingan dan Konseling Kelompok
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini adalah tahap sosialisasi serta penjajakan, dimana para peserta diharapkan bisa lebih terbuka menyampaikan harapan impian dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota. Penampilan pemimpin kelompok dalam termin ini hendaknya sahih-benar bisa meyakinkan anggota gerombolan sebagai orang yg sanggup serta bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan yang diperlukan.

Dalam memulai pembentukan grup perlu adanya perencanaan yang matang. Oleh karenanya keberhasilan gerombolan yg dibentuk tidak terlepas berdasarkan perencanaan dan aplikasi konseling gerombolan itu sendiri. Berbagai pakar telah mengenali termin-tahap perkembangan itu. Mereka memakai istilah yang kadang-kadang tidak sama namun pada dasarnya memiliki isi yg sama.

Beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan alasan-alasan pembentukan gerombolan .
Alasan yang kentara dan terarah merupakan kunci yang paling penting dalam merencanakan pembentukan suatu gerombolan . 

b. Adanya konsep teori yg jelas yang mendasari pembentukan suatu kelompok. 
Sebagai layanan profesional, dalam bimbingan dan konseling kelompokperlu adanya batasan serta kekuatan buat membangun suatu grup. Waldo (1985) membicarakan konsep teorinya melalui I / We /It. “I” sebagai individual yaitu interpersonal yg difokuskan pada kepercayaan , sikap dan perasaan tentang dirinya. “We” menjadi interpersonal yg menyangkut hubungan antara anggota gerombolan . “It” sebagai dimensi ekstrapersonal yg menyangkut info-isu, tugas-tugas atau menyangkut grup.

c. Mempertimbangkan kondisi kehidupan sehari-hari
Pembentukan suatu kelompok perlu mempertimbangkan hal-hal yg sifatnya khusus, konkrit, dan tujuannya simpel dan prosedural. Pemimpin grup harus sensitif terhadap kondisi realita supaya dapat mencegah reaksi-reaksi negatif dari para anggota gerombolan .

d. Mempublikasikan grup umtuk menerima anggota
Kelompok yg potensial yang mau bergabung diperlukan publikasi gerombolan supaya diketahui secara generik.

Pemimpin kelompok yang pintar melakukan pendekatan menggunakan memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan prosesnya menjadi pemimpin kelompok menggunakan menggunakan komunikasi yang hangat dan bersahabat akan lebih mudah diterima oleh anggota dalam menjalankan aktivitas gerombolan .

Pemimpin kelompok dalam termin ini diharapkan jua harus pintar membaca situasi. Mungkin saja pada situasi pembentukan ini keakraban dan keterikatan anggota grup belum terjalin. Bisa saja antara anggota yg satu dengan yg lainnya belum saling kenal mengenal.

Apabila keadaan seperti yg dikemukakan di atas memang dirasakan terjadi dalam kelompok, maka tugas pemimpin grup adalah membina suasana keakraban serta merangsang keterlibatan anggota dengan menumbuhkan semangat kebersamaan perasaan sekelompok. Jika masih dirasakan anggota kelompok masih enggan memikul tugas atau tanggung jawab, atau masih terjadi kebekuan suasana, maka pemimpin kelompok wajib dapat merangsang serta mengarahkan anggota grup. Misalnya dengan menggunakan pertanyaan yg menyenangkan atau melalui permainan grup.

Berikut ini dikemukakan langkah-langkah pelaksanaan aktivitas yg seharusnya dilakukan dalam termin pembentukan:
a. Menerima secara terbuka serta mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan anggota grup melaksanakan aktivitas.
b. Berdoa secara bersama, sesuai dengan kepercayaan dan kepercayaan masing-Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok atau konseling grup (diadaptasi menggunakan kegiatan apa yang direncanakan).
c. Menjelaskan tujuan bimbingan grup atau konseling grup.
d. Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan grup atau konseling kelompok.
e. Menjelaskan asas-asas bimbingan serta konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, aktivitas, keterbukaan, kenormatifan.
f. Melaksanakan perkenalan dilanjutkan menggunakan permainan pengakraban.

2. Tahap Peralihan atau Transisi
Tahap transisi merupakan suatu termin setelah proses pembentukan serta sebelum termin kerja kelompok. Dalam kelompok yg diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi dalam sesi ke 2 atau ketiga serta umumnya berlangsung satu samapai tiga pertemuan. Tahap ini terdiri berdasarkan dua bagian proses yg ditandai dengan ekspresi, sejumlah emosi serta interaksi anggota. Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming) ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dari storming yaitu berkaitan dengan interaksi antar teman, perlawanan, dan pemrosesan antar tugas, norma dan norming, terdapat perbedaan sekaligus hubungan antara konsep kebiasaan dan norming, kebiasaan adalah asa-asa tentang konduite anggota gerombolan yang harus atau nir harus dilakukan. Fungsi kebiasaan gerombolan adalah buat mengatur penampilan gerombolan sebagi unit yg terorganisir dan mengarahkannya pada tujuan-tujuannya. Norming merupakan perasaan akan “kekitaan”, bukti diri, kekelompokan, kesatuan yg timbul ketika individu-individu merasa menjadi anggota suatu asosiasi atau organisasi yang akbar berdasarkan dirinya.

Secara operasional hakikat termin ini merupakan transisi antara tahap pembentukan menggunakan termin aktivitas. Pada termin ini pemimpin grup sekali lagi harus jeli pada melihat dan membaca situasi. Apabila masih terlihat gejala-tanda-tanda penolakan, rasa enggan, keliru paham, kurang bersemangat pada melaksanakan kegiatan maka pemimpin gerombolan nir boleh binggung, apalagi berputus harapan.

Menghadapi keadaan seperti di atas pemimpin kelompok hendaknya memiliki kepekaan yang tinggi melalui penghayatan alat serta penghayatan rasa. Tugas pemimpin grup menghadapi situasi seperti itu mendorong anggota kelompok secara sukarela membuka diri untuk mengikuti aktivitas grup. Penampilan pemimpin grup yang mendeskripsikan perilaku yg ikhlas, masuk akal, hormat, hangat dan ikut merasakan akan sangat membantu mencairkan suasana menuju termin aktivitas.

Perlu diingat bahwa termin ke 2 ini adalah “jembatan” anatar tahap pertama dan tahap ketiga. Adakalanya buat menempuh jembatan itu bisa dilalui dengan gampang, serta adakalanya ditempuh menggunakan sukar. Dalam keadan seperti ini pemimpin kelompok wajib berhasil membawa anggota kelompok meniti jembatan itu menggunakan selamat. Kalau perlu beberapa hal pokok yang telah dibahas pada termin pertama bisa dibahas kembali seperti asas kerahasiaan, keterbukaan serta seterusnya.

Tahap peralihan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah:
a. Menjelaskan aktivitas yang akan ditempuh pada termin berikutnya
b. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota telah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
c. Mambahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau dipandang perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (termin pembentukan)

3. Tahap Kegiatan
Tahapan aktivitas adalah tahap inti berdasarkan proses suatu kelompok serta merupakan kehidupan yang sebenarnya dari grup. Tahapan aktivitas selalu dianggap menjadi tahapan yang selalu produktif dalam perkembangan gerombolan yang bersifat membangun (contructive nature) dan dengan pencapaian output yang baik (achievement of results) selama tahapan kerja hubungan anggota grup lebih bebas serta lebih menyenangkan. Hubungan antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka diri secara bebas, saling tanggap serta tukar pendapat, dan saling membantu). Dalam perkembangan kelompok, tahapan aktivitas adalah kekuatan therapeutik seperti keterbukaan terhadap diri sendiri serta orang lain dan munculnya wangsit-inspirasi baru yang membentuk. Apapun yg sebagai tujuan, suatu gerombolan yg sehat akan menampilkan keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan pulang, kerja grup, pertikaian serta humor. Perilaku-konduite positif yang dinyatakan dalam hubungan interpersonal antar anggota akan timbul dalam hubungan sebaya (peer relationships).

Tahap ini sangat memilih keberhasilan aktivitas kelompok. Apabila tahap sebelumnya berhasil menggunakan baik, maka termin ini akan berlangsung dengan lancar. 

Dalam BKp termin ini diwujudkan pada kegiatan-aktivitas :
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan (gerombolan bebas); Pemimpin grup mengemukakan suatu topik buat dibahas sang gerombolan (gerombolan tugas).
b. Menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu (gerombolan bebas); Tanyan jawab antara anggota serta pemimpin kelompok mengenai hal-hal yang belum jelas, yg menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin gerombolan (kelompok tugas).
c. Anggota membahas topik secara mendalam serta tuntas.
d. Kegiatan selingan

Dalam KKp tahap ini diwujudkan dalam kegiatan-aktivitas :
a. Setiap anggota gerombolan mengemukakan perkara pribadi yg perlu mendapat donasi kelompok buat pengentasannya.
b. Kelompok menentukan kasus mana yg hendak dibahas serta dientaskan pertama, ke 2, ketiga, dst.
c. Klien (anggota kelompok yg masalahnya dibahas) memberikan citra yg lebih rinci mengenai kasus yg dialaminya.
d. Seluruh anggota kelompok aktif membahas masalah klien melalui aneka macam cara, seperti : bertanya, mengungkapkan, mengkritisi, memberi model, mengemukakan pengalaman langsung, menyarankan.
e. Klien setiap kali diberi kesempatan buat merespon apa-apa yg ditampilkan oleh rekan-rekan anggota kelompok.
f. Kegiatan selingan 

4. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran secara holistik merupakan akhir berdasarkan serangkaian rendezvous grup. Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini memerlukan perhatian khusus berdasarkan pimpinan gerombolan , terutama ketika kelompok hendak dibubarkan. Pembubaran gerombolan secara keselruhan idealnya dilakukan sesudah tujuan grup tercapai. Namun adakalanya terjadi lebih cepat dari yang direncanakan atau yg diklaim pembubaran dini. Sesungguhnya pembubaran gerombolan pada proses layanan grup bimbingan dan konseling merupakan proses alamiah yang wajib disadari oleh pimpinan dan anggotaanggotanya, dan mereka diperlukan dapat mempersiapkan diri menggunakan sebaik mungkin buat menghadapi pembubaran itu. Oleh karena itu aktivitas utama anggota grup, menjelang grup dibubarkan merupakan (1) membayangkan pulang pengalaman mereka selama kerja gerombolan berlangsung. (dua) memproses pulang ingatannya. (tiga) mengevaluasi. (4) mengakui serta mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota grup dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yang saling bertentangan serta (5) membantu anggota pada menciptakan keputusannya secara kognitif buat menghadapi masa depan. Oleh karenanya buat mencapai target pembubaran grup perlu diperhatikan beberapa hal antara lain menyangkut persiapan dampak pembubaran terhadap anggota, kemungkinan pembubaran dini, mekanisme pembubaran, perkara-masalah yg terkait menggunakan pembubaran serta hal-hal lain yang menyangkut tindak lanjut.

Sebagai termin epilog menurut aktivitas BKp serta/atau KKp. Tugas pemimpin kelompok pada tahap ini adalah menjadi berikut.
a. Mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin gerombolan serta anggota gerombolan mengemukakan kesan serta output-output kegiatan.
c. Membahas aktivitas lanjutan
d. Mengemukakan pesan serta harapan
e. Doa penutup

5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap aktivitas konseling grup bisa dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta membicarakan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang sudah dilakukan selama aktivitas kelompok (yg menyangkut isi juga proses) juga kemungkinan keterlibatan mereka buat aktivitas serupa selanjutnya. Pada termin ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan grup serta output-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian hasil-output konseling grup. Penilaian dilakukan pada 3 tahap yaitu penilaian segera (laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, penilaian jangka pendek (laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK KONSELING KELOMPOK

Layanan Bimbingan Kelompok, Konseling Kelompok
Kiprah bimbingan serta konseling dewasa ini nir lagi hanya terbatas dalam lingkungan pendidikan sekolah, melainkan menjangkau seting luar sekolah serta rakyat. Dalam era kesejagatan ketika ini, individu dituntut supaya selalu membuatkan dan/atau memperbaiki kecakapannya dalam menentukan liputan supaya dapat mengambil keputusan secara tepat. Pengembangan dan/atau pemugaran kecakapan semacam ini perlu dilakukan secara terus menerus pada bebagai aspek kehidupan melalui proses belajar sepanjang hayat. Konseling adalah wahana pelayanan yg bisa memfasilitasi individu serta kelompok untuk menghadapi perubahan yang pesat dan ragam fakta yg amat kompleks.

Pelayanan konseling yg diluncurkan menggunakan kerangka kerja kelompok bisa berbentuk Layanan Konseling Kelompok (KKp) atau Layanan Bimbingan Kelompok (BKp). Kondisi riil di lapangan menerangkan adanya bahwa Layanan KKp serta/atau BKp ini semakin menjadi unggulan dan primadona dalam keseleruhan penyelenggaraan program konseling. Kondisi ini terjadi karena Layanan KKp serta/atau BKp mempunyai beberapa keunggulan mendasar, diantaranya : 
  1. membantu seorang atau sejumlah orang yg nir siap dan terbuka secara perorangan menemui konselor, 
  2. memfasilitasi individu atau sekelompok individu yang lebih berani berbicara serta terbuka ketika bersama-sama temannya, 
  3. dapat melayani sejumlah orang pada ketika yang bersamaan, 
  4. menimbulkan keakraban, menciptakan suasana saling percaya, saling membantu, serta empati diantara sesama anggota gerombolan dan konselor, 
  5. menemukan alternatif pemecahan kasus yg lebih banyak serta bervariasi, karena mengemukanya berbagai pemikiran menurut anggota, 
  6. praktis, pada arti dapat dilakukan di mana saja, di pada ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau pada luar sekolah, di tempat tinggal keliru seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu tempat kerja, atau pada ruang praktik langsung konselor.

Konsekuensi logis berdasarkan perspektif yang dideskripsikan di atas merupakan adanya tuntutan pelayanan KKp dan atau BKp yg profesional. Konseling, pada bentuk perorangan atau gerombolan , esensinya merupakan proses donasi buat mengentaskan kasus yang terbangun pada suatu interaksi tatap muka antara dua orang individu (klien yang mengahadapi masalah menggunakan konselor yg mempunyai kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan supaya klien bisa memecahkan masalah yang dihadapinya dan bisa tumbuh kembang ke arah yg dipilihnya, sehingga klien sanggup mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yg efektif (effektive daily living). Hubungan dalam proses konseling terjadi dalam suasana profesional menggunakan menyediakan kondisi yg aman bagi perubahan dan pengembangan diri klien.

Konseling profesional merupakan layanan terhadap klien yg dilaksanakan menggunakan benar-benar-sungguh serta dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya. Penyelenggaraan konseling profesional bertitik tolak menurut teori dan/atau pendekatan-pendekatan yang dijadikan menjadi dasar acuannya. 

Implikasi menurut tuntutan ini merupakan, para calon konselor profesional perlu dipersiapkan melalui pembekalan terprogram buat memperoleh pengalaman mengelola KKp serta/atau BKp secara langsung dengan sejumlah grup klien yang bervariasi.

Pengertian Dasar
Layanan Konseling Kelompok (KKp) dan/atau Bimbingan Kelompok (BKp) merupakan jenis layanan koseling yang mengikutkan sejumlah peserta pada bentuk gerombolan , dengan konselor sebagai pemimpin gerombolan . Layanan ini mengaktifkan dinamika gerombolan buat membahas aneka macam hal yg berguna bagi pengembangan eksklusif serta/atau pemecahan kasus individu yang sebagai peserta aktivitas gerombolan . 

Dalam BKp dibahas topik-topik umum yg menjadi kepedulian bersama anggota grup, sedangkan pada KKp dibahas kasus pribadi yg dialami masing-masing anggota gerombolan . Baik topik umum juga perkara langsung itu dibahas melalui suasana dinamika grup yang intensif dan konstruktif. Layanan ini dapat dilakukan di mana saja, di pada ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau pada luar sekolah, pada tempat tinggal salah seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau di ruang praktik pribadi konselor. Di manapun kedua jenis layanan ini dilaksanakan, wajib terjamin bahwa dinamika grup bisa berkembang menggunakan sebaik-baiknya buat mencapai tujuan kelompok.

Tahap Bimbingan serta Konseling Kelompok
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap sosialisasi dan penjajakan, dimana para peserta diharapkan dapat lebih terbuka mengungkapkan harapan keinginan serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai sang masing-masing anggota. Penampilan pemimpin gerombolan pada tahap ini hendaknya benar-sahih sanggup meyakinkan anggota gerombolan menjadi orang yang bisa dan bersedia membantu anggota grup mencapai tujuan yang dibutuhkan.

Dalam memulai pembentukan gerombolan perlu adanya perencanaan yang matang. Oleh karena itu keberhasilan gerombolan yg dibuat tidak terlepas berdasarkan perencanaan dan aplikasi konseling kelompok itu sendiri. Berbagai ahli sudah mengenali tahap-tahap perkembangan itu. Mereka memakai kata yang kadang-kadang tidak selaras namun pada dasarnya memiliki isi yang sama.

Beberapa tahapan pada pembentukan kelompok adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan alasan-alasan pembentukan grup.
Alasan yg kentara dan terarah merupakan kunci yg paling penting pada merencanakan pembentukan suatu grup. 

b. Adanya konsep teori yang kentara yang mendasari pembentukan suatu kelompok. 
Sebagai layanan profesional, pada bimbingan serta konseling kelompokperlu adanya batasan serta kekuatan buat menciptakan suatu grup. Waldo (1985) mengungkapkan konsep teorinya melalui I / We /It. “I” sebagai individual yaitu interpersonal yg difokuskan dalam kepercayaan , sikap serta perasaan tentang dirinya. “We” menjadi interpersonal yang menyangkut interaksi antara anggota kelompok. “It” sebagai dimensi ekstrapersonal yang menyangkut gosip-informasi, tugas-tugas atau menyangkut grup.

c. Mempertimbangkan kondisi kehidupan sehari-hari
Pembentukan suatu grup perlu mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya spesifik, konkrit, dan tujuannya mudah dan prosedural. Pemimpin kelompok wajib sensitif terhadap syarat realita agar bisa mencegah reaksi-reaksi negatif dari para anggota kelompok.

d. Mempublikasikan kelompok umtuk menerima anggota
Kelompok yg potensial yang mau bergabung dibutuhkan publikasi kelompok agar diketahui secara generik.

Pemimpin kelompok yang pandai melakukan pendekatan menggunakan memperkenalkan diri secara terbuka, menyebutkan prosesnya sebagai pemimpin gerombolan dengan memakai komunikasi yang hangat dan bersahabat akan lebih gampang diterima oleh anggota pada menjalankan aktivitas grup.

Pemimpin grup dalam tahap ini dibutuhkan jua wajib pintar membaca situasi. Mungkin saja pada situasi pembentukan ini keakraban dan keterikatan anggota grup belum terjalin. Bisa saja antara anggota yang satu dengan yang lainnya belum saling kenal mengenal.

Apabila keadaan misalnya yg dikemukakan di atas memang dirasakan terjadi pada gerombolan , maka tugas pemimpin grup adalah membina suasana keakraban dan merangsang keterlibatan anggota menggunakan menumbuhkan semangat kebersamaan perasaan sekelompok. Bila masih dirasakan anggota gerombolan masih enggan memikul tugas atau tanggung jawab, atau masih terjadi kebekuan suasana, maka pemimpin gerombolan wajib bisa merangsang dan mengarahkan anggota gerombolan . Misalnya menggunakan memakai pertanyaan yg menyenangkan atau melalui permainan gerombolan .

Berikut ini dikemukakan langkah-langkah aplikasi kegiatan yang seharusnya dilakukan pada termin pembentukan:
a. Menerima secara terbuka serta mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan anggota gerombolan melaksanakan aktivitas.
b. Berdoa secara beserta, sesuai menggunakan agama serta kepercayaan masing-Menjelaskan pengertian bimbingan grup atau konseling kelompok (disesuaikan menggunakan kegiatan apa yang direncanakan).
c. Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok atau konseling grup.
d. Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan grup atau konseling grup.
e. Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, aktivitas, keterbukaan, kenormatifan.
f. Melaksanakan ta’aruf dilanjutkan dengan permainan pengakraban.

2. Tahap Peralihan atau Transisi
Tahap transisi adalah suatu termin sesudah proses pembentukan dan sebelum termin kerja gerombolan . Dalam gerombolan yg diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi dalam sesi kedua atau ketiga dan biasanya berlangsung satu samapai 3 pertemuan. Tahap ini terdiri dari dua bagian proses yg ditandai menggunakan aktualisasi diri, sejumlah emosi serta interaksi anggota. Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming) terdapat beberapa hal yg sebagai karakteristik berdasarkan storming yaitu berkaitan dengan hubungan antar sahabat, perlawanan, dan pemrosesan antar tugas, kebiasaan serta norming, terdapat disparitas sekaligus interaksi antara konsep kebiasaan serta norming, kebiasaan merupakan asa-asa tentang konduite anggota kelompok yg wajib atau nir wajib dilakukan. Fungsi norma gerombolan merupakan buat mengatur penampilan gerombolan sebagi unit yg terorganisir serta mengarahkannya pada tujuan-tujuannya. Norming merupakan perasaan akan “kekitaan”, bukti diri, kekelompokan, kesatuan yang timbul waktu individu-individu merasa menjadi anggota suatu asosiasi atau organisasi yang besar menurut dirinya.

Secara operasional hakikat termin ini merupakan transisi antara tahap pembentukan menggunakan termin kegiatan. Pada termin ini pemimpin grup sekali lagi harus jeli pada melihat serta membaca situasi. Jika masih terlihat gejala-gejala penolakan, rasa enggan, galat paham, kurang bersemangat pada melaksanakan aktivitas maka pemimpin grup tidak boleh binggung, apalagi berputus harapan.

Menghadapi keadaan seperti di atas pemimpin kelompok hendaknya mempunyai kepekaan yang tinggi melalui penghayatan alat dan penghayatan rasa. Tugas pemimpin gerombolan menghadapi situasi seperti itu mendorong anggota gerombolan secara sukarela membuka diri buat mengikuti aktivitas kelompok. Penampilan pemimpin grup yang menggambarkan sikap yg ikhlas, masuk akal, hormat, hangat dan ikut merasakan akan sangat membantu mencairkan suasana menuju termin aktivitas.

Perlu diingat bahwa termin kedua ini merupakan “jembatan” anatar tahap pertama dan tahap ketiga. Adakalanya buat menempuh jembatan itu bisa dilalui dengan mudah, dan adakalanya ditempuh menggunakan sukar. Dalam keadan seperti ini pemimpin gerombolan wajib berhasil membawa anggota grup meniti jembatan itu dengan selamat. Kalau perlu beberapa hal pokok yg sudah dibahas pada tahap pertama bisa dibahas kembali seperti asas kerahasiaan, keterbukaan dan seterusnya.

Tahap peralihan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah:
a. Menjelaskan aktivitas yang akan ditempuh pada termin berikutnya
b. Menawarkan sembari mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan dalam termin selanjutnya (tahap ketiga).
c. Mambahas suasana yg terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau dipandang perlu, balik ke beberapa aspek termin pertama (tahap pembentukan)

3. Tahap Kegiatan
Tahapan kegiatan adalah tahap inti dari proses suatu kelompok dan merupakan kehidupan yg sebenarnya berdasarkan gerombolan . Tahapan kegiatan selalu dipercaya sebagai tahapan yg selalu produktif pada perkembangan gerombolan yg bersifat menciptakan (contructive nature) dan dengan pencapaian output yang baik (achievement of results) selama tahapan kerja hubungan anggota grup lebih bebas dan lebih menyenangkan. Hubungan antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka diri secara bebas, saling tanggap serta tukar pendapat, serta saling membantu). Dalam perkembangan grup, tahapan kegiatan adalah kekuatan therapeutik misalnya keterbukaan terhadap diri sendiri serta orang lain dan keluarnya wangsit-inspirasi baru yang membentuk. Apapun yang sebagai tujuan, suatu gerombolan yg sehat akan menampilkan keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan kembali, kerja kelompok, pertikaian dan humor. Perilaku-perilaku positif yg dinyatakan pada interaksi interpersonal antar anggota akan ada pada interaksi sebaya (peer relationships).

Tahap ini sangat menentukan keberhasilan kegiatan kelompok. Jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka termin ini akan berlangsung menggunakan lancar. 

Dalam BKp termin ini diwujudkan pada aktivitas-aktivitas :
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan (gerombolan bebas); Pemimpin gerombolan mengemukakan suatu topik buat dibahas oleh gerombolan (gerombolan tugas).
b. Menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu (kelompok bebas); Tanyan jawab antara anggota dan pemimpin gerombolan mengenai hal-hal yang belum kentara, yg menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin gerombolan (kelompok tugas).
c. Anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas.
d. Kegiatan selingan

Dalam KKp termin ini diwujudkan pada kegiatan-kegiatan :
a. Setiap anggota grup mengemukakan kasus eksklusif yang perlu menerima donasi gerombolan buat pengentasannya.
b. Kelompok memilih perkara mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua, ketiga, dst.
c. Klien (anggota grup yg masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai masalah yang dialaminya.
d. Seluruh anggota kelompok aktif membahas masalah klien melalui banyak sekali cara, seperti : bertanya, mengungkapkan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan pengalaman eksklusif, menyarankan.
e. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan anggota grup.
f. Kegiatan selingan 

4. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran secara keseluruhan merupakan akhir berdasarkan serangkaian rendezvous gerombolan . Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini memerlukan perhatian khusus dari pimpinan kelompok, terutama waktu kelompok hendak dibubarkan. Pembubaran kelompok secara keselruhan idealnya dilakukan sehabis tujuan gerombolan tercapai. Tetapi adakalanya terjadi lebih cepat menurut yang direncanakan atau yang dianggap pembubaran dini. Sesungguhnya pembubaran kelompok dalam proses layanan kelompok bimbingan serta konseling adalah proses alamiah yang harus disadari oleh pimpinan serta anggotaanggotanya, serta mereka diharapkan bisa mempersiapkan diri menggunakan sebaik mungkin buat menghadapi pembubaran itu. Oleh karenanya kegiatan utama anggota kelompok, menjelang grup dibubarkan adalah (1) membayangkan kembali pengalaman mereka selama kerja kelompok berlangsung. (2) memproses balik ingatannya. (tiga) mengevaluasi. (4) mengakui dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota grup dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yg saling bertentangan dan (lima) membantu anggota pada menciptakan keputusannya secara kognitif buat menghadapi masa depan. Oleh karenanya buat mencapai sasaran pembubaran gerombolan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain menyangkut persiapan pengaruh pembubaran terhadap anggota, kemungkinan pembubaran dini, mekanisme pembubaran, masalah-masalah yang terkait menggunakan pembubaran dan hal-hal lain yg menyangkut tindak lanjut.

Sebagai termin penutup dari aktivitas BKp dan/atau KKp. Tugas pemimpin gerombolan pada tahap ini merupakan menjadi berikut.
a. Mengemukakan bahwa aktivitas akan segera diakhiri
b. Pemimpin gerombolan serta anggota gerombolan mengemukakan kesan serta hasil-output aktivitas.
c. Membahas aktivitas lanjutan
d. Mengemukakan pesan serta harapan
e. Doa penutup

5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan konseling grup dapat dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap aneka macam hal, baik yang sudah dilakukan selama kegiatan gerombolan (yg menyangkut isi maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas aktivitas grup dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian output-output konseling grup. Penilaian dilakukan dalam tiga termin yaitu evaluasi segera (laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, evaluasi jangka pendek (laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).

PENGERTIAN TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian, Tujuan dan Fungsi Bimbingan serta Konseling
Penggunaan bahasa yang melibatkan kesesuaian pembicaraan telinga dalam suatu dialog bukan hanya gambaran bagaimana mengungkapkan makna dan gagasan melainkan bukti interaksi sosial. Penggunaan bahasa tersebut dipercaya menjadi fungsi bahasa buat membuka saluran komunikasi serta membentuk interaksi diantara rakyat sekolah khususnya guru pembimbing dengan siswa.

Dalam suatu percakapan antara guru pembimbing (konselor) dengan siswa (klien) dalam proses bimbingan serta konseling tidak akan mengajukan bahasa-bahasa yg tidak kontroversial namun dipilih secara hati-hati sesuai kondisi siswa sebagai akibatnya cenderung membuat persetujuan bersama dalam hal mengatasi atau menuntaskan suatu persoalan.

Betapa pentingnya peranan bahasa pada berkomunikasi, sebagai akibatnya keterampilan berbicara bagi kehidupan insan sangat dibutuhkan. Billow (Pateda, 2004:62) menyatakan “ bahasa terutama adalah berbicara”. Berbicara berarti menggunakan bahsa ekspresi secara aktif. Penggunaan bahsa ekspresi secara aktif ini pada kaitannya dengan proses bimbimgan serta konseling bisa saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, asa, saran, permintaan, pengakuan, penjelasan atau menaruh penerangan

Sehubungan dengan hal tersebut secara rinci dalam proses bimbingan mengandung ciri-karakteristik menjadi berikut : 1) adanya tujuan yg ingin dicapai, dua) ada bahan/pesan yg menjadi isi hubungan, tiga) terdapat peserta didik yg aktif mengalami, 4) terdapat pengajar yg melaksanakan, 5) ada metode buat mencapai tujuan, 6) ada situasi yg memungkinkan proses bimbingan serta konseling berjalan menggunakan baik, 7) terdapat evaluasi terhadap hasil interaksi.

Ini memberitahuakn bahwa peranan bahasa khususnya bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah suatu komunikasi atau interaksi yg melibatkan pengajar pembimbing (konselor) dan peserta didik (klien) menggunakan maksud buat mencapai tujuan bimbingan yaitu: 1) peserta didik dapat mengenal dirinya sendiri serta lingkungan dimana beliau berada dan kekurangan/kelemahan pada dirinya, dua) dapat menerima diri sndiri serta lingkungan secara positif dan bergerak maju atau apa adanya, 3) bisa merogoh keputusan sendiri tentang berbagai hal, 4) dapat mengarahkan diri sendiri yang didasarkan dalam keputusan yang diambil sinkron apa yg terdapat padanya, lima) perwujudan diri sendiri/ peserta didik bisa merealisasikan dirinya sendiri. Jadi komunikasi antara peserta didik dan pengajar atau guru pembimbing menggunakan siswa memegang peranan krusial pada keberhasilan proses bimbingan serta konseling. Pengajar mempunyai peran buat mengarahkan, membimbing, menaruh dorongan serta motivasi pada pserta didik menggunakan bahasa instruksi yang sesuai kebutuhan serta kondisi peserta didik itu sendiri.

Sesuai menggunakan uraian diatas, tampak jelas bahwa bimbingan serta konseling sebagai galat satu organisasi serta kegiatan acara pendidikan di sekolah menengah pertam perlu di kelolah serta dikembangkan agar dapat menghasilkan produk atau hasil belajar secara optimal. General A. Glad Stein (pada Sarono, 2005:6) Mengemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling yg bemutu itu bisa membantu siswa, nir hanya mengatasi kasus-kasus pendidikan serta pekerjaan tetapi juga sanggup mengatasi masalah-kasus eksklusif murid.

Sesuai harapa guru mata pelajaran Robert F. Gibshon (pada Sarono, 2005:6) beropini bahwa layanan bimbingan serta konseling yang bermutu itu sanggup membantu pengajar mengurangi perilaku murid yg sebagai penyebab keributan atau gangguan di kelas, serta membantu proses pedagogi mudah serta efektif.

Berkaitan menggunakan harapan ketua sekolah Darrel H. Hart dan Donald J. Prince (dalam Sarono, 2005:6) menyatakan pendapat bahwa layanan bimbingna serta konseling yang bermutu itu wajib bisa membantu memecahkan kasus, memperlancar keberhasilan belajar siswa , dan membantu memecahkan masalah pendidikan dan karir murid.

Untuk mengatasi masalah-masalah yg dihadapi peserta didik merupakan bekerja sama dengan pengajar pembimbing (konselor sekolah) menggunakan cara memberikan layanan konseling individual.” Konseling individual “mengandung makna bagaimana seorang berbicara menggunakan orang lain menggunakan tujuan buat membantu agar terjadi perubahan perilaku kearah positif berdasarkan orang yg dibatu.

Dalam konseling individual, kedua belah pihak harus bekerja sama agar klien dapat tahu diri dan permasalahannya dan bisa menyebarkan potensi positif pada dirinya, serta sanggup memecahkan masalahnya sendiri yang tentunya atas donasi dan kepakaran konselor, karena itu seseorang konselor yang berkecimpung di banyak sekali hubungan antar manusia wajib pada lengkapi menggunakan ilmu konseling, ilmu penunjang lain seperti psikologi, antropologi, sosiologi serta ilmu-ilmu lain yang bersinggungan dengan perilaku insan. Selanjutnya konselor harus memiliki keterampilan konseling yaitu menguasai tekhnik-tekhnik konseling di setiap tahapan proses konseling. Tahap awal, termin pertengahan, dan termin akhir supaya konselor mengetahui hingga di mana kemajuan konseling yg dilakukan buat mencapai tujuan yang diharapkan.

Unruk mengoptimalakan proses bimbingan serta konseling kemampuan konselor pada penerapan bahasa instruksi baik menurut segi bentuk maupun isi sangat pada perlukan sehingga benar-sahih terjalin kolaborasi yg baik pada proses bimbingan dan konseling demi tercapainya tujuan bimbingan yang dibutuhkan.

1. Bahasa Instruksi pada Proses Bimbingan dan Konseling
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Bahasa merupakan (i) system lambang bunyi yang arbitrer yg digunakan oleh para anggota suatu rakyat buat bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, (ii) dialog (perkataan) yg baik, tingkah laris yang baik, sopan santun”. Ali Syahbana (dalam Pateda,2003:tiga) menyatakan bahwa bahasa adalah ucapan pikiran serta perasaan manusia dengan teratur menggunakan memakai alat suara. Sedangkn instruksi pada kamus Bahasa Indonesia menyetakan sebagai pelajaran atau petunjuk.

Jadi bahasa instruksi dimaksudkan menjadi suatu ungkapan dalam bentuk kalimat atau istilah menurut seorang kepada orang lain sehingga terjalin hubungan kerja sama saling berinteraksi anatara satu menggunakan lainnya buat mencapai satu tujuan eksklusif menjadi akhir menurut suatu pembicaraan. Sama halnya pada proses bimbingan dan konseling sebagaimana di kemukakan sang Muhammad (2004:4) bahwa “ Bimbingan dan konseling merupakan merupakan proses donasi psikologis dan humanisme secara ilmiah serta profesional yg diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada yg dibimbing (klien), supaya dapat berkembang secara optimal , yaitu mampu tahu diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri, sinkron termin perkembangan , sifat-sifat, potensi yang dimiliki serta latar belakang kehidupan dan lingkungannya sebagai akibatnya tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya “.

Tanpa adanya bahasa instruksi ( bahasa perintah / bahasa petunjuk) pada proses 

Bimbingan dan konseling tentunya maksud serta tujuan yg di kehendaki sebagai akhir berdasarkan pada konseling individual nir akan tercapai. Untuk itu sangat dibutuhkan tehnik dan keterampilan berkomunikasi yg baik serta sopan sebagai akibatnya bisa membuka hati, pikiran serta perasaan secara suka rela serta iklas mengikuti alur pembicaraan yg pada akhirnya klien benar-sahih merasa terbimbing oleh konselor itu sendiri.

2. Bentuk Bahasa Instruksi
Jika mendengar orang berbicara, kita mendengar bunyi bahasa, bunyi bahasa yang digunakannya pada sebut bahasa mulut. Terdapat empat aktivitas berbahasa yakni : 1) berbicara, dua) mendengar, tiga)membaca, 4) menulis (Pateda, 2005:20). Khusus pada proses bimbingan dan konseling bentuk bahasa yang di pakai adalah bahsa ekspresi yaitu bahasa yg disampaikan secara eksklusif antara pembicara serta pendengar. Jadi terdapat yang berbicara dan ada yang mendengar, antara konselor dan klien terjalin interaksi timbal kembali. 

Bentuk bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling bisa dilakukan dengan cara : 1) menangkap pesan utama , 2) bertanya buat membuka dialog,tiga) bertanya tertutup, 4) dorongan minimal, lima) interpretasi, 7) mengarahkan, 8) memimpin, 9) penekanan, 10) komprontasi, 11) menjernihkan, 12) memudahkan, 13) membisu, 14) mengambil inisiatif, 15) memberi nasehat, 16) memberi kabar, 17) merencanakan, 18) serta menyimpulkan ( S.willis, 2004:187 ) 

3. Isi Bahasa instruksi
Bahasa selalu pada pakai setiap hari. Apa yang di pakai yang berwujud bahasa mengandung isi, mengandung jujur, dan berisi hal-hal menyangkut nama, kegiatan, proses, konsep-konsep, keyakinan, dan pikiran (Pateda, 2005:18)

Miller (dalam Pateda,2005:20) menyampaikan bahwa buat menggunakan bahasa secara efektif, wajib memperhatikan isi bahasa ini dia.
1. Informasi fonologis, maksudnya, kita mendengar bunyi-bunyi bahasa yg bermakna.
2. Informasi leksikal. Kita mendengar istilah atau urutan kata yang berisi pesan atau mengandung makna.
3. Informasi sintaksis. Bunyi-bunyi bahasa berhubung-interaksi membentuk kata berhubung-hubungan dengan istilah lain yg membangun kalimat. Kalimat yang kita gunakan mengandung makna atau memiliki pesan atau jujur.
4. Konsep yang ingin diutarakan dan kenyataannya.
5. Sistem keyakinan, baik yang berkaitan menggunakan agama yang kita yakini maupun evaluasi kita terhadap apa yang kita dengar atau kita baca.

Apa yg dikemukakan sang kedua pakar tadi pertanda bahwa isi bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah nir terikat dalam suatu bentuk, tetapi bebas memilih bentuk bahasa yg digunakan, buat membicarakan apa yang difikirkan, dikehendaki atau dirasakan sehingga proses konseling berjalan sebagaimana mestinya serta dalam akhirnya klien benar-benar merasa terbimbing, mampu menentukan sikap buat penyelesaian suatu perseteruan ,tantangan dan hambatan yang dihadapinya.

4. Bimbingan dan konseling
a. Pengertian bimbingan 
Bimbingan dan konseling adalah terjemahan dari “Guidance” serta “Conseling” dalam bahasa inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct), (dua) memandu (to pilot), (tiga) mengelola (to manage), serta (4) menyetir (to steer).

Sunaryo (Syamsu Yusuf,A Juntika, 2005:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai “ Proses membantu individu buat mencapai perkembangan optimal”.sedangkan Rochman Natawijaya mengartikan bimbingan menjadi proses pemberian donasi kepada individu yg dilakukan secara berkesinambungan , agar individu tadi bisa memahami dirinya serta dapat bertindak secara masuk akal, sesuai menggunakan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, rakyat dan khidupan dalam biasanya.

b. Pengertian Konseling
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah interaksi tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan perilaku penerimaan serta pemebrian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan serta keterampilannya buat membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya” (Syamsu Yusuf, A. Juntika,2005:8) 

Prayitno, Erman Amti(1999: 104) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah proses anugerah donasi yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (diklaim konselor) pada individu yg sedang mengalami sesuatu kasus (disebut klien) yang bermuara dalam teratasinya masalah yang dihadapi sang klien”.

Dalam wawancara konseling itu klien mengemukakan maalah –masalah yg dihadapi kepada konselor, dan konselor menciptakan suasana interaksi yg akrab menggunakan menerapkan prinsip-prinsip serta tekhnik wawancara konseling sedemikian rupa, sehingga masalahnya itu terjelajahi sgenap seginya dan pribadi klien terangsang buat mengatasi maslah yang sedang di hadapi menggunakan menggunakan kekuatanya sendiri. Proses konseling pada dasarnya merupakan bisnis menghidupkan serta mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yg minimal secara potensial organismik terdapat pada diri klien itu. Apabila fungsi ini berjalan dengan baik dapoat dibutuhkan dinamika hayati klien akan pulang berjalan dengan wajar menunjuk kepada tujuan yang positif.

c. Proses Konseling
Jika menyimak pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana pada kemukakan pada atas, maka implisit pada dlamnya tujuan konseling yaitu membantu individu/ klien agar sebagai orang yang lebih fungsionbal, mencapai integritas diri, bukti diri diri, dan ekspresi. Versi lain dari tujuqan konseling merupakan agar potensi optimal, mampu memecahkan perkara, serta mampu mengikuti keadaan terhadap lingkungan.

Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif seorang konselor wajib mampu: 1) menangkap berita sentral atau pesan utama klien, dua) utamakan tujuan klien-tujuan konseling. Secara umum dikatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai : a) Effectif daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien wajib bisa menjalani kehidupan sehari-harinya secara effektif dan berdayaguna buat diri, famili, warga , bangsa dan Tuhannya. B) Relationship with Other, adalah klien bisa menjalin interaksi yg harmonis menggunakan orang lain pada famili, sekolah, rakyat dan sebagainya.

Brammer dalam Sofyan S.willis (2004:50) Proses konseing adalah insiden yg tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tadi (konselor serta klien) supaya proses konseling berjalan menggunakan lancar dibutuhkan keterampilan spesifik secara sedikit demi sedikit yg dibagi dalam 3 tahapan: (1) termin awal konseling, (2) termin pertengahan /tahap kerja, serta (tiga) Tahap akhir konseling / tahap tindakan

Tahap awal sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling hingga sanpai konselor serta klien menemukan defenisi perkara klien atas dasar berita, kepedulian,atau masalah klien. Berangkat berdasarkan defenisi kasus klien yg di sepakati pada termin awal, kegiatan selanjutnya adalah mempokuskan pada ;(1) penjelejahan masalah klien, (dua) donasi apa yang akan di berikan menurut evaluasi balik apa-apa yg telah dijelajah mengenai perkara klien.selanjutnya tahap akhir konseling/ tahap tindakan bertujuan buat : (1) tetapkan perubahan perilaku dan perilaku yg memadai, (2) terjadi transfer of learning pada diri klien, (3) melaksanakan perubahan prilaku, (4) mengakhiri hubungan konseling.

d. Teknik-teknik Konseling
Teknik konseling mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh sorang konselor pada interaksi konseling buat membantu klien supaya berkembang potensinya serta bisa mengatasi kasus yang di hadapi menggunakan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan kepercayaan .

Tanggung jawab konselor dalam proses konseling merupakan mendorong buat menyebarkan potensi klien, agar beliau bisa bekerja efektif, produktif, dan sebagai insan berdikari. Relasi konselor kliein dalam hubungan konseling ditandai dengan nuansa efektif. Artinya konselor berupaya membangun agar interaksi akrab, saling percaya sebagai akibatnya terjadi self-discbsure (keterbukaan diri) klien serta keterlibatan secara emosional dalam proses konseling.

Berikut ini dijelaskan ragam teknik konseling menjadi berikut: (1) perilaku attending yaitu menjadi perilku menghampiri klien yg meliputi hubungan mata, bahasa badan dan bahasa lisan., (dua) ikut merasakan artinya kemampuan konselor buat mencicipi apa yg pada rasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau mengenai klien, (3) Refleksi adalah keterampilan konselor buat memantulakn kembali pada klien mengenai perasaan, pikiran serta pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku lisan dan non mulut, (4) eksplorasi merupakan suatu keterasmpilan konselor buat menggali perasaan , pengalaman, serta pikiran klien. Hal ini krusial karena kebanyakan klien menyimpan misteri bathin, menutup diri,atau nir sanggup mengemukakan pendapatnya menggunakan terus terperinci., (lima) menangkap pesan utama (paraphrasing) yg baik merupakan dengan teliti mendengarkan pesan primer klien, nyatakan kembali dengan ringkas, amati respon klien terhadap konselor, (6) bertanya buat membuka percakapan (open quetion) yang baik dimulai dengan kata-kata ; apakah, bagaimana,bolehkah, dapatkah dll., (7) bertanya tertutup (closed question) tujuannya adalah buat mengumpulkan fakta, menjernihkan dan memperjelas sesuatu , serta menghentikan omongan klien yang melantur menyimpang jauh., (8) dorongan minimal (minimal encouragement) merupakan suatu dorongan eksklusif yg singkat terhadap apa yang sudah dikatakan klien, serta menaruh dorongan singkat sperti oh....,ya...., terus...., lalu,...dan..., (9) interpretasiadalah bertujuan buat menaruh rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman berdasarkan output rujukan baru tersebut, (10) mengarahkanadalah suatu keterampilan yg mengatakan kepada klien supaya beliau berbuat sesuatu, atau dengan kata lain mengarahkannya supaya melakukan sesuatu, (11) menyimpulkan ad interim (summarizing) tujuannya adalah menaruh kesempatan kepada klien buat merogoh kilas pulang (feed back) menurut hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara sedikit demi sedikit, buat menaikkan kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas penekanan pada wawancara konseling, (12) memimpin (leading) bertujuan agar klien nir menyimpang berdasarkan penekanan pembicaraan, supaya arah pembicaraan lurus pada tujuan konseling, (13) fokus merupakan membantu klien buat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, (14) komprontasi merupakan suatu tehnik konseling yg menantang klien buat buat melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), inspirasi awal dengan inspirasi berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya,(15) menjernihkan (clarifying)merupakan menjernihkan ucapan-ucapan klien yang kurang jelas, samar-samar, dan relatif mewaspadai, (16) memudahkan (facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien menggunakan mudah berbicara dengan konselor serta menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas, sebagai akibatnya komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif., (17) membisu tujuannya adalah menanti klien berfikir, menjadi protes apabila klien ngomong berbelit-belit, serta menunjang konduite attending dan empati sebagai akibatnya klien bebas berbicara, (18) mengambil inisiatif tujuannya adalah merogoh inisiatif jika klien kurang semangat, jika klien lambat berfikir buat merogoh keputusan, bila klien kehilangan arah pembicaraan, (19) memberi nasehatini mampu dilakukan jika klien memintanya dan konselor perlu mempertimbangkannya karena dalam anugerah nasehat tetap dijaga supaya tujuan konseling yakni kemandirian klien harus permanen tercapai, (20) hadiah berita dalam hal ini perlu keterbukaan serta kejujuran , bila konselor mengetahui kabar ataukah idak usahakan nir melayani klientetapi diarahkan ketempat yang lebih sesuai / kesumber fakta tadi supaya lebih jelas, (21) merencanakanyaitu membantu klien dalam akhir sesi buat dapat menciptakan planning berupa suatu acara buat action, perbuatan konkret yang produktif bagi kemajuan dirinya., (22) menyimpulkan . Pada akhir sesi konseling membantu klien buat menyimpulkan output pembicaraan menyangkut bagaimana keadaan/perasaan klien terutama tentang kecemasan , memantapkan rencana klien, dan pokok-poko yang akan dibicarakan dalam sesi berikutnya.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP (Sekolah Menengah pertama) Negeri Luwuk Kabupaten Banggai serta dilaksanakan selama tiga bulan pada tahun 2006-2007.

Metode Penelitian
Metode penelitian yg digunakan adalah metode deskriftif kualitatif, dengan membuahkan peneliti menjadi instrumen penelitian. Cara ini pada gunakan pada upaya mengungkap tanda-tanda secara menyeluruh namun kontekstual dengan penekanan penelitian.

Hasil Penelitian

1. Bahasa instruksi pada proses wawancara bimbingan dan konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Konselor serta klien duduk berhadapan
14
93,3
1
6.6
2
Klien tampak bersemangat
10
66,6
5
40
3
Konselor mengajukan Bahasa Instruksi
13
86.6
2
13.3
4
Bahasa Instruksi kelihatan dipahami oleh klien
14
93,3
1
6,6
5
Klien ragu – ragu mereaksi terhadap penggunaan
Bahasa konselor
2
13,3
13
86,6
6
Klien mengajukan pertanyaan kepada konselor
8
56,6
7
46,6
7
Klien berdebat menggunakan konselor
2
13,3
13
86,6
8
Klien melaksanakan apa yg pada instruksikan
14
93,3
1
6,6
9
Konselor mengamati pelaksanaan pekerjaan
14
93,3
1
6,6
10
Konselor memperbaiki kesalahan
12
80
2
13,3
11
Konselor menggunakan klien mendiskusikan masalah
15
100
-
0

Proses wawancara konseling yang dilaksanakan antara klien dan konselor memperlihatkan bahwa Penggunaan Bahasa Instruksi menaruh output yg signifikan terhadap keberhasilan proses hadiah bantuan. Interaksi juga terjadi secara aktif antara klien serta konselor . Kalaupun terjadi keraguan klien mereaksi Bahasa Instruksi konselor hal itu semata – mata disebabkan oleh keragaman daya pikir dan daya logika klien yg dihadapi.

2. Tabel Analisis Bahasa Instruksi pada proses Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi digunakan sewaktu – waktu
10
6,6
5
33,3
2
Bahasa Instruksi umumnya digunakan buat meminta mengerjakan sesuatu
14
93,3
1
6,6
3
Bahasa Instruksi memakai Bahasa Indonesia ragam baku
2
13,3
13
86,6
4
Bahasa Instruksi tersusun sederhana
14
93,3
1
6,6
5
Pelaksanaan Bahasa Instruksi pada suasana kekeluargaan
13
86,6
2
13,3
6
Bahasa Instruksi dipakai kalau memang ada yang diinstruksikan
6
40
9
60
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Intensitas Penggunaan Bahasa Instruksi disesuaikan dengan kondisi serta permasalahan yg dialami sang klien . Tetapi masih ada sebagian konselor yg beranggapan bahwa Bahasa Instruksi selalu identik dengan perintah atau permintaan melakukan sesuatu, padahal sejatinya Bahasa Instruksi mampu berupa pernyataan, penolakan , permintaan, persetujuan dan lain – lain. Kesederhanaan Bahasa Instruksi juga turut mempengaruhi efektifitas pelaksanaan Bimbingan dan Konseling , lantaran pemahaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang diberikan oleh konselor sangat mensugesti reksi klien terhadap Bahasa Instruksi tadi.

3. Tabel : Hasil Pengamatan Bentuk Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bentuk Bahasa Instruksi sederhana
13
86,6
2
13,3
2
Bentuk Bahasa Instruksi paling banyak 5 kata
4
26,6
11
73,3
3
Bentuk Bahasa Instruksi berbentuk perintah
14
93,3
1
6,6
4
Kata-kata buat Bahasa Instruksi umumnya berakhiran – lah
10
66,6
5
33,3
5
Bentuk Bahasa Instruksi diusahakan tidak disalahtafsirkan
15
100
-
0

Bentuk Bahasa Instruksi sangat memperungaruhi keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling, kesederhanaan dan ketetpatan penggunaannya berhubungan erat dengan keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling , lantaran kesalahan pada menafsirkan Bahasa Instruksi mengakibatkan tujuan proses Bimbingan dan Konseling tidak seperti apa yang diperlukan.

4. Tabel Pengamatan Isi Bahasa Instruksi dalam Wawancara Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Berisi mengenai pekerjaan yg akan dilaksanakan
3
20
12
80
2
Berisi tentang sesuatu yang akan ditiru
4
26,6
11
73,3
3
Berisi mengenai sesuatu yang kan diikuti
5
33,3
10
66,6
4
Berisi mengenai sesuatu yang nir akan diikuti
2
13,3
13
86,6
5
Berisi tentang sesuatu pilihan
2
13,3
13
86,6
6
Berisi tentang sesuatu dorongan moral
10
66,6
5
40
7
Berisi mengenai yang berhubungan dengan ajaran agama
3
20
13
86,6
8
Berisi tentang sesuatu yg berhubungan dengan budi pekerti
13
86,6
2
13,3
9
Berisi tentang sesuatu yg herbi lingkungan hidup
0
0
15
100
10
Berisi mengenai mengenai sesuatu yg herbi kesehatan
2
13,3
13
86,6
11
Berisi tentang sesuatu yang herbi kemudian lintas
1
6,6
14
93,3
12
Berisi tentang sesuatu yg herbi kesetiakawanan
2
13,3
13
86,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Isi Bahasa Instruksi nir melulu berisi perintah atau permintaan atau merlakukan sesuatu, berdasarkan penelitian yg dilakukan menujjukkan hasil bahwa Bahasa Instruksi terdiri menurut beberapa hal dengan prosentase terbanyak berisi mengenai hal yg herbi budi pekerti dan hal yg berhubungan dengan moral. Ini menunjukkan bahwa kompetensi konselor yang sebagai subjek penelitian bisa dikatakan sinkron menggunakan apa yg dibutuhkan.

5. Tabel Penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena bahasa yg dipakai jelas
14
93,3
1
6,6
2
Bahasa Instruksi ditafsirkan menggunakan sahih karena kalimat yang dipakai pendek
4
26,6
11
73,3
3
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar lantaran sinkron kebutuhan klien
14
93,3
1
6,6
4
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih lantaran klien pernah mengalaminya
13
86,6
2
13,3
5
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar lantaran ada seseorang yang dicontohi
1
6,6
14
93,3
6
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melafalkannya dengan benar
14
93,3
1
6,6
7
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melaksanakan secara santai
7
46,6
8
53,3

Kejelasan bahasa, penggunaan kalimat dan cara pengucapan dan pelafalan memegang peranan penting pada hal penggunaan Bahasa Instruksi , karena hal ini dapat menaikkan daya penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi konselor . Penelitian menunjukkan , sebagian besar konselor telah menampakkan hasil misalnya apa yang diperlukan.

6. Tabel Reaksi klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Klien mereaksi secara tepat
12
80
3
20
2
Klien nir mereaksi karena Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
3
Klien nir mereaksi karena Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
4
Klien tidak mereaksi karena instruksi nir sesuai pengalaman
13
86,6
2
13,3
5
Klien nir mereaksi lantaran hal yg diinstruksikan nir sesuai kebutuhan
1
6,6
14
93,3
6
Klien nir mereaksi karena isi instruksi bisa ditafsirkan tidak sama-beda
1
6,6
14
93,3
7
Klien nir mereaksi karena dia nir perduli
0
0
15
100

Kesesuaian pengalaman klien terhadap Bahasa Instruksi yg disampaikan adalah satu gejala menarik yang didapatkan dari hasil penelitian, merupakan berdasarkan seluruh objek penelitian, 86 % memperlihatkan reaksi negatif waktu diajukan Bahasa Instruksi yg nir sesuai dengan pengalaman yang pernah dilaluinya.

PENGERTIAN TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian, Tujuan serta Fungsi Bimbingan serta Konseling
Penggunaan bahasa yg melibatkan kesesuaian pembicaraan pendengaran dalam suatu dialog bukan hanya gambaran bagaimana membicarakan makna serta gagasan melainkan bukti hubungan sosial. Penggunaan bahasa tadi dianggap menjadi fungsi bahasa buat membuka saluran komunikasi serta membangun interaksi diantara rakyat sekolah khususnya guru pembimbing dengan siswa.

Dalam suatu dialog antara pengajar pembimbing (konselor) menggunakan siswa (klien) dalam proses bimbingan serta konseling tidak akan mengajukan bahasa-bahasa yg tidak kontroversial tetapi dipilih secara hati-hati sesuai syarat siswa sebagai akibatnya cenderung menghasilkan persetujuan bersama pada hal mengatasi atau merampungkan suatu masalah.

Betapa pentingnya peranan bahasa pada berkomunikasi, sebagai akibatnya keterampilan berbicara bagi kehidupan manusia sangat diperlukan. Billow (Pateda, 2004:62) menyatakan “ bahasa terutama merupakan berbicara”. Berbicara berarti menggunakan bahsa lisan secara aktif. Penggunaan bahsa lisan secara aktif ini dalam kaitannya menggunakan proses bimbimgan dan konseling mampu saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, asa, saran, permintaan, pengakuan, penerangan atau menaruh penerangan

Sehubungan menggunakan hal tadi secara rinci pada proses bimbingan mengandung ciri-ciri menjadi berikut : 1) adanya tujuan yg ingin dicapai, 2) terdapat bahan/pesan yg sebagai isi hubungan, 3) terdapat peserta didik yg aktif mengalami, 4) ada guru yang melaksanakan, 5) ada metode buat mencapai tujuan, 6) ada situasi yang memungkinkan proses bimbingan dan konseling berjalan dengan baik, 7) terdapat evaluasi terhadap hasil hubungan.

Ini menerangkan bahwa peranan bahasa khususnya bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah suatu komunikasi atau hubungan yg melibatkan pengajar pembimbing (konselor) dan siswa (klien) menggunakan maksud buat mencapai tujuan bimbingan yaitu: 1) peserta didik bisa mengenal dirinya sendiri dan lingkungan dimana dia berada serta kekurangan/kelemahan pada dirinya, dua) dapat mendapat diri sndiri serta lingkungan secara positif dan bergerak maju atau apa adanya, 3) dapat mengambil keputusan sendiri mengenai banyak sekali hal, 4) bisa mengarahkan diri sendiri yang didasarkan dalam keputusan yang diambil sesuai apa yang terdapat padanya, lima) perwujudan diri sendiri/ siswa dapat merealisasikan dirinya sendiri. Jadi komunikasi antara siswa serta guru atau guru pembimbing menggunakan peserta didik memegang peranan penting dalam keberhasilan proses bimbingan serta konseling. Guru memiliki peran buat mengarahkan, membimbing, menaruh dorongan dan motivasi kepada pserta didik dengan bahasa instruksi yg sesuai kebutuhan serta syarat peserta didik itu sendiri.

Sesuai dengan uraian diatas, tampak jelas bahwa bimbingan dan konseling menjadi keliru satu organisasi dan kegiatan acara pendidikan pada sekolah menengah pertam perlu di kelolah serta dikembangkan agar dapat menghasilkan produk atau hasil belajar secara optimal. General A. Glad Stein (pada Sarono, 2005:6) Mengemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bemutu itu sanggup membantu murid, nir hanya mengatasi kasus-perkara pendidikan serta pekerjaan tetapi jua bisa mengatasi kasus-masalah eksklusif anak didik.

Sesuai harapa guru mata pelajaran Robert F. Gibshon (dalam Sarono, 2005:6) berpendapat bahwa layanan bimbingan serta konseling yang bermutu itu mampu membantu guru mengurangi perilaku siswa yg sebagai penyebab keributan atau gangguan di kelas, dan membantu proses pengajaran gampang dan efektif.

Berkaitan menggunakan harapan ketua sekolah Darrel H. Hart serta Donald J. Prince (pada Sarono, 2005:6) menyatakan pendapat bahwa layanan bimbingna serta konseling yang bermutu itu wajib bisa membantu memecahkan masalah, memperlancar keberhasilan belajar anak didik , serta membantu memecahkan perkara pendidikan dan karir anak didik.

Untuk mengatasi perkara-masalah yang dihadapi siswa merupakan bekerja sama menggunakan pengajar pembimbing (konselor sekolah) dengan cara menaruh layanan konseling individual.” Konseling individual “mengandung makna bagaimana seorang berbicara menggunakan orang lain menggunakan tujuan buat membantu supaya terjadi perubahan konduite kearah positif berdasarkan orang yg dibatu.

Dalam konseling individual, ke 2 belah pihak harus bekerja sama supaya klien dapat tahu diri serta permasalahannya serta mampu berbagi potensi positif pada dirinya, dan bisa memecahkan masalahnya sendiri yg tentunya atas bantuan serta kepakaran konselor, karena itu seseorang konselor yg beranjak pada aneka macam interaksi antar insan harus di lengkapi menggunakan ilmu konseling, ilmu penunjang lain seperti psikologi, antropologi, sosiologi dan ilmu-ilmu lain yang bersinggungan menggunakan perilaku manusia. Selanjutnya konselor wajib mempunyai keterampilan konseling yaitu menguasai tekhnik-tekhnik konseling pada setiap tahapan proses konseling. Tahap awal, termin pertengahan, serta termin akhir supaya konselor mengetahui hingga pada mana kemajuan konseling yg dilakukan buat mencapai tujuan yg diperlukan.

Unruk mengoptimalakan proses bimbingan serta konseling kemampuan konselor pada penerapan bahasa instruksi baik berdasarkan segi bentuk maupun isi sangat pada perlukan sehingga sahih-benar terjalin kolaborasi yg baik pada proses bimbingan serta konseling demi tercapainya tujuan bimbingan yang dibutuhkan.

1. Bahasa Instruksi pada Proses Bimbingan serta Konseling
Dalam kamus akbar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Bahasa merupakan (i) system lambang suara yg arbitrer yg dipergunakan sang para anggota suatu warga buat bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, (ii) dialog (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun”. Ali Syahbana (dalam Pateda,2003:tiga) menyatakan bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran serta perasaan manusia dengan teratur dengan memakai alat suara. Sedangkn instruksi dalam kamus Bahasa Indonesia menyetakan sebagai pelajaran atau petunjuk.

Jadi bahasa instruksi dimaksudkan sebagai suatu ungkapan dalam bentuk kalimat atau istilah berdasarkan seorang kepada orang lain sebagai akibatnya terjalin hubungan kerja sama saling berinteraksi anatara satu menggunakan lainnya buat mencapai satu tujuan tertentu menjadi akhir menurut suatu pembicaraan. Sama halnya dalam proses bimbingan dan konseling sebagaimana di kemukakan sang Muhammad (2004:4) bahwa “ Bimbingan dan konseling merupakan adalah proses bantuan psikologis serta humanisme secara ilmiah serta profesional yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada yg dibimbing (klien), agar dapat berkembang secara optimal , yaitu mampu tahu diri, mengarahkan diri, serta mengaktualisasikan diri, sesuai tahap perkembangan , sifat-sifat, potensi yg dimiliki serta latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya “.

Tanpa adanya bahasa instruksi ( bahasa perintah / bahasa petunjuk) pada proses 

Bimbingan serta konseling tentunya maksud serta tujuan yang pada kehendaki sebagai akhir dari pada konseling individual tidak akan tercapai. Untuk itu sangat dibutuhkan tehnik dan keterampilan berkomunikasi yg baik dan sopan sebagai akibatnya dapat membuka hati, pikiran serta perasaan secara suka rela dan iklas mengikuti alur pembicaraan yang dalam akhirnya klien sahih-sahih merasa terbimbing oleh konselor itu sendiri.

2. Bentuk Bahasa Instruksi
Jika mendengar orang berbicara, kita mendengar suara bahasa, bunyi bahasa yg digunakannya pada sebut bahasa mulut. Terdapat empat kegiatan berbahasa yakni : 1) berbicara, 2) mendengar, 3)membaca, 4) menulis (Pateda, 2005:20). Khusus dalam proses bimbingan serta konseling bentuk bahasa yang di pakai adalah bahsa ekspresi yaitu bahasa yg disampaikan secara eksklusif antara pembicara serta pendengar. Jadi terdapat yg berbicara serta terdapat yg mendengar, antara konselor serta klien terjalin hubungan timbal kembali. 

Bentuk bahasa instruksi dalam proses bimbingan serta konseling dapat dilakukan dengan cara : 1) menangkap pesan utama , 2) bertanya buat membuka percakapan,tiga) bertanya tertutup, 4) dorongan minimal, lima) interpretasi, 7) mengarahkan, 8) memimpin, 9) fokus, 10) komprontasi, 11) menjernihkan, 12) memudahkan, 13) membisu, 14) mengambil inisiatif, 15) memberi nasehat, 16) memberi berita, 17) merencanakan, 18) dan menyimpulkan ( S.willis, 2004:187 ) 

3. Isi Bahasa instruksi
Bahasa selalu di gunakan setiap hari. Apa yang pada gunakan yg berwujud bahasa mengandung isi, mengandung jujur, serta berisi hal-hal menyangkut nama, kegiatan, proses, konsep-konsep, keyakinan, serta pikiran (Pateda, 2005:18)

Miller (dalam Pateda,2005:20) berkata bahwa buat memakai bahasa secara efektif, harus memperhatikan isi bahasa ini dia.
1. Informasi fonologis, maksudnya, kita mendengar suara-suara bahasa yang bermakna.
2. Informasi leksikal. Kita mendengar istilah atau urutan kata yg berisi pesan atau mengandung makna.
3. Informasi sintaksis. Bunyi-bunyi bahasa berhubung-interaksi menciptakan istilah berhubung-hubungan dengan kata lain yang membentuk kalimat. Kalimat yang kita gunakan mengandung makna atau memiliki pesan atau amanah.
4. Konsep yang ingin diutarakan dan kenyataannya.
5. Sistem keyakinan, baik yang berkaitan menggunakan agama yg kita yakini maupun evaluasi kita terhadap apa yg kita dengar atau kita baca.

Apa yang dikemukakan sang ke 2 ahli tadi membuktikan bahwa isi bahasa instruksi dalam proses bimbingan dan konseling merupakan nir terikat dalam suatu bentuk, tetapi bebas memilih bentuk bahasa yg dipergunakan, buat mengungkapkan apa yang difikirkan, dikehendaki atau dirasakan sebagai akibatnya proses konseling berjalan sebagaimana mestinya serta dalam akhirnya klien benar-sahih merasa terbimbing, mampu menentukan sikap buat penyelesaian suatu konflik ,tantangan serta kendala yang dihadapinya.

4. Bimbingan serta konseling
a. Pengertian bimbingan 
Bimbingan serta konseling merupakan terjemahan menurut “Guidance” dan “Conseling” dalam bahasa inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).

Sunaryo (Syamsu Yusuf,A Juntika, 2005:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai “ Proses membantu individu buat mencapai perkembangan optimal”.sedangkan Rochman Natawijaya mengartikan bimbingan menjadi proses hadiah donasi kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan , supaya individu tadi dapat memahami dirinya dan bisa bertindak secara wajar, sinkron dengan tuntutan serta keadaan lingkungan sekolah, famili, rakyat serta khidupan pada umumnya.

b. Pengertian Konseling
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “ Konseling merupakan interaksi tatap muka yg bersifat rahasia, penuh dengan perilaku penerimaan dan pemebrian kesempatan dari konselor pada klien, konselor mempergunakan pengetahuan serta keterampilannya buat membantu kliennya mengatasi kasus-masalahnya” (Syamsu Yusuf, A. Juntika,2005:8) 

Prayitno, Erman Amti(1999: 104) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah proses anugerah bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling sang seseorang ahli (diklaim konselor) kepada individu yg sedang mengalami sesuatu perkara (dianggap klien) yang bermuara dalam teratasinya kasus yg dihadapi oleh klien”.

Dalam wawancara konseling itu klien mengemukakan maalah –masalah yang dihadapi kepada konselor, serta konselor menciptakan suasana interaksi yang akrab menggunakan menerapkan prinsip-prinsip serta tekhnik wawancara konseling sedemikian rupa, sehingga masalahnya itu terjelajahi sgenap seginya serta langsung klien terangsang buat mengatasi maslah yang sedang di hadapi menggunakan memakai kekuatanya sendiri. Proses konseling pada dasarnya adalah bisnis menghidupkan serta mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yang minimal secara potensial organismik ada dalam diri klien itu. Apabila fungsi ini berjalan dengan baik dapoat dibutuhkan dinamika hidup klien akan balik berjalan menggunakan lumrah mengarah kepada tujuan yang positif.

c. Proses Konseling
Jika menyimak pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana pada kemukakan di atas, maka implisit pada dlamnya tujuan konseling yaitu membantu individu/ klien supaya sebagai orang yang lebih fungsionbal, mencapai integritas diri, identitas diri, dan ekspresi. Versi lain menurut tujuqan konseling merupakan supaya potensi optimal, sanggup memecahkan masalah, serta mampu beradaptasi terhadap lingkungan.

Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif seseorang konselor wajib sanggup: 1) menangkap informasi sentral atau pesan utama klien, dua) utamakan tujuan klien-tujuan konseling. Secara umum dikatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai : a) Effectif daily living, ialah selesainya selesai proses konseling klien harus bisa menjalani kehidupan sehari-harinya secara effektif dan berdayaguna buat diri, keluarga, masyarakat , bangsa serta Tuhannya. B) Relationship with Other, merupakan klien bisa menjalin interaksi yang harmonis dengan orang lain pada keluarga, sekolah, masyarakat serta sebagainya.

Brammer pada Sofyan S.willis (2004:50) Proses konseing merupakan peristiwa yg tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tadi (konselor serta klien) agar proses konseling berjalan menggunakan lancar diperlukan keterampilan khusus secara bertahap yg dibagi pada tiga tahapan: (1) termin awal konseling, (2) tahap pertengahan /tahap kerja, serta (tiga) Tahap akhir konseling / termin tindakan

Tahap awal semenjak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai sanpai konselor serta klien menemukan defenisi masalah klien atas dasar gosip, kepedulian,atau kasus klien. Berangkat berdasarkan defenisi kasus klien yg pada sepakati pada termin awal, aktivitas selanjutnya merupakan mempokuskan pada ;(1) penjelejahan perkara klien, (dua) donasi apa yang akan di berikan menurut evaluasi kembali apa-apa yg telah dijelajah mengenai kasus klien.selanjutnya tahap akhir konseling/ termin tindakan bertujuan buat : (1) menetapkan perubahan sikap serta konduite yg memadai, (dua) terjadi transfer of learning pada diri klien, (3) melaksanakan perubahan prilaku, (4) mengakhiri interaksi konseling.

d. Teknik-teknik Konseling
Teknik konseling mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh sorang konselor pada interaksi konseling buat membantu klien supaya berkembang potensinya dan bisa mengatasi masalah yg di hadapi dengan mempertimbangkan syarat-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama.

Tanggung jawab konselor dalam proses konseling merupakan mendorong untuk mengembangkan potensi klien, agar beliau bisa bekerja efektif, produktif, dan menjadi manusia berdikari. Relasi konselor kliein pada hubungan konseling ditandai menggunakan nuansa efektif. Artinya konselor berupaya membangun agar interaksi akrab, saling percaya sebagai akibatnya terjadi self-discbsure (keterbukaan diri) klien dan keterlibatan secara emosional dalam proses konseling.

Berikut ini dijelaskan ragam teknik konseling sebagai berikut: (1) konduite attending yaitu sebagai perilku menghampiri klien yg meliputi kontak mata, bahasa badan serta bahasa mulut., (dua) ikut merasakan artinya kemampuan konselor buat merasakan apa yang di rasakan klien, merasa dan berfikir beserta klien dan bukan buat atau mengenai klien, (tiga) Refleksi merupakan keterampilan konselor untuk memantulakn kembali kepada klien mengenai perasaan, pikiran serta pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal serta non ekspresi, (4) eksplorasi merupakan suatu keterasmpilan konselor buat menggali perasaan , pengalaman, serta pikiran klien. Hal ini krusial lantaran kebanyakan klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri,atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang., (lima) menangkap pesan primer (paraphrasing) yang baik merupakan dengan teliti mendengarkan pesan primer klien, nyatakan pulang dengan ringkas, amati respon klien terhadap konselor, (6) bertanya buat membuka dialog (open quetion) yg baik dimulai dengan istilah-kata ; apakah, bagaimana,bolehkah, dapatkah dll., (7) bertanya tertutup (closed question) tujuannya adalah buat mengumpulkan informasi, menjernihkan dan memperjelas sesuatu , serta menghentikan omongan klien yang melantur menyimpang jauh., (8) dorongan minimal (minimal encouragement) adalah suatu dorongan pribadi yg singkat terhadap apa yang sudah dikatakan klien, serta menaruh dorongan singkat sperti oh....,ya...., terus...., kemudian,...serta..., (9) interpretasiadalah bertujuan buat menaruh rujukan, pandangan atau konduite klien, agar klien mengerti serta berubah melalui pemahaman berdasarkan hasil acum baru tersebut, (10) mengarahkanadalah suatu keterampilan yang berkata kepada klien supaya dia berbuat sesuatu, atau menggunakan kata lain mengarahkannya agar melakukan sesuatu, (11) menyimpulkan ad interim (summarizing) tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada klien buat merogoh kilas pulang (feed back) berdasarkan hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan kemajuan output pembicaraan secara sedikit demi sedikit, buat menaikkan kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas fokus pada wawancara konseling, (12) memimpin (leading) bertujuan agar klien tidak menyimpang menurut penekanan pembicaraan, agar arah pembicaraan lurus kepada tujuan konseling, (13) fokus merupakan membantu klien buat memusatkan perhatian pada utama pembicaraan, (14) komprontasi merupakan suatu tehnik konseling yg menantang klien buat buat melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ilham awal menggunakan ide berikutnya, senyum menggunakan kepedihan serta sebagainya,(15) menjernihkan (clarifying)adalah menjernihkan ucapan-ucapan klien yg samar-samar, kurang jelas, dan relatif meragukan, (16) memudahkan (facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi supaya klien dengan gampang berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas, sehingga komunikasi serta partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif., (17) membisu tujuannya merupakan menanti klien berfikir, menjadi protes apabila klien ngomong berbelit-belit, serta menunjang perilaku attending serta ikut merasakan sebagai akibatnya klien bebas berbicara, (18) merogoh inisiatif tujuannya merupakan mengambil inisiatif apabila klien kurang semangat, bila klien lambat berfikir buat mengambil keputusan, bila klien kehilangan arah pembicaraan, (19) memberi nasehatini sanggup dilakukan jika klien memintanya dan konselor perlu mempertimbangkannya karena pada hadiah nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien harus permanen tercapai, (20) pemberian warta dalam hal ini perlu keterbukaan serta kejujuran , bila konselor mengetahui berita ataukah idak sebaiknya nir melayani klientetapi diarahkan ketempat yg lebih sinkron / kesumber fakta tadi supaya lebih jelas, (21) merencanakanyaitu membantu klien dalam akhir sesi untuk bisa membuat planning berupa suatu acara buat action, perbuatan nyata yg produktif bagi kemajuan dirinya., (22) menyimpulkan . Pada akhir sesi konseling membantu klien buat menyimpulkan hasil pembicaraan menyangkut bagaimana keadaan/perasaan klien terutama tentang kecemasan , memantapkan rencana klien, dan pokok-poko yang akan dibicarakan dalam sesi berikutnya.

Tempat serta Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama (Sekolah Menengah pertama) Negeri Luwuk Kabupaten Banggai dan dilaksanakan selama 3 bulan pada tahun 2006-2007.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif, menggunakan membuahkan peneliti menjadi instrumen penelitian. Cara ini pada pakai dalam upaya mengungkap tanda-tanda secara menyeluruh namun kontekstual menggunakan fokus penelitian.

Hasil Penelitian

1. Bahasa instruksi pada proses wawancara bimbingan dan konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Konselor serta klien duduk berhadapan
14
93,3
1
6.6
2
Klien tampak bersemangat
10
66,6
5
40
3
Konselor mengajukan Bahasa Instruksi
13
86.6
2
13.3
4
Bahasa Instruksi kelihatan dipahami sang klien
14
93,3
1
6,6
5
Klien ragu – ragu mereaksi terhadap penggunaan
Bahasa konselor
2
13,3
13
86,6
6
Klien mengajukan pertanyaan kepada konselor
8
56,6
7
46,6
7
Klien berdebat dengan konselor
2
13,3
13
86,6
8
Klien melaksanakan apa yang pada instruksikan
14
93,3
1
6,6
9
Konselor mengamati pelaksanaan pekerjaan
14
93,3
1
6,6
10
Konselor memperbaiki kesalahan
12
80
2
13,3
11
Konselor dengan klien mendiskusikan masalah
15
100
-
0

Proses wawancara konseling yg dilaksanakan antara klien serta konselor memperlihatkan bahwa Penggunaan Bahasa Instruksi memberikan hasil yang signifikan terhadap keberhasilan proses anugerah donasi. Interaksi juga terjadi secara aktif antara klien dan konselor . Kalaupun terjadi keraguan klien mereaksi Bahasa Instruksi konselor hal itu semata – mata disebabkan sang keragaman daya pikir dan daya akal klien yg dihadapi.

2. Tabel Analisis Bahasa Instruksi dalam proses Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi digunakan sewaktu – waktu
10
6,6
5
33,3
2
Bahasa Instruksi umumnya dipakai buat meminta mengerjakan sesuatu
14
93,3
1
6,6
3
Bahasa Instruksi memakai Bahasa Indonesia ragam baku
2
13,3
13
86,6
4
Bahasa Instruksi tersusun sederhana
14
93,3
1
6,6
5
Pelaksanaan Bahasa Instruksi pada suasana kekeluargaan
13
86,6
2
13,3
6
Bahasa Instruksi dipakai kalau memang ada yang diinstruksikan
6
40
9
60
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Intensitas Penggunaan Bahasa Instruksi diadaptasi dengan syarat serta pertarungan yang dialami oleh klien . Tetapi masih ada sebagian konselor yang beranggapan bahwa Bahasa Instruksi selalu identik menggunakan perintah atau permintaan melakukan sesuatu, padahal sejatinya Bahasa Instruksi mampu berupa pernyataan, penolakan , permintaan, persetujuan dan lain – lain. Kesederhanaan Bahasa Instruksi pula turut mensugesti efektifitas aplikasi Bimbingan serta Konseling , karena pemahaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang diberikan oleh konselor sangat menghipnotis reksi klien terhadap Bahasa Instruksi tersebut.

3. Tabel : Hasil Pengamatan Bentuk Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bentuk Bahasa Instruksi sederhana
13
86,6
2
13,3
2
Bentuk Bahasa Instruksi paling banyak 5 kata
4
26,6
11
73,3
3
Bentuk Bahasa Instruksi berbentuk perintah
14
93,3
1
6,6
4
Kata-istilah buat Bahasa Instruksi umumnya berakhiran – lah
10
66,6
5
33,3
5
Bentuk Bahasa Instruksi diusahakan nir disalahtafsirkan
15
100
-
0

Bentuk Bahasa Instruksi sangat memperungaruhi keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling, kesederhanaan serta ketetpatan penggunaannya bekerjasama erat dengan keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling , lantaran kesalahan dalam menafsirkan Bahasa Instruksi menyebabkan tujuan proses Bimbingan serta Konseling tidak misalnya apa yg diharapkan.

4. Tabel Pengamatan Isi Bahasa Instruksi pada Wawancara Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Berisi tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan
3
20
12
80
2
Berisi tentang sesuatu yang akan ditiru
4
26,6
11
73,3
3
Berisi mengenai sesuatu yang kan diikuti
5
33,3
10
66,6
4
Berisi tentang sesuatu yg nir akan diikuti
2
13,3
13
86,6
5
Berisi mengenai sesuatu pilihan
2
13,3
13
86,6
6
Berisi mengenai sesuatu dorongan moral
10
66,6
5
40
7
Berisi mengenai yg herbi ajaran agama
3
20
13
86,6
8
Berisi tentang sesuatu yang herbi budi pekerti
13
86,6
2
13,3
9
Berisi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan hayati
0
0
15
100
10
Berisi tentang tentang sesuatu yang herbi kesehatan
2
13,3
13
86,6
11
Berisi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kemudian lintas
1
6,6
14
93,3
12
Berisi tentang sesuatu yang herbi kesetiakawanan
2
13,3
13
86,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Isi Bahasa Instruksi tidak melulu berisi perintah atau permintaan atau merlakukan sesuatu, dari penelitian yang dilakukan menujjukkan output bahwa Bahasa Instruksi terdiri dari beberapa hal menggunakan prosentase terbanyak berisi tentang hal yg berhubungan dengan budi pekerti serta hal yg berhubungan dengan moral. Ini memberitahuakn bahwa kompetensi konselor yg sebagai subjek penelitian mampu dikatakan sinkron menggunakan apa yg diharapkan.

5. Tabel Penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih lantaran bahasa yg dipakai jelas
14
93,3
1
6,6
2
Bahasa Instruksi ditafsirkan dengan sahih lantaran kalimat yang digunakan pendek
4
26,6
11
73,3
3
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar karena sinkron kebutuhan klien
14
93,3
1
6,6
4
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar karena klien pernah mengalaminya
13
86,6
2
13,3
5
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena terdapat seorang yang dicontohi
1
6,6
14
93,3
6
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melafalkannya menggunakan benar
14
93,3
1
6,6
7
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melaksanakan secara santai
7
46,6
8
53,3

Kejelasan bahasa, penggunaan kalimat dan cara pengucapan serta pelafalan memegang peranan penting pada hal penggunaan Bahasa Instruksi , karena hal ini bisa menaikkan daya penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi konselor . Penelitian menerangkan , sebagian akbar konselor sudah menampakkan hasil seperti apa yg diperlukan.

6. Tabel Reaksi klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Klien mereaksi secara tepat
12
80
3
20
2
Klien tidak mereaksi lantaran Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
3
Klien tidak mereaksi lantaran Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
4
Klien nir mereaksi karena instruksi nir sesuai pengalaman
13
86,6
2
13,3
5
Klien tidak mereaksi lantaran hal yg diinstruksikan nir sinkron kebutuhan
1
6,6
14
93,3
6
Klien nir mereaksi lantaran isi instruksi dapat ditafsirkan tidak sinkron-beda
1
6,6
14
93,3
7
Klien nir mereaksi lantaran ia nir perduli
0
0
15
100

Kesesuaian pengalaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang disampaikan adalah satu gejala menarik yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian, adalah berdasarkan semua objek penelitian, 86 % memberitahuakn reaksi negatif saat diajukan Bahasa Instruksi yang tidak sinkron menggunakan pengalaman yang pernah dilaluinya.