LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK KONSELING KELOMPOK

Layanan Bimbingan Kelompok, Konseling Kelompok
Kiprah bimbingan serta konseling dewasa ini nir lagi hanya terbatas dalam lingkungan pendidikan sekolah, melainkan menjangkau seting luar sekolah serta masyarakat. Dalam era kesejagatan ketika ini, individu dituntut agar selalu mengembangkan dan/atau memperbaiki kecakapannya dalam memilih warta agar bisa merogoh keputusan secara tepat. Pengembangan serta/atau pemugaran kecakapan semacam ini perlu dilakukan secara terus menerus pada bebagai aspek kehidupan melalui proses belajar sepanjang hayat. Konseling merupakan wahana pelayanan yg sanggup memfasilitasi individu serta kelompok untuk menghadapi perubahan yg pesat serta ragam keterangan yg amat kompleks.

Pelayanan konseling yg diluncurkan menggunakan kerangka kerja kelompok dapat berbentuk Layanan Konseling Kelompok (KKp) atau Layanan Bimbingan Kelompok (BKp). Kondisi riil di lapangan menampakan adanya bahwa Layanan KKp serta/atau BKp ini semakin menjadi unggulan dan primadona dalam keseleruhan penyelenggaraan acara konseling. Kondisi ini terjadi lantaran Layanan KKp serta/atau BKp memiliki beberapa keunggulan mendasar, diantaranya : 
  1. membantu seorang atau sejumlah orang yg nir siap serta terbuka secara perorangan menemui konselor, 
  2. memfasilitasi individu atau sekelompok individu yg lebih berani berbicara serta terbuka waktu bersama-sama temannya, 
  3. dapat melayani sejumlah orang pada saat yg bersamaan, 
  4. menimbulkan keakraban, menciptakan suasana saling percaya, saling membantu, serta ikut merasakan diantara sesama anggota gerombolan dan konselor, 
  5. menemukan cara lain pemecahan kasus yg lebih poly serta bervariasi, karena mengemukanya aneka macam pemikiran menurut anggota, 
  6. praktis, dalam arti dapat dilakukan pada mana saja, di dalam ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau pada luar sekolah, pada tempat tinggal galat seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau di ruang praktik langsung konselor.

Konsekuensi logis berdasarkan perspektif yg dideskripsikan di atas merupakan adanya tuntutan pelayanan KKp serta atau BKp yang profesional. Konseling, dalam bentuk perorangan atau grup, esensinya merupakan proses bantuan buat mengentaskan perkara yg terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara 2 orang individu (klien yg mengahadapi masalah menggunakan konselor yang mempunyai kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan agar klien sanggup memecahkan kasus yg dihadapinya serta sanggup tumbuh kembang ke arah yg dipilihnya, sebagai akibatnya klien bisa mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yg efektif (effektive daily living). Hubungan pada proses konseling terjadi pada suasana profesional dengan menyediakan syarat yang kondusif bagi perubahan dan pengembangan diri klien.

Konseling profesional merupakan layanan terhadap klien yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh serta dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan serta teknologinya. Penyelenggaraan konseling profesional bertitik tolak menurut teori serta/atau pendekatan-pendekatan yang dijadikan sebagai dasar acuannya. 

Implikasi berdasarkan tuntutan ini merupakan, para calon konselor profesional perlu dipersiapkan melalui pembekalan terprogram buat memperoleh pengalaman mengelola KKp serta/atau BKp secara eksklusif dengan sejumlah kelompok klien yang bervariasi.

Pengertian Dasar
Layanan Konseling Kelompok (KKp) dan/atau Bimbingan Kelompok (BKp) merupakan jenis layanan koseling yang mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin kelompok. Layanan ini mengaktifkan dinamika gerombolan buat membahas banyak sekali hal yg bermanfaat bagi pengembangan eksklusif serta/atau pemecahan kasus individu yg sebagai peserta aktivitas grup. 

Dalam BKp dibahas topik-topik generik yg sebagai kepedulian bersama anggota grup, sedangkan pada KKp dibahas perkara pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun kasus langsung itu dibahas melalui suasana dinamika gerombolan yang intensif dan konstruktif. Layanan ini bisa dilakukan pada mana saja, di dalam ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di tempat tinggal galat seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau pada ruang praktik langsung konselor. Di manapun kedua jenis layanan ini dilaksanakan, harus terjamin bahwa dinamika grup bisa berkembang menggunakan sebaik-baiknya buat mencapai tujuan kelompok.

Tahap Bimbingan dan Konseling Kelompok
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini adalah tahap sosialisasi serta penjajakan, dimana para peserta diharapkan bisa lebih terbuka menyampaikan harapan impian dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota. Penampilan pemimpin kelompok dalam termin ini hendaknya sahih-benar bisa meyakinkan anggota gerombolan sebagai orang yg sanggup serta bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan yang diperlukan.

Dalam memulai pembentukan grup perlu adanya perencanaan yang matang. Oleh karenanya keberhasilan gerombolan yg dibentuk tidak terlepas berdasarkan perencanaan dan aplikasi konseling gerombolan itu sendiri. Berbagai pakar telah mengenali termin-tahap perkembangan itu. Mereka memakai istilah yang kadang-kadang tidak sama namun pada dasarnya memiliki isi yg sama.

Beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan alasan-alasan pembentukan gerombolan .
Alasan yang kentara dan terarah merupakan kunci yang paling penting dalam merencanakan pembentukan suatu gerombolan . 

b. Adanya konsep teori yg jelas yang mendasari pembentukan suatu kelompok. 
Sebagai layanan profesional, dalam bimbingan dan konseling kelompokperlu adanya batasan serta kekuatan buat membangun suatu grup. Waldo (1985) membicarakan konsep teorinya melalui I / We /It. “I” sebagai individual yaitu interpersonal yg difokuskan pada kepercayaan , sikap dan perasaan tentang dirinya. “We” menjadi interpersonal yg menyangkut hubungan antara anggota gerombolan . “It” sebagai dimensi ekstrapersonal yg menyangkut info-isu, tugas-tugas atau menyangkut grup.

c. Mempertimbangkan kondisi kehidupan sehari-hari
Pembentukan suatu kelompok perlu mempertimbangkan hal-hal yg sifatnya khusus, konkrit, dan tujuannya simpel dan prosedural. Pemimpin grup harus sensitif terhadap kondisi realita supaya dapat mencegah reaksi-reaksi negatif dari para anggota gerombolan .

d. Mempublikasikan grup umtuk menerima anggota
Kelompok yg potensial yang mau bergabung diperlukan publikasi gerombolan supaya diketahui secara generik.

Pemimpin kelompok yang pintar melakukan pendekatan menggunakan memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan prosesnya menjadi pemimpin kelompok menggunakan menggunakan komunikasi yang hangat dan bersahabat akan lebih mudah diterima oleh anggota dalam menjalankan aktivitas gerombolan .

Pemimpin kelompok dalam termin ini diharapkan jua harus pintar membaca situasi. Mungkin saja pada situasi pembentukan ini keakraban dan keterikatan anggota grup belum terjalin. Bisa saja antara anggota yg satu dengan yg lainnya belum saling kenal mengenal.

Apabila keadaan seperti yg dikemukakan di atas memang dirasakan terjadi dalam kelompok, maka tugas pemimpin grup adalah membina suasana keakraban serta merangsang keterlibatan anggota dengan menumbuhkan semangat kebersamaan perasaan sekelompok. Jika masih dirasakan anggota kelompok masih enggan memikul tugas atau tanggung jawab, atau masih terjadi kebekuan suasana, maka pemimpin kelompok wajib dapat merangsang serta mengarahkan anggota grup. Misalnya dengan menggunakan pertanyaan yg menyenangkan atau melalui permainan grup.

Berikut ini dikemukakan langkah-langkah pelaksanaan aktivitas yg seharusnya dilakukan dalam termin pembentukan:
a. Menerima secara terbuka serta mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan anggota grup melaksanakan aktivitas.
b. Berdoa secara bersama, sesuai dengan kepercayaan dan kepercayaan masing-Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok atau konseling grup (diadaptasi menggunakan kegiatan apa yang direncanakan).
c. Menjelaskan tujuan bimbingan grup atau konseling grup.
d. Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan grup atau konseling kelompok.
e. Menjelaskan asas-asas bimbingan serta konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, aktivitas, keterbukaan, kenormatifan.
f. Melaksanakan perkenalan dilanjutkan menggunakan permainan pengakraban.

2. Tahap Peralihan atau Transisi
Tahap transisi merupakan suatu termin setelah proses pembentukan serta sebelum termin kerja kelompok. Dalam kelompok yg diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi dalam sesi ke 2 atau ketiga serta umumnya berlangsung satu samapai tiga pertemuan. Tahap ini terdiri berdasarkan dua bagian proses yg ditandai dengan ekspresi, sejumlah emosi serta interaksi anggota. Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming) ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dari storming yaitu berkaitan dengan interaksi antar teman, perlawanan, dan pemrosesan antar tugas, norma dan norming, terdapat perbedaan sekaligus hubungan antara konsep kebiasaan dan norming, kebiasaan adalah asa-asa tentang konduite anggota gerombolan yang harus atau nir harus dilakukan. Fungsi kebiasaan gerombolan adalah buat mengatur penampilan gerombolan sebagi unit yg terorganisir dan mengarahkannya pada tujuan-tujuannya. Norming merupakan perasaan akan “kekitaan”, bukti diri, kekelompokan, kesatuan yg timbul ketika individu-individu merasa menjadi anggota suatu asosiasi atau organisasi yang akbar berdasarkan dirinya.

Secara operasional hakikat termin ini merupakan transisi antara tahap pembentukan menggunakan termin aktivitas. Pada termin ini pemimpin grup sekali lagi harus jeli pada melihat dan membaca situasi. Apabila masih terlihat gejala-tanda-tanda penolakan, rasa enggan, keliru paham, kurang bersemangat pada melaksanakan kegiatan maka pemimpin gerombolan nir boleh binggung, apalagi berputus harapan.

Menghadapi keadaan seperti di atas pemimpin kelompok hendaknya memiliki kepekaan yang tinggi melalui penghayatan alat serta penghayatan rasa. Tugas pemimpin grup menghadapi situasi seperti itu mendorong anggota kelompok secara sukarela membuka diri untuk mengikuti aktivitas grup. Penampilan pemimpin grup yang mendeskripsikan perilaku yg ikhlas, masuk akal, hormat, hangat dan ikut merasakan akan sangat membantu mencairkan suasana menuju termin aktivitas.

Perlu diingat bahwa termin ke 2 ini adalah “jembatan” anatar tahap pertama dan tahap ketiga. Adakalanya buat menempuh jembatan itu bisa dilalui dengan gampang, serta adakalanya ditempuh menggunakan sukar. Dalam keadan seperti ini pemimpin kelompok wajib berhasil membawa anggota kelompok meniti jembatan itu menggunakan selamat. Kalau perlu beberapa hal pokok yang telah dibahas pada termin pertama bisa dibahas kembali seperti asas kerahasiaan, keterbukaan serta seterusnya.

Tahap peralihan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah:
a. Menjelaskan aktivitas yang akan ditempuh pada termin berikutnya
b. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota telah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
c. Mambahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau dipandang perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (termin pembentukan)

3. Tahap Kegiatan
Tahapan aktivitas adalah tahap inti berdasarkan proses suatu kelompok serta merupakan kehidupan yang sebenarnya dari grup. Tahapan aktivitas selalu dianggap menjadi tahapan yang selalu produktif dalam perkembangan gerombolan yang bersifat membangun (contructive nature) dan dengan pencapaian output yang baik (achievement of results) selama tahapan kerja hubungan anggota grup lebih bebas serta lebih menyenangkan. Hubungan antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka diri secara bebas, saling tanggap serta tukar pendapat, dan saling membantu). Dalam perkembangan kelompok, tahapan aktivitas adalah kekuatan therapeutik seperti keterbukaan terhadap diri sendiri serta orang lain dan munculnya wangsit-inspirasi baru yang membentuk. Apapun yg sebagai tujuan, suatu gerombolan yg sehat akan menampilkan keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan pulang, kerja grup, pertikaian serta humor. Perilaku-konduite positif yang dinyatakan dalam hubungan interpersonal antar anggota akan timbul dalam hubungan sebaya (peer relationships).

Tahap ini sangat memilih keberhasilan aktivitas kelompok. Apabila tahap sebelumnya berhasil menggunakan baik, maka termin ini akan berlangsung dengan lancar. 

Dalam BKp termin ini diwujudkan pada kegiatan-aktivitas :
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan (gerombolan bebas); Pemimpin grup mengemukakan suatu topik buat dibahas sang gerombolan (gerombolan tugas).
b. Menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu (gerombolan bebas); Tanyan jawab antara anggota serta pemimpin kelompok mengenai hal-hal yang belum jelas, yg menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin gerombolan (kelompok tugas).
c. Anggota membahas topik secara mendalam serta tuntas.
d. Kegiatan selingan

Dalam KKp tahap ini diwujudkan dalam kegiatan-aktivitas :
a. Setiap anggota gerombolan mengemukakan perkara pribadi yg perlu mendapat donasi kelompok buat pengentasannya.
b. Kelompok menentukan kasus mana yg hendak dibahas serta dientaskan pertama, ke 2, ketiga, dst.
c. Klien (anggota kelompok yg masalahnya dibahas) memberikan citra yg lebih rinci mengenai kasus yg dialaminya.
d. Seluruh anggota kelompok aktif membahas masalah klien melalui aneka macam cara, seperti : bertanya, mengungkapkan, mengkritisi, memberi model, mengemukakan pengalaman langsung, menyarankan.
e. Klien setiap kali diberi kesempatan buat merespon apa-apa yg ditampilkan oleh rekan-rekan anggota kelompok.
f. Kegiatan selingan 

4. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran secara holistik merupakan akhir berdasarkan serangkaian rendezvous grup. Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini memerlukan perhatian khusus berdasarkan pimpinan gerombolan , terutama ketika kelompok hendak dibubarkan. Pembubaran gerombolan secara keselruhan idealnya dilakukan sesudah tujuan grup tercapai. Namun adakalanya terjadi lebih cepat dari yang direncanakan atau yg diklaim pembubaran dini. Sesungguhnya pembubaran gerombolan pada proses layanan grup bimbingan dan konseling merupakan proses alamiah yang wajib disadari oleh pimpinan dan anggotaanggotanya, dan mereka diperlukan dapat mempersiapkan diri menggunakan sebaik mungkin buat menghadapi pembubaran itu. Oleh karena itu aktivitas utama anggota grup, menjelang grup dibubarkan merupakan (1) membayangkan pulang pengalaman mereka selama kerja gerombolan berlangsung. (dua) memproses pulang ingatannya. (tiga) mengevaluasi. (4) mengakui serta mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota grup dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yang saling bertentangan serta (5) membantu anggota pada menciptakan keputusannya secara kognitif buat menghadapi masa depan. Oleh karenanya buat mencapai target pembubaran grup perlu diperhatikan beberapa hal antara lain menyangkut persiapan dampak pembubaran terhadap anggota, kemungkinan pembubaran dini, mekanisme pembubaran, perkara-masalah yg terkait menggunakan pembubaran serta hal-hal lain yang menyangkut tindak lanjut.

Sebagai termin epilog menurut aktivitas BKp serta/atau KKp. Tugas pemimpin kelompok pada tahap ini adalah menjadi berikut.
a. Mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin gerombolan serta anggota gerombolan mengemukakan kesan serta output-output kegiatan.
c. Membahas aktivitas lanjutan
d. Mengemukakan pesan serta harapan
e. Doa penutup

5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap aktivitas konseling grup bisa dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta membicarakan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang sudah dilakukan selama aktivitas kelompok (yg menyangkut isi juga proses) juga kemungkinan keterlibatan mereka buat aktivitas serupa selanjutnya. Pada termin ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan grup serta output-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian hasil-output konseling grup. Penilaian dilakukan pada 3 tahap yaitu penilaian segera (laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, penilaian jangka pendek (laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK KONSELING KELOMPOK

Layanan Bimbingan Kelompok, Konseling Kelompok
Kiprah bimbingan serta konseling dewasa ini nir lagi hanya terbatas dalam lingkungan pendidikan sekolah, melainkan menjangkau seting luar sekolah serta rakyat. Dalam era kesejagatan ketika ini, individu dituntut supaya selalu membuatkan dan/atau memperbaiki kecakapannya dalam menentukan liputan supaya dapat mengambil keputusan secara tepat. Pengembangan dan/atau pemugaran kecakapan semacam ini perlu dilakukan secara terus menerus pada bebagai aspek kehidupan melalui proses belajar sepanjang hayat. Konseling adalah wahana pelayanan yg bisa memfasilitasi individu serta kelompok untuk menghadapi perubahan yang pesat dan ragam fakta yg amat kompleks.

Pelayanan konseling yg diluncurkan menggunakan kerangka kerja kelompok bisa berbentuk Layanan Konseling Kelompok (KKp) atau Layanan Bimbingan Kelompok (BKp). Kondisi riil di lapangan menerangkan adanya bahwa Layanan KKp serta/atau BKp ini semakin menjadi unggulan dan primadona dalam keseleruhan penyelenggaraan program konseling. Kondisi ini terjadi karena Layanan KKp serta/atau BKp mempunyai beberapa keunggulan mendasar, diantaranya : 
  1. membantu seorang atau sejumlah orang yg nir siap dan terbuka secara perorangan menemui konselor, 
  2. memfasilitasi individu atau sekelompok individu yang lebih berani berbicara serta terbuka ketika bersama-sama temannya, 
  3. dapat melayani sejumlah orang pada ketika yang bersamaan, 
  4. menimbulkan keakraban, menciptakan suasana saling percaya, saling membantu, serta empati diantara sesama anggota gerombolan dan konselor, 
  5. menemukan alternatif pemecahan kasus yg lebih banyak serta bervariasi, karena mengemukanya berbagai pemikiran menurut anggota, 
  6. praktis, pada arti dapat dilakukan di mana saja, di pada ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau pada luar sekolah, di tempat tinggal keliru seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu tempat kerja, atau pada ruang praktik langsung konselor.

Konsekuensi logis berdasarkan perspektif yang dideskripsikan di atas merupakan adanya tuntutan pelayanan KKp dan atau BKp yg profesional. Konseling, pada bentuk perorangan atau gerombolan , esensinya merupakan proses donasi buat mengentaskan kasus yang terbangun pada suatu interaksi tatap muka antara dua orang individu (klien yang mengahadapi masalah menggunakan konselor yg mempunyai kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan supaya klien bisa memecahkan masalah yang dihadapinya dan bisa tumbuh kembang ke arah yg dipilihnya, sehingga klien sanggup mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yg efektif (effektive daily living). Hubungan dalam proses konseling terjadi dalam suasana profesional menggunakan menyediakan kondisi yg aman bagi perubahan dan pengembangan diri klien.

Konseling profesional merupakan layanan terhadap klien yg dilaksanakan menggunakan benar-benar-sungguh serta dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya. Penyelenggaraan konseling profesional bertitik tolak menurut teori dan/atau pendekatan-pendekatan yang dijadikan menjadi dasar acuannya. 

Implikasi menurut tuntutan ini merupakan, para calon konselor profesional perlu dipersiapkan melalui pembekalan terprogram buat memperoleh pengalaman mengelola KKp serta/atau BKp secara langsung dengan sejumlah grup klien yang bervariasi.

Pengertian Dasar
Layanan Konseling Kelompok (KKp) dan/atau Bimbingan Kelompok (BKp) merupakan jenis layanan koseling yang mengikutkan sejumlah peserta pada bentuk gerombolan , dengan konselor sebagai pemimpin gerombolan . Layanan ini mengaktifkan dinamika gerombolan buat membahas aneka macam hal yg berguna bagi pengembangan eksklusif serta/atau pemecahan kasus individu yang sebagai peserta aktivitas gerombolan . 

Dalam BKp dibahas topik-topik umum yg menjadi kepedulian bersama anggota grup, sedangkan pada KKp dibahas kasus pribadi yg dialami masing-masing anggota gerombolan . Baik topik umum juga perkara langsung itu dibahas melalui suasana dinamika grup yang intensif dan konstruktif. Layanan ini dapat dilakukan di mana saja, di pada ruangan atau di luar ruangan, di sekolah atau pada luar sekolah, pada tempat tinggal salah seorang peserta atau dirumah konselor, di suatu kantor, atau di ruang praktik pribadi konselor. Di manapun kedua jenis layanan ini dilaksanakan, wajib terjamin bahwa dinamika grup bisa berkembang menggunakan sebaik-baiknya buat mencapai tujuan kelompok.

Tahap Bimbingan serta Konseling Kelompok
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap sosialisasi dan penjajakan, dimana para peserta diharapkan dapat lebih terbuka mengungkapkan harapan keinginan serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai sang masing-masing anggota. Penampilan pemimpin gerombolan pada tahap ini hendaknya benar-sahih sanggup meyakinkan anggota gerombolan menjadi orang yang bisa dan bersedia membantu anggota grup mencapai tujuan yang dibutuhkan.

Dalam memulai pembentukan gerombolan perlu adanya perencanaan yang matang. Oleh karena itu keberhasilan gerombolan yg dibuat tidak terlepas berdasarkan perencanaan dan aplikasi konseling kelompok itu sendiri. Berbagai ahli sudah mengenali tahap-tahap perkembangan itu. Mereka memakai kata yang kadang-kadang tidak selaras namun pada dasarnya memiliki isi yang sama.

Beberapa tahapan pada pembentukan kelompok adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan alasan-alasan pembentukan grup.
Alasan yg kentara dan terarah merupakan kunci yg paling penting pada merencanakan pembentukan suatu grup. 

b. Adanya konsep teori yang kentara yang mendasari pembentukan suatu kelompok. 
Sebagai layanan profesional, pada bimbingan serta konseling kelompokperlu adanya batasan serta kekuatan buat menciptakan suatu grup. Waldo (1985) mengungkapkan konsep teorinya melalui I / We /It. “I” sebagai individual yaitu interpersonal yg difokuskan dalam kepercayaan , sikap serta perasaan tentang dirinya. “We” menjadi interpersonal yang menyangkut interaksi antara anggota kelompok. “It” sebagai dimensi ekstrapersonal yang menyangkut gosip-informasi, tugas-tugas atau menyangkut grup.

c. Mempertimbangkan kondisi kehidupan sehari-hari
Pembentukan suatu grup perlu mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya spesifik, konkrit, dan tujuannya mudah dan prosedural. Pemimpin kelompok wajib sensitif terhadap syarat realita agar bisa mencegah reaksi-reaksi negatif dari para anggota kelompok.

d. Mempublikasikan kelompok umtuk menerima anggota
Kelompok yg potensial yang mau bergabung dibutuhkan publikasi kelompok agar diketahui secara generik.

Pemimpin kelompok yang pandai melakukan pendekatan menggunakan memperkenalkan diri secara terbuka, menyebutkan prosesnya sebagai pemimpin gerombolan dengan memakai komunikasi yang hangat dan bersahabat akan lebih gampang diterima oleh anggota pada menjalankan aktivitas grup.

Pemimpin grup dalam tahap ini dibutuhkan jua wajib pintar membaca situasi. Mungkin saja pada situasi pembentukan ini keakraban dan keterikatan anggota grup belum terjalin. Bisa saja antara anggota yang satu dengan yang lainnya belum saling kenal mengenal.

Apabila keadaan misalnya yg dikemukakan di atas memang dirasakan terjadi pada gerombolan , maka tugas pemimpin grup adalah membina suasana keakraban dan merangsang keterlibatan anggota menggunakan menumbuhkan semangat kebersamaan perasaan sekelompok. Bila masih dirasakan anggota gerombolan masih enggan memikul tugas atau tanggung jawab, atau masih terjadi kebekuan suasana, maka pemimpin gerombolan wajib bisa merangsang dan mengarahkan anggota gerombolan . Misalnya menggunakan memakai pertanyaan yg menyenangkan atau melalui permainan gerombolan .

Berikut ini dikemukakan langkah-langkah aplikasi kegiatan yang seharusnya dilakukan pada termin pembentukan:
a. Menerima secara terbuka serta mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan anggota gerombolan melaksanakan aktivitas.
b. Berdoa secara beserta, sesuai menggunakan agama serta kepercayaan masing-Menjelaskan pengertian bimbingan grup atau konseling kelompok (disesuaikan menggunakan kegiatan apa yang direncanakan).
c. Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok atau konseling grup.
d. Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan grup atau konseling grup.
e. Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, aktivitas, keterbukaan, kenormatifan.
f. Melaksanakan ta’aruf dilanjutkan dengan permainan pengakraban.

2. Tahap Peralihan atau Transisi
Tahap transisi adalah suatu termin sesudah proses pembentukan dan sebelum termin kerja gerombolan . Dalam gerombolan yg diperkirakan berakhir 12-15 sesi, tahap transisi terjadi dalam sesi kedua atau ketiga dan biasanya berlangsung satu samapai 3 pertemuan. Tahap ini terdiri dari dua bagian proses yg ditandai menggunakan aktualisasi diri, sejumlah emosi serta interaksi anggota. Tahap transisi dimulai dengan periode kekacauan (storming) terdapat beberapa hal yg sebagai karakteristik berdasarkan storming yaitu berkaitan dengan hubungan antar sahabat, perlawanan, dan pemrosesan antar tugas, kebiasaan serta norming, terdapat disparitas sekaligus interaksi antara konsep kebiasaan serta norming, kebiasaan merupakan asa-asa tentang konduite anggota kelompok yg wajib atau nir wajib dilakukan. Fungsi norma gerombolan merupakan buat mengatur penampilan gerombolan sebagi unit yg terorganisir serta mengarahkannya pada tujuan-tujuannya. Norming merupakan perasaan akan “kekitaan”, bukti diri, kekelompokan, kesatuan yang timbul waktu individu-individu merasa menjadi anggota suatu asosiasi atau organisasi yang besar menurut dirinya.

Secara operasional hakikat termin ini merupakan transisi antara tahap pembentukan menggunakan termin kegiatan. Pada termin ini pemimpin grup sekali lagi harus jeli pada melihat serta membaca situasi. Jika masih terlihat gejala-gejala penolakan, rasa enggan, galat paham, kurang bersemangat pada melaksanakan aktivitas maka pemimpin grup tidak boleh binggung, apalagi berputus harapan.

Menghadapi keadaan seperti di atas pemimpin kelompok hendaknya mempunyai kepekaan yang tinggi melalui penghayatan alat dan penghayatan rasa. Tugas pemimpin gerombolan menghadapi situasi seperti itu mendorong anggota gerombolan secara sukarela membuka diri buat mengikuti aktivitas kelompok. Penampilan pemimpin grup yang menggambarkan sikap yg ikhlas, masuk akal, hormat, hangat dan ikut merasakan akan sangat membantu mencairkan suasana menuju termin aktivitas.

Perlu diingat bahwa termin kedua ini merupakan “jembatan” anatar tahap pertama dan tahap ketiga. Adakalanya buat menempuh jembatan itu bisa dilalui dengan mudah, dan adakalanya ditempuh menggunakan sukar. Dalam keadan seperti ini pemimpin gerombolan wajib berhasil membawa anggota grup meniti jembatan itu dengan selamat. Kalau perlu beberapa hal pokok yg sudah dibahas pada tahap pertama bisa dibahas kembali seperti asas kerahasiaan, keterbukaan dan seterusnya.

Tahap peralihan dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah:
a. Menjelaskan aktivitas yang akan ditempuh pada termin berikutnya
b. Menawarkan sembari mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan dalam termin selanjutnya (tahap ketiga).
c. Mambahas suasana yg terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau dipandang perlu, balik ke beberapa aspek termin pertama (tahap pembentukan)

3. Tahap Kegiatan
Tahapan kegiatan adalah tahap inti dari proses suatu kelompok dan merupakan kehidupan yg sebenarnya berdasarkan gerombolan . Tahapan kegiatan selalu dipercaya sebagai tahapan yg selalu produktif pada perkembangan gerombolan yg bersifat menciptakan (contructive nature) dan dengan pencapaian output yang baik (achievement of results) selama tahapan kerja hubungan anggota grup lebih bebas dan lebih menyenangkan. Hubungan antar anggota berkembang dengan baik (saling tukar pengalaman, membuka diri secara bebas, saling tanggap serta tukar pendapat, serta saling membantu). Dalam perkembangan grup, tahapan kegiatan adalah kekuatan therapeutik misalnya keterbukaan terhadap diri sendiri serta orang lain dan keluarnya wangsit-inspirasi baru yang membentuk. Apapun yang sebagai tujuan, suatu gerombolan yg sehat akan menampilkan keakraban, keterbukaan (self disclosure), umpan kembali, kerja kelompok, pertikaian dan humor. Perilaku-perilaku positif yg dinyatakan pada interaksi interpersonal antar anggota akan ada pada interaksi sebaya (peer relationships).

Tahap ini sangat menentukan keberhasilan kegiatan kelompok. Jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka termin ini akan berlangsung menggunakan lancar. 

Dalam BKp termin ini diwujudkan pada aktivitas-aktivitas :
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan (gerombolan bebas); Pemimpin gerombolan mengemukakan suatu topik buat dibahas oleh gerombolan (gerombolan tugas).
b. Menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu (kelompok bebas); Tanyan jawab antara anggota dan pemimpin gerombolan mengenai hal-hal yang belum kentara, yg menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin gerombolan (kelompok tugas).
c. Anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas.
d. Kegiatan selingan

Dalam KKp termin ini diwujudkan pada kegiatan-kegiatan :
a. Setiap anggota grup mengemukakan kasus eksklusif yang perlu menerima donasi gerombolan buat pengentasannya.
b. Kelompok memilih perkara mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua, ketiga, dst.
c. Klien (anggota grup yg masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai masalah yang dialaminya.
d. Seluruh anggota kelompok aktif membahas masalah klien melalui banyak sekali cara, seperti : bertanya, mengungkapkan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan pengalaman eksklusif, menyarankan.
e. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan anggota grup.
f. Kegiatan selingan 

4. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran secara keseluruhan merupakan akhir berdasarkan serangkaian rendezvous gerombolan . Keseluruhan pengalaman yang diperoleh anggota selama proses kerja ini memerlukan perhatian khusus dari pimpinan kelompok, terutama waktu kelompok hendak dibubarkan. Pembubaran kelompok secara keselruhan idealnya dilakukan sehabis tujuan gerombolan tercapai. Tetapi adakalanya terjadi lebih cepat menurut yang direncanakan atau yang dianggap pembubaran dini. Sesungguhnya pembubaran kelompok dalam proses layanan kelompok bimbingan serta konseling adalah proses alamiah yang harus disadari oleh pimpinan serta anggotaanggotanya, serta mereka diharapkan bisa mempersiapkan diri menggunakan sebaik mungkin buat menghadapi pembubaran itu. Oleh karenanya kegiatan utama anggota kelompok, menjelang grup dibubarkan adalah (1) membayangkan kembali pengalaman mereka selama kerja kelompok berlangsung. (2) memproses balik ingatannya. (tiga) mengevaluasi. (4) mengakui dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota grup dan mengakomodasikan perasaan-perasaan anggota yg saling bertentangan dan (lima) membantu anggota pada menciptakan keputusannya secara kognitif buat menghadapi masa depan. Oleh karenanya buat mencapai sasaran pembubaran gerombolan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain menyangkut persiapan pengaruh pembubaran terhadap anggota, kemungkinan pembubaran dini, mekanisme pembubaran, masalah-masalah yang terkait menggunakan pembubaran dan hal-hal lain yg menyangkut tindak lanjut.

Sebagai termin penutup dari aktivitas BKp dan/atau KKp. Tugas pemimpin gerombolan pada tahap ini merupakan menjadi berikut.
a. Mengemukakan bahwa aktivitas akan segera diakhiri
b. Pemimpin gerombolan serta anggota gerombolan mengemukakan kesan serta hasil-output aktivitas.
c. Membahas aktivitas lanjutan
d. Mengemukakan pesan serta harapan
e. Doa penutup

5. Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan konseling grup dapat dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap aneka macam hal, baik yang sudah dilakukan selama kegiatan gerombolan (yg menyangkut isi maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap kualitas aktivitas grup dan hasil-hasilnya melalui pengungkapan kesan-kesan peserta. Kondisi UCA (Understanding Comfort Action) menjadi fokus penilaian output-output konseling grup. Penilaian dilakukan dalam tiga termin yaitu evaluasi segera (laiseg) dilakukan pada akhir setiap sesi layanan, evaluasi jangka pendek (laijapen) dan penilaian janka panjang (laijapang).