Pengertian Ilmu Tauhid, Nama-namanya yg lain, Manfaat, Tujuan dan Sumbernya
A. Pengertian ilmu tauhid
Perkataan Tauhid dari berdasarkan Bahasa Arab, masdar menurut istilah Wahhada-Yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti Keesaan. Maksudnya, ittikad atau keyakinan bahwa Allah SWT merupakan Esa, Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian Tauhid yang digunakan dalam Bahasa Indonesia, yakni “ Keesaan Allah “ ; Mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah ; Mengesakan Allah.
Husain Affandi al-Jasr mengungkapkan : “ Ilmu Tauhid merupakan ilmu yg membahas hal-hal yg tetapkan Akidah kepercayaan dengan dalil-dalil yg meyakinkan “.
Dengan redaksi yang berbeda dan sisi pandang yang lain, ibnu Khaldun menyampaikan bahawa Ilmu Tauhid adalah : “ Ilmu yang berisi alasan-alasan menurut aqidah keimanan menggunakan dalildalil Aqliyah serta berisi jua alas an-alsan bantahan terhadap orangorang yg menyeleweng Aqidah Salaf serta Ahli Sunnah “. Disamping definisi-definisi di atas masih banyak definisi yg lain yg dikemukakan oleh para Ahli. Nampaknya, belum terdapat konvensi istilah dintara mereka mengenai definisi ilmu tauhid ini.
Meskipun demikian, jika disimak apa yg tersurat serta tersirat berdasarkan definisi-definisi yang diberikan mereka, masalah tauhid berkisarpada duduk perkara-persoalan yg herbi Allah, Rasul, atau Nabi, serta hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan manusia yang sudah meninggal.
Para Ulama’ sependapat, mengusut Tauhid hukumnya wajib bagi seseorang Muslim, kewajiban itu bukan saja didasarkan pada alas an rasio bahwa Aqidah merupakan dasar pertama serta utama dalam islam, namun jua berdasarkan dalam dalil-dalil naqli, Al-Qur’an dan Hadist.
B. Nama-nama Ilmu Tauhid
Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid lantaran utama bahasannya dititik beratkan kepada keesaan Allah SWT. Ilmu ini dinamakn ilmu kalam karena pada pembahasannya tentang eksistensi Tuhan dan hal-hal yg berhubungan dengan-Nya digunakan argumentasiargumentasi filosofis menggunakan memakai Logika atau Mantik.
Ilmu Tauhid dinamakan pula ilmu Ushuluddin lantaran objek bahasan utamanya adalah dasar-dasar kepercayaan yg adalah kasus esensial dalam ajaran islam.
Meskipun nama yang diberikan berbeda-beda, namun inti utama pembahasan ilmu tauhid merupakan sama, yaitu wujud Allah SWT dan hal-hal yg berkaitan dengan-Nya.
C. Manfaat, Tujuan, serta Sumber ilmu Tauhid
Tauhid nir hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh Seseorang, tetapi lebih dari itu, beliau wajib dihayati dengan baik serta sahih, pencerahan seseorang akan tugas serta kewajiban menjadi hamba Allah akan ada dengan sendirinya. Hal ini nampak dalam halpelaksanaan ibadat, tingkah laku , perilaku, perbuatan, dan perkataannya sehari-hari.
Maksud serta tujuan tauhid bukanlah sekedar mengakui bertauhid saja namun lebih jauh dari itu, karena tauhid mengandung sifat-sifat :
1. Sebagai sumber dan motifator perbuatan kebajikan serta keutamaan.
2. Membimbing manusia ke jalan yg benar, sekaligus mendorong mereka buat mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa insan berdasarkan kegelapan, kekacauan serta kegoncangan hayati yang dapat menyesatkan.
4. Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir serta batin.
Karena ilmu tauhid adalah output kajian para Ulama’ terhadap al-Qur’an serta Hadist, maka kentara, asal ilmu tauhid adalah alQur’an dan Hadist. Namun pada pengembangannya, ke 2 asal di hayati suburkan oleh rasio dan dalil-dalil aqli.
BAB II
Pertumbuhan dan Perkembangan ilmu Tauhid
A. Lahirnya ilmu tauhid
Apa yang melatarbelakangi keberadaan tauhid menjadi ilmu yang berdiri sendiri ? Sebenarnya banyak sekali factor yang mendorong kehadiran tauhid sebagai ilmu. Namunjika dikaji secara holistik, ia bisa dikelompokkan pada 2 faktor yaitu intern serta ekstern. Berikut ini ringkasan berdasarkan uraian Ahmad Amin pada bukunya Dhuha Al-Islam tentang ke 2 factor tadi.1. Faktor Intern Yang dimaksud dengan faktor intern adalah factor yg asal dari islam sendiri. Faktor-faktor tersebut merupakan :
a. Al-Qur’an disamping berisi perkara ketauhidan, kenabian. Dan lain-lain berisi jua semacam apologi serta polemic, terutama terhadap agama-agama yang terdapat dalam saat itu, contohnya :
1. Surat al-Maidah ayat 116 berisi penolakan terhadap ketuhanan Nabi Isa.
b. Pada periode pertama masalah keimanan nir dipersoalkan secara mendalam. Setelah Nabi wafat serta Ummat islam bersentuhan dengan kebudayaan serta peradaban asing, mereka mulai mengenal Filsafat, merekapun menfilsafati al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang secara lahir nampak satu sama lain nir sejalan, bahkan kelihatan bertentangan. Hal tersebut perlu dipecahkan sebaik mungkin, serta buat memecahkannya perlu sutu ilmu tersendiri.
c. Masalah politik, terutama yang berkenaan menggunakan khalifah, menjadi factor juga pada kelahiran ilmu tauhid.
2. Faktor Ekstern
Yang dimaksud dengan faktor ekstern merupakan factor yg tiba menurut luar islam. Faktor tersebut diantaranya artinya pola piker ajaran kepercayaan lain yang dibawa sang orang eksklusif, termasuk Umat Islam yg dahulunya menganut kepercayaan lain ke dalam ajaran islam.
B. Ketauhidan di Zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin
Pada zaman khalifah Abu Bakar ( 632-634 M ) serta Umar bin Khattab ( 634-644 ) problema keagamaan jua masih relative keciltermasuk kasus aqidah. Tapi sehabis Umar wafat serta Ustman bin Affan naik tahta ( 644-656 ) fitnah pun ada. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman yang mengaku Muslim, galat seseorang penyulut pergolakan.
Hal ini berpengaruh pada perkembangan tauhid, terutama lahir serta tumbuhnya genre-aliran Teologi pada islam sebagaimana dijelaskan nanti dalam Bab VII.
C. Ketauhidan pada Zaman Bani Umayyah serta seterusnya
Pada zaman Bani Umayyah ( 661-750 M ) kasus aqidah menjadi perdebatan yg hangat pada kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir aneka macam aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah serta Mu’tazilah.
Pada zaman Bani Abbas ( 750-1258 M ) Filsafat Yunani serta Sains poly dipelajari Umat Islam. Masalah Tauhid menerima tantangan cukup berat.kaum Muslimin nir mampu mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka memakai senjata filsafat serta rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.
Namun perilaku Mu’tazilah yg terlalu mengagungkan nalar serta melahirkan banyak sekali pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya.
Akhirnya lahir genre Ahlussunnah Waljama’ah dengan Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari serta Abu Mansur Al-Maturidi.
BAB III
Tauhid pada Al-Qur’an dan Al-Hadist
Pada dasarnya inti pokok ajaran al-Qur’an adalah Tauhid, Nabi Muhaammad SAW diutus Allah kepada Umat insan adalah jua untuk mengajarkan ketauhidan tersebut, Lantaran itu ajaran Tauhid yg masih ada pada dalam al-Qur’an dipertegas serta diperjelas oleh Rasulullah SWA sebagaimana tercermin dalam Hadistnya.
Penegasan Allah SWT dalam al-Qur’an yg mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa, antara lain :
1. Surat Al-ikhlas ayat 1 sampai dengan 4
2. Surat Al-Zumar ayat 4
3. Surat Al-Baqarah ayat 163
4. Surat An-Nisa’ ayat 171
5. Surat Al-Maidah ayat 73
6. Surat Al-Anbiya’ ayat 22Keesaan Allah SWT tidak hanya keesaan dalam zat-Nya, akan tetapi jua esa dalam sifat dan af’al ( perbuatan )-Nya. Yang dimaksud Esa dalam zat adalah Zat Allah itu nir tersusun dari beberapa juzu’ ( bagian ). Esa dalam sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifatsifat yang lain serta tidak seorangpun yang memiliki sifat sebagaimana sifat Allah SWT.
BAB IV
Naluri Beragama
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan terhadap adanya zat yang Maha Kuasa, yang dalam kata kepercayaan dianggap Tuhan. Para pakar Tafsir mengatakan, fitrah merupakan kreasi atau kejadian yg orisinil, jikalau ada manusia kemudian nir beragama tauhid berarti sudah terjadi penyimpangan dari fitrahnya. Hal ini disebabkan oleh imbas lingkungan loka dia hayati, pemikiran yang menjauhkan menurut kepercayaan tauhid serta sebagainya.
Karena insting beragama tauhid adalah fitrah maka ketauhidan pada diri seseorang telah terdapat semenjak ia dilahirkan, untuk menyalurkan dan memantapkan naluri itu, Allah SWT mengutus Nabi atau Rasul yg menaruh bimbingan serta petunjuk ke jalan yang benar sehingga insan terhindar dari kesesatan.
BAB V
Aplikasi Keimanan dalam banyak sekali Aspek Kehidupan
A. Perbedaan antara Filsafat dan Ilmu Kalam.
Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara ilmu kalm serta filsafat adalah :
1. Dalam ilmu kalam, filsafat dijadikan sebagai indera untuk membenarkan ayat-ayat al-Qur’an, sedangkan pada filsafat kebalikannya, ayat-ayat al-Qur’an dijadikan bukti buat membenarkan hasil-output filsafat.
2. Pembahasan pada ilmu kalam terbatas pada hal-hal yg eksklusif saja.masalah yg dimustahilkan al-Qur’an mengetahui nir dibahas oleh ilmu kalam permanen dibahas sang filsafat.
B. Tauhid sebagai Aqidah serta Filsafat Hidup.
Akidah islam seringkali diklaim tauhid. Ajaran tauhid diklaim pula ajaran monoteisme, Akidah ini telah terdapat semenjak zaman Nabi Adam a.S. Sebagai seoarang Nabi dan Rasul, Adam telah membawa Akidah ketauhidan tadi, suatu akidah yg diberikan Allah kepada dia.
Karena itu, Umat islam konfiden, Nabi Adam menganut paham monoteisme dan tidak mungkin menganut paham politeisme/kemusyrikan. Nabi Adam memahami benar mengenai Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Dengan keyakinan bahwa Akidah ketauhidan telah terdapat sejak Nabi Adam a.S. Umat islam menolak teori ch. Darwin serta pengikutnya mengenai evolusi mengenai asal-usul agama.alasan yg biasa dikemukkan dalam penolakan teori tadi adalah sebagai berikut :
1. Kalau kepercayaan islam muncul melalui proses evolusi sinkron menggunakan tingkat serta kemajuan ilmu pengetahuan berarti kepercayaan islam merupakan produk insan. Sedangkan islam adalah agama wahyu, dating dari Allah SWT. Ia bukan kebudayaan, sekalipun ia melahirkan kebudayaan dan peradaban.
2. Kalau Adam a.S adalah seseorang Nabi, tentu ia diberi bekal sang Allah SWT menggunakan kepercayaan tauhid atau monoteisme.
Dalam kepercayaan Umat berima, Adam merupakan Nabi. Ilmu Tauhid secara garis besar merupakan ilmu yg menilik bagaimana bertauhid dengan baik serta sahih sesuai menggunakan petunjuk al-Qur’an dan Hadist. Petunjuk al-Qur’an serta Hadist inilah yang dikaji secara mendalam oleh para Ulama’. Namun lantaran pola piker, latar belakang, metode pendekatan, serta sudut pandang yang tidak selaras, output pemikiran merekapun selalu tidak sama. Jangankan antar Madzhab, di dalam satu Madzhab saja disparitas itu terjadi, sebagai akibatnya timbul sekte-sekte.
Jalan yg paling kondusif serta dekat buat mengenal Tuhan merupakan menggunakan memperhatikan dan meneliti alam semesta. AlQur’an selalu mendorong manusia supaya mau memperhatikan dan memikirkan apa yang ada serta terjadi pada pada alam raya ini, bukan saja alam yang berada di luar dirinya, tapi pula apa yang terdapat pada diri manusia itu sendiri.C. Pendidikan serta Pengajaran Tauhid.
Pendidikan serta pengajaran adalah hal yang penting bagi kehidupan insan. Dengan pendidikan dan pengajaran itulah Umat manusia bisa maju serta berkembang biak, melahirkan kebudayaan dan peradaban positif yg membawa pada kebahagiaan serta kesejahteraan hidup mereka. Yang dimaksud menggunakan pendidikan tauhid pada sini merupakan pemberian bimbingan pada siswa agar beliau memiliki jiwa tauhid yang kuat serta mantap serta memiliki tauhid yang baik serta benar.
Bimbingan itu dilakukan tidak hanya dengan lisan dan goresan pena, namun jua bahkan ini yang terpenting dengan perilaku, tingkah laris perbuatan. Sedangkan yang dimaksud menggunakan pengajaran tauhid adalah pemberian pengertian tentang ketauhidan, baik pada kebahagiaan hayati global serta ukhrawi.
Pendidikan serta pengajran tauhid, baik yang berhubungan dengan akidah juga dalam kaitan dengan ibadah, akanmenanamkan keikhlasan dalam diri seorang pada setiap tindakan atau perbuatan pengabdiannya. Keikhlasan pada mengabdi kepada Allah inilah yg membuat tauhid bagaikan pisau bermata dua, satu segi buat kehidupan di Akhirat, sisi lain untuk kehidupan pada global.
D. Tauhid dan Pembinaan Kepribadian.
Pembentukan kepribadian taqwa berkaitan sangat erat dengan tauhid. Penanaman tauhid yg baik dan benar pada anak akan sangat menentukan terwujudnya kepribadian takwa tadi. Pertama, tauhid merupakan fondasi yg diatasnya berdiri bangunan-bangunan kehidupan manusia, termasuk jepribadiannya, menggunakan makin bertenaga dankokohnya tauhid, makin baik dan paripurna kepribadian takwa seorang. Kedua, tauhid adalah aspek batin yang menaruh motivasi serta arah bagi perkembangan kepribadian manusia.
E. Tauhid serta Kesehatan mental.
Jika akidah atau keyakinan sebagaimana diajarkan islam pada atas tertanam pada jiwa seseorang, mentalnya akan kuat, jiwa tidak tergoncang hanya sang lantaran orang lain tidak memberikan penghargaan kepada-Nya.
F. Ilmu serta Akidah.
Dalam membina akidah dan ibadah, kepercayaan pula nir mampu berjalan sendiri, Ia harus dibantu sang ilmu pengetahuan. Ilmu bisa mengungkapkan dan menafsirkan arti dan makna akidah dan ibadah secara rsional sehingga beliau tidak hanya diterima dengan rasa ( iman ) akan tetapi jua diterima dengan rasio. Hal ini akan lebih memantapkan rasa keberagamaan dan keyakinan seseorang dan menumbuhkan kesadarannya yang mendalam buat memperkuat iman serta melaksanakan ibadah dengan baik serta benar.
BAB VI
Manusia serta Lingkungan Hidup dalam Akidah Islam
Sebenarnya jauh sebelum kasus lingkungan hidup timbul ke permukaan dan menjadi gosip internasioanl, al-Qur’an telah memberikan isyarat kepada manusia tentang perlunya perhatian dan pemeliharaan lingkungan hayati itu, al-Qur’an jua mengisyaratkanbahwa manusia sangat berperan buat membangun lingkungan hidup yg baik serta harmonis.
Berdasarkan ayat dan hadist yang sudah dikemukakan di atas, bisa di ambil kesimpulan bahwa ajaran islam yang berintikan akidah islamiyah dapat membangkitkan pencerahan ekologis kepada manusia, bagaimana seharusnya beliau berteman dengan lingkungan hidupnya, baik lingkungan yang hidup biotis ataupun benda tewas ( abiotis ).
Di samping factor insan, gangguan lingkungan hidup bisa jua terjadi lantaran factor alam itu sendiri. Misalnya, gempa bumi, angin topan, gunung meletus dan banjir. Faktor alami ini terjadi pula terdapat yang berkaitan menggunakan factor insan, misalnya banjir yg terjadi dampak penebangan kayu atau penggundulan hutan.
BAB VII
Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Tauhid
A. Pembahasan pada ilmu tauhid.
Aspek pokok pada ilmu tauhid adalah keyakinan akan keberadaan Allah yg maha sempurna, maha Kuasa dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya. Lantaran itu pula, ruang lingkup pembahasan dalam ilmu tauhid yang pokok adalah :
1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau yg seringkali dianggap menggunakan kata Mabda. . Dalam bagian ini termasuk jua bagian takdir.
2. Hal yg herbi utusan Allah menjadi mediator antara insan dan Allah atau dianggap jua washilah mencakup : Malaikat, Nabi/ Rasul, dan Kitab-buku Suci.
3. Hal-hal yg berhubungan dengan hari yg akan tiba, atau disebut juga maad, meliputi : Surga, Neraka dan sebagainya.
B. Aspek-aspek pada ilmu tauhid.
Bagian-bagian tauhid menjadi ilmu bisa dibagi dalam 5 aspek : Tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah/ubudiyah, tauhid sifat, tauhid qauli serta tauhid amali.
C. Masalah-kasus yang bertentangan menggunakan tauhid.
Secara garis akbar, kasus-perkara yg bertentangan menggunakan tauhid adalah kekafiran, kemusyrikan, kemurtadan, dan kemunafikan.
BAB VIII
Pertumbuhan dan Perkembangan aliran-genre dalam Ilmu Tauhid/Kalam
A. Awal mula keluarnya masalah teologi pada islam.
Memang, fakta sejarah memperlihatkan, duduk perkara pertama yang timbul di kalangan umat islam yang menyebabkan kaum muslimin terpecahj ke pada beberapa firqah ( kelompok/golongan ) adalah masalah politik. Dari masalah ini lalu lahir berbagaikelompok dan genre teologi menggunakan pandangan dan pendapat yg tidak sama.
1. Khawarij
Adapun yang dimaksud khawarij merupakan suatu sekte pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalakan barisan lantaran ketidak sepakatan tyerhadap keputusan ali yg mendapat arbitrase ( Tahkim ).
Secara generik ajaran-ajaran utama khawarij merupakan :
1. Orang islam yang melakukan dosa besar merupakan kafir.
2. Orang-orang yang terlibat pada perang jamal ( antara Aisyah, Thalhah dan Zubair menggunakan Ali bin Abi Thalib ) dan para pelaku tahkim termasuk yang mendapat serta membenarkan dihukumkan kafir.
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh Rakyat.
2. Murji’ah
a. Sejarah timbulnya.
Satu hal yg sulit diketahui menggunakan niscaya ialah siapa sebenarnya pendiri atau tokoh Ulama’ genre ini. Menurut Syahrastani, Husain bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib adalah orang yang pertama yang menyebut irja’. Akan tetapi, hal ini belum menunjukkan bahwa dia adalah pendiri Murji’ah.
Hal-hal yang melatar belakangi kehadiran Murji’ah diantaranya :
1. Adanya disparitas pendapat antara orang Syi’ah dan khawarij.
2. Adanya pendapat yg menyalahkan Aisyah serta kawan-kawan yang mengakibatkan terjadinya perang jamal.
3. Adanya pendapat yg menyalahkan orang yg ingin merebut kekuasaan Ustman bin Affan .
b. Ajaran-ajaran Murji’ah
a) Iman hanya membenarkan di dalam hati.
b) Orang islam yang melakukan dosa akbar tidak dihukumi kafir, selama beliau mengakui 2 kalimah syahadah.
c) Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga hari kiamat.
c. Tokoh-tokoh pada sekte Murji’ah.
Pemimpin Ulama madzhab murji’ah artinya Hasan bin Bilal AlMuzni, Abu Sallat al Samman dan Dirar bin Umar.
Tokoh Murji’ah yang moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib.
3. Qadariyah
Madzhab Qadariyah ada lebih kurang tahun 70 H ( 689 M ).
Ajaran-ajaran ini banyak persamaannya dengan Mu’tazilah. Tokoh Ulama’ Qadariyah merupakan Ma’bad Al-Juhari dan Ghailan Al-Dimasqi.
Pokok genre Qadariyah diantaranya merupakan insan mempunyai kemampuan untuk bertindak ( Qudrah ) dan memilih atau berkehendak.
Kehadiran Qadariyah merupakan isyarat penentangan terhadap politik pemerintahan Bani Umayyah, aliran ini selalu mendapat tekanan berdasarkan pemerintah, namun paham Qadariyah tetap berkembang. Dalam perkembangannya, paham ini tertampung dalam madzhab mu’tazilah.
4. JabariyahMadzhab ini timbul bersamaan menggunakan kehadiran Qadariyah.
Paham Qadariyah dalam mulanya dipelopori sang Ja’d bin Dirham. Pokok-utama paham Jabariyah Menurut Jabariyah, insan tidak memiliki kemampuan buat mewujudkan perbuatannya dan nir memiliki kemampuan buat memilih.
Menurut paham ini manusia nir hanya bagaikan wayang yang digerakkan sang dalang tapi manusia tidak memiliki bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
5. Mu’tazilah
Mu’tazilah lahir pada abad ke 2 H menggunakan Tokoh utamanya Washil bin Atha’. Pokok-utama ajaran Mu’tazilah Ada 5 prinsip ajaran Mu’tazilah yang dirumuskan sang Tokoh akbar genre ini, Abu Huzail Al-Hallaf :
1. Al-Tauhid (keesaan Tuhan )
2. Al-Adl ( keadilan-keadilan )
3. Al-Wa’du wal Wa’id ( janji dan ancaman )
4. Al-Manzilah bain al- Manzilatain
5. Amar Ma’ruf nahi Munkar.
Tokoh-tokoh Mu’tazilah, Washil bin Atha’, Abu Hudzail Al-Hallaf, Al-Nazzam, Al-Jubb’ai.
6. Ahlussunnah wal jama’ah
Ahlussunnah berarti pengikut Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta Jama’ah adalah Sahabat Nabi, jadi Ahlussunnah mengandung arti “ Penganut sunnah ( I’tikad ) Nabi serta para Sahabat dia.tokoh utamanya : Abu Al-Hasan Al-Asy’ari serta Abu Mansur Al Maturidi.
* Kelebihan dari Makalah ini merupakan Penjelasan yg sangat rinci bersama menggunakan definisi berbahasa Arab, jadi seluruh itu mendukung kita dalam memahami ilmu kalam pada kitab ini.
* Kekurangannya : Peletakan antara definisi yg satu dengan definisi yg lain tidak beraturan.