TUNTUTAN HIDUP SEORANG NELAYAN

Tuntutan hayati Seorang Nelayan
Tuntutan dunia.....
Tatkala aku hidup seseorang diri, tuntutan duniawiku hanyalah sekedar aku bisa makan sederhana, ngopi serta udud..... Hanya itu saja, tidaklah meminta apa apa lagi, dikarenakan terbatasnya kebutuhan dan nir memiliki asa macam macam......

Tatkala ada orang tua yang mesti aku biayai, maka tuntutan saya bertambah, yaitu agar mencukupi buat membiayai orang tua aku ......

Tuntutan Hidup Seorang Nelayan

Tatkala aku mempunyai keluarga, anak istri, maka tuntutan aku bertambah supaya mencukupi buat membiayai anak istri......

Tatkala terdapat berteman pada desa, maka tuntutan saya bertambah lagi, yaitu supaya bisa mencukupi memajukan desa......memakmurkan masjid serta madrasah,,memperhatikan para orang jompo dan para anak yatim.

Tuntutan duniawi aku sangat poly pada Allah, tetapi hal yang tidak pernah berubah adalah tuntutan untuk diri pribadi aku , sampai meninggal pula sama saja, yaitu cukup asal bisa makan sederhana, ngopi, udud..... Permanen itu itu saja..... Adapun tuntutan2 yg lain hanyalah menuntutkan buat orang2 saja......

Hidup poly tuntutan, tetapi menuntutkan buat kepentingan yg lebih luas...... Buat diri eksklusif, tuntutannya tetap sama saja....

Nelayan Yang mandiri dan mandiri adalah galat satu nelayan yg bisa memenuhi tuntutan keluarga , istri serta anak.


Kesejahteraan Nelayan wajib mampu pada tegakkan oleh nelayan sendiri. Nelayan harus pintar pada mengelola apa yang wajib di manfaatkan, Kekayaan laut yg begitu poly seharusnya bisa membarui alur bepergian hidup nelayan.



Tuntutan Hidup Seorang Nelayan

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DI SMP DAN SMA

BAB I
PENDAHULUAN
A.latar Belakang
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelenggaraan pendidikan berdasarkan sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi yg didesentralisasi merupakan kurikulum. Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam UUSPN Pasal 1 ayat (19) adalah “seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi, serta bahan pelajaran serta cara yg dipakai menjadi pedoman penyelenggaraan aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan eksklusif”. Lebih lanjut Pasal 36 ayat (1) dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu dalam Standar Nasional Pendidikan buat mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sekolah wajib menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta silabusnya menggunakan cara melakukan pembagian terstruktur mengenai dan penyesuaian Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Untuk itu, sekolah/daerah harus mempersiapkan secara matang, karena sebagian akbar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilakspeserta didikan oleh sekolah/wilayah. Penyusunan kurikulum dalam taraf satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpodoman dalam pedoman yang disusun sang BSNP (Pasal 16 ayat 1). Lebih lanjut dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa “kurikulum buat Sekolah Menengah pertama/MTs/SMPLB atau bentuk lain yg sederajat, Sekolah Menengah Atas/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yg sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hidup”. Ayat (dua) pendidikan kecakapan hayati sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) mencakup kecakapan eksklusif, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Konsep kecakapan hayati sejak usang sebagai perhatian para pakar dalam mewacpeserta didikan pengembangan kurikulum. Tyler (1947) serta Taba (1962) misalnya, mengemukakan bahwa kecakapan hidup adalah keliru satu penekanan analisis pada pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan dalam kecakapan hidup dan bekerja. Pengembangan kecakapan hidup itu mengedepankan aspek-aspek berikut: (1) kemampuan yg relevan buat dikuasai peserta didik, (dua) materi pembelajaran sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, (tiga) pengalaman belajar serta kegiatan peserta didik buat mencapai kompetensi, (4) fasilitas, alat dan sumber belajar yg memadai, dan (lima) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan pada kehidupan peserta didik. Kecakapan hidup akan mempunyai makna yg luas apabila pengalaman-pengalaman belajar yg dibuat memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam memecahkan problematika kehidupannya. Pendidikan kecakapan hayati menyiapkan siswa dalam mengatasi problematika hayati dan kehidupan yang dihadapi secara agresif serta reaktif guna menemukan solusi menurut permasalahan.
Berdasarkan pernyataan di atas, wilayah/sekolah mempunyai wewenang yg luas untuk berbagi serta menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan wilayah. Berkenaan dengan itu, Indonesia yang terdiri menurut aneka macam macam suku bangsa yang mempunyai keanekaragaman multikultur (adat adat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri spesial yg memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman harus selalu dilestarikan dan dikembangkan menggunakan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan kecakapan hayati. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, serta budaya pada peserta didik memungkinkan mereka buat lebih mengakrabkan menggunakan lingkungan kehidupan siswa. Pengenalan serta pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan buat menunjang peningkatan kualitas asal daya manusia, dan dalam akhirnya diarahkan untuk menaikkan kompetensi siswa.
Kebijakan yang berkaitan menggunakan dimasukkannya acara pendidikan kecakapan hidup pada baku isi (SI) serta baku kompetensi lulusan (SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi juga dalam pengembangan keterampilan, sikap, serta nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan siswa. Sekolah tempat program pendidikan dilakspeserta didikan adalah bagian berdasarkan rakyat. Oleh karenanya, program pendidikan kecakapan hayati di sekolah perlu menaruh wawasan yg luas pada siswa tentang keterampilan-keterampilan tertentu yg berkaitan dengan pengalaman siswa dalam keseharian pada lingkungannya. Untuk memudahkan pelaksanaan acara pendidikan kecakapan hidup diharapkan adanya model pengembangan yang bersifat generik buat membantu pengajar/sekolah dalam membuatkan muatan kecakapan hayati pada proses pembelajaran. Oleh lantaran pendidikan kecakapan hidup bukan adalah mata pelajaran yg berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaran. Lantaran itu, pedidikan kecapakan hidup bisa merupakan bagian menurut seluruh mata pelajaran yg ada.
Di samping itu perlu pencerahan beserta bahwa peningkatan mutu pendidikan merupoakan komitmen buat mempertinggi mutu sumberdaya insan, baik sebagai pribadi juga sebagai kapital dasar pembangunan bangsa, serta pemerataan daya tampung pendidikan wajib disertai dengan pemerataan mutu pendidikan sebagai akibatnya mampu menjangkau semua rakyat. Oleh kerenanya pendidikan wajib dapat mengembangkan potensi peserta didik supaya berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa merasa stress, mau dan mampu, serta bahagia mengembangkan diri untuk sebagai manusia unggul. Pendidikan pula diharapkan sanggup mendorong peserta didik buat memelihara diri sendiri, sambil menaikkan hubungan dengan Tuhan YME, warga , dan lingkungannya. Dengan demikian jelas bahwa perlu didesain suatu contoh pendidikan kecakapan hidup buat membantu guru/sekolah dalam membekali siswa dengan aneka macam kecakapan hidup, yg secara integratif memadukan potensi generik serta spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema hidup peserta didik dalam kehidupan di rakyat dan lingkungannya baik secara lokal juga dunia. Panduan ini adalah suatu model atau contoh, maka sekolah/guru pada melakspeserta didikannya dapat menyesuaikan atau membarui sinkron menggunakan situasi dan syarat sekolah bersangkutan.  
B.tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup
Terdapat dua tujuan berdasarkan pendidikan kecakapan hayati, yaitu tujuan umum dan tujuan spesifik. Secara generik pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sinkron menggunakan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi diri siswa dalam menghadapi kiprahnya di masa mendatang. Secara spesifik bertujuan buat:
1.    mengaktualisasikan potensi siswa sebagai akibatnya bisa dipakai buat memecahkan problema yg dihadapi, contohnya: perkara narkoba, lingkungan sosial, dsb
2.    memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir peserta didik
3.    memberikan bekal menggunakan latihan dasar mengenai nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4.    menaruh kesempatan kepada sekolah untuk berbagi pembelajaran yg fleksibel sesuai menggunakan prinsip pendidikan berbasis luas
5.    mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada pada masyarakat sinkron menggunakan prinsip manajemen berbasis sekolah
C.    Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan pada mengembangkan kurikulum kecakapan hayati merupakan sebagai berikut.
1.    UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36  ayat (1, dua, dan tiga) dan pasal 38 ayat (2)
2.    UU No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemda.
3.    PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, tiga, dan 4)
4.    Standar Isi
5.    Standar Kompetensi Lulusan
6.    Peraturan lain yang berkaitan
D.  Ruang Lingkup
Lingkup pengembangan model pendidikan kecakapan hayati ini meliputi jenjang pendidikan menengah, yaitu: SMP serta SMA
BAB II
PENERTIAN DAN KONSEP PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL)
A.pengertian
1.   Kecakapan Hidup (life skill)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hayati bukan sekedar keterampilan buat bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hayati menjadi keterampilan atau kemampuan buat bisa mengikuti keadaan serta berperilaku positif, yg memungkinkan seseorang bisa menghadapi berbagai tuntutan dan tanangan pada kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (tiga) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson serta Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hayati adalah pengembangan diri buat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, mempunyai kemampuan buat berkomunikasi dan berafiliasi baik secara individu, gerombolan juga melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup adalah hubungan berdasarkan banyak sekali pengetahuan dan kecakapan sehingga seorang sanggup hidup mandiri. Pengertian kecapan hidup pada pandangan ini nir semata mempunyai kemampuan eksklusif (vocational job), tetapi jua mempunyai kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahklan kasus, mengelola sumber daya, bekerja dalam grup, dan memakai teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, bisa diartikan bahwa pendidikan kecakapan hayati adalah kecakapan-kecakapan yang secara praksis bisa membekali peserta didik pada mengatasi banyak sekali macam problem hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, perilaku yg didalamnya termasuk fisik serta mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga sanggup menghadapi tuntutan dan tantangan hayati serta kehidupan. Pendidikan kecakapan hayati dapat dilakukan melalui aktivitas intra/ekstrakurikuler untuk berbagi potensi peserta didik sesuai menggunakan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu dalam sejumlah mata pelajaran yg terdapat. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan menggunakan keadaan dan kebutuhan lingkungan supaya siswa mengenal dan mempunyai bekal pada menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi serta bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yg terintegrasi sehingga secara struktur nir berdiri sendiri.
B.  Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill concep)
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dipilah menjadi 2 jenis utama, yaitu:
a)    Kecakapan hidup umum (generic life skill/GLS), dan
b)    Kecakapan hidup khusus (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dipilah menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup umum terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan pada memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri dalam dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yg dimiliki sekaligus menjadi kapital dalam menaikkan dirinya menjadi individu yang berguna bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir rasional meliputi diantaranya kecakapan mengenali serta menemukan keterangan, memasak, serta merogoh keputusan, dan kecakapan memecahkan perkara secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) serta kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hayati khusus merupakan kecakapan buat menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri berdasarkan kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, serta kecakapan vokasional (vokational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan-kecakapan ini meliputi kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
Menurut konsep pada atas, kecakapan hayati adalah kemampuan dan keberanian buat menghadapi problema kehidupan, lalu secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi buat mengatasinya. Konsep kecakapan hidup lebih luas berdasarkan keterampilan vokasional atau keterampilan buat bekerja. Orang yg nir bekerja, misalnya ibu tempat tinggal tangga atau orang yang sudah pensiun tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka jua menghadapi banyak sekali perkara yang harus dipecahkan, orang yang sedang menempuh pendidikanpun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentunya jua memiliki konflik kehidupan.
Pendidikan berorientasi kecakapan hayati bagi peserta didik adalah menjadi bekal pada menghadapi dan memecahkan problema hayati dan kehidupan, baik menjadi pribadi yg mandiri, warga warga , juga sebagai masyarakat negara. Jika hal ini dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada menjadi akibat tingginya pengangguran, bisa diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara sedikit demi sedikit. (Depdiknas, diolah)
 
Konsep kecakapan-kecakapan tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut:
BAB III
POLA PENGEMBANGAN DESAIN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
A.    Kedudukan Kecakapan Hidup dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Konsep pendidikan kecakapan hayati atau life skill education pada kurun ketika 3-4 tahun sebagai ihwal yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan Nasional yang bahkan hingga hari ini sudah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Tidak kalah pentingnya, dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) secara implisit telah mengakomodasi aktivitas-aktivitas yang menunjuk kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Hal ini diperkuat dengan terbitnya PP angka 19 Tahun 2005 Pasal 13 bahwa dalam taraf pendidikan dasar dan menengah atau sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hayati. Tetapi pasal ini nir melaksanakan ketegasan bahwa sekolah tidak diharuskan, tetapi sekolah dibolehkan memberikan pendidikan kecakapan hidup. Implementasi ini jelas berimplikasi terhadap perlunya sekolah menyiapkan seperangkat pendukung pelaksanaan pembelajaran yang berbagi kegiatan-aktivitas yang berorientasi kepada kecakapan hidup.
Pengembangan tadi menyangkut pengembagan dimensi insan seutuhnya yaitu pada aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan pengembangan kecakapan hayati yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa buat bertahan hayati serta mengikuti keadaan serta berhasil pada kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hayati pada KBK menyatu melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada setiap mata pelajaran.
B.    Pendidikan Kecakapan Hidup serta Standar Isi
Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan berlakunya Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi serta baku kompetensi ini akan menjadi acuan wilayah/sekolah dalam berbagi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam masing-masing jenjang pendidikan. Oleh karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu kepada baku-baku yg sudah ditetap pemerintah. Standar isi serta baku kompetensi lulusan adalah salah satu bagian berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Standar isi adalah ruang lingkup materi serta tingkat kompetensi yg dituangkan dalam kriteria mengenai kompertensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yg wajib dipenuhi oleh satuan pendidikan. Dokumen baku isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur  kurikulum, (tiga) baku kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (lima) kalender pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada pada kurikulum merupakan: pendidikan kepercayaan , pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni serta budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, pembiasaan serta muatan lokal. Masing-masing muatan memiliki tujuan pendidikan yg tidak sama serta peluang buat memasukkan kecakapan hayati secara terintegratif. Berikut ini tersaji model muatan wajib , tujuan, serta pengembangan kecakapan hayati.
Tabel 1: Muatan Wajib, Tujuan Pendidikan, serta Pengembangan Kecakapan Hidup
No    Mata Pelajaran    Tujuan Pendidikan    Pengembangan Kecakapan Hidup
            Kecakapan Personal    Kecakapan Sosial    Kecakapan Akademik    Kecakapan Vokasional
1    Pendidikan kepercayaan     Membentuk peserta didik sebagai insan yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan YME               
2    Pendidikan Kewargane-garaan    Membentuk peserta didik menjadi rakyat negara yang memiliki wawasan dan rasa kebersamaan, cinta tanah air, dan bersikap dan berperilaku demokratis               
3    Bahasa    Membentuk peserta didik bisa berkomunikasi secara efektif serta efisien sesuai dengan etika yg berlaku, baik secara mulut maupun goresan pena               
4    Matematika    Mengembangkan nalar dan kemampuan berpikir siswa               
5    Ilmu Pengetahuan Alam    Mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam serta sekitarnya               
6    Ilmu Pengetahuan Sosial    Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan analisis siswa terhadap syarat sosial rakyat               
7    Seni serta Budaya    Membentuk karakter peserta didik sebagai insan yang mempunyai rasa seni serta pemahaman budaya               
8    Pendidikan Jasmani dan Olahraga    Membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas               
9    Keterampilan/
Bahasa Asing/TIK    Membentuk peserta didik sebagai manusia yg memiliki keterampilan               
10    Muatan Lokal    Membentuk pemahaman terhadap potensi sinkron menggunakan karakteristik spesial pada wilayah loka tinggalnya                
11    Pengembangan Diri    Memberikan kesempatan pada peserta didik buat mengembangkan serta mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, serta bakat               
C.    Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan kecakapan hayati sangat dipengaruhi sang acara/rancangan yang disusun dan kreativitas guru dalam merumuskan serta memilih metode pembelajaran. Langkah-langkah yg ditempuh dalam penyusunan acara pembelajaran menjadi berikut:
1.    Mengidentifikasi baku kompetensi dan kompetensi dasar
2.    Mengidentifikasi bahan kajian/materi
3.    Mengembangkan indikator kompetensi
4.    Mengembangkan pengalaman belajar yang bermuatan kecakapan hidup
5.    Menentukan bahan/alat/asal yang digunakan
6.    Mengembangkan indera evaluasi yg sesuai menggunakan aspek kecakapan hidup
D.    Prinsip-prinsip Pengembangan Model Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hayati dikembangkan  menggunakan memperhatikan beberapa hal berikut:
1.    Pembentukan kepribadian siswa secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, serta akhlak mulia.
2.    Mengakomodasi semua mata pelajaran buat dapat menujang peningkatan iman serta takwa dan akhlak mulia, serta mempertinggi toleransi dan kerukunan antar umat beragama menggunakan mempertimbangkan norma-norma kepercayaan yang berlaku
3.    Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat serta bakat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik siswa secara optimal sesuai menggunakan taraf perkembangannya
4.    Tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan
Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan buat membekali peserta didik pada memasuki global kerja/usaha dan relevan dengan kebutuhan kehidupan sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, khususnya bagi mereka yg tidak melanjutkan pendidikan.
5.    Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan meliputi: kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional.
6.    Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7.    Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:
a)    Kelompok mata pelajaran kepercayaan serta akhlak mulia
b)    Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan serta kepribadian
c)    Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan serta teknologi
d)    Kelompok mata pelajaran estetika
e)    Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga serta kesehatan
E.  Pengembangan Silabus
Silabus adalah pembagian terstruktur mengenai baku kompetensi dan kompetensi dasar ke pada materi utama/bahan kajian, aktivitas pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi buat proses penilaian. Dalam menyebarkan silabus dan perangkat lainnya, menggunakan mengacu dalam Standar Isi yang ditetapkan sang BSNP. Langkah-langkah pengembangan silabus secara umum mencakup:
1.    Menentukan baku kompetensi
2.    Menentukan kompetensi dasar
3.    Pengembangan indikator
4.    Menentukan materi ajar
5.    Merumuskan serta berbagi pengalaman belajar
6.    Mempertimbangkan alokasi ketika buat setiap baku kompetensi
7.    Mengembangkan sistem penilaian
Uraian masing-masing langkah dalam pengembangan silabus adalah menjadi berikut:
a.    Penentuan Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yg diperlukan dicapai. Standar kompetensi yg dipilih atau dipakai sesuai menggunakan yang masih ada pada baku kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan atau menentukan standar kompetensi, terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran dengan  memperhatikan hal-hal berikut:
1)    urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu serta/atau taraf kesulitan materi;
2)    keterkaitan antar baku kompetensi serta kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
3)    keterkaitan baku kompetensi serta kompetensi dasar antar mata pelajaran.    
b.    Penentuan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang wajib dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai acum buat menyusun indikator kompetensi. Kompetensi dasar yang dipakai atau dipilih sinkron menggunakan yg tercantum dalam standar kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan atau memilih kompetensi dasar, terlebih dahulu menyelidiki baku kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran menggunakan  memperhatikan hal-hal berikut:
1)    urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu serta/atau taraf kesulitan materi;
2)    keterkaitan antar baku kompetensi serta kompetensi dasar dalam mata pelajaran;   
3)    keterkaitan baku kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
   
    c.  Merumuskan Indikator
Indikator merupakan adalah penjabaran berdasarkan kompetensi dasar yang memperlihatkan tanda-indikasi, perbuatan dan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan sang siswa. Indikator dirumuskan sesuai menggunakan karakteristik satuan pendidikan, potensi siswa, serta dirumuskan dalam istilah kerja operasional yg terukur serta atau bisa diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar dalam menyusun indera evaluasi. Kriteria merumuskan indikator:
1)    sesuai taraf perkembangan berpikir peserta didik.
2)    berkaitan menggunakan standar kompetensi serta kompetensi dasar.
3)    memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari
4)    harus bisa menunjukkan pencapaian output belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor)
5)    memperhatikan sumber-asal belajar yang relevan
6)    dapat diukur/dapat dikuantifikasi
7)    memperhatikan ketercapaian baku lulusan secara nasional
8)    berisi istilah kerja operasional
9)    tidak mengandung pengertian ganda (ambigu)
d.    Mengidentifikasi Materi Pokok/Bahan Kajian
Dalam mengidentifikasi materi utama/bahan kajian wajib dipertimbangkan:
1)    taraf perkembangan fisik
2)    tingkat perkembangan intelektual
3)    tingkat perkembangan emosional
4)    taraf perkembangan sosial
5)    taraf perkembangan spritual
6)    kebermanfaatan
7)    struktur keilmuan
8)    kedalaman serta keluasan materi
9)    relevansi menggunakan kebutuhan serta tuntutan lingkungan
10)    alokasi waktu
Selain itu juga harus memperhatikan:
1)    benar (valid), merupakan materi wajib teruji kebenaran dan kesahihannya
2)    taraf kepentingan: materi yang diajarkan memang benar-sahih diperlukan sang peserta didik
3)    kebermanfaatan : materi memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya
4)    layak dipelajari : materi layak dipelajari baik berdasarkan aspek taraf kesulitan maupun aspek pemanfaatan materi ajar
5)    menarik minat (interest): materinya menarik minat peserta didik dan memotivasinya buat mempelejari lebih lanjut
e.    Mengembangkan Kegiatan/Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar merupakan aktivitas fisik juga mental yang dilakukan siswa pada berinteraksi menggunakan materi ajar. Kriteria dalam berbagi pengalaman belajar menjadi berikut:
1)    pengalaman belajar disusun bertujuan buat memberikan bantuan kepada pengajar, supaya mereka bisa bekerja dan melakspeserta didikan proses pembelajaran secara profesional sesuai menggunakan tuntutan kurikulum
2)    pengalaman belajar disusun dari atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh
3)    pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan buat mencapai kompetensi dasar
4)    pengalaman belajar berpusat dalam peserta didik (student centered)
5)    mengandung kegiatan-aktivitas yang mendorong peserta didik mencapai kompetensi
6)    materi pengalaman belajar dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan
7)    perumusan pengalaman belajar harus jelas materi/konten yg ingin dikuasai peserta didik
8)    penentuan urutan langkah pembelajaran sangat krusial artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu
9)    pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat spiral (mudah-sukar; nyata-abstrak; dekat-jauh) serta juga memerlukan urutan pembelajaran yg terstruktur
10)    rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung 2 unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu aktivitas siswa serta materi
Dalam menentukan kegiatan peserta didik perlu mempertimbangkan hal-hal menjadi berikut:
•    menaruh peluang bagi peserta didik buat mencari, mengolah serta menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru
•    mencerminkan karakteristik khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.
•    diadaptasi dengan kemampuan peserta didik, asal belajar serta sarana yang tersedia
•    bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu atau perorangan, berpasangan, grup, dan klasikal 
•    memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang famili, sosial-ekonomi serta budaya serta kasus spesifik yang dihadapi peserta didik yg bersangkutan.
f.    Menentukan Jenis dan Bentuk Penilaian
Penilaian adalah serangkaian kegiatan buat memperoleh, menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses serta output belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan, sehingga menjadi fakta yg bermakna pada pengambilan keputusan. Kriteria penilaian:
1)    penulisan jenis penilaian wajib disertai dengan aspek-aspek yang akan dievaluasi sehingga memudahkan pada pembuatan soal-soalnya
2)    penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3)    penilaian memakai acuan kriteria; yaitu dari apa yang mampu dilakukan siswa setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran, serta bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4)    sistem yang direncpeserta didikan adalah sistem penilaian yg berkelanjutan, artinya semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk memilih kompetensi dasar yg telah dimiliki dan yg belum, dan untuk mengetahui kesulitan siswa.
5)    output penilaian dianalisis buat menentukan tindakan perbaikan, berupa acara remedi. Jika siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, beliau harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila sudah menguasai kompetensi dasar, beliau diberi tugas pengayaan.
6)    pada sistem penilaian berkelanjutan, guru wajib menciptakan kisi-kisi penilaian serta rancangan evaluasi secara menyeluruh buat satu semester menggunakan menggunakan teknik evaluasi yg tepat
7)    penilaian dilakukan buat menyeimbangkan banyak sekali aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan aneka macam model penilaian, formal serta nir formal secara berkesinambungan.
8)    evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran serta penggunaan fakta tentang hasil belajar siswa menggunakan menerapkan prinsip evaluasi berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat serta konsisten sebagai akuntabilitas publik.
9)    penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang kentara mengenai baku yang harus serta sudah dicapai disertai dengan peta kemajuan output belajar siswa.
10)    evaluasi berorientasi  pada baku kompetensi, kompetensi dasar serta indikator Dengan demikian hasil penilaian akan menaruh gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
11)    penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncpeserta didikan dan dilakukan terus-menerus) guna mendapatkan gambaran yg utuh mengenai perkembangan dominasi kompetensi oleh peserta didik, baik sebagai efek pribadi (main effect) maupun impak pengiring (nurturant effect) berdasarkan proses pembelajaran.
12)    sistem evaluasi harus diubahsuaikan menggunakan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, apabila pembelajaran memakai pendekatan tugas observasi lapangan maka penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/output melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang diharapkan.
g.    Mempertimbangkan Alokasi Waktu
Alokasi saat adalah ketika yang diperlukan untuk ketercapaian satu kompetensi dasar, dengan memperhatikan:
1)    minggu efektif per semester
2)    alokasi saat per mata pelajaran
3)    jumlah kompetensi per semester
Apabila pendidikan kecakapan hayati dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran.
h.    Menentukan Sumber/Bahan/Alat
1)    Sumber
Merupakan acum, surat keterangan atau literatur yg digunakan pada penyusunan silabus atau pembelajaran.  
2)    Bahan
Bahan merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses praktikum atau pembelajaran lain, contohnya: milimeter blok, benang, daun, kertas, tanah liat, glukosa, serta bahan lain yg relevan
3)    Alat
Alat merupakan segala sesuatu yang dipakai pada proses praktikum atau pembelajaran lain, contohnya: jangka, bandul, mikroskop, gelas ukur, globe, harmonika, matras.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan pada rencana aplikasi pembelajaran, dilakspeserta didikan, dievaluasi, serta ditindaklanjuti sang masing-masing guru. Silabus harus dikaji serta dikembangkan secara berkelanjutan menggunakan memperhatikan masukan  hasil penilaian output belajar, penilaian proses (aplikasi pembelajaran), serta penilaian rencana pembelajaran.  
Bab IV
POLA PELAKSANAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
Pada pada dasarnya pendidikan kecakapan hayati membantu peserta didik dalam membuatkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri buat dikembangkan serta diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, dan memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya nir perlu merubah kurikulum dan membangun mata pelajaran baru. Yang diharapkan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hayati melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yg dalam prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan eksklusif supaya bisa diterapkan pada kehidupan keseharian siswa. Dengan prinsip ini, mata pelajaran dipahami sebagai indera buat dikembangkan kecakapan hayati yg nantinya akan digunakan sang siswa dalam menghadapi kehidupan konkret. Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hayati sebagai berikut:
1.    Tidak membarui sistem pendidikan yang berlaku
2.    Tidak mengganti kurikulum yg berlaku
3.    Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar buat tahu, belajar menjadi diri sendiri, belajar buat melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama
4.    Belajar konstekstual menggunakan memakai potensi lingkungan lebih kurang menjadi sarana pendidikan
5.    Mengaitkan dengan kehidupan nyata
6.    Mengarah pada tercapainya hidup sehat serta berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan, mempunyai akses buat memenuhi standar hidup secara layak
A. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Keempat dimensi kecakapan hayati secara berkelanjutan wajib dimiliki sang peserta didik sejak TK hingga sekolah menengah, serta bahkan perguruan tinggi sekalipun. Akan tetapi pada praktik pengembangannya, penekanan pendidikan kecakapan hayati permanen mempertimbangkan taraf perkembangan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Kecakapan hayati pada Taman Kanak-kanak serta sekolah dasar (SD) tidak sinkron menggunakan sekolah menengah pertama (SMP), demikian juga kecakapan hayati pada sekolah menengah pertama berbeda menggunakan sekolah menengah atas (Sekolah Menengah Atas), bergantung pada tingkat perkembagan psikologis serta fisiologis peserta didik. Dominasi pendidikan kecakapan hayati mada masing-masing jenjang dapat digambarkan sebagai berikut.
Pendidikan Kecakapan Hidup Sekolah Menengah pertama, Sekolah Menengah Atas, dan SMK
             SMA                Sekolah Menengah Kejuruan                   
                       
                SMP
           
B. Pendidikan Kecakapan Hidup di SMP serta SMA
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah komitmen bersama yg harus dipegang teguh. Pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu upaya pada melahirkan generasi yg bukan hanya bisa hidup tetapi jua bisa bertahan hayati, serta bahkan dapat unggul (excel) dalam kehidupan dikemudian hari.  
Melihat diagram di atas, pendidikan kecapakan hidup dalam jenjang Sekolah Menengah pertama lebih menekankan pada kecakapan hidup umum (generik life skill), yaitu mencakup aspek kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill). Ini memberikan gambaran bahwa buat jenjang dasar berdasarkan pada prinsip bahwa kecakapan secara umum merupakan fondasi kecakapan yg diharapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini pula dapat dikatakan bahwa bukan berarti bahwa jenjang ini tidak perlu dikembangkan kecakapan hidup akademik dan vokasional, akan tetapi apabila dikembangkan maka baru pada tataran awal, misalnya berpikir kritis dan rasional, menumbuhkan perilaku amanah dan toleransi.
Aspek dasar yg wajib dimiliki peserta didik di SMP adalah kecakapan personal dan sosial yang seringkali disebut menjadi kecakapan generik (general life skill). Proses pembelajaran dengan pembenahan aspek personal dan sosial merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Peserta didik dalam usia Sekolah Menengah pertama nir hanya membutuhkan kecakapan membaca-membaca-berhitung sebagaimana dalam usia TK/SD, melainkan pula butuh suatu kecakapan lain yang mengajaknya buat cakap bernalar dan mengarifi kehidupan, sehingga pada masanya siswa dapat berkembang, kreatif, produktif, kritis, amanah buat menjadi insan-insan yg unggul dan pekerja keras. Pendidikan kecakapan hidup dalam jenjang ini lebih menekankan pada pembelajaran akhlak menjadi dasar pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan (basic goodness), seperti: kejujuran, kebaikan, kepatuhan, keadilan, pandangan hidup kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta kemampuan bersosialisasi.
a. Kecakapan personal (personal skill)
Kecapakan personal meliputi pencerahan diri dan berpikir rasional. Kesadaran diri merupakan tuntutan mendasar bagi peserta didik buat membuatkan potensi dirinya di masa mendatang. Kesadaran diri dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) pencerahan akan keberadaan diri sebagai makhluk Tuhan YME, makhluk sosial, dan makhluk lingkungan, dan (2) pencerahan akan potensi diri dan dorongan buat mengembangkannya. (Dikdasmen, 2004 diolah).
(1) Kesadaran diri difokuskan dalam kemampuan siswa buat melihat sendiri potret dirinya
    Pada tataran yang lebih rendah peserta didik akan melihat dirinya dalam hubungannya menggunakan lingkungan famili, kebiasaannya, kegemarannya, dan sebagainya. Pada tataran yang lebih tinggi, peserta didik akan semakin tahu posisi drinya di lingkungan kelasnya, sekolahnya, desanya, kotanya, serta seterusnya, minat, bakat, serta sebagainya.
(2) Kecakapan berpikir rasional merupakan kecakapan yg memakai rasio atau pikiran. Kecakapan ini meliputi kecakapan menggali kabar, memasak warta, serta merogoh keputusan secara cerdas, dan sanggup memecahkan masalah secara tepat dan baik. Pada jenjang pendidikan menengah (SMP dan Sekolah Menengah Atas) ketiga kecakapan tadi jauh lebih kompleks ketimbang dengan tingkat sekolah dasar (Sekolah Dasar). Sebagaimana diketahui bahwa pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK),  akal budi mengambil keputusan secara cerdas serta memecahkan kasus secara baik serta tepat menjadi isue utama pada pembelajaran kecakapan hayati dalam peserta didik sekolah menengah (Wasino 2004, diolah).
b.  Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan sosial bisa dipilah sebagai 2 jenis utama, yaitu (1) kecakapan berkomunikasi, serta (2) kecakapan bekerjasama
(1)   Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi bisa dilakukan baik secara verbal maupun goresan pena. Sebagai makhluk sosial yang hayati pada rakyat tempat tinggal maupun loka kerja, siswa sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi baik secara verbal maupun goresan pena. Dalam realitasnya, komunikasi verbal ternyata tidak gampang dilakukan. Seringkali orang nir dapat mendapat pendapat versus bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaiannya yang kurang berkenan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana menentukan kata dan cara menyamaikan supaya gampang dimengerti sang lawan bicaranya. Karena komunikasi secara mulut merupakan sangat krusial, maka perlu ditumbuhkembangkan semenjak peserta didik dini. Lain halnya dengan komunikasi secara tertulis. Dalam hal ini dibutuhkan kecakapan bagaimana cara mengungkapkan pesan secara tertulis menggunakan pilihan kalimat, istilah-kata, rapikan bahasa, dan anggaran lainnya agar mudah dipahami orang atau pembaca lain.
      (dua)  Kecakapan bekerjasama
Bekerja pada grup atau tim adalah suatu kebutuhan yg nir dapat dielakkan sepanjang manusia hayati. Salah satu hal yang dibutuhkan buat bekerja dalam grup merupakan adanya kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya relatif kompleks. Kerjasama yg dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling pengertian serta membantu antar sesama buat mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan bisa menciptakan semangat komunitas yang serasi.
c.    Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan akademik sering diklaim jua kecakapan intelektual atau kepandaian ilmiah yg pada dasarnya merupakan pengembangan menurut kecakapan berpikir secara umum, tetapi menunjuk pada aktivitas yg bersifat keilmuan. Kecakapan ini meliputi diantaranya kecakapan mengidentifikasi variabel, menyebutkan interaksi suatu fenomena eksklusif, merumuskan hipotesis, merancang serta melakspeserta didikan penelitian. Untuk menciptakan kecakapan-kecakapan tadi diharapkan juga sikap ilmiah, kritis, obyektif, serta transparan.
d.   Kecakapan vokasional (vokational skill)
Kecakapan ini seringkali dianggap dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu kecakapan yg dikaitkan menggunakan bidang pekerjaan tertentu yg terdapat di warga atau lingkungan siswa. Kecakapan vokasional lebih cocok buat siswa yg menekuni pekerjaan yang mengandalkan keterampilan psikomotorik daripada kecakapan berpikir ilmiah. Namun bukan berarti siswa SMP dan Sekolah Menengah Atas tidak layak buat menekuni bidang kejuruan seperti ini. Misalnya merangkai serta mengoperasikan personal komputer . Kecakapan vokasional mempunyai 2 bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar serta kecakapan vokasional khusus yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan eksklusif seperti halnya pada siswa di SMK. Kecakapan dasar vokasional bertalian menggunakan bagaimana peserta didik menggunakan indera sederhana, contohnya: obeng, palu, dsb; melakukan mobilitas dasar, serta membaca gambar sederhana. Kecakapan ini terkait menggunakan sikap taat asas, presisi, akurasi, dan tepat saat yg menunjuk kepada konduite produktif. Sedangkan vokasional spesifik hanya diperlukan bagi mereka yg akan menekuni pekerjaan yg sinkron dengan bidangnya. Misalnya pekerja montir, apoteker, tukang, tehnisi, atau meramu pilihan menu bagi yang menekuni pekerjaan rapikan makanan kenikmatan, serta sebagainya.
C. Penekanan Pendidikan Kecakapan Hidup pada Sekolah Menengah
Pendidikan kecakapan hidup di sekolah menengah mengungkapkan pada upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi era warta dan era globalisasi. Pada intinya pendidikan kecakapan hidup ini membantu serta membekali siswa pada pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani menghadapi problema kehidupan, serta sanggup memecahkan duduk perkara secara kreatif. Pendidikan kecakapan hayati bukan mata pelajaran baru, akan namun menjadi indera serta bukan sebagai tujuan. Penerapan konsep pendidikan kecakapan hayati terkait dengan syarat siswa dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter peserta didik, syarat sekolah serta lingkungannya.
Pendidikan keccakapan hayati pada Sekolah Menengah Atas lebih memfokuskan pada pengembangan kecakapan akademik dan kecakapan hidup umum. Sementara di Sekolah Menengah Kejuruan penekanan pengembangan diarahkan kepada kecakapan vokasional yang menjadi penekanan pendidikan kejuruan atau keterampilan buat bekerja, jua dalam pengembangan kecakapan akademik dan generik. Lebih lanjut penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing jenjang dapat digambarkan berikut.
Penekanan Pembelajaran Kecakapan Hidup
                      
                                                                            
   Taman Kanak-kanak             SD    SMP         SMA    S1            S2 dst ...
Gambar di atas menunujukkan penekanan pembelajaran antara kecakapan hidup serta substansi mata pelajaran yg ada di masing-masing jenjang pendidikan. Pada gambar tampak bahwa pada Sekolah Dasar pada kelas awal penekanan terhadap kecakapan hayati masih sangat secara umum dikuasai, meskipun secara bertahap substansi mata pelajaran mulai dimunculkan. Pada jenjang TK/Sekolah Dasar/SMP, proporsi substansi mata pelajaran semakin akbar serta porsi kecakapan hayati makin berkurang, dan pada jenjang SMA porsi kecakapan hayati hampir sebanding dengan substansi mata pelajaran.
Prinsip pembelajaran kecapakan hidup lebih pada kontekstual, yaitu adanya kaitan antara kehidupan nyata menggunakan lingkungan serta pengalaman siswa. Lebih lanjut interaksi antara mata pelajaran, kecakapan hidup, dan kehidupan konkret bisa digambarkan berikut.
Hubungan antara mata pelajaran, Kecakapan hidup
dan Kehidupan nyata
                                   
                                                Kontribusi hasil
                                                pembelajaran
Pendidikan kecakapan hayati sudah menjadi bagian berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), maka kecakapan hidup bukan sebagai mata pelajaran dan tidak sama dengan pendidikan keterampilan. Pendekatan pembelajaran menekankan dan menyesuaikan menggunakan kehidupan nyata atau kontekstual dalam kehidupan keseharian peserta didik. Apabila diakitkan dengan permasalahan dalam kehidupan nyata, maka bisa digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup terintegrasi dengan majemuk mata pelajaran yang ada pada di Sekolah Menengah pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Misalnya dalam mata pelajaran Matematika, pada mengusut matematika bukan sekedar buat pandai matematika, akan tetapi supaya seseorang dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, membaca data, menganalisis data, membuat kesimpulan, memeriksa ilmu lain, serta sebagainya. Itulah antara lain kecakapan hidup yg ingin diperoleh melalui pelajaran matematika.
Langkah-langkah klasifikasi unsur kecakapn hidup sebagai berikut:
a.    melakukan identifikasi unsur kecakapan hayati yg dibutuhkan dalam kehidupan konkret yg dituangkan pada bentuk pengalaman belajar
b.    melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yg mendukung kecakapan hidup
c.    mengklasifikasi dalam bentuk topik/tema berdasarkan mata pelajaran
d.    dsb (perlu diskusi)
Bab V
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
A.  Penilaian
Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) membawa akibat terhadap model serta teknik penilaian yg dilaksanakan peserta didikan pada kelas.  Penilaian tersebut terdiri atas penilaian eksternal serta penilaian internal. Penilaian eksternal adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang nir melakspeserta didikan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu forum, baik dalam juga luar negeri dimaksudkan diantaranya buat pengendali mutu. Sedangkan evaluasi internal merupakan penilaian yg dilakukan serta direncpeserta didikan sang pengajar dalam ketika proses pembelajaran berlangsung pada rangka penjaminan mutu. Dengan demikian, penilaian kelas merupakan evaluasi internal.
Penilaian kelas adalah evaluasi internal (internal assessment) terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah buat menilai kompetensinya dalam taraf tertentu dalam ketika dan akhir pembelajaran, sebagai akibatnya dapat diketahui perkembangan serta ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Penilaian kelas adalah suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang memperlihatkan pencapaian output belajar siswa, pelaporan, serta penggunaan berita mengenai output belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan peserta didikan melalui berbagai cara, misalnya tes tertulis (paper and pencil test), penilaian output kerja peserta didik melalui formasi hasil kerja/karya siswa (portfolio), penilaian produk, evaluasi proyek dan penilaian unjuk kerja (performance) siswa. Ini yang dianggap dengan penilaian output belajar.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan pada suasana yg menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa menerangkan apa yang dipahami dan bisa dikerjakannya. Hasil belajar seseorang peserta didik nir dianjurkan buat dibandingkan menggunakan siswa lainnya, tetapi menggunakan hasil yang dimiliki siswa tadi sebelumnya.  Dengan demikian peserta didik nir merasa dihakimi sang guru namun dibantu untuk mencapai apa yang dibutuhkan.
Tujuan
Penilaian Kelas ini bertujuan buat :
•    menaruh penjelasan mengenai orientasi yg baru pada penilaian  kurikulum berbasis kompetensi.
•    memberikan wawasan secara generik mengenai konsep penilaian yg dilaksanakan pada tingkat kelas.
•    menaruh rambu-rambu evaluasi kelas.
•    memberikan prinsip-prinsip pengolahan serta pelaporan hasil evaluasi.
Prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, usahakan pengajar perlu:
•    memandang penilaian dan aktivitas belajar-mengajar secara terpadu.
•    mengembangkan taktik yang mendorong serta memperkuat evaluasi sebagai cermin diri.
•    melakukan aneka macam taktik evaluasi pada dalam acara pengajaran buat menyediakan aneka macam jenis keterangan tentang output belajar siswa.
•    mempertimbangkan berbagai kebutuhan spesifik peserta didik.
•    mengembangkan serta menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan aktivitas belajar siswa.
•    menggunakan cara dan indera evaluasi yang bervariasi.
Agar penilaian objektif, pengajar harus berupaya secara optimal buat:
•    memanfaatkan banyak sekali bukti output kerja peserta didik serta tingkah laris dari sejumlah evaluasi.
•    menciptakan keputusan yang adil mengenai penguasaan kompetensi siswa dengan mempertimbangkan output kerja (karya).
Tehnik Penilaian
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan keterangan tentang kemajuan belajar siswa, baik yg herbi proses belajar maupun output belajar. Teknik mengumpulkan fakta tersebut dalam prinsipnya merupakan cara penilaian kemajuan belajar siswa berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yg wajib dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan dari indikator-indikator pencapaian kompetensi  yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini, dapat ditentukan penilaian yg sinkron. Untuk itu, terdapat tujuh teknik yg dapat dipakai, yaitu: (1) evaluasi unjuk kerja, (2) penilaian perilaku, (tiga) evaluasi tertulis, (4) penilaian proyek, (lima) penilaian produk, (6) penggunaan portofolio, dan (7) penilaian diri. 
B.    Tindak Lanjut
Untuk lebih memahami bentuk dan jenis penilaian pembelajaran kecakapan hayati, perlu dilakukan secara terus menerus tidak hanya pada aspek kognitif, akan namun juga pada aspek-aspek yg lain untuk mengetahui kemampuan siswa. Yang paling fundamental merupakan, bahwa evaluasi pendidikan kecakapan hayati tidak hanya tertumpu pada evaluasi keterampilan vokasional semata akan tetapi juga dalam kecakapan-kecakapan lainya misalnya kecakapan personal, sosial, serta akademiknya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Contoh 1
Pengembangan Silabus dan Penilaian Pendidikan Kecakapan Hidup
Jenjang Sekolah    : SMA
Mata Pelajaran    : Ekonomi
Kelas/Smt    : X/1
Topik        : Kebutuhan manusia
Standar Kompetensi    Kompetensi Dasar    Materi Pokok    Indikator    Pengalaman Belajar dan Aspek Kecakapan Hidup    Penilaian    Sumber/
Bahan/
Alat    Waktu
Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan insan, kelangkaan  serta sistem ekonomi
    1. Mengiden tifikasi kebutuhan manusia
    Kebutuhan manusia, kelangkaan serta sistem ekonomi    Mendiskripsikan kebutuhan manusia
Mendiskripsikan kelangkaan
Mendiskripsikan sistem ekonomi    Mengkaji referensi mengenai kebutuhan manusia (utama serta sekunder)
(Kecakapan hidup: menggali liputan, memasak, komunikasi mulut serta tulisan)
    Kuis dan jawab singkat    Buku siswa
    1 x 45
Mengetahui:
Kepala Sekolah,                            Pengajar Matpel
-------------------------                            -------------------------
Contoh 2
Penyusunan Rencana Pembelajaran
Tahap Kegiatan    Kegiatan Pembelajaran    Strategi    Kecakapan Hidup    Waktu
1. Kegiatan awal    Apersepsi    ......    ..........    ......
2. Kegiatan inti    Belajar gerombolan     Diskusi     •    Menggali informasi
•    Mengolah informasi
•    Bekerjasama
•    Menyusun kesimpulan
•    dst    30 menit
3. Kegiatan akhir    .........    ..........    .........    ........
Mengetahui:
Kepala Sekolah,                            Pengajar Matpel
-------------------------                            -------------------------
Contoh 3
Sistem Penilaian Kecakapan Hidup
a. Aspek Kognitif
Tingkatan Domain    Aspek yg dievaluasi    Nilai/Skor
1. Pengetahuan    Mengemukakan ......
Menceritakan ..........
Menyebutkan ...........   
2. Pemahaman    Membandingkan ...........   
3. Aplikasi    Melakukan percobaan ...........   
4. Analisa    Membuat grafik .........   
5. Sintesa    Memprediksi ...........   
6. Evaluasi    Menulis laporan .........   
Mengetahui:
Kepala Sekolah,                            Pengajar Matpel
-------------------------                            -------------------------
b. Aspek afektif
No    Nama Peserta didik    Aspek yang dievaluasi    Keterangan
        1    2    3    4    5    6    7    8    dst    Ya    Tidak
1                                               
2                                               
3                                               
4                                               
5                                               
6                                               
7                                               
8                                               
9                                               
10                                               
dst                                               
Keterangan:
Beri indikasi √ pada kolom aspek yg dievaluasi serta kolom keterangan
1.    Mengerjakan eksperimen
2.    Mengungkapkan gagasan
3.    Menerima pendapat teman
4.    Menghargai pendapat teman
5.    Kemampuan berkomunikasi
6.    Memecahkan masalah
7.    Menanggapi pendapat sahabat
8.    menyimpulkan hasil diskusi
Contoh 4
Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup dengan Mata Pelajaran di SMA
Mata Pelajaran : ....................................................
Aspek Kecapakan Hidup
Materi Pokok    Eksistensi diri    Potensi diri    Menggali warta    Mengolah informasi    Mengambil keputusan    Memecahkan kasus    .............    Berkomunikasi verbal    Berkomunikasi tertulis    Bekerjasama    ..................    Menguasai pengetahuan       Merancang dan melakspeserta didikan penelitian ilmiah
      Berkomunikasi ilmiah        Mengidentifikasi serta menghubungkan variabel      .......................      Menguasai keterampilan sesuai prosedur      Menguasai TIK      ....................
    Kecakapan
Personal    Kecakapan Sosial    Kecakapan Akademik    KecakapanVokasional
1.                                                                            
2.                                                                           
3.                                                                           
4.                                                                           
5.                                                                           
6.                                                                           
7.                                                                           
8.                                                                           
9.                                                                           
Dst                                                                            
Contoh 5
Tabel : Indikator-indikator Aspek Kecakapan Hidup pada TK/SD/Sekolah Menengah pertama dan SMA/SMK
ASPEK KECAKAPAN HIDUP    JENJANG
    TK    Sekolah Dasar    SMP    SMA    SMK
Kecakapan Personal                   
- Beriman kepada Tuhan YME    v    v    v    v    v
- Berakhlak mulia    v    v    v    v    v
- Berpikir rasional            v    v    v
- Komitmen        v    v    v    v
- Mandiri        v    v    v    v
- Percaya diri    v    v    v    v    v
- Bertanggung jawab    v    v    v    v    v
- Menghargai dan menilai diri        v    v    v    v
- Menggali informasi            v    v    v
- Mengolah liputan            v    v    v
- Mengambil Keputusan            v    v    v
- Memecahkan perkara            v    v    v
Kecakapan sosial                   
- Bekerjasama        v    v    v    v
- Menunjukkan tanggung jawab sosial        v    v    v    v
- Mengendalikan emosi                 v    v
- Berinteraksi dalam masyarakat                v    v
- Mengelola permasalahan                v    v
- Berpartisipasi            v    v    v
- Membudayakan perilaku sportif,
   disiplin, dan hidup sehat        v    v    v    v
-    Mendengarkan        v    v    v    v
-    Berbicara    v    v    v    v    v
-    Membaca        v    v    v    v
-    Menuliskan pendapat/gagasan        v    v    v    v
-    Bekerjasama menggunakan sahabat sekerja        v    v    v    v
-    Memimpin            v    v    v
Kecakapan akademik                   
- Menguasai pengetahuan                   
- Merancang serta melakspeserta didikan penelitian ilmiah                   
- Bersikap ilmiah                   
- Berpikir strategis                   
- Berkomunikasi ilmiah                     
- Menggunakan teknologi                   
- Mengambil keputusan                   
- Mengidentifikasi dan menghubungkan variabel                   
- Kemampuan merumuskan masalah                   
- Kemampuan bersikap kritis dan rasional                   
Kecakapan vokasional                   
- Menguasai keterampilan sinkron mekanisme                   
- Berwirausaha                   
- Menguasai TIK                   
- Merangkai indera                   
 

Demikian model pendidikan kecakapan hayati pada Sekolah Menengah pertama dan Sekolah Menengah Atas, Semoga berguna. Terima kasih.

KONSEP PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP LIFE SKILLS

Program Pendidikan Kecakapan Hidup atau disebut juga life skills, menjadi keliru satu acara primadona buat PNF yang mengedepankan kemampuan keterampilan dan kewirausahaan untuk warga . Apa sih sebenarnya yg disebut dengan Pendidikan Kecakapan Hidup atau life skills ini?
Pengertian Teoritis
Begitu poly pengertian mengenai Pendidikan Kecakapan Hidup atau life skills ini, baik yang dikemukakan oleh para pakar juga badan/forum yang memiliki otoritas di bidang pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Menurut Broling (1989) "life skills adalah interaksi aneka macam pengetahuan dan kecakapan yg sangat krusial dimiliki oleh seseorang sebagai akibatnya mereka bisa hidup mandiri". Broling mengelompokan life skill ke pada 3 gerombolan kecakapan yaitu; kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan hidup eksklusif/sosial (personal/social skill) dan kecakapan hayati bekerja (occupational skill).
Kecakapan hayati sehari-hari (daily living skill), diantaranya mencakup: pengelolaan kebutuhan pribadi. Pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan tempat tinggal pribadi, pencerahan kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan sandang, pencerahan langsung sebagai rakyat negara, pengelolaan ketika luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
Kecakapan hayati sosial/eksklusif (personal/social skill), antara lain, meliputi; pencerahan diri (minat, bakat, perilaku, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang  rasa serta kepedulian pada sesama, interaksi antar personal, pemahaman serta pemecahan masalah, menemukan dan berbagi kebiasaan positif kemandirian dan kepemimpinan.
Sedangkan yg termasuk dalam kecakapan hayati bekerja (occupational skill), mencakup, kecakapan menentukan pekerjaan, perencahaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, dominasi kompetensi, menjalankan sesuatu profesi, kesadaran buat menguasai banyak sekali keterampilan, kemampuan menguasai serta menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, serta menghasilkan produk barang serta jasa.
WHO (1997) menaruh pengertian bahwa kecakapan hayati merupakan banyak sekali keterampilan/kemampuan untuk bisa mengikuti keadaan dan berperilaku positif, yang memungkinkan seorang mampu menghadapi aneka macam tuntutan dan tantangan pada hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokan kecakapan hidup ke pada lima gerombolan , yaitu: (1) kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill), (2) kecakapan sosial (Social skill), (tiga) kecakapan berpikir (thingking skill), (4) kecakapan akademik (academic skill) dan (lima) kecakapan kejujuran (Vocational skill).
Dari uraian pada atas, dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan kecakapan hayati pada pendidikan nonformal adalah merupakan upaya buat menaikkan keterampilan, pengetahuan, perilaku dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar bisa hayati mandiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hayati didasarkan atas prinsip Empat Pilar Pendidikan, yaitu "learning to know" (belajar buat memperoleh pengetahuan yang diikuti sang "learning to learn" yaitu belajar buat tahu cara belajar). "learning to do" (belajar buat bisa berbuat/ melakukan pekerjaan), "learning to be" (belajar agar dapat sebagai orang yg bermanfaat sinkron menggunakan talenta, minat dan potensi diri) dan "learning to live together" (belajar buat dapat hidup bersama menggunakan orang lain).


Pengertian Operasional
Pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan buat menaikkan kecakapan hayati setiap rakyat negara. Pengertian kecakapan hidup merupakan kecakapan yg dimiliki oleh seorang buat berani menghadapi problema hayati serta kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, lalu secara agresif serta kreatif mencari serta menemukan solusi, sebagai akibatnya akhirnya mampu mengatasinya.
Secara operasional, acara kecakapan hayati pada pendidikan non formal dipilih menjadi empat jensi yaitu :
1. Kecakapan pribadi (personal skill), yg meliputi kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, serta percaya diri.
2. Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial.
3. Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, serta percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.
4. Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yg dikaitkan menggunakan bidang pekerjaan tertentu yg terdapat di masyarakat. Seperti pada bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), serta produksi barang eksklusif (peternakan, pertanian, perkebunan).
Keempat jenis kecakapan hidup pada atas, dilandasi oleh kecakapan spritual, yakni; keimanan, ketakwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur sebagai salah satu pengamalan dari sila pertama Pancasila. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentuka manusia yg berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, berdikari dan memiliki produktivitas serta etos kerja yg tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hayati pada satuan serta program pendidikan nonformal, utamanya pada rangka pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran lebih ditekankan dalam upaya pembelajaran yang dapat memberikan penghasilan (learning and earning).
Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hayati menggunakan pendekatan "broad based education (BBE)" dalam jalur pendidikan non formal (Malik Fadjar, 2001), ditandai oleh:
1. Kemampuan membaca serta menulis secara fungsional, baik pada bahasa Indonesia maupun keliru satu bahasa asing (inggris, arab, mandarin, jepang, dan lainnya).
2. Kemampuan merumuskan serta memecahkan perkara yg dihadapi melalui proses pembelajaran berpikir kritis dan ilmiah, penelitian, inovasi serta penciptaan.
3. Kemampuan menghitung menggunakan atau tanpa donasi teknologi guna mendukung ke 2 kemampuan tadi di atas.
4. Kemampuan memanfaatkan keanekaragaman teknologi diberbagai lapangang kehidupan (pertanian, perikanan, peternakan, kerajinan, kerumahtangga, kesehatan, komunikasi keterangan, manufaktur serta industri, perdagangan, kesenian, serta olahraga).
5. Kemampuan mengelola asal daya alam, sosial, budaya serta lingkungan
6. Kemampuan bekerja pada tim baik pada sektor formal maupun informal.
7. Kemampuan tahu diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
8. Kemampuan berusaha secara terus menerus serta menjadi manusia belajar dan pembelajar
9. Kemampuan mengintegrasikan pendidikan dan pembelajaran menggunakan etika sosio-religius bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).  Direktorat Kursus 2011.

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui SMK 
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yg ditandai menggunakan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan global kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia pada arti mengaktualisasikan semua potensi yg dimilikinya menjadi kemampuan yg dapat dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari pada warga luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara menurut suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yg bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal juga sektor non formal”.

Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya insan sebagai aset bangsa pada mengoptimalkan serta memaksimalkan perkembangan semua asal daya insan yg dimiliki. Upaya tersebut bisa dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga dalam jalur pendidikan formal yg menyiapkan lulusannya buat memiliki keunggulan di dunia kerja, antara lain melalui jalur pendidikan kejuruan. 

Pendidikan kejuruan yg dikembangkan pada Indonesia antara lain merupakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dibuat buat menyiapkan siswa atau lulusan yg siap memasuki dunia kerja serta sanggup mengembangkan perilaku profesional pada bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, dibutuhkan menjadi individu yg produktif yang sanggup bekerja menjadi energi kerja menengah serta memiliki kesiapan buat menghadapi persaingan kerja. Kehadiran Sekolah Menengah Kejuruan sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya rakyat yg beranjak eksklusif dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang mempunyai keterampilan vokasional eksklusif sinkron menggunakan bidang keahliannya.

Gambaran mengenai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yg disarikan berdasarkan Finch serta Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan berukuran ganda, yaitu kualitas menurut berukuran sekolah atau in-school success standards serta kualitas dari ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa pada memenuhi tuntutan kurikuler yg sudah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria ke 2, mencakup keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional sesudah mereka berada pada lapangan kerja yg sebenarnya.

Upaya buat mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai menggunakan tuntutan global kerja tadi, perlu didasari menggunakan kurikulum yang dibuat serta dikembangkan menggunakan prinsip kesesuaian menggunakan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah pada pembentukan kecakapan lulusan yg berkaitan menggunakan aplikasi tugas pekerjaan eksklusif. Kecakapan tadi sudah diakomodasi pada kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yg mencakup gerombolan Normatif, Adaptif serta gerombolan Produktif. 

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir tentang ilham kurikulum hingga bagaimana pelaksanaannya pada sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek pada mekanisme pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek aktivitas kurikulum yg terdiri atas empat dimensi yg saling bekerjasama satu terhadap yg lain, yaitu : (1) Kurikulum menjadi suatu inspirasi atau konsepsi, (dua) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum menjadi suatu kegiatan (proses) serta (4) Kurikulum menjadi suatu output belajar.

Kurikulum yang diimplementasikan pada SMK ketika ini, khusus buat kelompok produktif masih memakai kurikulum tahun 2004, sedangkan buat kelompok normatif serta adaptif sudah memakai model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini mauntut kreativitas guru pada dalam menaruh pengalaman belajar yg bisa menaikkan kompetensi peserta didik, lantaran betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung dalam sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum. 

Pendidikan serta pembinaan pada Sekolah Menengah Kejuruan; khusnya pada program produktif yang sinkron menggunakan bidang keahlian, secara ideal dituntut buat menerapkan pendekatan pembelajaran yang bisa memberikan pengalaman belajar pada peserta didik pada pada penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai menggunakan tuntutan global bisnis serta industri. Pendekatan pembelajaran tadi terdiri menurut : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini dibutuhkan sanggup menaruh pengalaman belajar pada siswa di pada penguasaan semua kompetensi yg wajib dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester buat Kelas X serta XI dan uji kompetensi buat kelas XII yg dilaksanakan sang pihak industri menjadi inatitusi pasangan.

Karakteristik Dan Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik yg tidak selaras menggunakan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tadi bisa dikaji berdasarkan tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. 

1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan buat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan siswa buat hidup berdikari serta mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai menggunakan acara kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tadi mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan pada samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional jua mempersiapkan siswa buat bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.

Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan pada atas, maka buat tahu filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan menjadi berikut :

a. Asumsi mengenai anak didik
Pendidikan kejuruan wajib memandang murid menjadi individu yg selalu pada proses buat mengembangkan langsung serta segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri siswa, seperti proses menjadi lebih dewasa, sebagai lebih pandai , menjadi lebih matang, yg menyangkut proses perubahan dampak efek eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan dampak perkembangan sosial ekonomi warga .

Pendidikan kejuruan adalah upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar buat membantu mereka pada berbagi diri serta potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu pada berinteraksi dengan global luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.

b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibuat sang kebutuhan rakyat yang berubah begitu pesat, sekaligus jua wajib berperan aktif dalam ikut dan memilih tingkat serta arah perubahan rakyat dalam bidang kejuruannya tadi.

Pendidikan kejuruan berkembang sinkron dengan perkembangan tuntutan warga , melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian kiprah atau tugas, dan konduite yg berkaitan menggunakan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yg kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.

c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan dimensi ekonomi menggunakan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik partikelir maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan mempunyai konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai peluang taraf balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan menggunakan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan serta isi pendidikan kejuruan dibuat sejalan menggunakan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan juga pengembangan karir siswa. 

Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan siswa sebagai manusia produktif, buat mengisi kebutuhan terhadap kiprah-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi rakyat. Dalam kerangka ini, bisa dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.

d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan 
Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya dalam komponen pendidikan serta pelatihan yang bisa berbagi potensi manusia secara optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan serta kebijakan ketenagakerjaan merupakan hubungan yang didasari oleh kepentingan irit, tetapi wajib selalu diingat bahwa interaksi penyelenggraan pendidikan kejuruan nir semata-mata ditentukan sang kepentingan ekonomi. 

Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, nir seharusnya hanya mendidik siswa dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik buat pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini nir memperhatikan anak didik menjadi suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas langsung siswa, berarti memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.

2. Peserta didik
Peserta didik dalam SMK (SMK) lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan mempunyai kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus bisa pribadi bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi menggunakan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia siswa secara umum dalam rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau siswa berada pada masa remaja.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini umumnya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi lantaran adanya perubahan-perubahan baik fisik juga psikis yg sangat cepat yg mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di pada merancang pembelajaran bagi anak yg berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang wajib diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan menurut Sukmadinata (2001), yaitu : 
a. Mampu menjalin interaksi yg lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja menggunakan orang lain buat mencapai tujuan eksklusif, mampu melepaskan perasaan langsung dan sanggup memimpin tanpa mendominasi.

b. Mampu melakukan kiprah-kiprah sosial menjadi pria serta wanita. Mampu menghargai, menerima serta melakukan peran-peran sosial sebagai pria serta wanita dewasa.

c. Menerima syarat jasmaninya serta dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut buat menyenangi dan menerima dengan masuk akal kondisi badannya, bisa menghargai atau menghormati syarat badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga syarat badannya.

d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan sudah tanggal menurut ketergantungan sebagai kanak-kanak menurut orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.

e. Memiliki perasaan bisa berdiri sendiri pada bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki , kemudian berangsur-angsur juga tumbuh pada anak perempuan , perasaan mampu buat mencari nafkah sendiri.

f. Mampu menentukan dan mempersiapkan diri buat suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan bisa beliau kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.

g. Belajar mempersiapkan diri buat perkawinan serta hayati berkeluarga. Memiliki perilaku yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak. 

h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hayati bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir serta berbahasa untuk bisa memecahkan problema-problema masyarakat terbaru.

i. Memiliki perilaku sosial seperti yang dibutuhkan warga . Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan serta kesejahteraan rakyat.

j. Memiliki seperangkat nilai yg sebagai pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yg sanggup diterapkan dalam kehidupan, terdapat kemauan dan usaha buat merealisasikannya. 

3. Substansi pendidikan kejuruan
Substansi berdasarkan pendidikan kejuruan harus menampilkan ciri pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :

a. Orientasi (Orientation) 
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi dalam proses serta output atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur menggunakan keberhasilan pendidikan siswa di sekolah saja, namun juga menggunakan output prestasi kerja dalam global kerja. Finch serta Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan aktivitas pada lingkungan sekolah) dan output (dampak pengalaman serta kegiatan tersebut pada siswa).

b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yg jelas. Justifikasi buat acara pendidikan kejuruan merupakan adanya kebutuhan nyata tenaga kerja pada lapangan kerja atau di global bisnis serta industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch serta Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah serta warga . Ketika kurikulum berorientasi pada siswa, maka dukungan bagi kurikulum tersebut dari menurut peluang kerja yg tersedia bagi para lulusan.

c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan nir terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, namun harus secara simultan mempersiapkan siswa yg produktif. Finch serta Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa buat membuatkan suatu taraf pengetahuan, keahlian, perilaku dan nilai yang luas. Setiap aspek tadi akhirnya bertambah pada beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan pada dalam mengembangkan pengetahuan siswa, keahlian meniru, perilaku dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya.

Seluruh kemampuan tadi di atas, bisa dikuasai oleh siswa melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yg diaplikasikan baik dalam situasi kerja yg tersimulasi lewat proses belajar mengajar pada sekolah maupun situasi kerja yg sebenarnya dalam dunia usaha atau industri (pembelajaran di global kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yg telah dikuasai diperlukan dapat menaruh kontribusi pada pengembangan diri siswa, sebagai akibatnya mereka mampu bekerja sinkron menggunakan tuntutan dunia usaha dan industri.

d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)
Kriteria buat memilih keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan siswa di sekolah, mengenai beberapa aspek yg akan dia masuki. Penilaian keberhasilan dalam siswa di sekolah wajib dalam evaluasi sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam baku keberhasilan sekolah harus bekerjasama erat menggunakan keberhasilan yang diharapkan pada pekerjaan, menggunakan kriteria yg dipakai sang guru dengan mengacu dalam standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan sang dunia kerja (dunia usaha dan global industri).

e. Standar keberhasilan pada luar sekolah (Out-of school success standards) 
Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yg terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan pada luar sekolah berkaitan menggunakan pekerjaan atau kemampuan kerja yang umumnya dilakukan oleh dunia bisnis atau global industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan majemuk antar sekolah dan antar Negara, namun keberhasilan tadi tak jarang merogoh bentuk kepuasan pegawai menggunakan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yg mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yg bekerjasama, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yg dialami lulusan. 

Sebagai model, buat memilih keberhasilan pada luar sekolah yang sudah dilakukan dalam SMK merupakan menggunakan dilaksanakannya uji level buat kelas X serta XI, dan uji kompetensi buat kelas XII yang dilakukan sang global bisnis atau industri menurut baku kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.

Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh global bisnis dan industri yang mengacu pada baku kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang didapatkan sang masing-masing industri.

f. Hubungan kerja sama menggunakan masyarakat (School-community relationships)
Suatu bisnis pendidikan harus herbi masyarakat, demikian juga menggunakan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab pada dalam mempertahankan interaksi yg bertenaga dengan banyak sekali bidang keahlian yg berkembang pada rakyat.

Pengertian msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha serta global industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan wajib relevan menggunakan tuntutan kerja dalam global usaha atau industri, maka perkara hubungan antara forum pendidikan dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu karakteristik ciri yg penting bagi pendidikan kejuruan.

Perwujudan hubungan timbal kembali berupa kesediaan global bisnis atau industri, menampung peserta didik buat mendapat kesempatan pengalaman belajar pada lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yg saling menguntungkan.

g. Keterlibatan pemerintah sentra (Federal involvement) 
Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan menggunakan dana pendidikan yang akan dialokasikan, lantaran hal ini akan mensugesti kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan eksklusif yang dipakai pada bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.

h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yg tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus memiliki ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan warga dalam biasanya, dan global kerja dalam khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, penemuan dan inovasi-inovasi baru di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan wajib bersifat responsif agresif terhadap perkembangan ilmu serta teknologi, menggunakan upaya lebih menekankan pada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas buat menghadapi prospek karir peserta didik pada jangka panjang.

i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan pada implementasi aktivitas pembelajaran perlu didukung sang fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi global kerja secara realistis serta edukatif, diharapkan poly perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja serta laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yg harus ada sebagai fasilitas bagi siswa pada pada membuatkan kemampuan kerja sinkron dengan tuntutan global usaha dan industri.

Kebutuhan buat koordinasi program kejuruan yg bekerja sama menggunakan industri pada warga , berafiliasi erat buat menjalin dan mempertahankan sentra kerja bagi peserta didik memberitahuakn suatu susunan unit permasalahan logistik.

j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai porto pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang aktivitas pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan serta penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh berdasarkan sekolah. Di samping itu, alat-alat harus diperbaharui secara periodik jua guru berharap buat menaruh pengalaman belajar yg sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa sebagai mahal. Yang terakhir yang juga wajib menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis menjadi bahan praktikum yang dipakai secara rutin sinkron dengan acara keahlian yg dikembangkan dalam Sekolah Menengah Kejuruan masing-masing.

Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan berdasarkan Finch serta Crunkilton (1984) di atas, bisa dijadikan acuan pada dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan pada Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yg dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada ciri sebagai berikut :
1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja 
2) Pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja
3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai yg dibutuhkan sang dunia kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa wajib pada “hands-on” atau performance dalam dunia kerja 
5) Hubungan yg erat dengan global kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan
6) Pendidikan kejuruan yang baik merupakan responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi
7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan dalam “learning by doing” 
8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir buat praktek sinkron dengan tuntutan dunia bisnis serta industri

B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan juga pada pendidikan kejuruan, lantaran waktu ini tatanan kehidupan dalam umumnya serta tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kolaborasi antar Negara semakin terbuka dan pada sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk mempertinggi kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang andal, antara lain kemampuan manajemen, teknologi serta asal daya insan. Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yg bisa menentukan kelangsungan hayati serta kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.

Pendidikan mempunyai peran yg sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yg tangguh buat menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau asal daya manusia yg mempunyai kemampuan kerja sebagai energi kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha serta global industri. Oleh karenanya sinkron dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan training kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan buat masa depan.

1. Tuntutan peserta didik 
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik supaya siap bekerja, baik bekerja secara berdikari (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang terdapat. SMK menjadi keliru satu institusi yg menyiapkan energi kerja, dituntut bisa membentuk lulusan sebagaimana yg diharapkan global kerja. Tenaga kerja yang diharapkan adalah sumber daya insan yg memiliki kompetensi sinkron dengan bidang pekerjaannya, mempunyai daya adaptasi serta daya saing yg tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum pada rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan menggunakan syarat serta kebutuhan global kerja. 

Tuntutan siswa serta lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan asal pijakan pada pada merumuskan tujuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan pada penerangan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama buat bekerja pada bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum serta tujuan khusus menjadi berikut. 

Tujuan Umum :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik pada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan potensi peserta didik agar sebagai warga Negara yg berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab.
c. Mengembangkan potensi peserta didik supaya memiliki wawasan kebangsaan, memahami serta menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
d. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hayati, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, dan memanfaatkan sumber daya alam menggunakan efektif dan efisien.

Tujuan Khusus :
a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, juga bekerja berdikari, mengisi lowongan pekerjaan yang terdapat di global usaha dan industri menjadi energi tingkat kerja menengah, sinkron dengan kompetensi dalam program keahlian yg dipilihnya.
b. Menyiapkan peserta didik agar bisa menentukan karir, ulet serta gigih dalam berkompetisi, menyesuaikan diri di lingkungan kerja, dan menyebarkan perilaku profesional pada bidang keahlian yg diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni, agar sanggup berbagi diri di lalu hari baik secara berdikari maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi
d. Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi sinkron dengan acara keahlian yang dipilih.
(Disarikan dari Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana, 2004).

2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau berdasarkan perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran serta aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yg sebagai tantangan bagi Sekolah Menengah Kejuruan, baik pada konteks regional juga nasional, antara lain : 
a. Implementasi acara pendidikan dan training wajib serius pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan
b. Pelaksanaan kurikulum harus dari pendekatan yang lebih fleksibel sinkron dengan musim perkembangan serta kemajuan teknologi supaya kompetensi yg diperoleh siswa selama serta setelah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi
c. Program pendidikan dan training sepenuhnya wajib berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan kiprah aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi kiprah Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan pada wilayahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan. 

Untuk mencari solusi menurut tantangan tersebut pada atas, Sekolah Menengah Kejuruan sebagai galat satu lembaga penyelenggara pendidikan serta pembinaan kejuruan wajib mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada siswa walaupun syarat fasilitasnya sangat majemuk. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh pemerintah pada pendidikan kejuruan merupakan pada sistem Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan kenyataan ini, apakah Sekolah Menengah Kejuruan masih dibutuhkan ? 

Pembukaan serta penutupan suatu SMK dalam dasarnya sangat tergantung dalam tuntutan kebutuhan pengembangan asal daya manusia di daerah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan asal daya insan yang terkait menggunakan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan lantaran lebih menurut 80 % tenaga kerja pada lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja dalam lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan kentara adalah hal penting”. 

Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan bila secara hukum nir dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan rakyat yang sama sekali tidak dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan buat menutup Sekolah Menengah Kejuruan selama institusi tadi masih bisa menjalankan kiprah dan fungsi serta tidak bertentangan menggunakan aturan yg berlaku.

Upaya buat mempertahan Sekolah Menengah Kejuruan yg bisa menjawab tuntutan kebutuhan warga , pada hal ini Sekolah Menengah Kejuruan wajib mampu menjalankan kiprah dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran serta fungsinya tersebut, maka pendidikan serta pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yg dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); menjadi berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti beliau akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yg efektif hanya bisa diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan menggunakan cara, indera dan mesin yg sama misalnya yang ditetapkan pada tempat kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir serta bekerja misalnya yg dibutuhkan dalam pekerjaan itu sendri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika beliau bisa memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya dalam taraf yg paling tinggi
e. Pendidikan kejuruan yg efektif buat setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya bisa diberikan kepada seorang yang memerlukannya, yg menginginkannya serta yang bisa untung darinya
f. Pendidikan kejuruan akan efektif bila pengalaman latihan buat menciptakan norma kerja serta kebiasaan berfkir yg sahih diulangkan sebagai akibatnya pas misalnya yg diharapkan dalam pekerjaan nantinya
g. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila gurunya sudah mempunyai pengalaman yg sukses pada penerapan keterampilan serta pengetahuan pada operasi serta proses kerja yg akan dilakukan
h. Pada setiap jabatan terdapat kemampuan minimum yg harus dipunyai oleh seseorang supaya dia permanen bisa bekerja dalam jabatan tersebut
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan pertanda-pertanda pasar kerja)
j. Proses pembinaan kebiasaan yg efektif pada murid akan tercapai jika training diberikan dalam pekerjaan yang nyata
k. Sumber yg bonafide buat mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tersebut
l. Setiap okupasi mempunyai karakteristik-ciri isi (body of content) yang bhineka satu menggunakan yg lainnya
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yg efisien jika sesuai menggunakan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan serta memang paling efektif bila dilakukan lewat pengajaran kejuruan
n. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila metode pengajaran yg digunakan dan interaksi eksklusif dengan siswa mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika beliau luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar
p. Pendidikan kejuruan memerlukan porto tertentu serta bila tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan nir boleh dipaksakan beroperasi.

3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan
Tuntutan pengelolaan dalam pendidikan kejuruan harus sinkron menggunakan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola usang yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terperinci, jelas dan konkrit sebagai pendidikan kejuruan menjadi program pengembangan sumber daya insan. Dimensi pembaharuan yang diturunkan menurut kebijakan link and match, yaitu :

a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan deman driven ini mengharapkan global bisnis serta global industri atau dunia kerja lebih berperan di pada memilih, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yg lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, global kerja ikut berperan dan karena proses pendidikan itu sendiri lebih lebih banyak didominasi dalam menentukan kualitas tamatannya, serta pada penilaian hasil pendidikan itupun global kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin serta terukur menggunakan ukuran global kerja.

Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK wajib melakukan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan pada program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat mungkin menggunakan kebutuhan serta kondisi global kerja/industri, serta mempunyai relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah bisa membaca keahlian dan performansi apa yg diperlukan dunia bisnis atau industri buat dapat dimasuki oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. 

b. Perubahan berdasarkan pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program) 
Perubahan berdasarkan pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya acara pendidikan kejuruan itu dilaksanakan pada 2 tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yg dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan serta nilai-nilai dunia kerja yang nir mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan pandangan hidup kerja.

c. Perubahan berdasarkan model pedagogi yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke contoh pengajaran berbasis kompetensi
Perubahan ke model pedagogi ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pedagogi secara eksklusif berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke pada kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.

d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke acara dasar yang mendasar, bertenaga serta luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, menunjuk kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat serta lebih luas. Sistem baru yg berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin membangun sumberdaya manusia yang berkualitas serta yang memiliki keunggulan, bila nir diawali menggunakan pembentukan dasar yg kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi buat membangun keunggulan, sekaligus menyesuaikan diri terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris serta Komputer. Sistem baru ini wajib memberi dasar yg lebih luas namun kuat serta mendasar, yg memungkinkan seorang tamatan SMK mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.

e. Perubahan menurut sistem pendidikan formal yg kaku, ke sistem yang luwes serta menganut prinsip multy entry, multy exit
Dengan adanya perubahan menurut supply driven ke demand driven, dari schools based acara ke dual based acara, dari contoh pedagogi mata pelajaran ke acara berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yg memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri serta pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yg telah mempunyai sejumlah satuan kemampuan tertentu (lantaran program pengajarannya berbasis kompetensi), menerima kesempatan kerja pada dunia kerja, maka siswa tadi dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan jikalau siswa tadi ingin masuk sekolah kembali menyelesaikan acara SMK nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, serta bahkan menghargai dan mengakui keahlian yg diperoleh peserta didik yang bersangkutan menurut pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda jua memerlukan pengaturan praktek kerja pada industri sesuai menggunakan anggaran kerja yg berlaku di industri yang tidak sama menggunakan anggaran kalender belajar di sekolah.

f. Perubahan menurut sistem yg tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh menurut mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus sanggup memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki sang seorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yg sudah mempunyai kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal buat pendidikan dan pembinaan berkelanjutan. Untuk ini Sekolah Menengah Kejuruan perlu menyiapkan diri sebagai akibatnya memiliki instrument dan kemampuan menguji kompetensi seorang darimana serta dengan cara apapun kompetensi itu dihasilkan.

g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yg mengintegrasikan pendidikan dan training kejuruan secara terpadu
Program baru pendidikan yg mengemas pendidikannya pada bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pembinaan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi kompetensi, serta kompetensi yang terstandar itu mampu dicapai melalui program pendidikan, acara pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.

h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem baru permanen mengharapkan serta mengutamakan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan langsung bekerja, agar segera sebagai energi produktif, bisa memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yg potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi sesudah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang buat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi (misalnya acara Diploma), melalui suatu proses artikulasi yg mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh berdasarkan Sekolah Menengah Kejuruan dan dari pengalaman kerja sebelumnya.

Untuk menerima sistem artikulasi yg efisien diharapkan “acara antara” (bridging acara) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan Sekolah Menengah Kejuruan yang telah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yg lebih tinggi. 

i. Perubahan berdasarkan manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)
Pola baru manajemen berdikari dimaksudkan memberi peluang pada propinsi serta bahkan sekolah buat menentukan kebijakan operasional, dari permanen mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi dalam hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan penemuan. Proses pendewasaan Sekolah Menengah Kejuruan perlu ditekankan, buat menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yg baik dari sekolah, menggunakan prinsip akuntabilitas (accountability) yg secara taat azas menaruh penghargaan pada mereka yg pantas dihargai, serta menindak mereka yang pantas ditindak.

j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah sentra, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat
Sejalan menggunakan prinsip demand driven, dual based acara, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan bisa mendorong pertumbuhan swadana dalam Sekolah Menengah Kejuruan, dan posisi lokasi dana menurut pemerintah sentra bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini pula dibutuhkan sanggup mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.