KONSEP PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP LIFE SKILLS

Program Pendidikan Kecakapan Hidup atau disebut juga life skills, menjadi keliru satu acara primadona buat PNF yang mengedepankan kemampuan keterampilan dan kewirausahaan untuk warga . Apa sih sebenarnya yg disebut dengan Pendidikan Kecakapan Hidup atau life skills ini?
Pengertian Teoritis
Begitu poly pengertian mengenai Pendidikan Kecakapan Hidup atau life skills ini, baik yang dikemukakan oleh para pakar juga badan/forum yang memiliki otoritas di bidang pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Menurut Broling (1989) "life skills adalah interaksi aneka macam pengetahuan dan kecakapan yg sangat krusial dimiliki oleh seseorang sebagai akibatnya mereka bisa hidup mandiri". Broling mengelompokan life skill ke pada 3 gerombolan kecakapan yaitu; kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan hidup eksklusif/sosial (personal/social skill) dan kecakapan hayati bekerja (occupational skill).
Kecakapan hayati sehari-hari (daily living skill), diantaranya mencakup: pengelolaan kebutuhan pribadi. Pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan tempat tinggal pribadi, pencerahan kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan sandang, pencerahan langsung sebagai rakyat negara, pengelolaan ketika luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
Kecakapan hayati sosial/eksklusif (personal/social skill), antara lain, meliputi; pencerahan diri (minat, bakat, perilaku, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang  rasa serta kepedulian pada sesama, interaksi antar personal, pemahaman serta pemecahan masalah, menemukan dan berbagi kebiasaan positif kemandirian dan kepemimpinan.
Sedangkan yg termasuk dalam kecakapan hayati bekerja (occupational skill), mencakup, kecakapan menentukan pekerjaan, perencahaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, dominasi kompetensi, menjalankan sesuatu profesi, kesadaran buat menguasai banyak sekali keterampilan, kemampuan menguasai serta menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, serta menghasilkan produk barang serta jasa.
WHO (1997) menaruh pengertian bahwa kecakapan hayati merupakan banyak sekali keterampilan/kemampuan untuk bisa mengikuti keadaan dan berperilaku positif, yang memungkinkan seorang mampu menghadapi aneka macam tuntutan dan tantangan pada hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokan kecakapan hidup ke pada lima gerombolan , yaitu: (1) kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill), (2) kecakapan sosial (Social skill), (tiga) kecakapan berpikir (thingking skill), (4) kecakapan akademik (academic skill) dan (lima) kecakapan kejujuran (Vocational skill).
Dari uraian pada atas, dapat dirumuskan bahwa hakikat pendidikan kecakapan hayati pada pendidikan nonformal adalah merupakan upaya buat menaikkan keterampilan, pengetahuan, perilaku dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar bisa hayati mandiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hayati didasarkan atas prinsip Empat Pilar Pendidikan, yaitu "learning to know" (belajar buat memperoleh pengetahuan yang diikuti sang "learning to learn" yaitu belajar buat tahu cara belajar). "learning to do" (belajar buat bisa berbuat/ melakukan pekerjaan), "learning to be" (belajar agar dapat sebagai orang yg bermanfaat sinkron menggunakan talenta, minat dan potensi diri) dan "learning to live together" (belajar buat dapat hidup bersama menggunakan orang lain).


Pengertian Operasional
Pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan buat menaikkan kecakapan hayati setiap rakyat negara. Pengertian kecakapan hidup merupakan kecakapan yg dimiliki oleh seorang buat berani menghadapi problema hayati serta kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, lalu secara agresif serta kreatif mencari serta menemukan solusi, sebagai akibatnya akhirnya mampu mengatasinya.
Secara operasional, acara kecakapan hayati pada pendidikan non formal dipilih menjadi empat jensi yaitu :
1. Kecakapan pribadi (personal skill), yg meliputi kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, serta percaya diri.
2. Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial.
3. Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, serta percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.
4. Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yg dikaitkan menggunakan bidang pekerjaan tertentu yg terdapat di masyarakat. Seperti pada bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), serta produksi barang eksklusif (peternakan, pertanian, perkebunan).
Keempat jenis kecakapan hidup pada atas, dilandasi oleh kecakapan spritual, yakni; keimanan, ketakwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur sebagai salah satu pengamalan dari sila pertama Pancasila. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentuka manusia yg berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, berdikari dan memiliki produktivitas serta etos kerja yg tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hayati pada satuan serta program pendidikan nonformal, utamanya pada rangka pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran lebih ditekankan dalam upaya pembelajaran yang dapat memberikan penghasilan (learning and earning).
Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hayati menggunakan pendekatan "broad based education (BBE)" dalam jalur pendidikan non formal (Malik Fadjar, 2001), ditandai oleh:
1. Kemampuan membaca serta menulis secara fungsional, baik pada bahasa Indonesia maupun keliru satu bahasa asing (inggris, arab, mandarin, jepang, dan lainnya).
2. Kemampuan merumuskan serta memecahkan perkara yg dihadapi melalui proses pembelajaran berpikir kritis dan ilmiah, penelitian, inovasi serta penciptaan.
3. Kemampuan menghitung menggunakan atau tanpa donasi teknologi guna mendukung ke 2 kemampuan tadi di atas.
4. Kemampuan memanfaatkan keanekaragaman teknologi diberbagai lapangang kehidupan (pertanian, perikanan, peternakan, kerajinan, kerumahtangga, kesehatan, komunikasi keterangan, manufaktur serta industri, perdagangan, kesenian, serta olahraga).
5. Kemampuan mengelola asal daya alam, sosial, budaya serta lingkungan
6. Kemampuan bekerja pada tim baik pada sektor formal maupun informal.
7. Kemampuan tahu diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
8. Kemampuan berusaha secara terus menerus serta menjadi manusia belajar dan pembelajar
9. Kemampuan mengintegrasikan pendidikan dan pembelajaran menggunakan etika sosio-religius bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).  Direktorat Kursus 2011.

Comments