MENULIS KARYA ILMIAH SEDERHANA

Menulis KaryaIlmiah Sederhana
Menulis karyailmiah sederhana merupakan materi yg terdapat pada Sekolah Menengah. Baik pada SMP/MTsmaupun di SMA, MA, dan SMK. Pada dasarnya pelajaran ini pula akan diperlukanoleh semua pelajar, bahkan hingga tingkat perguruan tinggi. Kemampuan menuliskarya ilmiah lebih poly bertumpu dalam logika berpikir.

Berikut inidijelaskan struktur Karya Ilmiah Sederhana:

Judul
Pendahuluan
Pembahasan / Isi
Penutup
Daftar Pusataka

JudulPenelitian

Judul penelitianhendaknya ditulis menggunakan baik menurut kaidah penulisan judul. Kaidahpenulisan judul dalam umumnya merupakan setiap kata diawali dengan huruf kapitalkecuali istilah hubung (dengan, untuk) ataupun preposisi (di, ke, dari).selain itu, pada penelitian penulisan judul hendaknya mewakili minimal tigahal yaitu: objek, asal data, dan teori. Lebih lengkapnya silakan simak contohJudul Penelitian ini dia.
Wacana GrafitiBerbahasa Indonesia dalam Bak Truk: Analisis Wacana Kritis.

Wacana GrafitiBerbahasa Indonesiamerupakan objek penelitiannya, Bak Truk merupakan sumber data, serta AnalisisWacana Kritis adalah teori atau pendekatan yang digunakan buat melakukanpenelitian.

Pendahuluan

Bagianpendahuluan pada Menulis Karya Ilmiah Sederhana berisi empat hal pokok, yaituLatar Belakang penelitian, kasus yg dibahas pada penelitian, tujuandilakukan penelitian, serta teori yg digunakan dalam penelitian tadi.karena ini adalah penelitian sederhana, maka yg dipakai adalah teori yangsederhana pula.

Latar belakangpada dasarnya berisi pemaparan alasan mengapa penelitian tersebut dibutuhkandan krusial buat dilakukan. Misalnya bila judulnya misalnya pada atas, maka latarbelakangnya mampu misalnya contoh di bawah ini:

Di sepanjangjalan, acapkali ditemui truk dengan tulisan pada bagian belakang truk.tulisan-goresan pena tersebut mempunyai bentuk yang jelas serta unik sehingga menarikuntuk dibaca sang setiap orang yg melihatnya. Tulisan-goresan pena tersebut tentubuka sekedar dicoretkan sang para pembuatnya. Tentu coretan-coretan tersebutmemiliki tujuan serta makna eksklusif.

Oleh karenaberagam dan banyaknya goresan pena tadi, itu menjadi kenyataan tersendiri. Akantetapi tidak seluruh orang sanggup tahu goresan pena di bak truk lantaran tulisan yangsangat singkat dan hanya beberapa kata saja. Maka diperlukan analisis yangmendalam untuk sanggup tahu goresan pena-tulisan tadi.



Setelah latarbelakang, ada rumusan masalah yg dilanjutkan langsung menggunakan tujuanpenelitian. Rumusan masalah umumnya berupa pertanyaan yg berkaitan denganpenelitian. Tujuan penelitian berupa usaha untuk memaparkan rumusan masalahtersebut. Berikut ini contoh rumusan masalah sekaligus tujuan dari penelitian yang berjudul Wacana Grafiti Berbahasa Indonesia pada Bak Truk: AnalisisWacana Kritis.

Berdasarkanpemaparan pada atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada goresan pena iniadalah Bagaimana bentuk-bentuk tulisan dalam grafiti bak truk. Adapun tujuandalam penelitian ini merupakan mengungkapkan bentuk-bentuk grafiti yang ada padabak truk.

Dalam penelitiansederhana pemaparan teori digabung dalam pendahuluan. Tempatnya sempurna setelahtujuan penelitian. Teori yang dipaparkan pula teori yang sederhana. Cukupberupa pengertian dari hal-hal yang ada pada judulnya. Jika judulnya adalah WacanaGrafiti Berbahasa Indonesia pada Bak Truk: Analisis Wacana Kritis. Makayang dibutuhkan merupakan pengertian tentang Grafiti, Bak Truk, dan AnalisisWacana Kritis.


Pembahasan

Pembahasan atauisi dalam karya ilmiah sederhana berupa gambaran hasil pengamatan yg telahdisesuaikan menggunakan rumusan masalah. Jika rumusan perkara terdapat tiga maka pokokbahasannya dibagi menjadi tiga. Misalnya misalnya contoh pada atas, rumusanmasalahnya hanya terdapat satu, maka utama bahasannya terdapat satu. Akan namun jikaditemukan aneka macam variasi mengenai bentuk grafiti (misalnya judul di atas) makajuga perlu dijelaskan masing-masing bentuknya.

Pemaparan hasildisesuaikan dengan data yang ditemukan. Pembahasan tidak hanya berupapemunculan data (ditulis datanya saja) melainkan jua wajib disertai hasilanilisis (pengamatan) oleh peneliti.

Penutup

Bagian penutupdalam penulisan karya ilmiah sederhana umumnya berupa kesimpulan daripemaparan. Misalnya sesudah dipaparkan panjang lebar pada pembahasan yangutuh, maka perlu disimpulkan. Kesimpulan tersebut dapat berupa paragraf maupunberupa pokok-pokok (poin-poin) hasil temuan.

Daftar Pustaka

Daftar  pustaka berisi daftar kitab yang menjadirujukan (bahan bacaan) buat menemukan teori. Berikut ini model penulisandaftar pustaka yg sahih.
Sugono, Dendy(Peny.). 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Keterangan:
Sugono, Dendymerupaka pembalikan nama penulisnya Dendy Sugono. Nama tersebut dibalik denganketentuan, Satu kata nama paling akhir di letakkan pada depan kemudian diikutitada koma (,). Misalnya nama penulisnya adalah Abdur Rahman Wahid maka ditulisWahid, Abdur Rahman.
(Peny) merupakansingkatan berdasarkan penyunting bisa pula ditulis ed untuk editor. Halini diperlukan karena penulis adalah tim (poly penulis) dan yang ditulisadalah editornya.

2010. Merupakantahun terbitnya kitab .
Kamus BesarBahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat merupakan judul buku yg menjadi acum.penulisannya memakai kaidah penulisan judul, seperti yang telah dijelaskandi atas, serta harus ditulis miring. Kalau ada kabar cetakan dihalaman depan kitab makan ditulis jua cetakannya.
Jakarta adalahtempat terbit.
Gramedia PustakaUtama adalah nama penerbit yg menerbitkan buku tersebut.

Data-data pada atasbiasanya ditulis pada bagian depan buku.


Semoga postinganmengenai menulis karya ilmiah sederhana dan beserta misalnya ini dapatmemberikan manfaat. J

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN KEPROFESIAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI GURU

Oleh Sigit Utomo*

Mulai tahun 2013, para pengajar dihadapkan  pada peraturan perundangan baru yg akan diberlakukan, yaitu Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun  2009  mengenai  Jabatan  Fungsional  Pengajar  dan  Angka  Kreditnya.  Esensi  menurut  peraturan  tersebut bahwa  setiap  pengajar  pada  setiap  tahun  akan  dinilai  kinerjanya  serta  melaksanakan  pengembangan keprofesian berkelanjutan yang berdampak dalam jumlah nomor kredit yg dikumpulkan buat dapat naik  pangkat  ke  jenjang  pangkat  yg  lebih  tinggi  dari  sebelumnya.  Pengembangan  keprofesian tersebut  mencakup  pengembangan  diri,  publikasi  ilmiah,  serta  karya  inovatif.  Publikasi  ilmiah  yg diperlukan  terutama  Penelitian  Tindakan  Kelas  yg  dapat  memperbaiki  kualitas  proses pembelajaran  yang  berdampak  dalam  peningkatan  hasil  belajar  murid,  disamping  bentuk  publikasi ilmiah serta karya inovatif lainnya.

A.  PENDAHULUAN
       Guru  adalah  pendidik  profesional  yang  memiliki  tugas,  fungsi,  dan  kiprah  buat mencerdaskan  anak bangsa. Pengajar yg profesional diharapkan sanggup mewujudkan  peserta didik yg bertakwa  pada  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu,  cakap,kreatif,  berdikari,  dan sebagai  rakyat  negara  yang  demokratis  serta  bertanggung  jawab  seperti  yg  pada amanatkan  dalam Undang  Undang  Nomor  20  tahun  2003  mengenai  Sis tem  pendidikan  nasional .  Tidaklah  hiperbola  kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, serta negara, sebagaian besar    dipengaruhi oleh pengajar. Oleh sebab  itu,  profesi  guru  perlu  dikembangkan  secara  terus  menerus  serta  proporsional  berdasarkan  jabatan fungsional  pengajar.  Selain  itu,  supaya  fungsi  serta  tugas  yg  melekat  pada  jabatan  fungsional  guru dilaksanakan  sinkron  dengan  anggaran  yang   berlaku,  maka  ditetapkan  beberapa  peraturan  perundangan
yang mengatur tentang profesi guru.
          Menurut  Peraturan  Menteri  Negara  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi  Birokrasi Nomor  16  Tahun  2009,  tugas utama  pengajar adalah mendidik, mengajar, membimbing,  mengarahkan, melatih, menilai,  dan  mengevaluasi  peserta  didik  pada  pendidikan  anak  usia  dini  jalur  pendidikan  formal,  pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan yg relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Jabatan fungsional  guru  mencakup  pengajar  pertama,  guru  muda,  guru  madya,  serta  guru  primer.  Penetapan jenjang Jabatan Fungsional Guru buat pengangkatan pada jabatan ditetapkan menurut jumlah nomor kredit yang dimiliki  sesudah  ditetapkan  oleh  pejabat yg  berwenang,  penetapan  angka  kredit  dimungkinkan  pangkat  dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan.
        Pada setiap tahun, guru akan dievaluasi kinerjanya melalui Penilaian Kinerja Pengajar (PKG) sang seorang asesor PKG. PKG  adalah  evaluasi  dari tiap  buah  kegiatan  tugas  utama  Pengajar  dalam  rangka pembinaan  karier  kepangkatan dan  jabatannya  (Kemendikbud,2012b:lima).  Disamping  itu,  setiap  pengajar  juga  mengikuti  acara  Pengembangan Keprofesian Kerkelanjutan (PKB)  secara berdikari, di sekolah, pada KKG/MGMP, serta atau di forum Diklat.  PKB bagi pengajar memiliki  tujuan  buat  menaikkan  kualitas  layanan  pendidikan  pada  sekolah/madrasah  dalam  rangka menaikkan  mutu  pendidikan.  Nilai  PKG  serta  PKB  yg  diperoleh  diakumulasi  sebagai  angka  kredit  yg diperoleh buat tahun tadi.
        PKB  guru  bisa  diperoleh dari  aktivitas melaksanakan  pengembangan  diri,  membuat  publikasi  ilmiah, dan atau menciptakan karya inovatif. Dalam membuat publikasi ilmiah, seorang pengajar diharapkan sanggup membuat penelitian,  bisa  berupa  penelitian  tindakan  kelas,  penelitian  eksperimen,  atau  penelitian  diskriptif.  Sangat disarankan  seorang  pengajar  menciptakan  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK),  lantaran  menggunakan  PTK,  guru  dapat memperbaiki  kualitas  pembelajarannya,  dan  melalui  PTK  dibutuhkan  sanggup  mendongkrak  prestasi  belajar siswanya.  Disamping  itu,  PTK  menaikkan  profesionalisme  sesama  guru,  karena  PTK  mempersayaratkan melakukan kolaborasi beserta pengajar lain.
         Tidaklah  mudah  bagi  sebagian  akbar  guru  buat  menciptakan  publikasi  ilmiah  dan  karya  inovatif, indikatornya  bahwa  sebagian  akbar  atau  42,31%  guru  waktu  ini  menumpuk  pada  pangkat  golongan  IV-a. Dikhawatirkan  dengan  aplikasi  Permenpan-RB  Nomor  16  Tahun  2009,  pangkat  guru  menumpuk  dalam golongan III-b, karena mulai golongan III-b, seorang pengajar sudah diwajibkan buat membuat publikasi ilmiah dan atau karya inovatif, antara lain merupakan PTK.
         Beberapa  perseteruan  yg  akan  dibahas  untuk  membatasi  tulisan  ini  antara  lain  (1)  apakah  angka kredit jabatan guru itu?, (2)  apakah pengembangan keprofesian berkelanjutan pengajar?, (tiga) apakah  PTK itu?, (4) bagaimanakah melaksanakan PTK bagi jabatan pengajar?, serta (lima) bagaimanakah menciptakan laporan PTK  untuk angka kredit jabatan guru?

B.  ANGKA KREDIT JABATAN GURU
         Angka  kredit  adalah  satuan  nilai  dari  tiap  butir  kegiatan  serta/atau  akumulasi  nilai  butir-buah  kegiatan yang  harus  dicapai  oleh  seseorang  guru  pada  rangka  pelatihan  karier  kepangkatan  serta  jabatannya.  Butir kegiatan itu mencakup unsur utama serta unsur penunjang. Nilai angka kredit yg harus dikumpulkan buat naik pangkat ke jenjang lebih tinggi berdasarkan sebelumnya mencakup minimal 90% berdasarkan unsur utama dan maksimal 10% menurut unsur penunjang (Permenpan-RB, 2009:14).
          Butir  kegiatan  unsur  primer  mencakup  pendidikan  termasuk   prajabatan  dan  program  induksi  pengajar pemula;  pembelajaran  bagi guru kelas atau mata pelajaran dan  bimbingan  bagi guru BK;  dan  pengembangan keprofesian berkelanjutan. Butir aktivitas unsur  penunjang mencakup  memperoleh gelar/ijazah yang nir sinkron menggunakan  bidang  yg  diampunya,  memperoleh  penghargaan/tanda  jasa,    dan  melaksanakan  kegiatan  yang mendukung  tugas  pengajar  antara  lain  membimbing  murid  pada  praktik  kerja  nyata/praktik industri/ekstrakurikuler,  menjadi  organisasi  profesi/  kepramukaan,  menjadi  tim  penilai  angka  kredit,  dan sebagai tutor/instruktur/instruktur.
Besarnya  nilai  nomor   kredit  buat  setiap  jenjang  pangkat  dan  golongan  pengajar  ditunjukkan  dalam  tabel
berikut ini.

C.  PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN GURU
       Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dilaksanakan oleh setiap guru. Jenis kegiatan sesuai  dengan  kebutuhan  guru  buat  mencapai  standar  kompetensi  profesi  serta/atau  menaikkan kompetensinya  di  atas  baku  kompetensi  profesinya  yang  sekaligus  berimplikasi  pada  perolehan  nomor kredit buat kenaikan pangkat /jabatan fungsional guru.
          PKB  mencakup  3  hal  yaitu  pengembangan  diri,  publikasi  ilmiah,  serta  karya  inovatif (Kemendikbud,2012a:8-13).

1.  Pelaksanaan Pengembangan Diri
       Pengembangan diri adalah upaya buat meningkatkan profesionalisme  diri  supaya mempunyai  kompetensi yang sinkron dengan  peraturan perundangan supaya bisa melaksanakan tugas utama serta  kewajibannya  dalam pembelajaran/pembimbingan  termasuk  pelaksanaan  tugas-tugas  tambahan  yg  relevan  menggunakan  fungsi sekolah. Kegiatan pengembangan diri terdiri menurut diklat fungsional dan aktivitas kolektif guru.
        Diklat  fungsional  adalah  aktivitas  pengajar  dalam  mengikuti  pendidikan  atau  latihan  yang  bertujuan  buat mencapai standar kompetensi profesi yang ditetapkan pada  kurun saat  tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif pengajar merupakan  kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan rendezvous ilmiah atau kegiatan beserta yang bertujuan  buat  mencapai  standar  atau  pada  atas  standar  kompetensi  profesi  yang  telah  ditetapkan.  Kegiatan kolektif  guru  mencakup:  aktivitas  lokakarya  atau  aktivitas  kelompok  pengajar  (KKG/ MGMP);  pembahas  atau peserta  dalam  seminar,  koloqium,  diskusi  panel  atau  bentuk  pertemuan  ilmiah  yg  lain;  dan  aktivitas kolektif lain yg sinkron dengan tugas serta kewajiban guru.
2.  Pelaksanaan Publikasi Ilmiah
Publikasi  ilmiah  adalah  karya  tulis  ilmiah  yang  telah  dipublikasikan  pada  masyarakat  menjadi  bentuk kontribusi   guru  terhadap  peningkatan  kualitas  proses  pembelajaran  pada  sekolah  dan  pengembangan dunia  pendidikan secara generik. Publikasi ilmiah mencakup 3 kelompok kegiatan, yaitu: (1) presentasi pada lembaga  ilmiah,  sebagai  pemrasaran/nara  sumber  dalam  seminar,  lokakarya  ilmiah,  koloqium  atau  diskusi ilmiah;  (2)  publikasi  ilmiah  hasil  penelitian  atau  gagasan  inovatif  dalam  bidang  pendidikan  formal meliputi  pembuatan:  laporan  hasil  penelitian  pada  bidang  pendidikan  di  sekolahnya,    goresan pena  ilmiah popular  pendidikan  formal  serta  pembelajaran  pada  satuan  pendidikan ;  (3)  serta  publikasi  buku  teks pelajaran, buku pengayaan, kitab bidang pendidikan, karya output terjemahan, serta kitab panduan guru.
3.  Pelaksanaan Karya inovatif
       Karya inovatif adalah karya yang  bersifat pengembangan, modifikasi atau inovasi baru  sebagai  bentuk kontribusi   pengajar  terhadap  peningkatan  kualitas  proses  pembelajaran  pada  sekolah  serta  pengembangan  dunia pendidikan,  sains/teknologi,  dan  seni.  Karya  inovatif  ini  meliputi:  (1)  inovasi  teknologi  sempurna  guna kategori  kompleks  atau  sederhana;  (dua)  penemuan/penciptaan  atau  pengembangan  karya  seni  kategori kompleks  atau sederhana; (3)  pembuatan/modifikasi  alat  pelajaran/peraga/praktikum kategori kompleks atau sederhana; (4) penyusunan baku, panduan, serta soal dalam taraf nasional maupun provinsi.
         Karya  yang  didapatkan  secara  beserta,  dilaksanakan  maksimum sang 4 (empat) orang guru, yg terdiri  menurut  penulis  primer  serta  penulis  pembantu.  Jumlah  penulis  pembantu  paling  poly  3  (tiga)  orang.  Jika jumlah penulis pembantu lebih menurut 3  (3) orang, maka penulis pembantu nomor urut ke empat serta  seterusnya nir dapat memperoleh angka kredit.
       Besaran  nilai  nomor   kredit  buat  aktivitas  publikasi  ilmiah  serta/atau  karya  inovatif  yg  dilakukan  secara beserta oleh beberapa pengajar, diberikan nomor kredit sebagai berikut.

Besaran nilai angka kredit  menurut sub unsur  PKB menjadi kondisi kenaikan jabatan pengajar disajikan pada tabel menjadi berikut (Kemendiknas, 2010:5-6).
(* bagi Guru Madya, golongan ruang IV/c, yg akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan ruang IV/d, harus melaksanakan presentasi ilmiah.
         Untuk setiap kenaikan jenjang pangkat/golongan diatur  ragam jenis publikasi ilmiah/ karya inovatif yang dapat dinilai. Hal ini diharapkan supaya macam publikasi ilmiah/karya inovatif yg diajukan, tidak didominasi sang jenis tertentu (Kemendiknas, 2010:7). Untuk kenaikan pangkat /golongan mulai III/d ke atas mencakup:
1.  Jumlah publikasi yg berbentuk dik tat, karya terjemahan, atau tulisan ilmiah populer paling banyak 3  (3) butir. Buku pedoman pengajar paling  banyak 1 (satu) buah.
2.  Untuk penulisan laporan penelitian aporisma dua laporan per tahun.
3.  Untuk karya inovatif aporisma 50% berdasarkan angka kredit yang diperlukan.


Sumber : //lpmp-papua.web.id/arsip/pdf/jurnal-lpmp-papua-Artikel-Penelitian-Tindakan-Kelas-Untuk-Angka-Kredit-Pengembangan-Keprofesian-Berkelanjutan-Bagi-Guru.pdf

POSTMODERNISME SEBUAH PENGENALAN

Postmodernisme : Sebuah Pengenalan
Postmodernisme lahir pada St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul tiga:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis pada anggap menjadi lambang arsitektur terbaru. Yang lebih penting, ia berdiri menjadi gambaran modernisme, yg menggunakan teknologi buat menciptakan warga utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana buat merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah. Pada sore hari pada bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan menggunakan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, insiden peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme. 

Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang musnah berkeping-keping. Ketika modernisme mati pada sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru - postmodern. Fenomena postmodern meliputi poly dimensi menurut masyarakat kontemporer. Pada pada dasarnya, Postmodern merupakan suasana intelektual atau "isme"- postmodernisme. 

Para pakar saling berdebat buat mencari aspek-aspek apa saja yang termasuk pada postmodernism. Namun mereka telah mencapai konvensi pada satu buah: fenomena ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universal. Etos postmodern menolak penjelasan yg harmonis, universal, serta konsisten. Mereka menggantikan semua ini menggunakan perilaku hormat pada perbedaan serta penghargaan pada yang khusus (partikular dan lokal) dan membuang yang universal. Postmodernisme menolak penekanan kepada inovasi ilmiah melalui metode sains, yang adalah fondasi intelektual dari modernisme buat menciptakan global yang lebih baik. Pada dasarnya, postmodernisme merupakan anti-terkini. 

Tetapi kata "postmodern" mencakup lebih berdasarkan sekedar suasana intelektual. Penolakan postmodernisme terhadap rasionalitas terwujud pada poly dimensi dari masyarakat sekarang. Tahun-tahun belakangan ini, pola pikir postmodern terwujud pada poly aspek kebudayaan, termasuk arsitektur, seni, serta drama. Postmodernisme sudah merasuk ke pada semua warga . Kita dapat mencium pergeseran menurut modern kepada postmodern dalam budaya pop, mulai dari video musik hingga kepada serial Star Trek. Tidak terkecuali, hal-hal misalnya spiritualitas serta cara berpakaian jua terpengaruh. 

Postmoderisme memilih pada suasana intelektual serta sederetan wujud kebudayaan yang menyangsikan ide-pandangan baru, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh modernisme. Postmodernitas menunjuk kepada era yang sedang muncul, era pada mana kita hidup, zaman di mana postmodernisme mencetak warga kita. Postmodernitas adalah era di mana pandangan baru-wangsit, perilaku-sikap, dan nilai-nilai postmodern bertahta - saat postmodernisme membangun kebudayaan. Inilah era masyarakat postmodern. Tujuan kita dalam bab ini merupakan melihat dari dekat fenomena postmodern serta memahami sedikit tentang etos postmodernisme. Apakah pertanda-pertanda ekspresi budaya serta dimensi hidup sehari-hari berdasarkan "generasi mendatang ini?" Apakah buktinya bahwa pola pikir baru sedang menyerbu kehidupan rakyat kini ini? 

FENOMENA POSTMODERN
Postmodernisme memilih pada suasana intelektual dan aktualisasi diri kebudayaan yg sedang mendominasi rakyat sekarang. Sekonyong-konyong kita sedang berpindah pada sebuah era budaya baru, postmodernisme, namun kita harus memperinci apa saja yang tercakup dalam kenyataan postmodern.

KESADARAN POSTMODERN
Bukti-bukti awal berdasarkan pandangan hidup postmodernisme senantiasa negatif. Etos tersebut merupakan penolakan terhadap pola pikir Pencerahan yang melahirkan modernisme. Kita dapat melacak pandangan hidup postmodern di mana-mana pada warga kita. Yang terpenting, postmodernisme telah merasuk jiwa dan pencerahan generasi sekarang ini. Ini merupakan perceraian radikal menggunakan pola pikir masa kemudian. 

Kesadaran postmodern telah melenyapkan optimisme "kemajuan" (progress) menurut Pencerahan. Postmodern tidak mau mengambil perilaku optimisme menurut masa lalu. Mereka menumbuhkan perilaku pesimisme. Untuk pertama kalinya, anak-anak pada masa kini tidak sinkron keyakinan menggunakan orang tuanya. Mereka tidak percaya bahwa global akan menjadi lebih baik. Dari lubang yg besar pada lapisan Ozon sampai kepada kekerasan antar remaja, mereka menyaksikan pertarungan semakin besar . Mereka tidak lagi percaya jika manusia dapat menuntaskan masalahnya serta kehidupan mereka akan lebih baik daripada orangtua mereka. 

Generasi postmodern yakin bahwa hidup di muka bumi bersifat rawan. Mereka melihat bahwa contoh "insan menguasai alam" menurut Francis Bacon harus segera digantikan dengan perilaku kooperatif dengan alam. Masa depan umat manusia sedang pada persimpangan jalan. Selain perilaku pesimis, orang-orang postmodern mempunyai konsep kebenaran yang tidak selaras dengan generasi sebelumnya. 

Pemahaman terkini menghubungkan kebenaran dengan rasio sebagai akibatnya rasio dan akal sebagai tolok ukur kebenaran. Kaum postmodern mewaspadai konsep kebenaran universal yang dibuktikan melalui usaha-bisnis rasio. Mereka tidak mau menjadi rasio sebagai tolok ukur kebenaran. Postmodern mencari sesuatu yg lebih tinggi daripada rasio. Mereka menemukan cara-cara nonrasial buat mencari pengetahuan, yaitu: melalui emosi dan intuisi. 

Keinginan mencari model kooperatif dan penghargaan kepada cara nonrasional membangun sebuah dimensi keseluruhan bagi kaum postmodern. Postmodern dengan holismenya menolak impian Pencerahan, individu yang nir berperasaan, otonom, serta rasional. Orang-orang postmodern tidak berusaha sebagai individu-individu yang mengatur dirinya secara penuh, tetapi menjadi eksklusif-eksklusif "seutuhnya". 

Postmodern menggunakan holisme-nya mencakup integrasi semua dimensi menurut kehidupan langsung - perasaan, bisikan hati, dan kognitif. Keutuhan juga meliputi kesadaran akan lingkungan dari mana kita asal. Tentu saja area ini meliputi "alam" (ekosistem). Namun beliau jua komunitas. Konsep "keutuhan" postmodernisme meliputi aspek-aspek agama serta kerohanian. Postmodernisme menegaskan bahwa keberadaan diri bisa dikenal dalam lingkup ketuhanan. 

Karena setiap orang selalu termasuk dalam konteks komunitas eksklusif, maka tahu kebenaran haruslah beserta-sama. Keyakinan serta pemahaman kita akan kebenaran, berakar kepada komunitas dimana kita berada. Mereka menolak konsep Pencerahan yang universal, supra-kultur, dan permanen. Mereka lebih senang melihat kebenaran sebagai ekspresi berdasarkan komunitas tertentu. Mereka konfiden bahwa kebenaran adalah anggaran-aturan dasar yg bertujuan bagi kesejahteraan diri dan komunitas beserta- sama. 

Dalam pengertian ini, kebenaran postmodern herbi komunitas. Lantaran terdapat banyak komunitas, niscaya terdapat kebenaran yang berbeda-beda. Banyak kaum postmodern percaya bahwa keanekaragaman kebenaran ini dapat hayati berdampingan bersama-sama. Kesadaran postmodern menganut sikap relativisme serta pluralisme. 

Tentu saja, relativisme serta pluralisme bukanlah barang baru. Tetapi jenis pluralisme serta relativisme berdasarkan postmodern ini berbeda. Relatif pluralisme dari modernisme bersifat individualistik: pilihan serta cita rasa eksklusif diagung-agungkan. Mottonya merupakan "setiap orang berhak mengeluarkan pendapat." 

Sebaliknya postmodernisme menekankan kelompok. Kaum postmodern hidup pada gerombolan -kelompok sosial yang memadai, menggunakan bahasa, keyakinan, dan nilai-nilainya tersendiri. Akibatnya pluralisme serta relativisme postmodern menyempitkan lingkup kebenaran sebagai "lokal". Suatu kepercayaan dianggap sahih hanya dalam konteks komunitas yg meyakininya. 

Karena itu waktu kaum postmodern memikirkan mengenai kebenaran. Mereka nir terlalu mementingkan pemikiran yg sistematis atau logis. Apa yg dahulu dianggap tidak cocok, kaum postmodern dengan hening mengawinkannya. Mereka mengkombinasikan sistem-sistem kepercayaan yang dulu dipercaya saling berbenturan, Misalnya, seorang Kristen postmodern percaya pada doktrin-doktrin gereja sekaligus jua percaya kepada ajaran non-Kristen misalnya reinkarnasi. 

Orang-orang postmodern tidak merasa perlu membuktikan diri mereka benar serta orang lain salah . Bagi mereka, perkara keyakinan/agama adalah kasus konteks sosial. Mereka menyimpulkan,"Apa yg sahih untuk kami, mungkin saja salah bagi Anda," dan "Apa yang galat bagi kami, mungkin saja sahih atau cocok dalam konteks anda." 

KELAHIRAN POSTMODERNITAS 
Sebenarnya postmodernisme telah mengalami masa-masa inkubasi yg relatif lama . Meskipun para ahli saling berdebat mengenai siapakah yg pertama kali memakai istilah tadi, terdapat kesepakatan bahwa istilah tersebut timbul pada suatu saat pada tahun 1930-an. 

Salah satu pemikir postmodernisme, Charles Jencks, menegaskan bahwa lahirnya konsep postmodernisme adalah berdasarkan tulisan seorang Spanyol Frederico de Onis. Dalam tulisannya "Antologia de la poesia espanola e hispanoamericana" (1934), de Onis memperkenalkan kata tersebut untuk mendeskripsikan reaksi dalam lingkup modernisme. 

Yang lebih acapkali dianggap sebagai pencetus istilah tersebut merupakan Arnold Toynbee, dengan bukunya yang terkenal berjudul "Study of History". Toynbee yakin sahih bahwa sebuah era sejarah baru telah dimulai, meskipun dia sendiri berubah pikirannya mengenai awal keluarnya, entah pada saat Perang Dunia I berlangsung atau semenjak tahun 1870-an. 

Menurut analisa Toynbee, era postmodern ditandai dengan berakhirnya dominasi Barat serta semakin merosotnya individualisme, kapitalisme, dan Kekristenan. Ia mengungkapkan bahwa transisi ini terjadi ketika peradaban Barat bergeser ke arah irasionalitas dan relativisme. Ketika hal ini terjadi, kekuasaan berpindah berdasarkan kebudayaan Barat ke kebudayaan non- Barat dan muncullah kebudayaan global pluralis yg baru. 

Meskipun kata ini muncul dalam tahun 1930-an, postmodernisme menjadi sebuah fenomena kultural belum menjadi sebuah momentum hingga 40 tahun setelahnya. Ia ada pertama-tama pada lingkup mini rakyat. Selama tahun 1960-an, suasana yg menandai postmodernisme sangat menarik bagi para seniman, arsitek, serta pemikir yang sedang mencari cara lain untuk melawan dominasi kebudayaan terbaru. Bahkan beberapa teolog ikut tertarik dengan isu terkini tersebut, antara lain William Hamilton dan Thomas J.J. Altizer yang "mengundang arwah" Nietzsche untuk memberitakan matinya Allah. Perkembangan yg beraneka ragam ini membuat "pengamat kebudayaan" Leslie Fiedler pada tahun 1965 menambahkan kata "post" pada kata terbaru sebagai akibatnya menjadi postmodernisme yg sebagai simbol kontra-kultural pada zaman itu. 

Selama tahun 1970-an tantangan postmodern menembus kepada arus budaya utama. Pada pertengahan tahun tersebut, muncullah seorang pembela postmodern yang paling konsisten mempropagandakan pandangan baru postmodern, yakni: Ihab Hassan. Ia menghubungkan postmodernisme dengan eksperimentalisme dalam bidang seni dan ultra teknologi pada bidang arsitektur. 

Tetapi pandangan hidup postmodern secara sempurna menjalar terus ke bidang-bidang lain. Profesor-profesor pada universitas dalam banyak sekali fakultas mulai berbicara tentang postmodernisme. Bahkan beberapa pada antara mereka tenggelam dalam konsep-konsep postmodern. 

Akhirnya penerimaan pandangan hidup baru begitu menjalar terus ke mana-mana sebagai akibatnya kata "postmodern" menjadi label yg dipakai bagi banyak sekali fenomena sosial dan budaya. Gelombang postmodern menyeret banyak sekali aspek kebudayaan dan beberapa disiplin ilmu, khususnya sastra, arstektur, film, serta filsafat. 

Pada tahun 1980-an, pergeseran menurut lingkup kecil kepada lingkup akbar terjadi. Secara sedikit demi sedikit, suasana postmodern menyerang budaya pop bahkan juga hayati sehari-hari warga . Konsep-konsep postmodern bahkan bukan hanya diterima namun populer: sangat menyenangkan sebagai seorang postmodern. Akibatnya, para kritikus kebudayaan bisa berbicara tentang "nikmatnya menjadi seseorang postmodern." Ketika postmodernisme diterima menjadi bagian dari kebudayaan, lahirlah postmodernitas. 

PENCETUS POSTMODERNITAS 
Antara tahun 1960 dan 1990, postmodernisme ada menjadi sebuah kenyataan kebudayaan. Mengapa? Bagaimana kita menyebutkan munculnya etos ini dalam warga kita? Banyak pengamat menghubungkan transisi ini menggunakan perubahan-perubahan yg terjadi pada warga dalam paruh ke 2 berdasarkan abad ke-20. Faktor pencetus terbesar adalah lahirnya era kabar. Penyebaran postmodernisme sejajar dan bergantung pada transisi ke era fakta. 

Banyak sejarahwan menyebut era modern menjadi "era" industrialisasi, karena era ini didominasi sang produksi barang-barang. Karena fokusnya dalam produksi material-material, modernisme membuat rakyat industri. Simbolnya adalah pabrik. Sebaliknya era postmodern mengarahkan fokus kepada berita. Kita sedang menyaksikan sebuah transisi berdasarkan warga industri ke rakyat berita. Simbolnya merupakan komputer. 

Statistik kerja pertanda bahwa kita sedang mengalami perubahan berdasarkan warga industri pada rakyat berita. Pada era terkini, dominan lapangan pekerjaan terbuka pada bidang produksi barang. Pada tahun 1970-an, hanya 13% menurut buruh-buruh di Amerika bekerja pada produksi barang; 60% bekerja pada bidang kabar. Pelatihan buat karir yg berkaitan menggunakan keterangan - baik prosesor data maupun konsultan - sebagai sangat krusial. 

Masyarakat keterangan membuat sekelompok orang baru. Ploretariat telah menyerahkan tempatnya kepada "cognitariat." Dan buat usaha, keluarnya masyarakat postmodern berarti perubahan berdasarkan contoh "sentralisasi" pada model "network." Struktur hirarki dalam pengambilan keputusan diganti menggunakan keputusan beserta. 

Era warta bukan hanya membarui pekerjaan kita namun jua menghubungkan semua belahan dunia. Masyarakat informasi berfungsi berdasarkan jaringan komunikasi yg meliputi seluruh muka bumi. Efisiensi sistem tersebut sangat mengagetkan. Pada masa kemudian, keterangan tidak secepat perjalanan insan. Tetapi sekarang warta bisa mengalir ke seluruh dunia secepat cahaya. Yang lebih bagus lagi merupakan kemampuan era postmodern buat mendapatkan liputan menurut mana saja secara cepat. Lantaran sistem komunikasi dunia yg begitu sophisticated, kita dapat mengetahui insiden apa saja pada mana saja pada dunia ini. Kita sedang menghuni sebuah desa dunia. 

Munculnya desa dunia membentuk efek yg kontradiktif. Budaya massal dan ekonomi dunia yang dihasilkan era liputan berusaha menyatukan global menjadi "McWorld." Ketika planet ini menyatu dalam satu sisi, ketika yang sama beliau hancur berantakan pada sisi lainnya. Munculnya postmodernisme membentuk pencerahan global serta menipiskan nasionalisme. 

Nasionalisme semakin suram dengan munculnya gerakan menuju "retribalisasi," menuju loyalitas kepada lingkungan lokal seorang. Ini bukan hanya terjadi di Afrika namun jua pada Kanada. Kanada berkali-kali terancam sang disintegrasi antara gerombolan berbahasa Perancis di propinsi Quebec serta propinsi-propinsi di sebelah barat. Orang-orang sedang mengikuti motto: "Berpikirlah secara dunia, bertindaklah secara lokal." 

Munculnya warga liputan menaruh dasar berpijak bagi pandangan hidup postmodern. Hidup pada desa dunia menyadarkan penduduknya tentang keanekaragaman budaya pada bumi ini. Kesadaran ini memaksa kita mengadopsi pola pikir pluralisme. Pola pikir ini bukan hanya bersikap toleran pada kelompok lain, namun dia menegaskan dan merayakan keanekaragaman. Perayaan keanekaragaman budaya menuntut gaya baru - eklektisisme - gaya postmodernitas. 

Masyarakat warta sudah menyaksikan perubahan akbar berdasarkan poduksi massal kepada produksi segmen. Produksi barang-barang yang sama telah berubah sebagai produksi barang-barang yg beraneka ragam. Kita berada dalam "budaya citarasa" yg menawarkan aneka macam macam gaya yg nir ada habisnya. Dulu siswa-siswi SMP dan SMU hanya memiliki tren senang-olahraga serta malas-belajar, kini mereka bisa mengadopsi tren apa saja sinkron cita-rasa serta gaya yang mereka sukai. 

ALAM POSTMODERNISME TANPA TITIK PUSAT 
Ciri khas postmodernisme adalah tidak adanya titik sentra yang mengontrol segala sesuatu. Meskipun postmodern pada masyarakat beragam bentuknya, mereka sama-sama setuju bahwa nir terdapat penekanan atau titik sentra. Tidak terdapat lagi standar generik yg dapat digunakan mengukur, menilai atau mengevaluasi konsep-konsep serta gaya hidup tertentu. Lenyaplah telah usaha mencari sumber otoritas sentra. Lenyaplah telah usaha buat mencari kekuasaan yang absah dan berlaku buat semua. Titik sentra sudah bergeser, masyarakat kita misalnya deretan barang- barang yg beraneka ragam. Unit-unit sosial yang lebih kecil hanya disatukan secara geografis. 

Filsuf postmodern, Michel Foucault, menunjukkan sebuah usulan nama bagi dunia tanpa titik pusat, yaitu "heterotopia." istilah Foucault menggarisbawahi perubahan akbar yg sedang kita alami. Keyakinan Pencerahan akan suatu kemajuan ayng monoton melahirkan visi modernisme. Arsitek modernisme berusaha menciptakan sebuah bangunan warga yg sempurna. Kasih, keadilan, dan perdamaian akan memerintah masyarakat tadi. Kaum postmodern membuang jauh-jauh virtual kosong tadi. Mereka hanya memberikan keanekaragaman yang tidak terhitung banyaknya, "multiverse" telah menggantikan contoh "universe" dari modernisme. 

POSTMODERNISME SEBAGAI SEBUAH FENOMENA KULTURAL
"Lenyapnya titik pusat" yg dipopulerkan oleh etos postmodern merupakan ciri primer situasi masa kini . Ini nampak kentara dalam kehidupan kultur warga kita. Seni telah mengalami perubahan bersamaan menggunakan perubahan modern sebagai postmodern. 

POSTMODERN MERAYAKAN KEANEKARAGAMAN 
Ciri primer budaya postmodern adalah pluralisme. Untuk merayakan pluralisme ini, para seniman postmodern mencampurkan banyak sekali komponen yg saling bertentangan sebagai sebuah karya seni. Teknik seni yg demikian bukan hanya merayakan pluralisme, namun adalah reaksi penolakan terhadap dominasi rasio melalui cara yang ironis. Buah karya postmodernisme selalu ambigu (mengandung dua makna). Kalaupun para artis ini menggunakan sedikit gaya modern, tujuannya adalah menolak atau mencemooh sisi-sisi eksklusif berdasarkan modernisme. 

Post-modernisme merupakan campuran antara macam-macam tradisi serta masa kemudian. Post-Modernisme adalah kelanjutan berdasarkan modernisme, sekaligus melampaui modernisme. Ciri khas karya-karyanya adalah ambiguitas,ironi, banyaknya pilihan, konflik, serta terpecahnya berbagai tradisi, lantaran heterogenitas sangat memadai bagi pluralisme. 

Salah satu tehnik campuran yg sering digunakan merupakan "collage". "Collage" menawarkan suatu cara alamiah untuk mencampurkan bahan-bahan yang saling bertentangan. "Collage" menjadi sarana kritik postmodern terhadap mitos pengarang/seniman tunggal. Teknik lainnya adalah "bricolage", yaitu: penyusunan pulang berbagai objek buat menyampaikan pesan ironis bagi situasi masa kini . 

Seniman postmodern memakai aneka macam gaya yg mencerminkan suatu eklektisisme yg diambil berdasarkan berbagai era dalam sejarah. Seniman biasanya menduga cara demikian harus ditolak lantaran menghancurkan keutuhan gaya-gaya historis. Para kritikus tersebut menyalahkan gaya postmodern lantaran nir ada ke dalaman atau keluasan, melanggar batas sejarah hanya demi menaruh kesan untuk masa sekarang. Gaya serta historis dibentuk saling tumpang tindih. Mereka menerima postmodernisme sangat kurang pada orisinalitas serta tidak ada gaya sama sekali. 

Namun ada prinsip lebih mendalam yg ditampilkan melalui ekspresi budaya postmodernisme. Maksud dan tujuan karya-karya postmodernisme bukanlah sembarangan saja. Sebaliknya postmodern berusaha menyingkirkan konsep mengenai "seseorang pengarang/pelukis orisinil yg merupakan pencetus suatu karya seni". Mereka berusaha menghancurkan ideologi "gaya tunggal" dari modernisme dan menggantikannya dengan budaya "banyak gaya". Untuk mencapai maksud tadi, para artis ini memperhadapkan para peminatnya dengan beraneka ragam gaya yang saling bertentangan dan nir harmonis. Teknik ini - yang mencabut gaya menurut akar sejarahnya - dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan berusaha meruntuhkan sejarah. 

Seniman-seniman postmodern sangat berpengaruh bagi budaya Barat masa sekarang. Pencampuran gaya, menggunakan penekanan kepada keanekaragaman, dan penolakan pada rasionalitas menjadi ciri khas warga kita. Ini semakin terbukti pada poly aktualisasi diri kebudayaan lainnya. 

ARSITEKTUR POSTMODERN 
Modernisme mendominasi arsitektur (pula bidang lainnya) hingga dalam tahun 1970-an. Para arsitek terbaru membuatkan gaya yang terkenal menggunakan International style (gaya internasional). Arsitektur modern memiliki keyakinan pada rasio manusia dan pengharapan buat membangun insan idaman. 

Berdasarkan prinsip tersebut, arsitek-arsitek terkini mendirikan bangunan sinkron dengan prinsip kesatuan (unity). Frank Llyod Wright sebagai model bagi arsitek lainnya. Ia mengatakan bangunan-bangunan terkini wajib adalah sebuah kesatuan organis. Bangunan wajib adalah "kesatuan yg agung" (one great thing) dan bukan deretan "bahan yg nir agung" (little things). Sebuah bangunan harus mengekspresikan makna tunggal. 

Karena memegang prinsip kesatuan, arsitektur modern mempunyai karakteristik khas "univalence." Bangunan-bangunan terbaru memperlihatkan bentuk yg sederhana dan ini konkret berdasarkan pola glass-and-steel boxes. Arsitektur mencari bentuk sederhana yg bisa menyampaikan sebuah makna tunggal. Cara yg dipakai adalah "repetisi"(pengulangan). Karena mereka jua hendak sempurna pada geometri, bangunan-bangunannya menyerupai model "dunia lain." 

Arsitektur terbaru berkembang dan sebagai arus yg lebih banyak didominasi. Ia memajukan acara industrialisasi dan menyingkirkan aneka ragam corak lokal. Akibatnya perluasan arsitektur modern sering menghancurkan struktur bangunan tradisional. Ia hampir meratakan semua bangunan tradisional menggunakan bulldozer. Bulldozer adalah indera yang adalah cetusan jiwa terkini buat "maju"(progress). 

Beberapa arsitek terkini belum puas bila perubahan hanya pada bidang arsitektur. Mereka ingin agar perubahan pada bidang arsitek, terjadi juga pada bidang-bidang seni, ilmu pengetahuan, dan industri. 

Mari beserta-sama kita bayangkan, pikirkan, dan ciptakan sebuah struktur masa depan baru yg meliputi bidang arsitektur, seni pahat, seni lukis, menjadi sebuah kesatuan. Suatu hari semua ini akan menjulang hingga ke langit melalui tangan berjuta-juta artis. Ini sebagai keyakinan baru seperti sebuah kristal. 

Walter Gropius," Programme of the staatloches Bauhaus in Weimar" (1919), pada Programmes and Manifestos on Twentieth-Century Architecture,ed. Ulrich Conrads, terj. 

Arsitektur postmodern ada sebagai reaksi terhadap arsitektur terkini. Postmodern merayakan sebuah konsep "Multivalence" (melawan "univalence" berdasarkan modernisme). Arsitektur postmodern menolak tuntutan modern pada mana sebuah bangunan harus mencerminkan kesatuan. Justru sebaliknya buah karya postmodern berusaha menunjukkan dan menunjukkan gaya, bentuk, corak, yg saling bertentangan. 

Penolakan terhadap arsitektur terbaru nampak jelas pada beberapa model. Misalnya, arsiterktur postmodern sengaja menaruh ornamen (hiasan). Ini merupakan lawan berdasarkan arsitektur terkini yang membuang segala hiasan-hiasan yg nir perlu. Contoh lain, arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik dan gaya seni tradisional, sedangkan arsitektur terkini membuang segala gaya dan teknik seni tradisional. 

Penolakan sang postmodern terhadap terbaru di dasarkan kepada sebuah prinsip. Prinsip arsitektur postmodern merupakan seluruh arsitektur bersifat simbolik. Semua bangunan, termasuk banguan terbaru, sebenarnya sedang berbahasa menggunakan bahasa eksklusif. Lantaran terlalu memikirkan fungsi banyak arsitek modern menyingkirkan dimensi tersebut. Justru karena terlalu serius pada fungsi (utility), karya seni modern hanya, adalah sebuah teknik membangun tanpa nuansa artistik. Dimensi artistik sudah lenyap menurut karya seni terbaru. Padahal sebuah struktur bangunan memerlukan dimensi artistik agar dapat membicarakan suatu kisah atau melambangkan suatu global imajiner. Karena terlalu menekankan fungsi. Keajaiban dunia misalnya bangunan Katedral masa silam nir lagi populer pada zaman terbaru. Padahal bangunan misalnya Katedral mengarahkan mata kita pada suatu dunia lain. Ini yang dikritik sang kaum postmodern terhadap kaum terbaru. 

Sebuah bangunan mempunyai kekuatan buat menjadi apa yg diinginkannya, mengungkapkan apa yg ingin dikatakannya sebagai akibatnya pendengaran kita mulai mendengar apa yg ingin disampaikan oleh bangunan tersebut. 

Kaum Postmodern berusaha mengembalikan elemen "fiksi" menurut sebuah arsitektur maka mereka menambahkan ornamen-ornamen pada arsitektur. Mereka ingin agar bidang arsitektur nir terperangkap oleh pertanyaan "apa kegunaannya?" Arsitektur harus pulang berperan buat menciptakan "bangunan-bangunan yang kreatif serta imajinatif." 

Kritik postmodern terhadap modern semakin sebagai-jadi. Kaum terbaru menekankan adanya universalitas dan adanya nilai-nilai yang tidak terbatas sejarah, dan ini ditolak secara tegas sang kaum postmodern. Selama ini kaum kodern menduga karya-karya mereka sebagai output rasio dan akal. Padahal kaum postmodern melihat menggunakan kentara semuanya itu hanyalah usaha menerima kekuasaan serta menguasai orang lain. Bahasa terkini merupakan bahasa kekuasaan. Bangunan-bangunan terbaru menggunakan bahan-bahan industri dan mereka melayani sistem industri. Bentuk-bentuk demikian mewujudkan dunia baru yang dikuasai sains dan teknologi. 

Kaum postmodern mau melenyapkan bahasa kekuasaan tadi. Kaum terkini menekankan konsep kesatuan dan keseragaman (uniformity) arsitektur yg ternyata sangat nir manusiawi. Arsitektur demikian berbicara menggunakan bahasa produksi massal serta baku. Kaum postmodern menolak secara tegas konsep serta bahasa demikian. Mereka ingin menemukan sebuah bahasa baru yang menghargai keanekaragaman dan pluralisme. 

POSTMODERN DALAM BIDANG SENI 
Arsitektur postmodern lahir menjadi penolakan terhadap prinsip-prinsip arsitektur terkini dalam abad ke-20. Kehadiran postmodern pada bidang seni pula menampakkan tanda-tanda penolakan yg serupa. 

Arsitektur modern nir menghargai gaya masa kemudian. Pakar seni seperti Clement Greenberg menyatakan bahwa seni modern pula menolak gaya-gaya seni sebelumnya. Kaum terkini menemukan identitas dirinya dengan membuang segala sesuatu yang lain dari dirinya; menggunakan cara ini, para artis terbaru berkata bahwa output karya seni mereka bersifat "murni" (asli). Kecenderungan terkini dalam bidang seni sama menggunakan bidang arsitektur, yaitu: "univalence". Melalui ini, kebanggaan seniman terbaru hanyalah bila mereka memiliki "stylistic integrity" (integritas gaya). 

Sebaliknya seni postmodern berangkat menggunakan kesadaran adanya hubungan erat antara miliknya dan milik orang lain. Lantaran itulah, seni postmodern menganut keanekaragaman gaya atau "multivalence". Kalau terkini menyukai "murni." maka postmodern menyukai "nir murni." 

Pada dasarnya seni postmodern tidak eksklusif serta sempit tetapi berbauran (sintetis). Karya seni tersebut menggunakan bebas memasukkan banyak sekali macam kondisi, pengalaman, dan pengetahuan jauh melampaui obyek yg ada. Karya ini tidak melukiskan pengalaman tunggal dan utuh. Justru yg hendak dicapai merupakan keadaan seperti sebuah ensiklopedia, yaitu: masuknya jutaan elemen, penafsiran, serta respons.

Banyak artis postmodern menggabungkan keanekaragaman menggunakan teknik pencampuradukan. Seperti kita ketahui, teknik yg mereka sukai adalah "collage". Kenyataanya, Jacques Derrida (dijuluki "Aristoteles tukang campur") menegaskan collage sebagai bentuk primer dari perihal postmodern. Perlahan tetapi niscaya, "collage" menarik para pecinta seni ke dalam makna yg dihasilkan "collage" tersebut. Karena "collage" bersifat heterogen, maka makna yg dihasilkannya nir mungkin tunggal serta stabil. "Collage" menarik para pecinta seni buat selalu memperoleh makna baru melalui aneka ragam campuran di dalamnya. 

Akhirnya seni pencampuradukan menjadi sebuah "pastiche". Tujuan teknik ini (yg digunakan oleh high-culture serta Video MTV) merupakan memperhadapkan para penonton menggunakan gambar-gambar yg saling bertentangan sebagai akibatnya tidak terdapat lagi makna objektif. Dengan pola yang saling bertentangan, rona yang disharmoni, serta tata alfabet yg rancu, "pastiche" menyebar dari global seni menuju kehidupan sehari- hari. Ini nampak berdasarkan sampul buku, sampul majalah, dan iklan-iklan yang terdapat. 

Segala adonan serta keanekaragaman itu bukan hanya buat menarik perhatian. Daya tarik sebenarnya nir sedangkal itu, tetapi jauh lebih pada. Ini merupakan bagian dari perilaku postmodern, yaitu: menantang kekuatan modernisme yg ada pada aneka macam lembaga, tradisi, serta aturan. Seniman postmodern tidak suka kepada pengagung-agungan seseorang seniman terkini lantaran kemurnian hasil karyanya. Mereka nir senang kepada apa yang diklaim "stylistic integrity" (integritas gaya). Bagi mereka, nir terdapat output karya seni yg tunggal. Mereka sengaja menggunakan metode pinjaman menurut output karya lain, kutipan, petikan, kumpulan, dan pengulangan berdasarkan karya-karya yg terdapat. Bagi mereka, "seniman tunggal yg membentuk karya tunggal" hanyalah dongeng belaka. 

Kritik postmodern sangat radikal. Kritik tersebut bisa ditemukan pada karya fotografi seorang bernama Sherrie Levine. Levine memfoto ulang foto-foto indah output karya 2 fotografer terkenal Walker Evans dan Edward Weston. Setelah memfoto ulang, Levine menegaskan bahwa foto- foto itu merupakan karya pribadinya. Pembajakannya sangat kentara sebagai akibatnya orang lain nir mudah mengecapnya sebagai plagiat (pengekor) biasa. Memang tujuannya bukanlah menipu orang-orang menggunakan menyampaikan bahwa itu adalah output karyanya serta bukan hasil karya orang lain. Tujuan utamanya merupakan menciptakan orang berfikir keras buat membedakan manakah "yg asli" dan manakah yg "tiruan". Maka kesimpulannya: nir terdapat disparitas antara "karya asli" serta "karya tiruan." 

POSTMODERN DALAM BIDANG TEATER 
Teater adalah wujud penolakan postmodern terhadap modern yang paling kentara. Kaum modern melihat jelas sebuah karya seni sebagai karya yg nir terikat waktu serta pandangan baru-inspirasi yang tidak dibatasi saat. Etos postmodern menyukai peristiwa, dan bencana selalu terdapat dalam setiap karya seni. Kaum postmodern melihat hidup ini seperti sebuah perpaduan cerita sandiwara yg terpotong-pangkas. Maka teater merupakan sarana terbaik buat menggambarkan bencana serta pertunjukan. 

Tidak setiap karya teater merupakan wujud konkret etos postmodern. Karya teater postmodern mulai muncul dalam tahun 1960-an. Akarnya sudah ada sebelum tahun 1960-an, yaitu karya seseorang penulis Perancis bernama Antonin Artaud pada tahun 1930-an. 

Artaud menantang para seniman (khususnya dalam bidang drama) buat memprotes serta menghancurkan pemujaan pada karya seni klasik. Ia sangat mendukung pergantian drama tradisional dengan 'teater keberingasan." Ia berseru supaya dihapuskannya gaya antik yg berpusat pada naskah. Ia mengusulkan gaya baru yg berpusat pada simbol- simbol teater termasuk pada dalamnya merupakan: pencahayaan, susunan rona, konvoi, gaya tubuh, dan lokasi. Artaud pula meniadakan disparitas antara aktor dan penonton. Ia ingin agar penonton jua mengalami suasana dramatis seperti sang aktor. Tujuan Artaud adalah memaksa penonton buat berhadapan dengan momentum fenomena hidup secara langsung pada waktu itu, yg bagaimanapun jua tidak akan terulang melalui aturan-anggaran sosial sehari-hari. 

Pada tahun 1960-an, sebagian virtual Artaud sebagai fenomena. Para ahli mulai memikirkan balik hakikat berdasarkan teater. Maka mereka menyerukan supaya terdapat kebebasan dalam penampilan. Penampilan nir boleh diatur sang otoritas apa pun. 

Beberapa pakar ini menemukan bahwa naskah atau teks merupakan otoritas yg menindas kebebasan. Untuk memecahkan masalah ini, mereka mengurangi naskah atau teks sebagai akibatnya setiap penampilan menjadi impulsif serta unik. Setelah beberapa sekali ditampilkan, nir ada lagi pengulangan. Penampilan itu sekali saja dan akan hilang selama-lamanya selesainya itu. 

Ahli lainnya menduga sutradara adalah orang yg menindas kebebasan penampilan. Mereka berusaha memecahkan kasus ini, menggunakan menekankan improvisasi serta memakai sutradara lebih menurut satu orang. Maka produksi teater/film bukan lagi produksi tunggal dan utuh. 

Teater postmodern menampilkan usulan-usulan para pakar pada atas. Mereka membuat aneka macam elemen dalam teater, seperti bunyi, cahaya, musik, bahasa, latar-belakang, serta gerakan saling berbenturan. Dengan demikian, teater postmodern sedang menggunakan teori eksklusif yang dianggap menggunakan estetika ketiadaan (berbeda dengan estetika kehadiran). Teori estetika ketiadaan menolak adanya konsep kebenaran yang mendasari dan mewarnai setiap penampilan. Yang terdapat pada setia penampilan adalah kekosongan ("empty presence"). Seperti pandangan hidup postmodern, makna sebuah penampilan hanya bersifat sementara, tergantung dari situasi serta konteksnya. 


Panggung teater nir lagi sebagai tempat pengulangan suatu insiden atau suatu obyek, entah yang terdapat kini atau sebelumnya. Teater tetap berfungsi tanpa kehadiran Allah.

POSTMODERN DALAM BIDANG TULISAN-TULISAN FIKSI 
Pengaruh etos postmodern pada literatur sulit dicari. Para ahli sastra terus berdebat mengenai karakteristik utama fiksi postmodern yg membedakannya dari fiksi-fiksi sebelumnya. Tetapi gaya penulisan ini mencerminkan ciri utama yg telah kita saksikan dalam bidang-bidang lain. 

Seperti gaya postmodern umumnya, goresan pena fiksi postmodern memakai teknik pencampuradukan. Beberapa penulis mengambil elemen-elemen tradisional serta mencampurkannya secara berantakan buat menyampaikan suatu bertentangan dengan harapan tentang topik-topik yang biasa dibahas. Bahkan beberapa penulis lainnnya mencampurkan kejadian konkret dan khayalan. 

Pencampuradukan ini terjadi bahkan kepada tokoh-tokoh fiksi tersebut. Beberapa penulis postmodern memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh khayalan menggunakan segala perilakunya. Pada ketika yg sama, tokoh-tokoh khayalan itu merupakan tokoh-tokoh yang konkret dalam sejarah manusia. Dengan cara ini, oleh penulis berhasil menarik perhatian dan respons emosional dan moral para pembaca. 

Beberapa penulis postmodern mencampuradukkan yg konkret serta yang khayal menggunakan menyisipkan diri mereka ke pada cerita itu. Bahkan mereka pun turut mengungkapkan banyak sekali kasus serta proses yg diceritakannya. Melalui ini, sang penulis mencampurkan yang nyata serta yg fiksi. Teknik ini menekankan hubungan yang erat antara penulis dan tulisan fiksinya. 

Tulisan fiksi merupakan sarana yang dipakai oleh penulis untuk berbicara sehingga bunyi penulis nir bisa dipisahkan dari kisah fiksi tersebut. Tulisan fiksi postmodern mencampuradukan 2 dunia yg tidak ada interaksi satu sama lain. Dunia-global tersebut masing-masing otonom. Tokoh-tokoh pada goresan pena fiksi itu merasa bingung pada global mana mereka berada, serta apa tindakan mereka berikutnya di tengah global- global yg saling bertubrukan. 

Teknik pencampuradukan ini dipakai buat memberitahuakn sikap anti- modernisme. Tujuan para penulis modern merupakan memperoleh makna tunggal. Sebaliknya, kaum postmodern ingin mengetahui bagaimana kenyataan-fenomena yg amat tidak sama, dapat berjalan serta saling bercampur. 

Seperti kebudayaan postmodern lainnya, goresan pena-tulisan ini memusatkan perhatian kepada kefanaan serta kesementaraan. Mereka menolak konsep kebenaran kekal dari kaum terkini. Tulisan fiksi ini sengaja mengarahkan penekanan pada kesementaraan agar para pembaca nir lagi melihat global ini berdasarkan klimaks yang nir terbatas sang saat. Mereka ingin agar para pembaca menyaksikan sebuah dunia yang hampa, tanpa adanya hal-hal yang tak pernah mati dan selalu berada dalam gelombang kesementaraan. 

Dan perlukah kita mengungkapkan bahwa semakin jelas sang penulis menyatakan dirinya sendiri dalam teks-teks yg beliau buat, secara paradoks pula makin tidak terelakan adanya fenomena bahwa oleh penulis tersebut, menjadi sebuah suara, hanyalah sebuah fungsi berdasarkan fiksinya sendiri, sebuah bangunan retorika, bukan seseorang yg berotoritas tetapi justru sebagai obyek dan target penafsiran pembaca? 

Kadang-kadang para penulis tadi membentuk pengaruh serupa menggunakan memasukkan bahasa yg membongkar struktur pikiran yang telah baku. Mereka jua menolak rasio sebagai hakim yang memutuskan apakah sebuah cerita bisa memaparkan kejadian nyata. 

Contoh umum menurut fiksi terbaru merupakan kisah detektif. Katakanlah cerita tentang seseorang detektif bernama Sherlock Holmes. Ia bertugas membongkar kebenaran-kebenaran yg tersembunyi. Kisah misalnya ini hendak menunjukkan kekuatan rasio serta logika pada memecahkan sebuah masalah atau rahasia. Maka cerita ini merupakan sebuah cerita yang lengkap dan selesai. 

Contoh menurut fiksi postmodern merupakan kisah mata-mata. Meskipun terjadinya dalam global konkret, kisah demikian selalu mencampurkan dua macam dunia yg berbeda. Apa yang dianggap nyata, ternyata terbukti hanyalah imajinasi. Ada suatu dunia lain pada balik dunia nyata ini, yang lebih dursila tetapi lebih nyata daripada dunia nyata. 

Dengan mencampurkan dua macam global itu, kisah tadi membuat pembaca merasa nir hening dan tidak nyaman. Apakah penampilan seorang menunjukkan dirinya yang sesungguhnya? Manakah yg sebenarnya dan manakah yg tipuan? 

Kisah mata-mata mendorong kita mempertanyakan dunia kehidupan kita. Apakah kita pula hidup pada 2 macam dunia? Apakah orang-orang pada lebih kurang kita benar-benar seperti penampilan mereka pada hadapan kita? Apakah peristiwa-peristiwa di sekitar kita benar-sahih seperti yg nampak pada depan mata kita? 

Novel fiksi sains merupakan keliru satu bentuk sastra postmodern. Novel ini merupakan penolakan terhadap penelitian terbaru. Novel fiksi ini lebih senang mencari sesuatu yg baru, dan bukan menyibak rahasia alam buat menemukan rumus-rumus pasti. Novel ini mempertentangkan berbagai global serta empiris supaya nampak disparitas dan pertentangan di antara mereka. 

Novel fiksi sains tersebut membuat kita bertanya-tanya tentang dunia kita: Apakah empiris itu? Apa yang mungkin? Kekuatan apa yang sedang bekerja sekarang? 

POSTMODERNISME SEBUAH FENOMENA DALAM BUDAYA POP 
Kebanyakan dari kita berafiliasi langsung postmodernisme melalui novel fiksi sains dan novel mata-mata. Keduanya sangat berpengaruh pada budaya terkenal kita sekarang. Namun secara tidak sadar, kita telah terbuka kepada etos postmodern. 

Keterbukaan pada etos postmodern melalui budaya pop adalah ciri khas postmodern. Ciri spesial lainnya merupakan tidak mau menempatkan "seni klasik tinggi" di atas budaya "pop." Postmodern unik karena dia menjangkau bukan kelas elite namun kelas masyarakat biasa, warga yang terbiasa menggunakan budaya pop serta media massa. 

Hasil karya postmodern juga bermakna ganda. Mereka berbicara dengan sebuah bahasa serta menggunakan elemen-elemen yg dapat diterima sang orang-orang awam ataupun artis serta arsitek handal. Dengan cara demikian, postmodernisme berhasil menyatukan 2 alam yg berbeda, yaitu profesional dan populer. 

PEMBUATAN FILM SEBAGAI DASAR PIJAKAN BUDAYA POSTMODERN 
Perkembangan teknologi membantu penyebaran postmodern ke pada sisi- sisi krusial serta budaya pop. Salah satu sisi terpenting adalah industri film. 

Teknologi pembuatan film sangat cocok dengan pandangan hidup postmodern, yakni: film menggambarkan yg nir ada menjadi seolah-olah ada. Sekilas kemudian, film adalah sebuah cerita utuh yang ditampilkan oleh para aktor dan aktris. Kenyataannya, film adalah rekayasa teknologi dengan bantuan pakar-pakar seorang ahli dari aneka macam bidang yg tidak sporadis kelihatan dalam film. Adanya kesatuan pada sebuah film sebenarnya merupakan delusi. 

Film tidak sinkron menggunakan teater. Film tidak pernah berisi penampilan sekelompok aktor/aktris sekaligus secara utuh dan berkesinambungan. Apa yang penonton lihat "berkesinambungan" merupakan semacam sisa menurut berbagai adegan pada proses pembuatan film itu sendiri, yg tidak saling bekerjasama baik secara saat maupun loka. 

Alur cerita sebuah film hanyalah tipuan. Apa yang nampak "berafiliasi" atau "berkesinambungan" sebenarnya hanyalah kumpulan adegan yg diambil dalam ketika dan tempat yg bhineka. Alur sebuah film yang kita lihat, ternyata nir seperti demikian alurnya pada saat film berada dalam proses pembuatan tadi. Yang menyatukan adegan-adegan yg terpecah-pecah itu merupakan seorang editor. Dialah yg menyambungkan adegan-adegan yang tidak ada hubungannya satu sama lain. 

Kadang-kadang peran yang sama belum tentu diperankan oleh satu aktor. Sutradara sering menggunakan kiprah pengganti (stunt-man) untuk adegan- adegan berbahaya. Kemajuan teknologi memungkinkan edit buat menduplikasi wajah oleh aktor sehingga wajahnya pada film usang dapat diambil dan dimasukkan dalam film yang baru. Semuanya ini adalah hasil rekayasa komputer. 

Akhirnya, film yg kita tonton merupakan produk kecanggihan teknologi. Tim-tim yg berbeda memakai fotografi dan metode lainnya buat mengumpulkan bahan-bahan. Bahan-bahan ini digabungkan oleh editor untuk menghasilkan apa yg nampak menjadi "kesatuan" pada depan mata penonton. Berbeda dengan teater, kesatuan serta kesinambungan sebuah film merupakan jasa teknologi, serta bukan jasa aktor-aktornya. 

Karena kesatuan sebuah film terletak dalam teknik pembuatannya, maka pengarah adegan serta editor memiliki kebebasan untuk mengatur dan memanipulasi jalannya cerita dengan berbagai cara. Mereka bisa mencampurkan adegan-adegan yang nir saling berafiliasi tanpa harus mengorbankan kesatuan film itu. 

Pembuat film postmodern bahagia mengganti konsep loka dan konsep ketika menjadi di sini dan kini selamanya. Usaha mereka pada hal ini dipacu sang banyaknya film yang telah diproduksi sebelumnya sehinga mereka mempunyai bahan buat mencampurkannya. Misalnya: adegan Humphrey Bogart dalam film "The Last Action Hero" serta Groucho Marx dalam iklan Diet Pepsi. Kemajuan teknologi memungkinkan penggabungan keduanya, penggabungan "global konkret" dengan fenomena lain. Contoh lain merupakan penggabungan tokoh kartun serta tokoh manusia dalam film "Who Framed Roger Rabbit?" 

Kemampuan seseorang sutradara menggabungkan banyak sekali rabat sebagai sebuah film yang utuh, memungkinkannya buat melenyapkan disparitas antara kebenaran dan dongeng, fenomena serta imajinasi. Sutradara- sutradara postmodern memakai kesempatan ini buat mewujudnyatakan etos postmodern. Misalnya, film-film postmodern menciptakan film fiksi serta fantasi misalnya layaknya insiden konkret (film "Groundhog Day"). Mereka menggabungkan kisah film fiksi menggunakan aspek dokumenter (film "The Gods Must Be Crazy"). Mereka mencampurkan sebagian catatan sejarah menggunakan spekulasi serta mencampurkan dunia-global yg nir berafiliasi yg dihuni sang tokoh-tokoh yg tidak jelas majakah yg asli (film "Blue Velvet"). 

Hidup pada era postmodern berarti hayati di pada global yg menyerupai film. Sebuah dunia dimana kebenaran serta dongeng bercampur. Kita melihat dunia sama misalnya kita melihat film, serta kita curiga apakah yang kita lihat hanyalah sebuah delusi. Kita dapat tahu sesuatu pada pikiran oleh pengarah adegan. Ia mengajak kita melihat sesuatu yg acapkali terabaikan/terlupakan pada global yg film itu gambarkan. Sebaliknya saat melihat dunia sebenarnya, kaum postmodern nir lagi percaya adanya sebuah Pikiran di baliknya. 

TELEVISI DAN PENYEBARAN BUDAYA POSTMODERN 
Teknologi pembuatan film menaruh dasar pijakan buat budaya pop postmodern. Tetapi televisi merupakan wahana yang lebih efisien buat membuatkan etos postmodern ke semua lapisan rakyat. 

Dilihat dari satu sisi, televisi hanyalah saranan yang efektif untuk menantikan turunnya film dari bioskop ke televisi. Banyak acara televisi yg isinya hanya film-film, mulai berdasarkan yg pendek hingga miniseri. Televisi adalah sebuah wahana yang digunakan oleh film-film untuk menyerbu kehidupan sehari-hari jutaan orang. Sejauh ini, televisi hanyalah perpanjangangan tangan berdasarkan industri film. 

Tetapi lepas dari hubungan menggunakan film, televisi menunjukkan karakteristik khasnya sendiri. Dalam poly hal, televisi jauh lebih fleksibel daripada film. Televisi melampaui film menggunakan menyajikan siaran langsung. Kamera televisi dapat menayangkan gambar insiden eksklusif pada pemirsa pada seluruh belahan dunia. 

Kemampuan buat menyiarkan secara pribadi membuat orang percaya bahwa televisi menyajikan peristiwa aktual yg sahih-benar terjadi, tanpa adanya penafsiran, edit, atau komentar. Karena inilah televisi telah sebagai kriteria buat membedakan yang nyata serta nir. Banyak pemirsa nir menduga krusial banyak hal. Tetapi apabila CNN, Sixty Minutes menayangkannya, mereka akan segera merasa hal tadi penting. Segala sesuatu nir penting jika nir ditayangkan televisi. 

Televisi bisa menayangkan informasi secara eksklusif serta bisa menjelaskan produksi-produksi film. Kemampuan ganda demikian menciptakan televisi memiliki kekuatan yang unik. Ia mampu mencampurkan "kebenaran" (apa yg orang banyak anggap sebagai insiden konkret) menggunakan "fiksi" (apa yg orang banyak anggap menjadi khayalan yg tidak pernah terjadi pada fenomena). Film nir bisa melakukan ini. Televisi masa sekarang melakukan hal tersebut terus-menerus. Ketika ada siaran langsung, di tengah-tengah siaran itu selalu diputus oleh "pesan berdasarkan sponsor." 

Televisi melampaui film untuk mewujudkan etos postmodern. Televisi komersil menyajikan banyak sekali gambar pada permirsa. Berita sore akan menghantam penonton menggunakan gambar-gambar yg nir saling bekerjasama: perang pada suatu daerah terpencil, pembunuhan di dekat tempat tinggal , ucapan dari seorang politikus, skandal seks terkini, inovasi ilmiah baru, keterangan olahraga. Campuran-adonan ini disisipkan dengan iklan baterai yang tahan lama , sabun mandi yang lebih bersih, makan pagi yg lebih sehat, dan liburan yg lebih menyenangkan. Dengan menampilkan banyak sekali gambar tadi (keterangan dan iklan), televisi menciptakan kesan bahwa warta serta iklan sama pentingnya. 

Siaran informasi diikuti oleh acara-acara primer yang terlalu poly buat menarik serta menciptakan pemirsa bertahan. Maka isi program-program tadi adalah film laga, skandal, kekerasan, serta seks. Drama-drama malam hari mempunyai bobot yg sama dengan kabar sebelumnya. Dengan cara ini, televisi melenyapkan disparitas antara kebenaran dan fiksi, antara peristiwa yang benar-sahih memilukan hati dan insiden sepele. 

Ini terjadi bukan hanya pada satu saluran televisi, namun berpuluh bahkan ratusan saluran yg berbeda-beda. Hanya menggunakan sebuah remote control di tangan, seseorang dapat memilih apa pun yg ia senang, mulai berdasarkan berita terkini, pertandingan tinju, laporan ekonomi, film antik, laporan cuaca, film lawak, film dokumenter, dan sebagainya. 

Dengan memberikan begitu poly adonan gambar, secara tidak sengaja televisi menyejajarkan hal-hal yg tidak saling cocok. Televisi membutuhkan kejelasan saat serta loka. Televisi mencampuradukkan masa kemudian serta masa kini , yg jauh dan yang dekat, segala sesuatunya di- bawa sebagai sekarang serta pada sini, di hadapan pemirsa televisi. Dengan cara ini, televisi memperlihatkan dua karakteristik khas postmodern: menghapus batas antara masa kemudian dan masa kini ; dan menempatkan pemirsa pada ketegangan terus-menerus. Banyak pengamat sosial menduga televisi menjadi cermin berdasarkan syarat psikologis serta budaya postmodern. Televisi menyajikan begitu poly gambar yang tidak herbi realitas, gambar-gambar yg saling berinteraksi monoton tanpa henti. Film serta televisi telah di persatukan oleh sebuah alat yg lebih baru - komputer langsung. 

Lenyapnya ego merupakan pertanda kemenangan postmodernisme.... Sang diri diubahkan menjadi sebuah tampilan kosong yang berisi kebudayaan yang sudah jenuh namun hiperteknis. (Arthur Kroker, Marilouise Kroker dan David Cook, "Panic Alphabet", dalam Panic Encyclopedia: The Definitive Guide to the Postmodern Scene 

Munculnya "monitor" - layar bioskop, layar kaca televisi ataupun monitor computer, melenyapkan perbedaan antara diri sebagai subjek dan global menjadi objek. "Monitor" bukan sekadar objek pada luar diri kita yg kita sedang lihat. Yang terjadi dalam monitor bukan sesuatu insiden pada luar sana dan diri kita di sini. "Monitor" membawa kita ke global luar sama seperti global luar masuk ke dalam diri kita. Yang terjadi pada televisi merupakan manifestasi diri kita, yang terjadi pada diri kita merupakan penjelmaan televisi. Televisi sudah menjadi sebuah wujud nyata menurut jiwa kita. 

Hidup dalam era postmodern berarti hayati dalam dunia yang dipenuhi oleh berbagai gambar yg bercampur-mixer. Dunia televisi memecahkan gambar-gambar menjadi potongan-rabat serta kaum postmodern permanen konfiden bahwa itu hanyalah adonan gambar-gambar. 

WUJUD-WUJUD LAIN POSTMOERNISME DALAM BUDAYA POP 
Film sudah menyajikan budaya postmodern, serta televisi menyebarkannya , tetapi musik rock adalah ciri yang paling spesial dari budaya pop postmodern. Lirik lagu-lagu rock mencerminkan slogan postmodern. Hubungan antara music rock dan budaya postmodern lebih mendalam lagi. Musik rock memiliki ciri primer dari postmodern, yaitu: penekanan kepada global serta lokal. 

Musik rock kontemporer menerima banyak penggemar serta mampu menyatukan semua global. Tentunya kita jangan lupa menggunakan tokoh-tokoh musik rock yg melakukan tur keliling global. Pada waktu yang sama, musik rock mempertahankan kesukaan lokal. Dalam penampilan grup-gerombolan rock yg akbar juga yg mini (tidak populer), musik rock memperlihatkan pluralitas gaya yg diambil menurut gaya musik setempat (lokal dan etnis tertentu). 

Yang tidak kalah penting, musik rock pula menggunakan sarana produksi elektronik sebagaimana televisi serta film. Dimensi krusial menurut budaya rock merupakan penampilan eksklusif berdasarkan bintang-bintangnya. Konser musik rock nir misalnya konser tradisional dimana oleh penyanyi berusaha berkomunikasi secara akrab menggunakan penonton. Yang terjadi dalam konser musik rock adalah "kedekatan massal yg dibentuk-buat." 

Konser rock kini merupakan peristiwa massal, melibatkan puluhan ribu penggemar. Kebanyakan penggemar nir dapat melihat penampilan sang bintang dari dekat. Tetapi mereka masih berusaha mengalami pengalaman tersebut. Penampilan tersebut diperlihatkan kepada mereka melalui banyak layar video yang menyorot wajah sang bintang berdasarkan dekat. 

Tehnik ini menciptakan jarak antara sang bintang serta penonton. Penggemar kelompok rock Jubilant merasa dekat menggunakan idola mereka sekalipun hanya lewat layar televisi. Teknologi membarui kedekatan dalam sebuah pertunjukkan langsung sebagai deretan ribuan penggemar yg menonton layar video beserta-sama sementara mereka diserbu dengan aneka macam-bagai dampak cahaya, suara dan sebagainya. 

Teknologi melenyapkan disparitas antara penampilan aslinya dan tayangannya di televisi. Teknologi melenyapkan disparitas antara penampilan eksklusif serta duplikasinya pada musik. Penampilan pribadi bukan lagi empiris yg terdapat pada konteks khusus. Ia merupakan adonan antara apa yang oleh bintang tampilkan dan apa yang teknologi hasilkan. Penampilan itu dibungkus pada kemasan teknologi sesudah itu baru disajikan kepada para penggemar. 

Wujud pandangan hidup postmodern yg lebih sederhana merupakan cara berpakaian. Model pakaian postmodern memiliki kesamaan yg mirip dengan budaya pop lainnya. Kita melihat ditonjolkannya merek dan label produk. Ini melenyapkan perbedaan antara pakaian dan iklan sandang. 

Wajah postmodern nampak dalam "bricolage." Berbeda menggunakan pola sandang tradisional yg menyatukan banyak sekali corak secara serasi, gaya postmodern sengaja menggabungkan elemen-elemen yang bertentangan, misalnya: pakaian dan aksesoris berdasarkan 10, 20, 30 dan 40 tahun lalu dipakai bersama-sama. 

Percampuran yang bertentangan tadi dimaksudkan menjadi sebuah bertentangan dengan harapan atau ejekan terhadap model sandang modern, bahkan terhadap seluruh industri sandang terbaru. Dari musik rock ke turisme ke televisi hingga ke bidang pendidikan, yang dipromosikan sang iklan serta yang dicari sang konsumen bukan lagi barang-barang, namun pengalaman. 

Budaya pop zaman kita memiliki dua ciri spesial postmodern: pluralisme dan anti-rasionalisme. Seperti konkret berdasarkan cara mereka berpakaian serta musik yg mereka dengar, kaum postmodern tidak lagi percaya bila dunia mereka memiliki sebuah fokus. Mereka nir lagi percaya bahwa rasio manusia bisa menangkap struktur logika alam semesta. Mereka hayati pada dunia yg tidak membedakan antara kebenaran dan dongeng. Akibatnya mereka sebagai pengumpul bermacam-macam pengalaman, gudang yg brisi banyak sekali hal sementara, jembatan yang dilintasi bermacam-macam gambar, dan dihujani menggunakan aneka ragam media dalam warga postmodern. 

Postmodernisme memiliki asumsi yg bermacam-macam. Ini terbukti berdasarkan berbagai sikap dan ekspresi mereka pada kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan tersebut, kita menemukan beragam orang pada warga . Ekpresinya bervariasi dari cara berpakaian hingga televisi, termasuk musik dan film di dalamnya. Postmodernisme berubah menjadi dalam beraneka ragam ekspresi budaya, termasuk arsitektur, seni, dan sastra. Lebih dari segalanya, postmodernisme adalah sebuah pemandangan intelektual. 

Postmodernisme menolak gambaran mengenai seseorang pemikir tunggal yang dilahirkan sang Pencerahan. Postmodern mengejek mereka yang merasa yakin dapat melihat dunia menurut suatu titik puncak seolah-olah mereka bisa berbicara demi kepentingan semua umat manusia. Postmodernisme sudah menggantikan asa pencerahan tadi menggunakan keyakinan baru, yaitu: semua pernyataan mengenai kebenaran serta kebenaran itu sendiri terbatas oleh kondisi sosial. 

POSTMODERNISME SEBUAH PENGENALAN

Postmodernisme : Sebuah Pengenalan
Postmodernisme lahir pada St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul tiga:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek tempat tinggal Pruitt-Igoe pada St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri menjadi citra modernisme, yang menggunakan teknologi buat membentuk warga utopia demi kesejahteraan insan. Namun para penghuninya menghancurkan bangunan itu menggunakan sengaja. Pemerintah mencurahkan poly dana buat merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, selesainya menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan menggunakan dinamit. Menurut Charles Jencks, yg dipercaya sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, insiden peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme. 

Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkeping-keping. Ketika modernisme tewas di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru - postmodern. Fenomena postmodern meliputi poly dimensi dari rakyat kontemporer. Pada pada dasarnya, Postmodern adalah suasana intelektual atau "isme"- postmodernisme. 

Para pakar saling berdebat buat mencari aspek-aspek apa saja yg termasuk dalam postmodernism. Tetapi mereka telah mencapai kesepakatan pada satu buah: kenyataan ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universal. Etos postmodern menolak penerangan yang serasi, universal, serta konsisten. Mereka menggantikan seluruh ini menggunakan sikap hormat pada perbedaan dan penghargaan pada yg khusus (partikular serta lokal) serta membuang yg universal. Postmodernisme menolak fokus pada penemuan ilmiah melalui metode sains, yg adalah fondasi intelektual berdasarkan modernisme buat membentuk dunia yang lebih baik. Pada dasarnya, postmodernisme merupakan anti-terkini. 

Tetapi kata "postmodern" meliputi lebih berdasarkan sekedar suasana intelektual. Penolakan postmodernisme terhadap rasionalitas terwujud pada banyak dimensi menurut masyarakat kini . Tahun-tahun belakangan ini, pola pikir postmodern terwujud pada banyak aspek kebudayaan, termasuk arsitektur, seni, serta drama. Postmodernisme sudah merasuk ke dalam semua rakyat. Kita dapat mencium pergeseran menurut modern kepada postmodern dalam budaya pop, mulai berdasarkan video musik hingga kepada serial Star Trek. Tidak terkecuali, hal-hal seperti spiritualitas serta cara berpakaian jua terpengaruh. 

Postmoderisme memilih kepada suasana intelektual serta sederetan wujud kebudayaan yang meragukan wangsit-inspirasi, prinsip-prinsip serta nilai-nilai yg dianut sang modernisme. Postmodernitas menunjuk pada era yang sedang timbul, era pada mana kita hayati, zaman pada mana postmodernisme mencetak warga kita. Postmodernitas adalah era di mana wangsit-wangsit, sikap-sikap, dan nilai-nilai postmodern bertahta - saat postmodernisme membentuk kebudayaan. Inilah era masyarakat postmodern. Tujuan kita dalam bab ini merupakan melihat dari dekat fenomena postmodern dan memahami sedikit mengenai etos postmodernisme. Apakah pertanda-pertanda ekspresi budaya dan dimensi hayati sehari-hari berdasarkan "generasi mendatang ini?" Apakah buktinya bahwa pola pikir baru sedang menyerbu kehidupan rakyat kini ini? 

FENOMENA POSTMODERN
Postmodernisme memilih pada suasana intelektual dan aktualisasi diri kebudayaan yg sedang mendominasi warga kini . Sekonyong-konyong kita sedang berpindah kepada sebuah era budaya baru, postmodernisme, tetapi kita wajib memperinci apa saja yg tercakup dalam kenyataan postmodern.

KESADARAN POSTMODERN
Bukti-bukti awal berdasarkan etos postmodernisme senantiasa negatif. Etos tersebut adalah penolakan terhadap pola pikir Pencerahan yg melahirkan modernisme. Kita dapat melacak pandangan hidup postmodern pada mana-mana pada masyarakat kita. Yang terpenting, postmodernisme telah merasuk jiwa serta pencerahan generasi sekarang ini. Ini adalah perceraian radikal dengan pola pikir masa kemudian. 

Kesadaran postmodern telah melenyapkan optimisme "kemajuan" (progress) berdasarkan Pencerahan. Postmodern nir mau merogoh perilaku optimisme menurut masa kemudian. Mereka menumbuhkan perilaku pesimisme. Untuk pertama kalinya, anak-anak dalam masa kini tidak sinkron keyakinan menggunakan orang tuanya. Mereka tidak percaya bahwa global akan menjadi lebih baik. Dari lubang yang besar pada lapisan Ozon hingga pada kekerasan antar remaja, mereka menyaksikan pertarungan semakin besar . Mereka tidak lagi percaya jikalau insan bisa merampungkan masalahnya serta kehidupan mereka akan lebih baik daripada orangtua mereka. 

Generasi postmodern konfiden bahwa hidup pada muka bumi bersifat rawan. Mereka melihat bahwa model "manusia menguasai alam" dari Francis Bacon harus segera digantikan dengan sikap kooperatif menggunakan alam. Masa depan umat insan sedang pada persimpangan jalan. Selain sikap pesimis, orang-orang postmodern memiliki konsep kebenaran yg tidak sama dengan generasi sebelumnya. 

Pemahaman terbaru menghubungkan kebenaran dengan rasio sehingga rasio serta akal menjadi tolok ukur kebenaran. Kaum postmodern mewaspadai konsep kebenaran universal yang dibuktikan melalui bisnis-usaha rasio. Mereka nir mau menjadi rasio menjadi tolok ukur kebenaran. Postmodern mencari sesuatu yg lebih tinggi daripada rasio. Mereka menemukan cara-cara nonrasial buat mencari pengetahuan, yaitu: melalui emosi dan bisikan hati. 

Keinginan mencari contoh kooperatif serta penghargaan kepada cara nonrasional menciptakan sebuah dimensi holistik bagi kaum postmodern. Postmodern dengan holismenya menolak hasrat Pencerahan, individu yg nir berperasaan, otonom, serta rasional. Orang-orang postmodern nir berusaha menjadi individu-individu yang mengatur dirinya secara penuh, namun menjadi pribadi-langsung "seutuhnya". 

Postmodern menggunakan holisme-nya meliputi integrasi semua dimensi menurut kehidupan eksklusif - perasaan, intuisi, serta kognitif. Keutuhan juga mencakup pencerahan akan lingkungan dari mana kita berasal. Tentu saja area ini meliputi "alam" (ekosistem). Tetapi ia pula komunitas. Konsep "keutuhan" postmodernisme mencakup aspek-aspek kepercayaan serta kerohanian. Postmodernisme menegaskan bahwa keberadaan diri dapat dikenal dalam lingkup ketuhanan. 

Karena setiap orang selalu termasuk pada konteks komunitas tertentu, maka memahami kebenaran haruslah bersama-sama. Keyakinan dan pemahaman kita akan kebenaran, berakar kepada komunitas dimana kita berada. Mereka menolak konsep Pencerahan yg universal, supra-kultur, dan permanen. Mereka lebih suka melihat kebenaran sebagai aktualisasi diri dari komunitas tertentu. Mereka konfiden bahwa kebenaran adalah anggaran-anggaran dasar yang bertujuan bagi kesejahteraan diri serta komunitas beserta- sama. 

Dalam pengertian ini, kebenaran postmodern herbi komunitas. Lantaran ada banyak komunitas, pasti ada kebenaran yg berbeda-beda. Banyak kaum postmodern percaya bahwa keanekaragaman kebenaran ini dapat hidup berdampingan bersama-sama. Kesadaran postmodern menganut sikap relativisme serta pluralisme. 

Tentu saja, relativisme serta pluralisme bukanlah barang baru. Namun jenis pluralisme serta relativisme menurut postmodern ini tidak sama. Relatif pluralisme menurut modernisme bersifat individualistik: pilihan serta cita rasa langsung diagung-agungkan. Mottonya adalah "setiap orang berhak mengeluarkan pendapat." 

Sebaliknya postmodernisme menekankan gerombolan . Kaum postmodern hayati dalam kelompok-kelompok sosial yg memadai, menggunakan bahasa, keyakinan, serta nilai-nilainya tersendiri. Akibatnya pluralisme dan relativisme postmodern menyempitkan lingkup kebenaran menjadi "lokal". Suatu agama dianggap sahih hanya dalam konteks komunitas yg meyakininya. 

Karena itu waktu kaum postmodern memikirkan mengenai kebenaran. Mereka nir terlalu mementingkan pemikiran yang sistematis atau logis. Apa yang dahulu dipercaya nir cocok, kaum postmodern menggunakan hening mengawinkannya. Mereka mengkombinasikan sistem-sistem kepercayaan yang dulu dianggap saling berbenturan, Misalnya, seorang Kristen postmodern percaya kepada doktrin-doktrin gereja sekaligus jua percaya kepada ajaran non-Kristen seperti reinkarnasi. 

Orang-orang postmodern tidak merasa perlu menunjukan diri mereka benar dan orang lain salah . Bagi mereka, perkara keyakinan/agama adalah masalah konteks sosial. Mereka menyimpulkan,"Apa yg sahih buat kami, mungkin saja galat bagi Anda," dan "Apa yang salah bagi kami, mungkin saja benar atau cocok pada konteks anda." 

KELAHIRAN POSTMODERNITAS 
Sebenarnya postmodernisme sudah mengalami masa-masa inkubasi yg cukup lama . Meskipun para ahli saling berdebat tentang siapakah yg pertama kali menggunakan istilah tadi, masih ada konvensi bahwa istilah tersebut ada dalam suatu ketika dalam tahun 1930-an. 

Salah satu pemikir postmodernisme, Charles Jencks, menegaskan bahwa lahirnya konsep postmodernisme adalah berdasarkan tulisan seorang Spanyol Frederico de Onis. Dalam tulisannya "Antologia de la poesia espanola e hispanoamericana" (1934), de Onis memperkenalkan kata tadi buat menggambarkan reaksi dalam lingkup modernisme. 

Yang lebih tak jarang dipercaya menjadi pencetus kata tersebut adalah Arnold Toynbee, menggunakan bukunya yg populer berjudul "Study of History". Toynbee yakin benar bahwa sebuah era sejarah baru telah dimulai, meskipun ia sendiri berubah pikirannya mengenai awal keluarnya, entah pada waktu Perang Dunia I berlangsung atau sejak tahun 1870-an. 

Menurut analisa Toynbee, era postmodern ditandai menggunakan berakhirnya penguasaan Barat serta semakin merosotnya individualisme, kapitalisme, dan Kekristenan. Ia menyampaikan bahwa transisi ini terjadi saat peradaban Barat bergeser ke arah irasionalitas serta relativisme. Ketika hal ini terjadi, kekuasaan berpindah menurut kebudayaan Barat ke kebudayaan non- Barat serta muncullah kebudayaan global pluralis yg baru. 

Meskipun kata ini ada pada tahun 1930-an, postmodernisme menjadi sebuah kenyataan kultural belum menjadi sebuah momentum sampai 40 tahun setelahnya. Ia timbul pertama-tama pada lingkup kecil warga . Selama tahun 1960-an, suasana yang menandai postmodernisme sangat menarik bagi para seniman, arsitek, dan pemikir yang sedang mencari alternatif buat melawan dominasi kebudayaan modern. Bahkan beberapa teolog ikut tertarik dengan demam isu tersebut, diantaranya William Hamilton serta Thomas J.J. Altizer yang "mengundang arwah" Nietzsche buat memberitakan matinya Allah. Perkembangan yg beraneka ragam ini membuat "pengamat kebudayaan" Leslie Fiedler pada tahun 1965 menambahkan istilah "post" kepada istilah terkini sebagai akibatnya menjadi postmodernisme yang menjadi simbol kontra-kultural pada zaman itu. 

Selama tahun 1970-an tantangan postmodern menembus pada arus budaya primer. Pada pertengahan tahun tersebut, muncullah seorang pembela postmodern yang paling konsisten mempropagandakan inspirasi postmodern, yakni: Ihab Hassan. Ia menghubungkan postmodernisme dengan eksperimentalisme dalam bidang seni serta ultra teknologi pada bidang arsitektur. 

Tetapi pandangan hidup postmodern secara tepat menjalar terus ke bidang-bidang lain. Profesor-profesor pada universitas pada aneka macam fakultas mulai berbicara tentang postmodernisme. Bahkan beberapa pada antara mereka karam dalam konsep-konsep postmodern. 

Akhirnya penerimaan etos baru begitu menjalar terus ke mana-mana sehingga istilah "postmodern" menjadi label yg dipakai bagi berbagai kenyataan sosial serta budaya. Gelombang postmodern menyeret berbagai aspek kebudayaan serta beberapa disiplin ilmu, khususnya sastra, arstektur, film, serta filsafat. 

Pada tahun 1980-an, pergeseran berdasarkan lingkup mini pada lingkup besar terjadi. Secara bertahap, suasana postmodern menyerang budaya pop bahkan juga hayati sehari-hari masyarakat. Konsep-konsep postmodern bahkan bukan hanya diterima namun terkenal: sangat menyenangkan menjadi seseorang postmodern. Akibatnya, para kritikus kebudayaan bisa berbicara tentang "nikmatnya menjadi seseorang postmodern." Ketika postmodernisme diterima sebagai bagian menurut kebudayaan, lahirlah postmodernitas. 

PENCETUS POSTMODERNITAS 
Antara tahun 1960 serta 1990, postmodernisme timbul sebagai sebuah kenyataan kebudayaan. Mengapa? Bagaimana kita menyebutkan keluarnya pandangan hidup ini dalam masyarakat kita? Banyak pengamat menghubungkan transisi ini dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada warga pada paruh ke 2 menurut abad ke-20. Faktor pencetus terbesar merupakan lahirnya era warta. Penyebaran postmodernisme sejajar serta bergantung kepada transisi ke era informasi. 

Banyak sejarahwan menyebut era terbaru sebagai "era" industrialisasi, karena era ini didominasi sang produksi barang-barang. Karena fokusnya pada produksi material-material, modernisme membuat rakyat industri. Simbolnya merupakan pabrik. Sebaliknya era postmodern mengarahkan penekanan pada liputan. Kita sedang menyaksikan sebuah transisi berdasarkan masyarakat industri ke masyarakat warta. Simbolnya merupakan personal komputer . 

Statistik kerja menerangkan bahwa kita sedang mengalami perubahan dari rakyat industri pada warga keterangan. Pada era modern, dominan lapangan pekerjaan terbuka dalam bidang produksi barang. Pada tahun 1970-an, hanya 13% dari buruh-buruh pada Amerika bekerja pada produksi barang; 60% bekerja dalam bidang kabar. Pelatihan buat karir yang berkaitan menggunakan informasi - baik prosesor data juga konsultan - sebagai sangat krusial. 

Masyarakat fakta menghasilkan sekelompok orang baru. Ploretariat telah menyerahkan tempatnya pada "cognitariat." Dan buat usaha, keluarnya masyarakat postmodern berarti perubahan dari model "sentralisasi" pada contoh "network." Struktur hirarki pada pengambilan keputusan diganti menggunakan keputusan beserta. 

Era informasi bukan hanya mengganti pekerjaan kita tetapi jua menghubungkan semua belahan global. Masyarakat berita berfungsi menurut jaringan komunikasi yang meliputi seluruh muka bumi. Efisiensi sistem tadi sangat mengagetkan. Pada masa kemudian, kabar nir secepat perjalanan manusia. Tetapi sekarang liputan bisa mengalir ke seluruh global secepat cahaya. Yang lebih rupawan lagi adalah kemampuan era postmodern buat mendapatkan informasi dari mana saja secara cepat. Lantaran sistem komunikasi global yg begitu sophisticated, kita dapat mengetahui insiden apa saja pada mana saja di global ini. Kita sedang menghuni sebuah desa dunia. 

Munculnya desa dunia membuat impak yg kontradiktif. Budaya massal serta ekonomi global yg dihasilkan era kabar berusaha menyatukan global sebagai "McWorld." Ketika planet ini menyatu pada satu sisi, ketika yang sama beliau musnah berantakan pada sisi lainnya. Munculnya postmodernisme menghasilkan pencerahan global serta menipiskan nasionalisme. 

Nasionalisme semakin suram dengan keluarnya gerakan menuju "retribalisasi," menuju loyalitas kepada lingkungan lokal seorang. Ini bukan hanya terjadi di Afrika tetapi pula di Kanada. Kanada berkali-kali terancam oleh disintegrasi antara kelompok berbahasa Perancis di propinsi Quebec dan propinsi-propinsi pada sebelah barat. Orang-orang sedang mengikuti motto: "Berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal." 

Munculnya masyarakat liputan memberikan dasar berpijak bagi pandangan hidup postmodern. Hidup di desa global menyadarkan penduduknya mengenai keanekaragaman budaya pada bumi ini. Kesadaran ini memaksa kita mengadopsi pola pikir pluralisme. Pola pikir ini bukan hanya bersikap toleran kepada grup lain, namun beliau menegaskan serta merayakan keanekaragaman. Perayaan keanekaragaman budaya menuntut gaya baru - eklektisisme - gaya postmodernitas. 

Masyarakat berita sudah menyaksikan perubahan besar dari poduksi massal kepada produksi segmen. Produksi barang-barang yg sama telah berubah sebagai produksi barang-barang yg beraneka ragam. Kita berada dalam "budaya citarasa" yg memperlihatkan aneka macam macam gaya yg tidak terdapat habisnya. Dulu siswa-siswi SMP serta SMU hanya memiliki tren senang-olahraga serta malas-belajar, sekarang mereka bisa mengadopsi tren apa saja sesuai cita-rasa dan gaya yg mereka sukai. 

ALAM POSTMODERNISME TANPA TITIK PUSAT 
Ciri spesial postmodernisme merupakan tidak adanya titik pusat yang mengontrol segala sesuatu. Meskipun postmodern dalam rakyat bermacam-macam bentuknya, mereka sama-sama putusan bulat bahwa tidak ada fokus atau titik pusat. Tidak terdapat lagi baku umum yg dapat digunakan mengukur, menilai atau mengevaluasi konsep-konsep dan gaya hayati tertentu. Lenyaplah sudah bisnis mencari sumber otoritas sentra. Lenyaplah telah usaha buat mencari kekuasaan yang sah serta berlaku buat seluruh. Titik sentra telah bergeser, warga kita misalnya deretan barang- barang yg beraneka ragam. Unit-unit sosial yg lebih mini hanya disatukan secara geografis. 

Filsuf postmodern, Michel Foucault, menawarkan sebuah usulan nama bagi global tanpa titik sentra, yaitu "heterotopia." kata Foucault menggarisbawahi perubahan besar yang sedang kita alami. Keyakinan Pencerahan akan suatu kemajuan ayng monoton melahirkan visi modernisme. Arsitek modernisme berusaha membangun sebuah bangunan masyarakat yg paripurna. Kasih, keadilan, dan perdamaian akan memerintah rakyat tadi. Kaum postmodern membuang jauh-jauh impian kosong tadi. Mereka hanya menawarkan keanekaragaman yg tidak terhitung banyaknya, "multiverse" sudah menggantikan model "universe" menurut modernisme. 

POSTMODERNISME SEBAGAI SEBUAH FENOMENA KULTURAL
"Lenyapnya titik pusat" yg dipopulerkan sang pandangan hidup postmodern adalah ciri utama situasi masa sekarang. Ini nampak jelas pada kehidupan kultur rakyat kita. Seni sudah mengalami perubahan bersamaan dengan perubahan terkini sebagai postmodern. 

POSTMODERN MERAYAKAN KEANEKARAGAMAN 
Ciri utama budaya postmodern adalah pluralisme. Untuk merayakan pluralisme ini, para artis postmodern mencampurkan berbagai komponen yg saling bertentangan menjadi sebuah karya seni. Teknik seni yang demikian bukan hanya merayakan pluralisme, tetapi merupakan reaksi penolakan terhadap penguasaan rasio melalui cara yang ironis. Buah karya postmodernisme selalu ambigu (mengandung 2 makna). Kalaupun para artis ini menggunakan sedikit gaya terkini, tujuannya merupakan menolak atau mencemooh sisi-sisi tertentu dari modernisme. 

Post-modernisme merupakan campuran antara macam-macam tradisi serta masa kemudian. Post-Modernisme merupakan kelanjutan menurut modernisme, sekaligus melampaui modernisme. Ciri khas karya-karyanya merupakan makna ganda ,bertentangan dengan harapan, banyaknya pilihan, perseteruan, serta terpecahnya aneka macam tradisi, lantaran heterogenitas sangat memadai bagi pluralisme. 

Salah satu tehnik adonan yg seringkali digunakan adalah "collage". "Collage" menawarkan suatu cara alamiah buat mencampurkan bahan-bahan yg saling bertentangan. "Collage" menjadi sarana kritik postmodern terhadap mitos pengarang/seniman tunggal. Teknik lainnya merupakan "bricolage", yaitu: penyusunan kembali banyak sekali objek buat menyampaikan pesan ironis bagi situasi masa sekarang. 

Seniman postmodern menggunakan aneka macam gaya yg mencerminkan suatu eklektisisme yang diambil menurut banyak sekali era pada sejarah. Seniman umumnya menganggap cara demikian wajib ditolak karena menghancurkan keutuhan gaya-gaya historis. Para kritikus tersebut menyalahkan gaya postmodern karena tidak terdapat ke dalaman atau keluasan, melanggar batas sejarah hanya demi memberikan kesan untuk masa kini . Gaya dan historis dibentuk saling tumpang tindih. Mereka mendapatkan postmodernisme sangat kurang pada orisinalitas serta nir ada gaya sama sekali. 

Namun terdapat prinsip lebih mendalam yang ditampilkan melalui ekspresi budaya postmodernisme. Maksud dan tujuan karya-karya postmodernisme bukanlah asal-asalan saja. Sebaliknya postmodern berusaha menyingkirkan konsep mengenai "seorang pengarang/pelukis orisinil yg merupakan pencetus suatu karya seni". Mereka berusaha menghancurkan ideologi "gaya tunggal" berdasarkan modernisme serta menggantikannya dengan budaya "poly gaya". Untuk mencapai maksud tadi, para artis ini memperhadapkan para peminatnya dengan beraneka ragam gaya yang saling bertentangan serta nir serasi. Teknik ini - yg mencabut gaya berdasarkan akar sejarahnya - dipercaya menjadi sesuatu yang aneh dan berusaha meruntuhkan sejarah. 

Seniman-artis postmodern sangat berpengaruh bagi budaya Barat masa sekarang. Pencampuran gaya, dengan penekanan pada keanekaragaman, serta penolakan kepada rasionalitas menjadi karakteristik spesial warga kita. Ini semakin terbukti pada banyak ekspresi kebudayaan lainnya. 

ARSITEKTUR POSTMODERN 
Modernisme mendominasi arsitektur (jua bidang lainnya) sampai dalam tahun 1970-an. Para arsitek terbaru berbagi gaya yg terkenal dengan International style (gaya internasional). Arsitektur terbaru mempunyai keyakinan kepada rasio manusia dan pengharapan buat menciptakan insan idaman. 

Berdasarkan prinsip tersebut, arsitek-arsitek modern mendirikan bangunan sinkron dengan prinsip kesatuan (unity). Frank Llyod Wright sebagai model bagi arsitek lainnya. Ia mengungkapkan bangunan-bangunan terbaru wajib merupakan sebuah kesatuan organis. Bangunan harus adalah "kesatuan yang agung" (one great thing) dan bukan gugusan "bahan yang nir agung" (little things). Sebuah bangunan wajib mengekspresikan makna tunggal. 

Karena memegang prinsip kesatuan, arsitektur terkini memiliki karakteristik spesial "univalence." Bangunan-bangunan terkini memberitahuakn bentuk yang sederhana dan ini konkret menurut pola glass-and-steel boxes. Arsitektur mencari bentuk sederhana yang bisa mengungkapkan sebuah makna tunggal. Cara yang dipakai merupakan "repetisi"(pengulangan). Karena mereka juga hendak sempurna dalam geometri, bangunan-bangunannya menyerupai model "dunia lain." 

Arsitektur terkini berkembang serta sebagai arus yg secara umum dikuasai. Ia memajukan program industrialisasi serta menyingkirkan aneka ragam corak lokal. Akibatnya ekspansi arsitektur modern seringkali menghancurkan struktur bangunan tradisional. Ia hampir meratakan seluruh bangunan tradisional menggunakan bulldozer. Bulldozer merupakan indera yg merupakan cetusan jiwa terkini buat "maju"(progress). 

Beberapa arsitek terkini belum puas jika perubahan hanya dalam bidang arsitektur. Mereka ingin agar perubahan pada bidang arsitek, terjadi jua pada bidang-bidang seni, ilmu pengetahuan, serta industri. 

Mari beserta-sama kita bayangkan, pikirkan, serta ciptakan sebuah struktur masa depan baru yang meliputi bidang arsitektur, seni pahat, seni lukis, sebagai sebuah kesatuan. Suatu hari semua ini akan menjulang sampai ke langit melalui tangan berjuta-juta seniman. Ini sebagai keyakinan baru seperti sebuah kristal. 

Walter Gropius," Programme of the staatloches Bauhaus in Weimar" (1919), dalam Programmes and Manifestos on Twentieth-Century Architecture,ed. Ulrich Conrads, terj. 

Arsitektur postmodern muncul sebagai reaksi terhadap arsitektur modern. Postmodern merayakan sebuah konsep "Multivalence" (melawan "univalence" berdasarkan modernisme). Arsitektur postmodern menolak tuntutan modern pada mana sebuah bangunan wajib mencerminkan kesatuan. Justru sebaliknya buah karya postmodern berusaha memberitahuakn serta menampakan gaya, bentuk, corak, yg saling bertentangan. 

Penolakan terhadap arsitektur terbaru nampak jelas pada beberapa contoh. Misalnya, arsiterktur postmodern sengaja menaruh ornamen (hiasan). Ini merupakan versus dari arsitektur modern yg membuang segala hiasan-hiasan yg nir perlu. Contoh lain, arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik serta gaya seni tradisional, sedangkan arsitektur terbaru membuang segala gaya serta teknik seni tradisional. 

Penolakan sang postmodern terhadap terbaru pada dasarkan pada sebuah prinsip. Prinsip arsitektur postmodern merupakan semua arsitektur bersifat simbolik. Semua bangunan, termasuk banguan modern, sebenarnya sedang berbahasa dengan bahasa tertentu. Lantaran terlalu memikirkan fungsi banyak arsitek terbaru menyingkirkan dimensi tadi. Justru lantaran terlalu serius kepada fungsi (utility), karya seni terbaru hanya, adalah sebuah teknik membangun tanpa nuansa artistik. Dimensi artistik sudah lenyap menurut karya seni terbaru. Padahal sebuah struktur bangunan memerlukan dimensi artistik supaya bisa mengungkapkan suatu kisah atau melambangkan suatu dunia imajiner. Lantaran terlalu menekankan fungsi. Keajaiban dunia misalnya bangunan Katedral masa silam tidak lagi terkenal pada zaman terkini. Padahal bangunan seperti Katedral mengarahkan mata kita kepada suatu dunia lain. Ini yg dikritik oleh kaum postmodern terhadap kaum terkini. 

Sebuah bangunan mempunyai kekuatan buat sebagai apa yang diinginkannya, mengungkapkan apa yg ingin dikatakannya sebagai akibatnya pendengaran kita mulai mendengar apa yg ingin disampaikan oleh bangunan tersebut. 

Kaum Postmodern berusaha mengembalikan elemen "fiksi" berdasarkan sebuah arsitektur maka mereka menambahkan ornamen-ornamen pada arsitektur. Mereka ingin agar bidang arsitektur tidak terperangkap oleh pertanyaan "apa fungsinya?" Arsitektur harus kembali berperan untuk membangun "bangunan-bangunan yg kreatif serta imajinatif." 

Kritik postmodern terhadap modern semakin sebagai-jadi. Kaum modern menekankan adanya universalitas serta adanya nilai-nilai yang nir terbatas sejarah, serta ini ditolak secara tegas oleh kaum postmodern. Selama ini kaum kodern menganggap karya-karya mereka menjadi output rasio dan nalar. Padahal kaum postmodern melihat dengan kentara semuanya itu hanyalah bisnis menerima kekuasaan serta menguasai orang lain. Bahasa modern adalah bahasa kekuasaan. Bangunan-bangunan terbaru menggunakan bahan-bahan industri dan mereka melayani sistem industri. Bentuk-bentuk demikian mewujudkan global baru yg dikuasai sains dan teknologi. 

Kaum postmodern mau melenyapkan bahasa kekuasaan tadi. Kaum terkini menekankan konsep kesatuan serta keseragaman (uniformity) arsitektur yg ternyata sangat nir manusiawi. Arsitektur demikian berbicara menggunakan bahasa produksi massal dan baku. Kaum postmodern menolak secara tegas konsep serta bahasa demikian. Mereka ingin menemukan sebuah bahasa baru yang menghargai keanekaragaman serta pluralisme. 

POSTMODERN DALAM BIDANG SENI 
Arsitektur postmodern lahir menjadi penolakan terhadap prinsip-prinsip arsitektur modern pada abad ke-20. Kehadiran postmodern dalam bidang seni jua menampakkan gejala penolakan yang serupa. 

Arsitektur terbaru tidak menghargai gaya masa lalu. Pakar seni seperti Clement Greenberg menyatakan bahwa seni terkini juga menolak gaya-gaya seni sebelumnya. Kaum terbaru menemukan bukti diri dirinya dengan membuang segala sesuatu yang lain berdasarkan dirinya; dengan cara ini, para artis terbaru mengungkapkan bahwa hasil karya seni mereka bersifat "murni" (asli). Kecenderungan terkini pada bidang seni sama menggunakan bidang arsitektur, yaitu: "univalence". Melalui ini, pujian seniman terbaru hanyalah bila mereka memiliki "stylistic integrity" (integritas gaya). 

Sebaliknya seni postmodern berangkat menggunakan kesadaran adanya hubungan erat antara miliknya serta milik orang lain. Lantaran itulah, seni postmodern menganut keanekaragaman gaya atau "multivalence". Kalau terbaru menyukai "murni." maka postmodern menyukai "tidak murni." 

Pada dasarnya seni postmodern tidak tertentu serta sempit namun berbauran (sintetis). Karya seni tersebut dengan bebas memasukkan aneka macam macam kondisi, pengalaman, dan pengetahuan jauh melampaui obyek yg terdapat. Karya ini tidak melukiskan pengalaman tunggal dan utuh. Justru yang hendak dicapai adalah keadaan seperti sebuah ensiklopedia, yaitu: masuknya jutaan elemen, penafsiran, dan respons.

Banyak seniman postmodern menggabungkan keanekaragaman menggunakan teknik pencampuradukan. Seperti kita ketahui, teknik yg mereka sukai merupakan "collage". Kenyataanya, Jacques Derrida (dijuluki "Aristoteles tukang campur") menegaskan collage sebagai bentuk primer dari tentang postmodern. Perlahan namun pasti, "collage" menarik para pecinta seni ke pada makna yg didapatkan "collage" tadi. Lantaran "collage" bersifat heterogen, maka makna yang dihasilkannya tidak mungkin tunggal dan stabil. "Collage" menarik para pecinta seni buat selalu memperoleh makna baru melalui aneka ragam campuran di dalamnya. 

Akhirnya seni pencampuradukan menjadi sebuah "pastiche". Tujuan teknik ini (yg digunakan sang high-culture dan Video MTV) merupakan memperhadapkan para penonton menggunakan gambar-gambar yang saling bertentangan sebagai akibatnya tidak terdapat lagi makna objektif. Dengan pola yg saling bertentangan, rona yang tidak selaras, dan rapikan alfabet yg rancu, "pastiche" menyebar menurut global seni menuju kehidupan sehari- hari. Ini nampak menurut sampul buku, sampul majalah, serta iklan-iklan yang terdapat. 

Segala campuran dan keanekaragaman itu bukan hanya buat menarik perhatian. Daya tarik sebenarnya nir sedangkal itu, namun jauh lebih dalam. Ini adalah bagian menurut perilaku postmodern, yaitu: menantang kekuatan modernisme yg ada dalam berbagai forum, tradisi, dan aturan. Seniman postmodern tidak senang pada pengagung-agungan seseorang artis modern karena kemurnian hasil karyanya. Mereka nir senang pada apa yang disebut "stylistic integrity" (integritas gaya). Bagi mereka, nir ada hasil karya seni yang tunggal. Mereka sengaja memakai metode pinjaman dari hasil karya lain, kutipan, petikan, formasi, serta pengulangan berdasarkan karya-karya yg terdapat. Bagi mereka, "seniman tunggal yg membuat karya tunggal" hanyalah dongeng belaka. 

Kritik postmodern sangat radikal. Kritik tadi dapat ditemukan dalam karya fotografi seseorang bernama Sherrie Levine. Levine memfoto ulang foto-foto indah hasil karya 2 fotografer populer Walker Evans dan Edward Weston. Setelah memfoto ulang, Levine menegaskan bahwa foto- foto itu adalah karya pribadinya. Pembajakannya sangat jelas sehingga orang lain nir mudah mengecapnya menjadi plagiat (pengekor) biasa. Memang tujuannya bukanlah menipu orang-orang menggunakan mengungkapkan bahwa itu merupakan output karyanya dan bukan output karya orang lain. Tujuan utamanya merupakan membuat orang berfikir keras buat membedakan manakah "yg orisinil" serta manakah yang "tiruan". Maka kesimpulannya: tidak terdapat disparitas antara "karya asli" dan "karya tiruan." 

POSTMODERN DALAM BIDANG TEATER 
Teater merupakan wujud penolakan postmodern terhadap terkini yang paling jelas. Kaum modern melihat jelas sebuah karya seni sebagai karya yang tidak terikat ketika dan ide-ilham yg tidak dibatasi ketika. Etos postmodern menyukai tragedi, dan bencana selalu terdapat dalam setiap karya seni. Kaum postmodern melihat hidup ini misalnya sebuah gugusan cerita sandiwara yg terpotong-potong. Maka teater adalah sarana terbaik buat mendeskripsikan peristiwa serta pertunjukan. 

Tidak setiap karya teater merupakan wujud nyata pandangan hidup postmodern. Karya teater postmodern mulai ada dalam tahun 1960-an. Akarnya telah terdapat sebelum tahun 1960-an, yaitu karya seorang penulis Perancis bernama Antonin Artaud pada tahun 1930-an. 

Artaud menantang para seniman (khususnya dalam bidang drama) buat memprotes dan menghancurkan pemujaan kepada karya seni klasik. Ia sangat mendukung pergantian drama tradisional dengan 'teater keberingasan." Ia berseru supaya dihapuskannya gaya antik yg berpusat kepada naskah. Ia mengusulkan gaya baru yang berpusat kepada simbol- simbol teater termasuk pada dalamnya adalah: pencahayaan, susunan warna, konvoi, gaya tubuh, serta lokasi. Artaud juga meniadakan perbedaan antara aktor serta penonton. Ia ingin supaya penonton jua mengalami suasana dramatis seperti oleh aktor. Tujuan Artaud adalah memaksa penonton buat berhadapan menggunakan momentum kenyataan hayati secara langsung dalam saat itu, yg bagaimanapun juga nir akan terulang melalui aturan-anggaran sosial sehari-hari. 

Pada tahun 1960-an, sebagian impian Artaud menjadi kenyataan. Para pakar mulai memikirkan balik hakikat berdasarkan teater. Maka mereka menyerukan supaya terdapat kebebasan pada penampilan. Penampilan nir boleh diatur sang otoritas apa pun. 

Beberapa ahli ini menemukan bahwa naskah atau teks merupakan otoritas yg menindas kebebasan. Untuk memecahkan masalah ini, mereka mengurangi naskah atau teks sebagai akibatnya setiap penampilan sebagai spontan serta unik. Setelah beberapa sekali ditampilkan, nir terdapat lagi pengulangan. Penampilan itu sekali saja dan akan hilang selama-lamanya sesudah itu. 

Ahli lainnya menganggap sutradara adalah orang yg menindas kebebasan penampilan. Mereka berusaha memecahkan masalah ini, menggunakan menekankan improvisasi dan memakai pengarah adegan lebih menurut satu orang. Maka produksi teater/film bukan lagi produksi tunggal serta utuh. 

Teater postmodern menampilkan usulan-usulan para ahli pada atas. Mereka menciptakan berbagai elemen dalam teater, misalnya bunyi, cahaya, musik, bahasa, latar-belakang, dan gerakan saling berbenturan. Dengan demikian, teater postmodern sedang memakai teori tertentu yg disebut dengan keindahan ketiadaan (berbeda menggunakan keindahan kehadiran). Teori keindahan ketiadaan menolak adanya konsep kebenaran yg mendasari dan mewarnai setiap penampilan. Yang terdapat pada setia penampilan merupakan kekosongan ("empty presence"). Seperti pandangan hidup postmodern, makna sebuah penampilan hanya bersifat ad interim, tergantung menurut situasi dan konteksnya. 


Panggung teater nir lagi sebagai loka pengulangan suatu peristiwa atau suatu obyek, entah yg ada kini atau sebelumnya. Teater tetap berfungsi tanpa kehadiran Allah.

POSTMODERN DALAM BIDANG TULISAN-TULISAN FIKSI 
Pengaruh pandangan hidup postmodern dalam literatur sulit dicari. Para ahli sastra terus berdebat mengenai karakteristik utama fiksi postmodern yg membedakannya berdasarkan fiksi-fiksi sebelumnya. Namun gaya penulisan ini mencerminkan ciri primer yg telah kita saksikan dalam bidang-bidang lain. 

Seperti gaya postmodern umumnya, goresan pena fiksi postmodern memakai teknik pencampuradukan. Beberapa penulis merogoh elemen-elemen tradisional dan mencampurkannya secara berantakan buat mengungkapkan suatu ironi tentang topik-topik yg biasa dibahas. Bahkan beberapa penulis lainnnya mencampurkan insiden nyata serta khayalan. 

Pencampuradukan ini terjadi bahkan kepada tokoh-tokoh fiksi tadi. Beberapa penulis postmodern memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh khayalan dengan segala perilakunya. Pada ketika yang sama, tokoh-tokoh khayalan itu merupakan tokoh-tokoh yg nyata pada sejarah insan. Dengan cara ini, oleh penulis berhasil menarik perhatian serta respons emosional serta moral para pembaca. 

Beberapa penulis postmodern mencampuradukkan yg nyata dan yang khayal dengan menyisipkan diri mereka ke dalam cerita itu. Bahkan mereka pun turut membicarakan berbagai perkara dan proses yg diceritakannya. Melalui ini, oleh penulis mencampurkan yg konkret serta yang fiksi. Teknik ini menekankan interaksi yg erat antara penulis serta goresan pena fiksinya. 

Tulisan fiksi merupakan sarana yang digunakan sang penulis buat berbicara sebagai akibatnya bunyi penulis nir dapat dipisahkan menurut kisah fiksi tersebut. Tulisan fiksi postmodern mencampuradukan 2 global yang nir terdapat hubungan satu sama lain. Dunia-dunia tadi masing-masing otonom. Tokoh-tokoh pada goresan pena fiksi itu merasa gundah di global mana mereka berada, serta apa tindakan mereka berikutnya di tengah dunia- dunia yang saling bertubrukan. 

Teknik pencampuradukan ini dipakai buat menampakan perilaku anti- modernisme. Tujuan para penulis terbaru merupakan memperoleh makna tunggal. Sebaliknya, kaum postmodern ingin mengetahui bagaimana fenomena-kenyataan yang amat tidak sinkron, dapat berjalan serta saling bercampur. 

Seperti kebudayaan postmodern lainnya, goresan pena-tulisan ini memusatkan perhatian pada kefanaan serta kesementaraan. Mereka menolak konsep kebenaran tak pernah mati dari kaum terkini. Tulisan fiksi ini sengaja mengarahkan penekanan kepada kesementaraan supaya para pembaca nir lagi melihat dunia ini berdasarkan klimaks yang tidak terbatas oleh ketika. Mereka ingin supaya para pembaca menyaksikan sebuah global yang hampa, tanpa adanya hal-hal yang tak pernah mati dan selalu berada dalam gelombang kesementaraan. 

Dan perlukah kita berkata bahwa semakin jelas oleh penulis menyatakan dirinya sendiri dalam teks-teks yang beliau buat, secara lawan asas pula makin nir terelakan adanya fenomena bahwa oleh penulis tadi, sebagai sebuah bunyi, hanyalah sebuah fungsi menurut fiksinya sendiri, sebuah bangunan retorika, bukan seorang yang berotoritas tetapi justru menjadi obyek dan target penafsiran pembaca? 

Kadang-kadang para penulis tadi membangun imbas serupa menggunakan memasukkan bahasa yg membongkar struktur pikiran yg telah baku. Mereka pula menolak rasio menjadi hakim yg memutuskan apakah sebuah cerita sanggup memaparkan peristiwa nyata. 

Contoh umum dari fiksi terbaru merupakan kisah detektif. Katakanlah cerita tentang seseorang detektif bernama Sherlock Holmes. Ia bertugas membongkar kebenaran-kebenaran yang tersembunyi. Kisah seperti ini hendak menampakan kekuatan rasio serta akal pada memecahkan sebuah kasus atau rahasia. Maka cerita ini merupakan sebuah cerita yg lengkap serta selesai. 

Contoh dari fiksi postmodern adalah kisah mata-mata. Meskipun terjadinya dalam global nyata, kisah demikian selalu mencampurkan dua macam dunia yang tidak sinkron. Apa yg dianggap nyata, ternyata terbukti hanyalah khayalan. Ada suatu global lain pada kembali global nyata ini, yg lebih dursila namun lebih nyata daripada dunia nyata. 

Dengan mencampurkan 2 macam global itu, kisah tadi menciptakan pembaca merasa tidak damai serta nir nyaman. Apakah penampilan seorang menerangkan dirinya yang sesungguhnya? Manakah yg sebenarnya serta manakah yg tipuan? 

Kisah mata-mata mendorong kita mempertanyakan dunia kehidupan kita. Apakah kita juga hayati pada dua macam global? Apakah orang-orang pada kurang lebih kita benar-benar misalnya penampilan mereka di hadapan kita? Apakah insiden-peristiwa pada sekitar kita benar-benar seperti yg nampak pada depan mata kita? 

Novel fiksi sains adalah salah satu bentuk sastra postmodern. Novel ini adalah penolakan terhadap penelitian modern. Novel fiksi ini lebih senang mencari sesuatu yg baru, serta bukan menyibak misteri alam buat menemukan rumus-rumus pasti. Novel ini mempertentangkan berbagai dunia dan empiris supaya nampak perbedaan dan kontradiksi di antara mereka. 

Novel fiksi sains tadi menciptakan kita penasaran mengenai global kita: Apakah empiris itu? Apa yang mungkin? Kekuatan apa yang sedang bekerja kini ? 

POSTMODERNISME SEBUAH FENOMENA DALAM BUDAYA POP 
Kebanyakan dari kita berafiliasi langsung postmodernisme melalui novel fiksi sains dan novel mata-mata. Keduanya sangat berpengaruh pada budaya populer kita sekarang. Namun secara tidak sadar, kita sudah terbuka pada pandangan hidup postmodern. 

Keterbukaan pada pandangan hidup postmodern melalui budaya pop adalah karakteristik khas postmodern. Ciri khas lainnya adalah nir mau menempatkan "seni klasik tinggi" pada atas budaya "pop." Postmodern unik lantaran dia menjangkau bukan kelas elite tetapi kelas rakyat biasa, warga yang terbiasa dengan budaya pop serta media massa. 

Hasil karya postmodern jua ambiguitas. Mereka berbicara menggunakan sebuah bahasa dan menggunakan elemen-elemen yang bisa diterima oleh orang-orang awam ataupun artis serta arsitek handal. Dengan cara demikian, postmodernisme berhasil menyatukan dua alam yg tidak sinkron, yaitu profesional dan populer. 

PEMBUATAN FILM SEBAGAI DASAR PIJAKAN BUDAYA POSTMODERN 
Perkembangan teknologi membantu penyebaran postmodern ke dalam sisi- sisi penting dan budaya pop. Salah satu sisi terpenting adalah industri film. 

Teknologi pembuatan film sangat cocok menggunakan etos postmodern, yakni: film menggambarkan yang nir ada sebagai seolah-olah terdapat. Sekilas lalu, film adalah sebuah cerita utuh yg ditampilkan oleh para aktor dan aktris. Kenyataannya, film adalah rekayasa teknologi menggunakan donasi pakar-ahli seorang ahli berdasarkan berbagai bidang yg tidak jarang kelihatan pada film. Adanya kesatuan pada sebuah film sebenarnya adalah ilusi. 

Film berbeda dengan teater. Film nir pernah berisi penampilan sekelompok aktor/aktris sekaligus secara utuh dan berkesinambungan. Apa yang penonton lihat "berkesinambungan" adalah semacam sisa dari berbagai adegan pada proses pembuatan film itu sendiri, yang nir saling bekerjasama baik secara saat maupun loka. 

Alur cerita sebuah film hanyalah tipuan. Apa yang nampak "berhubungan" atau "berkesinambungan" sebenarnya hanyalah gugusan adegan yg diambil dalam ketika dan loka yang bhineka. Alur sebuah film yang kita lihat, ternyata nir seperti demikian alurnya dalam ketika film berada pada proses pembuatan tersebut. Yang menyatukan adegan-adegan yang terpecah-pecah itu merupakan seorang editor. Dialah yang menyambungkan adegan-adegan yg nir terdapat hubungannya satu sama lain. 

Kadang-kadang kiprah yg sama belum tentu diperankan oleh satu aktor. Sutradara acapkali menggunakan peran pengganti (stunt-man) buat adegan- adegan berbahaya. Kemajuan teknologi memungkinkan edit buat menduplikasi paras oleh aktor sebagai akibatnya wajahnya dalam film usang dapat diambil serta dimasukkan pada film yang baru. Semuanya ini adalah hasil rekayasa personal komputer . 

Akhirnya, film yg kita tonton adalah produk kecanggihan teknologi. Tim-tim yang berbeda memakai fotografi dan metode lainnya buat mengumpulkan bahan-bahan. Bahan-bahan ini digabungkan sang editor buat membentuk apa yg nampak menjadi "kesatuan" pada depan mata penonton. Berbeda dengan teater, kesatuan dan transedental sebuah film merupakan jasa teknologi, dan bukan jasa aktor-aktornya. 

Karena kesatuan sebuah film terletak pada teknik pembuatannya, maka pengarah adegan serta editor memiliki kebebasan buat mengatur dan memanipulasi jalannya cerita dengan banyak sekali cara. Mereka bisa mencampurkan adegan-adegan yang nir saling berafiliasi tanpa wajib mengorbankan kesatuan film itu. 

Pembuat film postmodern senang membarui konsep tempat dan konsep ketika menjadi pada sini dan sekarang selamanya. Usaha mereka pada hal ini dipacu oleh banyaknya film yg telah diproduksi sebelumnya sehinga mereka memiliki bahan buat mencampurkannya. Misalnya: adegan Humphrey Bogart pada film "The Last Action Hero" serta Groucho Marx pada iklan Diet Pepsi. Kemajuan teknologi memungkinkan penggabungan keduanya, penggabungan "global konkret" menggunakan fenomena lain. Contoh lain adalah penggabungan tokoh kartun dan tokoh manusia pada film "Who Framed Roger Rabbit?" 

Kemampuan seorang pengarah adegan menggabungkan banyak sekali rabat sebagai sebuah film yg utuh, memungkinkannya untuk melenyapkan perbedaan antara kebenaran dan dongeng, kenyataan serta imajinasi. Sutradara- pengarah adegan postmodern menggunakan kesempatan ini buat mewujudnyatakan etos postmodern. Misalnya, film-film postmodern membuat film fiksi dan fantasi seperti layaknya insiden konkret (film "Groundhog Day"). Mereka menggabungkan kisah film fiksi menggunakan aspek dokumenter (film "The Gods Must Be Crazy"). Mereka mencampurkan sebagian catatan sejarah menggunakan spekulasi serta mencampurkan global-global yang tidak berhubungan yg dihuni oleh tokoh-tokoh yang tidak kentara majakah yang orisinil (film "Blue Velvet"). 

Hidup dalam era postmodern berarti hayati di dalam dunia yang menyerupai film. Sebuah global dimana kebenaran serta dongeng bercampur. Kita melihat global sama seperti kita melihat film, serta kita curiga apakah yg kita lihat hanyalah sebuah ilusi. Kita bisa tahu sesuatu dalam pikiran oleh pengarah adegan. Ia mengajak kita melihat sesuatu yang sering terabaikan/terlupakan pada dunia yang film itu gambarkan. Sebaliknya waktu melihat dunia sebenarnya, kaum postmodern tidak lagi percaya adanya sebuah Pikiran pada baliknya. 

TELEVISI DAN PENYEBARAN BUDAYA POSTMODERN 
Teknologi pembuatan film menaruh dasar pijakan buat budaya pop postmodern. Namun televisi adalah sarana yg lebih efisien buat mengembangkan etos postmodern ke seluruh lapisan warga . 

Dilihat dari satu sisi, televisi hanyalah saranan yang efektif buat menantikan turunnya film dari bioskop ke televisi. Banyak acara televisi yang isinya hanya film-film, mulai menurut yg pendek hingga miniseri. Televisi merupakan sebuah wahana yg dipakai sang film-film buat menyerbu kehidupan sehari-hari jutaan orang. Sejauh ini, televisi hanyalah perpanjangangan tangan berdasarkan industri film. 

Tetapi lepas berdasarkan interaksi menggunakan film, televisi memberitahuakn ciri khasnya sendiri. Dalam banyak hal, televisi jauh lebih fleksibel daripada film. Televisi melampaui film dengan menyajikan siaran eksklusif. Kamera televisi bisa menayangkan gambar peristiwa eksklusif pada pemirsa pada seluruh belahan global. 

Kemampuan buat menyiarkan secara eksklusif membuat orang percaya bahwa televisi menyajikan peristiwa aktual yang benar-sahih terjadi, tanpa adanya penafsiran, edit, atau komentar. Karena inilah televisi sudah menjadi kriteria untuk membedakan yg konkret serta tidak. Banyak pemirsa tidak menganggap krusial banyak hal. Namun bila CNN, Sixty Minutes menayangkannya, mereka akan segera merasa hal tadi krusial. Segala sesuatu nir penting apabila nir ditayangkan televisi. 

Televisi bisa menayangkan fakta secara eksklusif serta mampu menyebutkan produksi-produksi film. Kemampuan ganda demikian membuat televisi memiliki kekuatan yg unik. Ia sanggup mencampurkan "kebenaran" (apa yg orang banyak anggap menjadi peristiwa nyata) menggunakan "fiksi" (apa yg orang banyak anggap sebagai imajinasi yg nir pernah terjadi pada kenyataan). Film nir dapat melakukan ini. Televisi masa kini melakukan hal tersebut monoton. Ketika ada siaran langsung, di tengah-tengah siaran itu selalu diputus oleh "pesan berdasarkan sponsor." 

Televisi melampaui film untuk mewujudkan pandangan hidup postmodern. Televisi komersil menyajikan aneka macam gambar kepada permirsa. Berita sore akan menghantam penonton dengan gambar-gambar yang nir saling berafiliasi: perang pada suatu daerah terpencil, pembunuhan di dekat rumah, ucapan dari seorang politikus, skandal seks modern, penemuan ilmiah baru, fakta olahraga. Campuran-campuran ini disisipkan dengan iklan baterai yang tahan usang, sabun mandi yang lebih bersih, makan pagi yang lebih sehat, serta liburan yang lebih menyenangkan. Dengan menampilkan berbagai gambar tadi (informasi serta iklan), televisi menciptakan kesan bahwa keterangan dan iklan sama pentingnya. 

Siaran keterangan diikuti sang program-acara utama yang terlalu banyak buat menarik serta membuat pemirsa bertahan. Maka isi acara-program tersebut adalah film laga, skandal, kekerasan, dan seks. Drama-drama malam hari memiliki bobot yang sama menggunakan warta sebelumnya. Dengan cara ini, televisi melenyapkan disparitas antara kebenaran serta fiksi, antara insiden yg benar-sahih memilukan hati dan peristiwa sepele. 

Ini terjadi bukan hanya dalam satu saluran televisi, namun berpuluh bahkan ratusan saluran yg bhineka. Hanya dengan sebuah remote control pada tangan, seorang dapat memilih apa pun yang beliau suka , mulai dari keterangan terbaru, pertandingan tinju, laporan ekonomi, film antik, laporan cuaca, film lawak, film dokumenter, serta sebagainya. 

Dengan memberikan begitu banyak campuran gambar, secara tidak sengaja televisi menyejajarkan hal-hal yang tidak saling cocok. Televisi membutuhkan kejelasan ketika dan loka. Televisi mencampuradukkan masa lalu serta masa sekarang, yang jauh serta yg dekat, segala sesuatunya pada- bawa menjadi sekarang serta di sini, di hadapan pemirsa televisi. Dengan cara ini, televisi memperlihatkan 2 ciri khas postmodern: menghapus batas antara masa kemudian dan masa sekarang; serta menempatkan pemirsa dalam ketegangan terus-menerus. Banyak pengamat sosial menganggap televisi menjadi cermin menurut kondisi psikologis serta budaya postmodern. Televisi menyajikan begitu poly gambar yg tidak herbi empiris, gambar-gambar yg saling berinteraksi monoton tanpa henti. Film serta televisi telah pada persatukan sang sebuah alat yg lebih baru - komputer pribadi. 

Lenyapnya ego merupakan indikasi kemenangan postmodernisme.... Sang diri diubahkan menjadi sebuah tampilan kosong yang berisi kebudayaan yang telah jenuh namun hiperteknis. (Arthur Kroker, Marilouise Kroker dan David Cook, "Panic Alphabet", dalam Panic Encyclopedia: The Definitive Guide to the Postmodern Scene 

Munculnya "monitor" - layar bioskop, layar kaca televisi ataupun monitor computer, melenyapkan disparitas antara diri menjadi subjek serta global sebagai objek. "Monitor" bukan sekadar objek di luar diri kita yang kita sedang lihat. Yang terjadi pada monitor bukan sesuatu peristiwa pada luar sana dan diri kita di sini. "Monitor" membawa kita ke dunia luar sama misalnya dunia luar masuk ke dalam diri kita. Yang terjadi pada televisi adalah manifestasi diri kita, yang terjadi dalam diri kita adalah penjelmaan televisi. Televisi telah menjadi sebuah wujud nyata berdasarkan jiwa kita. 

Hidup dalam era postmodern berarti hidup pada global yang dipenuhi sang berbagai gambar yang bercampur-aduk. Dunia televisi memecahkan gambar-gambar sebagai potongan-rabat dan kaum postmodern tetap yakin bahwa itu hanyalah adonan gambar-gambar. 

WUJUD-WUJUD LAIN POSTMOERNISME DALAM BUDAYA POP 
Film sudah menyajikan budaya postmodern, dan televisi menyebarkannya , tetapi musik rock adalah karakteristik yang paling khas berdasarkan budaya pop postmodern. Lirik lagu-lagu rock mencerminkan semboyan postmodern. Hubungan antara music rock serta budaya postmodern lebih mendalam lagi. Musik rock mempunyai ciri utama menurut postmodern, yaitu: penekanan pada dunia serta lokal. 

Musik rock kontemporer mendapatkan poly penggemar serta mampu menyatukan seluruh dunia. Tentunya kita jangan lupa menggunakan tokoh-tokoh musik rock yang melakukan tur keliling dunia. Pada saat yg sama, musik rock mempertahankan selera lokal. Dalam penampilan kelompok-gerombolan rock yang akbar juga yang mini (tidak terkenal), musik rock menunjukkan pluralitas gaya yang diambil berdasarkan gaya musik setempat (lokal dan etnis eksklusif). 

Yang tidak kalah krusial, musik rock jua menggunakan sarana produksi elektro sebagaimana televisi serta film. Dimensi krusial menurut budaya rock adalah penampilan eksklusif berdasarkan bintang-bintangnya. Konser musik rock nir seperti konser tradisional dimana sang penyanyi berusaha berkomunikasi secara akrab dengan penonton. Yang terjadi pada konser musik rock adalah "kedekatan massal yang dibentuk-buat." 

Konser rock sekarang merupakan insiden massal, melibatkan puluhan ribu penggemar. Kebanyakan penggemar nir dapat melihat penampilan oleh bintang dari dekat. Namun mereka masih berusaha mengalami pengalaman tadi. Penampilan tersebut diperlihatkan kepada mereka melalui poly layar video yg menyorot wajah oleh bintang berdasarkan dekat. 

Tehnik ini membangun jeda antara sang bintang dan penonton. Penggemar grup rock Jubilant merasa dekat menggunakan idola mereka sekalipun hanya lewat layar televisi. Teknologi mengganti kedekatan dalam sebuah pertunjukkan pribadi sebagai formasi ribuan penggemar yg menonton layar video beserta-sama ad interim mereka diserbu menggunakan banyak sekali-bagai efek cahaya, suara serta sebagainya. 

Teknologi melenyapkan disparitas antara penampilan aslinya serta tayangannya pada televisi. Teknologi melenyapkan disparitas antara penampilan langsung serta duplikasinya dalam musik. Penampilan pribadi bukan lagi empiris yang terdapat dalam konteks spesifik. Ia merupakan campuran antara apa yg sang bintang tampilkan serta apa yang teknologi hasilkan. Penampilan itu dibungkus dalam kemasan teknologi sehabis itu baru disajikan pada para penggemar. 

Wujud pandangan hidup postmodern yg lebih sederhana merupakan cara berpakaian. Model sandang postmodern memiliki kesamaan yg seperti menggunakan budaya pop lainnya. Kita melihat ditonjolkannya merek serta label produk. Ini melenyapkan perbedaan antara sandang serta iklan sandang. 

Wajah postmodern nampak dalam "bricolage." Berbeda dengan pola sandang tradisional yang menyatukan banyak sekali corak secara serasi, gaya postmodern sengaja menggabungkan elemen-elemen yang bertentangan, misalnya: sandang dan aksesoris dari 10, 20, 30 dan 40 tahun lalu digunakan beserta-sama. 

Percampuran yg bertentangan tadi dimaksudkan menjadi sebuah ironi atau ejekan terhadap model sandang terbaru, bahkan terhadap seluruh industri sandang modern. Dari musik rock ke turisme ke televisi sampai ke bidang pendidikan, yg dipromosikan sang iklan dan yang dicari oleh konsumen bukan lagi barang-barang, namun pengalaman. 

Budaya pop zaman kita mempunyai dua ciri khas postmodern: pluralisme serta anti-rasionalisme. Seperti konkret berdasarkan cara mereka berpakaian serta musik yang mereka dengar, kaum postmodern nir lagi percaya bila global mereka memiliki sebuah penekanan. Mereka nir lagi percaya bahwa rasio insan bisa menangkap struktur nalar alam semesta. Mereka hayati dalam dunia yg tidak membedakan antara kebenaran dan dongeng. Akibatnya mereka menjadi pengumpul bermacam-macam pengalaman, gudang yang brisi aneka macam hal sementara, jembatan yang dilintasi beragam gambar, serta dihujani menggunakan aneka ragam media dalam masyarakat postmodern. 

Postmodernisme memiliki asumsi yang beragam. Ini terbukti menurut aneka macam perilaku dan aktualisasi diri mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan tersebut, kita menemukan bermacam-macam orang pada warga . Ekpresinya bervariasi menurut cara berpakaian hingga televisi, termasuk musik serta film di dalamnya. Postmodernisme bermetamorfosis dalam beraneka ragam aktualisasi diri budaya, termasuk arsitektur, seni, dan sastra. Lebih berdasarkan segalanya, postmodernisme adalah sebuah pemandangan intelektual. 

Postmodernisme menolak citra mengenai seseorang pemikir tunggal yang dilahirkan oleh Pencerahan. Postmodern mengejek mereka yang merasa yakin bisa melihat global berdasarkan suatu titik puncak seolah-olah mereka dapat berbicara demi kepentingan semua umat manusia. Postmodernisme telah menggantikan impian kesadaran tersebut menggunakan keyakinan baru, yaitu: seluruh pernyataan tentang kebenaran dan kebenaran itu sendiri terbatas oleh kondisi sosial.