CARA MENYEMBUHKAN DIRI SENDIRI DENGAN ENERGI SPIRITUAL

Saat kita terluka, tubuh akan menyembuhkan luka tersebutdengan sendirinya. Saat kita menangis murung , hati dan pikiran akan menenangkandan menghibur agar kita segera pulang ceria. Pada hakekatnya kita semua sudahdibekali dengan kemampuan penyembuhan bawaan pada dalam diri. Meskipun tidakdisadari secara langsung, kekuatan tidak kasat mata ini akan selalu terdapat untukmenolong insan.

Tubuh kita adalah bentuk dari sebuah karya seni yang luarbiasa. Bahkan saat Anda tengah membaca artikel ini, ratusan ribu proses terjadidi dalam tubuh Anda supaya tetap berfungsi dan berkembang dengan semestinya. Mesincerdas seperti tubuh kita ini tentunya membutuhkan kuliner, perawatan danperlindungan tersendiri, karena itulah diet yg baik, olahraga, udara segar,tetap terhidrasi dan memperoleh saat tidur yang relatif adalah hal terpenting untukmenjaga kesehatan tubuh. Namun selain itu, kita jua mempunyai sisi lain diri yangtidak mampu diabaikan, merupakan sisi spiritual yang jua perlu diberi gizi danperawatan khusus.

Sebenarnya kita sanggup makan seluruh makanan tersehat di duniaini dan berolahraga setiap hari, akan tetapi jika kita masih luput dengan diri spiritual,maka kita tidak akan memperoleh kesehatan yg sebenar-benarnya. Energispiritual bersumber menurut hati dan jiwa kita yg sanggup memancarkan aurakebahagiaan. Sebenarnya seluruh orang sanggup membedakan mana antara orang yangauranya terbuka menggunakan yang tertutup karena masalah pribadinya. Orang yangmemiliki aura positif akan terlihat lebih menyenangkan (secara psikologi)meskipun secara fisik nir terlalu ganteng /anggun. Dibanding dengan orang yangauranya suram, akan terlihat kurang menarik meskipun secara fisik sebenarnyatampan/anggun.

Oleh lantaran itulah, Energi spiritual perlu dirawat, diberimakan serta dilindungi sama halnya misalnya tubuh fisik, tapi dalam kenyataannya sangatsering kebanyakan orang mengabaikannya. Seringkali kita gagal menyesuaikan diridengan jiwa spiritual kita dan kurang begitu mempedulikannya. Padahal sisienergik kita inilah yang menguasai intuisi serta adalah kompas internal kita.ini membantu kita buat merasa terhubung dengan sesuatu yg lebih besardaripada hanya diri kita sendiri dan sekaligus sebagai pembimbing rohani yangbisa membantu kita melalui seluruh keputusan hayati.

Jika Anda masih merasa lelah meski sudah tidur nyenyak, apabila Anda berjuang buat menemukan kegembiraan meskipun segala sesuatunya sudah berjalan menggunakan baik, itu mampu jadi lantaran Anda perlu memulihkan serta mengisi balik tenaga spiritual tadi. Adapaun gejala tubuh yg mengindikasikan bahwa Anda memerlukan pengisian ulang energi spiritual, termasuk antara lain:
  • Merasa hayati itu seperti ada pada global lain atau merasa seolah-olah seperti Anda bukan diri Anda sendiri;
  • Kurang semangat pada hayati meskipun saat ini sudah mencapai tujuan yg Anda impi-impikan;
  • Merasa seperti Anda nir mempunyai tujuan;
  • Ingin merasakan, melihat serta tahu hayati dalam tingkat yang lebih dalam dan lebih mendalam di luar kemampuan otak manusia;
  • Merasa monoton stres atau cemas.
Cara ampuhuntuk mengembalikan tenaga spiritual merupakan menggunakan melakukan penyembuhan dirisendiri. Siapapun orangnya bisa melakukan ini, dan berikut langkah-langkahnya:

Langkah 1:

Carilahtempat yang sepi dimana anda nir mungkin mampu diganggu oleh orang lain. Bisadengan posisi berbaring atau duduk tegak di kursi. Tutup mata Anda serta tariknapas pelan serta pada sebanyak lima kali putaran. Pastikanpola pernafasan tersebutmencapai hingga ke dalam perut Anda dan nir hanya pada dada sahaja.

Langkah 2:

Atur posisikedua tangan Anda dalam posisi seperti berdoa, kemudian tekan perlahan ujung jari dantelapak tangan Anda beserta-sama. Arahkan kedua tangan ke atas sehinggamenyentuh bagian tengah dahi atau mata ketiga serta kemudian turunkan hinggamenyentuh sentra jantung. Dahi dan wilayah dada adalah pusat dua chakra kuat(cakra mata serta jantung ketiga), serta gerakan ini akan membantu mengaktifkannya.

Langkah # 3:

Sekarang,dengan gerakkan lembut mulailah menggosokkan kedua tangan sampai membentuk efekpanas. Letakkan tangan kanan pada atas pusat jantung dan tangan kiri menghadap kepusar. Sekali lagi, ke 2 titik ini merupakan chakra kuat yang akan diisi ulangmelalui tangan Anda.

Langkah # 4:

Mata tetapdalam kondisi tertutup, visualisasikan atau bayangkanlah tenaga penyembuhanberwarna putih jelas mengalir dari tangan menuju ke seluruh bagian tubuh.lihatlah (dalam imajinasi) cahaya tersebut mengalir ke tubuh Anda serta mulaimelakukan proses penyembuhan, memulihkan dan mengisi kembali seluruh sentra energidalam tubuh.

Visualisasikanjuga cahaya yg masuk ke ujung jari kaki dan sampai ke bagian paling ataskepala Anda. Visualisasikan juga cahaya putih memancar dari tubuh serta membentukcahaya pelindung di sekeliling tubuh.

Langkah # lima:

Bila Andamerasa telah mendapat cukup banyak tenaga cahaya putih tadi, buka mata lalugoyangkan tangan Anda secara lembut. Berdiri serta menggunakan lembut jua, goyangkanbadan atau lakukan beberapa peregangan ringan bertujuan buat melancarkankembali sirkulasi darah.

Langkah # 6:

Minum segelasbesar air dan pastikan jua agar permanen terhidrasi selama sehari itu, artinyaAnda wajib minum cukup air agar tubuh nir kekurangan cairan.

Akhir istilah,ini merupakan cara yang sangat cepat dan gampang untuk menyalurkan tenaga penyembuhanke tubuh dan sekaligus membantu jua buat segera mengisi ulang energispiritual Anda. Untuk output terbaik, lakukan penyembuhan ini setiap hari selamaseminggu minimal 15 mnt. Pasti dijamin hasilnya luar biasa, siahkan Anda cobadan buktikan sendiri.

CARA MEMBUKA CHAKRA MAHKOTA UNTUK PEMULA

Arti chakra mahkota
Tujuh cakra adalah titik-titik yang mengalirkan energi pada dalam tubuh. Ketika terbuka dan seimbang, tenaga berkiprah bebas melalui mereka serta penyembuhan spiritual dan fisik dapat terjadi.

Namun, ketika chakra-chakra itu diblokir atau tersumbat, itu dapat mengakibatkan penyakit mental dan fisik. Penyumbatan pada cakra mahkota dapat menyebabkan kesulitan spiritual dan perkara lainnya.

Chakra ketujuh disebut menjadi Cakra Mahkota, Sahasrara, Shunnya, Niralambapuri. Nama Sanskrit "Sahasrara" terkadang digunakan buat menunjuk chakra ketujuh. Ini dapat diterjemahkan sebagai "Seribu kelopak".

Energi chakra mahkota ini memungkinkan kita untuk mengalami kesatuan mistik dengan seluruh orang serta segala sesuatu pada alam.

Chakra mahkota paling tak jarang diwakili dengan warna putih, meskipun dapat juga digambarkan menjadi ungu pekat. Warna aura energi chakra mahkota pula dapat dilihat sebagai cahaya emas, putih, atau jernih.
Simbol menurut chakra mahkota terdiri menurut Sebuah lingkaran serta seribu kelopak. Warna secara umum dikuasai simbol cakra mahkota berwarna putih. Kelopaknya berwarna-warni, misalnya pelangi. Lingkaran kadang-kadang dibandingkan dengan simbol bulan purnama.
Chakra mahkota inilah yang memungkinkan orang berkecimpung melampaui kebutuhan materialistik individual buat terhubung dengan keseluruhan universal. Membuka cakra mahkota membawa wawasan spiritual, perhatian serta kemampuan buat hidup dengan kepercayaan diri yang tenang dalam semua aspek kehidupan.

Lokasi dan ciri chakra mahkota

Lokasi yang paling umum diterima buat chakra ketujuh adalah di bagian atas kepala atau sedikit di atas ketua.

Cakra mahkota terutama terkait dengan kelenjar pituitari, serta sekunder buat pineal serta hipotalamus. Hipotalamus dan kelenjar pituitari bekerja berpasangan buat mengatur sistem endokrin. Lantaran lokasinya, cakra mahkota sangat erat kaitannya dengan otak dan semua sistem saraf.

Cakra mahkota dikaitkan menggunakan karakteristik psikologis serta konduite berikut:
  • Kesadaran
  • Kesadaran akan pencerahan yg lebih tinggi, kebijaksanaan dari apa yang sakral
  • Koneksi dengan yg tanpa bentuk, tanpa batas
  • Realisasi, pembebasan berdasarkan pola-pola yang membatasi
  • Komuni dengan kesadaran yang lebih tinggi
  • Ekstasi, kebahagiaan
  • Kehadiran
Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu saling berhubungan serta bahwa kita merupakan bagian berdasarkan skema kehidupan yg lebih akbar, kita mulai hayati dengan rasa syukur, iman serta agama, daripada dipenuhi menggunakan rasa takut serta kecemasan.
Cakra mahkota dikaitkan dengan transendensi keterbatasan kita, baik itu langsung atau terikat dalam ruang serta waktu. Di sinilah paradoks menjadi norma, di mana sepertinya antagonis merupakan satu. Kualitas pencerahan yg tiba menggunakan cakra mahkota bersifat universal, transenden.

Ketika kita karam pada tenaga cakra mahkota, kita merasakan suatu kesatuan yg membahagiakan menggunakan semua yg ada, ekstase spiritual. Chakra ini memungkinkan akses ke kejelasan paling atas serta kebijaksanaan tercerahkan.

Beberapa menggambarkan chakra ini menjadi pintu gerbang ke diri kosmik atau diri dewa, ke pencerahan universal. Itu terkait dengan yang tidak terbatas, universal.

3 Langkah Mudah Cara Membuka Chakra Mahkota

Cakra mahkota adalah pusat buat agama, darma, ilham, kebahagiaan, serta kepositifan. 

Ini juga merupakan sentra buat hubungan yg lebih pada menggunakan diri kita sendiri dan hubungan yang lebih dalam dengan kekuatan hayati yang lebih besar menurut diri kita sendiri.

Untuk menyembuhkan Chakra Mahkota, bacalah afirmasi-afirmasi ini sembari serius dalam titik di bagian atas kepala kita. 

Bayangkan cahaya berwarna putih atau ungu menghubungkan kita menggunakan apa yg ada di luar diri kita.

Untuk alasan ini, akan sangat berguna buat memiliki indera buat membuka cakra mahkota. Berikut merupakan 3 Langkah Praktis Cara Membuka Chakra Mahkota dalam saat singkat!

1. Melalui Inspirasi
Salah satu cara untuk membuka cakra mahkota merupakan melalui ide. Misalnya, pikirkan konser musik yang kita hadiri atau lagu yang kita sukai.

Ingat bagaimana perasaan kita. Jika kita menikmati konser atau lagu tadi, maka kita mungkin merasa terangkat, terinspirasi, terbuka, serta positif.

Itu adalah perasaan berdasarkan mahkota yang terbuka. Untuk membuka cakra mahkota kita dapat mendengarkan musik yg menginspirasi, berjalan-jalan pada alam, membaca puisi yg mengangkat, atau melihat mentari terbenam yg latif.

Apa pun yg memberi kita ide akan membuka cakra mahkota kita. Luangkan ketika sejenak buat merenungkan apa yg membawakan kita ide.

Pastikan buat menyertakan beberapa inspirasi dalam kehidupan sehari-hari kita buat menjaga cakra mahkota permanen terbuka.

2. Berlatih afirmasi
Cara kedua buat membuka cakra mahkota merupakan melalui penggunaan afirmasi yang menginspirasi. Misalnya, ulangi penegasan ini pada diri kita sendiri:
  • Saya terbuka dan bijaksana.
  • Saya lengkap serta satu menggunakan energi dewa 
  •  saya berusaha buat tahu, serta belajar dari pengalaman hidup saya
  • Saya satu dengan alam semesta. Saya tidak bisa melepaskan diri menurut itu, karena nir sanggup melepaskan diri menurut aku . 
  • Aku hidup pada waktu kini .
  • dan lain sebagainya
Sekarang sadari perasaan terbuka dan diperluas di atas kepala Anda. Sekali lagi, ini adalah perasaan cakra mahkota terbuka. Ulangi afirmasi wangsit sepanjang hari sebagai cara untuk menjaga cakra mahkota tetap terbuka.

3. Visualisasikan
Cara ketiga buat membuka cakra mahkota merupakan melalui visualisasi. Luangkan waktu kini dan gambar atau bayangkan bola emas cahaya mengisi bagian atas kepala kita. 

Lihat cahaya emas yg tumbuh dan berkembang ini. Bayangkan itu mengangkat pikiran kita serta mengisi kita menggunakan perasaan positif. 

Bayangkan aliran cahaya keemasan yang datang berdasarkan atas kepala kita, menghubungkan kita ke langit. Rasakan perasaan terbuka serta diperluas pada bagian atas ketua kita.

Rasakan kesatuan kita menggunakan seluruh kehidupan. Rasakan koneksi kita ke kekuatan hayati yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Tegaskan: Saya terhubung menggunakan kekuatan hayati yang lebih akbar berdasarkan diri aku sendiri. Rasakan hubungan ini dan ketahuilah bahwa Anda tidak pernah sendirian.

Ketika kita memegang visi ini, kita membantu membuka cakra mahkota dan memperkuat hubungan kita dengan kekuatan hayati yg lebih besar menurut diri kita sendiri.

KONSEP UTAMA TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

Konsep Utama Teori Psikoanalisa Sigmund Freud
1. Pandangan tentang sifat manusia 
Pandangan freud tentang sifat insan dalam dasarnya manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional,motifasi-motifasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis serta naruliah, dan sang peritiwa-insiden psikosek sual yg terjadi selama 5 tahun pertama berdasarkan kehidupan.

Manusia dilihat menjadi sistem-sistem tenaga, berdasarkan pandangan freud , dinamika kepribadian terdiri menurut cara-cara energi psikis dibagikan pada id,ego, dan superego. Lantaran tenaga psikis itu terbatas, maka satu sistem memegang kendali atas energy yg tersedia sambil mengorbankan dua sistem yg lainnya. Tingkah laku dideterminasi oleh tenaga psikis ini. Freud jua menekankan peran naluri-insting. Segenap naluri bersifat bawaan dan biologis. Freud menekankan naluri-naluri seksual serta implus-implus militan. Ia melihat tingkah laku menjadi dideterminasi sang harapan memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan. Manusia memiliki naluri-naluri kehidupan juga insting-naluri kematian. Menurut freud,tujuan segenap kehidupan adalah kematian; kehidupan tidak lain dalah jalan melingkar kearah kematian.

2. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri berdasarkan 3 sistem: id, ego, serta superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologi dan jangan dipikirkan sebagai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian; adalah fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan ketimbang sebagai tiga bagian yg terasing satu sama lain. Id adalah komponen biologis, ego merupakan komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial.

Id
Id merupakan satu-satunya komponen kepribadian yg hadir semenjak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk menurut konduite naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala tenaga psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong sang prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari seluruh asa, asa, serta kebutuhan. Apabila kebutuhan ini tidak puas pribadi, hasilnya merupakan kecemasan negara atau ketegangan. Sebagai model, peningkatan rasa lapar atau haus harus membentuk upaya segera buat makan atau minum. Id ini sangat penting awal pada hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Apabila bayi lapar atau tidak nyaman, beliau akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.

Namun, segera memuaskan kebutuhan ini nir selalu realistis atau bahkan mungkin. Apabila kita diperintah seluruhnya sang prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yg kita inginkan berdasarkan tangan orang lain untuk memuaskan hasrat kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial nir bisa diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk merampungkan ketegangan yang diciptakan sang prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental menurut objek yang diinginkan menjadi cara buat memuaskan kebutuhan.

Ego
Ego merupakan komponen kepribadian yg bertanggung jawab buat menangani dengan empiris. Menurut Freud, ego berkembang dari id serta memastikan bahwa dorongan dari id bisa dinyatakan dalam cara yang dapat diterima pada global nyata. Fungsi ego baik pada pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja dari prinsip empiris, yang berusaha buat memuaskan hasrat id dengan cara-cara yg realistis serta sosial yg sinkron. Prinsip realitas beratnya biaya serta manfaat menurut suatu tindakan sebelum tetapkan buat bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak masalah, impuls id itu bisa dipenuhi melalui proses menahan kepuasan ego pada akhirnya akan memungkinkan konduite, tetapi hanya pada ketika yg sempurna dan loka. Ego pula pelepasan ketegangan yg diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba buat menemukan objek pada dunia nyata yg cocok dengan gambaran mental yg diciptakan sang proses utama id’s.

Superego
Komponen terakhir buat membuatkan kepribadian merupakan superego. Superego adalah aspek kepribadian yg menampung semua baku internalisasi moral serta harapan yang kita peroleh menurut kedua orang tua serta rakyat kami rasa benar serta galat. Superego menaruh pedoman buat menciptakan penilaian.

Ada dua bagian superego:
Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui sang figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi anggaran-aturan ini mengakibatkan perasaan pujian, nilai dan prestasi. Hati nurani mencakup warta mengenai hal-hal yg dianggap jelek sang orang tua dan masyarakat. Perilaku ini seringkali dilarang dan menyebabkan jelek, konsekuensi atau sanksi perasaan bersalah serta penyesalan. Superego bertindak buat menyempurnakan serta membudayakan konduite kita. Ia bekerja buat menekan seluruh yg nir dapat diterima mendesak dari id dan usaha buat membuat tindakan ego atas baku idealis lebih lantaran dalam prinsip-prinsip realistis. Superego hadir pada sadar, prasadar dan nir sadar.

Interaksi berdasarkan Ego, Id serta superego
Dengan kekuatan bersaing begitu poly, mudah buat melihat bagaimana permasalahan mungkin ada antara ego, id serta superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah buat merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik bisa secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka menggunakan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit bisa menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.

3. Kesadaran serta ketaksadaran
Sumbangan-sumbangan freud terbesar adalah konsep-konsepnya mengenai kesadaran dan ketaksadaran yang adalah kunci-kunci buat tahu tingkahlaku dan kasus-perkara kepribadaian. Ketaksadaran tidak mampu dipelajari secara pribadi; ia sanggup dipelajari berdasarkan tingkahlaku. Pembuktian klinis guna membuktian konsep ketaksadaran meliputi: 
  1. mimpi-mimpi, yg adalah representasi-representasi simbolik menurut kebutuhan-kebutuhan, hasrat-harapan, serta koflik-permasalahan yak sadar; 
  2. salah ucap atau lupa contohnya terhadap nama yg di kenal; 
  3. sugesti-sugesti pasca hipnotik; 
  4. bahan-bahan yang dari dari teknik-teknik saosiasi bebas; serta 
  5. bahan-bahan yang berasal menurut teknik-teknik proyaktif.
Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari holistik jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yg bagian terbesarnya berada pada bawah permukaan air, bagian jiwa yg terbesar berada pada bawah permukaan kesadaran. Ketaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman , ingtan-ingtan, serta bahan-bahan yg pada represi. Kebutuhan-kebutuhan serta motivasi-motivasi yg tidak bisa dicapai yakni terletak di luar pencerahan/ juga berada pada luar daerah kendali. Ferud pula percaya bahwa sebagian akbar fungsi psikologis terletak pada luar kawsan kesadaran.

4. Kecemasan 
Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang yg memotivasi kita buat berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya-yakni sinyal bagi ego yang akan terus semakin tinggi jika tindakan-tindakan yang layak buat mengatasi acnaman bahaya itu nir di ambil.

Ada tiga macam kecemasan: kecemasan relistis, kecemasan neorotik, serta kecemasan moral. Kecemasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya menurut global eksternal, dan tingkat kecemasannya sinkron menggunakan derajat ancaman yang terdapat, kecemasan neurotik merupakan ketakutan terhadap nir terkendalinya insting-insting yg menyebabkan seseorang melakukan sesuati tindakan yg bisa mendatangkan sanksi bagi dirinya. Kecemasan moral merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.

5. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Timbulnya mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasan-kecemasan yg dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan ego terkait menggunakan kecemasan individu. Adapun definisi kecemasan merupakan perasaan terjepit atau terancam, saat terjadi permasalahan yg menguasai ego (Boeree, 2005:42). Kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan sang ketegangan yg datang berdasarkan luar. Sigmund Freud sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego menjadi strategi yg dipakai individu buat mencegah kemunculan terbuka berdasarkan dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan supaya kecemasan sanggup dikurangi atau diredakan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu nir selalu patologis, serta sanggup memiliki nilai penyesuaian apabila nir sebagai suatu gaya hidup buat menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang dipakai sang individu bergantung pada tingkat perkembangan dan derajat kecemasan yg dialaminya. Berikut ini klasifikasi-penjabaran singkat tentang beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego: 
  1. Penyangkalan,
  2. Proyeksi, 
  3. Fiksasi, 
  4. Regresi, 
  5. Rasionalisasi, 
  6. sublimasi, 
  7. displacement, 
  8. represi, 
  9. formasi reaksi
  • Penyangkalan: Pertahanan melawan kecemasan dengan “ menutup mata “ terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan. Contohnya, kecemasan atas kematian orang yg yg dicintai contohnya sering memanifestasikan sang penyangkalan terhadap berita kematian.
  • Proyeksi: Mengalamatkan sifat-sifat tertentu yg tidak sanggup diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang nir disukai serta beliau tidak mampu mendapat adanya hal-hal yang itu pada diri sendiri, jadi dengan proyeksi seorang akan mengutuk orang lain lantaran kejahatannya dan menyangkal mempunyai dorongan jahat seperti itu.
  • Fiksasi: Menjadi terpaku dalam tahap-termin yg lebih awal, lantaran merogoh langkah ketahap selanjutnya. Selanjutnya bisa mengakibatkan kecemasan.
  • Regresi: Melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yg tuntutan-tuntutan nir terlalu akbar.
  • Rasionalisasi: Menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindari ego dari cedera memalsukan diri sebagai akibatnya fenomena yg mengecewakan sebagai tidak menyakitkan.
  • Sublimasi: Menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yg secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
  • Displacement: Mengarahkan energy pada objek atau orang lain bila objek asal atau orang yg sesungguhnya tidak sanggup dijangkau.
  • Represi: Sebentuk upaya pembuangan setiap bentuk impuls, ingatan, atau pengalaman yg menyakitkan atau membuat malu serta menyebabkan kecemasan tingkat tinggi. 
  • Formasi reaksi: Melakukan tindakan yg antagonis dengan harapan-impian tidak sadar jika perasaan-perasaan yang lebih dalam mengakibatkan ancaman maka seorang menampilkan tingkah laku yg berlawanan guna menyangkal perasaan-perasaan yang mengakibatkan ancaman. 
Perkembangan Kepribadian 
a. Pentingnya perkembangan awal 
Sumbangan yg berarti berdasarkan contoh psikoanalitik merupakan pelukisan tahap-termin perkembangan psikososial serta individu dari lahir hingga dewasa. Kepada konselor ia menyuguhkan perangkat-perangkat konseptual bagi pemahaman kesamaan-kecendrungan dalam perkembangan, karakteristik tugas-tugas perkembangan primer menurut banyak sekali taraf pertumbuhan, fungsi personal dan sosial yang normal serta abnormal, kebutuhan-kebutuhan yang kritis berikut dan frustrasinya, asal-sumber kegagalan perkembangan kepribadian yg menunjuk pada perkara-kasus penyesuaian pada lalu hari, serta penggunaan prosedur-prosedur pertahanan ego yg sehat dan tidak sehat. Freud sudah menemukan bahwa perkara-masalah yg paling khas yg dibawa orang-orang, baik dalam kondisi-syarat konseling individual juga gerombolan , terdiri dari: (1) ketidakmampuan memberikan kepercayaan pada diri sendiri serta orang lain, ketakutan buat menyayangi dan buat menciptakan interaksi intim, dan rendahnya rasa harga diri; (2) ketidakmampuan mengakui dan mengungkapkan perasaan-perasaan benci dan murka , penyangkalan terhadap kekuatan sendiri sebagai langsung, serta kekurangan perasaan-perasaan otonom; (3) ketidakmampuan menerima sepenuhya seksualitas dan perasaan-perasaan diri-sendiri, kesulitan buat mendapat diri-sendiri menjadi laki-laki dan perempuan , serta ketakutan terhadap seksualitas. Menurut pandangan psikoanalitik Freudian, ketiga area perkembangan personal dan sosial (cinta serta rasa percaya, penanganan perasaan-perasaan negatif, dan pengembangan penerimaan yg positif terhadap seksualitas) itu berlandaskan 5 tahun pertama menurut kehidupan. Periode perkembangan ini merupakan landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. 

b. Tahun pertama kehidupan: fase oral
Freud mengajukan teori mengenai seksualitas infantil. Sejak Freud, kegagalan masyarakat buat mengakui seksualitas infantil bisa diterangkan oleh tabu-tabu kultural, serta setiap represi individu atas pengalaman-pengalaman infantile dan masa kanak-kanak berada dalam area ini. Dari lahir hingga akhir usia satu tahun seseorang bayi menjalani fase berkaitan dengan mulut. Menghisap butir dada ibu memuaskan kebutuhannya akan makanan serta kesenangan. Lantaran mulut dan bibir adalah zone-zone erogen yang peka selama fase berkaitan dengan mulut ini, bayi mengalami kenikmatan erotik menurut tindakan menghisap. Benda-benda yang dicari sang anak dapat sebagai substitut-subtitu bagi apa-apa yg sesungguhnya diinginkannya yakni kuliner dan cinta menurut ibunya. Tugas perkembangan utma fase oral merupakan memperoleh rasa percaya kepada orang lain, kepada dunia, serta pada diri sendiri. Cinta merupakan suatu perlindungan terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai oleh orang lain hanya menerima sedikit kesulitan dalam menerima dirinya sendiri. Sedangkan anak yg merasa nir diinginkan, nir diterima, dan nir dicintai, cenderung mengalami kesulitan yg akbar pada mendapat diri sendiri. Efek penolakan pada fase oral merupakan kecenderungan dimasa kanak-kanak selanjutnya buat sebagai penakut, nir aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, serta kesepian.

c. Usia satu sampai tiga tahun: fase anal 
Fase berkaitan dengan mulut metuntut buat mengalami rasa bergantung yang sehat, menaruh kepercayaan dalam dunia, serta mendapat cinta, sedangkan fase anal menandai langkah lain dalam perkembangan kepribadian. Tugas-tugas yg wajib diselesaikan selama fase ini merupakan belajar berdikari, memiliki kekuatan eksklusif serta swatantra, serta belajar bagaimana mengakui serta menangani perasaan-perasaan tang negatif. Selama fase anal, anak dipastikan akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasratmerusak, murka , serta sebagainya, krusial bagi anda buat belajar bahwa perasaan-perasaan yg negatif itu bisa diterima adanya, hal yang pula krusial pada fase ini merupakan, anak memperoleh rasa mempunyai kekuatan, kemandirian, dan otonomi. Pada fase anal ini anak perlu bereksperimen, berbuat galat, serta merasa bahwa mereka tetep diterima untuk kesalahannya itu, serta menyadari diri menjadi individu yang terpisah serta berdikari.

d. Usia 3 sampai 5 tahun: fase falik
Kita telah melihat bahwa diantara usia satu serta 3 tahun seseorang anak menyingkirkan cara-cara yg infantil, dan secara aktif maju mendaki dunia yg lain. Ini fase ketika kesanggupan-kesanggupan buat berjalan, berbicara, berpikir, serta mengendalikan otot-otot berkembang pesat. Masturbasi yang disertai sang fantasi-fantasi adalah hal yang normal pada masa kanak-kanak awal. Pada fase falik, masturbasi itu menaikkan frekuensinya. Eksperimentasi masa kanak-kanak adalah hal yg generik, dan lantaran banyak perilaku terhadap seksualitas yang bersumber pada fase falik, maka penerimaan terhadap seksualitas serta penanganan dorongan seksualitas pada fase ini sebagai penting. Fase falik adalah periode perkembangan hati nurani, suatu masa waktu anak-anak belajar mengenal standar-standar moral. Selama fase falik anak perlu belajar mendapat persaan-perasaan seksualitas sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Fase falik ini anak membangun sikap-perilaku mengenai kesenangan fisik, tentang apa yg “ benar “ serta “ galat” serta mengenai apa yang “ maskulin “ dan yg “ feminim”. Fase falik mempunyai akibat-implikasi yang berarti bagi konselor yang sedang menangani orang-orang dewasa. Banyak konseli yang tidak pernah sepenuhnya bisa memahami perasaan-perasaan tentang seksualitasnya sendiri. Mereka mempunyai perasaan-perasaan yg sangat membingungkan sehubungan dengan indenfikasi kiprah, dan mereka berada dalam pergulatan buat mendapat perasaan-perasan dan tingkah laku sendiri. Denagn demikian, mereka juga akan menyadari bahwa, meskipun sikap-perilaku dan tingkah laris mereka yg kini dibuat oleh masa lampau, mereka tidak ditakdirkan untuk terus menjadi korban masa lampau.

Proses konselingutik 
a. Tujuan-tujuan konselingutik 
Tujuan konseling psikoanalitik merupakan membentuk kembali struktur karakter individual menggunakan jalan membuat pencerahan yg nir disadari didalam diri konseli. Proses konselingutik difokuskan dalam upaya mengalami balik pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, ditafsirkan, dengan sasaran merekonstruksi kpribadian. Konseling psikonalitik menekankan dimensi afektif menurut upaya mengakibatkan ketidaksadaran diketahui. Pemahaman serta pengertian intelektual mempunyai arti penting, namun perasaan-perasaan serta ingatan-ingatan yangberkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi. 

b. Fungsi serta Peran Konselor
Karakteristik psikoanalisis adalah, konselor atau analis membiarkan dirinya anonim dan hanya menyebarkan sedikit perasaan serta pengalaman sehingga konseli memproyeksikan dirinya pada analis. Proyeksi-proyeksi konseli, yang sebagai bahan konseling, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terlebih dahulu wajib membangunkan interaksi kerja menggunakan konseli, lalu perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Analis menaruh perhatian spesifik pada penolakan-penolakan konseli. Sementara yg dilakukan oleh konseli sebagian akbar adalah berbicara, yg dilakukan sang analis adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan beliau harus membuat penafsiran-penafsiran yang layak buat meningkatkan kecepatan proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari. Analis mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan kontradiksi-kontradiksi pada cerita konseli, mengartikan mimpi-mimpi serta asosiasi bebas yg dilaporkan oleh konseli mengamati konseli secara cermat selama pertemuan konseling berlangsung, dan peka terhadap isyarat-isyarat yg menyangkut perasaan-perasaan konseli pada analis. Fungsi utama analis adalah mengajarkan arti proses-proses dalam konseli sehingga konseli mampu memperoleh pemahaman terhadap perkara-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara buat berubah serta menggunakan demikian, memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.

c. Pengalaman Konseli dalam Konselor
Konseli wajib bersedia melibatkan diri pada proses konseling dan berjaka panjang. Biasanya konseli mendatangi konseling beberapa kali seminggu pada masa tiga sampai 5 tahun. Pertemuan konseling biasaya berlangsung 1 jam. Setelah beberapa kali pertemuan tatap muka menggunakan analis, konseli kemudian diminta berbaring melakukan asosiasi bebas, yakni berkata apa saja yang terlintas pada pikirannya. Konseli mencapai konvensi dengan analis tentang pembayaran porto konseling, mendatangi rendezvous konseling pada saat eksklusif, dan bersedia terlibat pada proses intensif. Konseli setuju buat berbicara karena produksi-produksi ekspresi konseli merupakan konseling psikoanalitik. Selama konseling konseli bergerak melalui tahap-tahap eksklusif: mengembangkan interaksi menggunakan analis., mengalami krisis treatment, memperoleh pemahaman atas masa lampaunya yang tak disadari, membuatkan resistansi-resistansi buat belajar lebih banyak tentang diri sendiri, menyebarkan suatu interaksi transferensi dengan analis, memperdalam konseling, menangani resistansi-resistansi dan kasus yang tersingkap, serta mengakhiri konseling. 

d. Hubungan antara konselor serta konseli
Hubungan konseli menggunakan analis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang sebagai inti pendekatan psikoanalitik. Transferensi mendorong konseli untuk mengalamatkan pada analis “urusan yang tidak terselesaikan” yg masih ada hubungan konseli pada masa lampau menggunakan orang yang berpengaruh. Transferensi terjadi pada ketika konseli membangkitkan balik pertarungan-perseteruan masa dirinya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan, dan dendamnya membawa pertarungan-konflik itu kesaat sekarang, mengalami balik , dan menyangkutkannya pada analis. Konseli kemungkinan memandang analis menjadi figur kekuasaan yg menghukum, menuntut, dan mengendalikan. Apabila konseling yg diinginkan mempunyai pengaruh menyembuhkan, maka interaksi transferensi wajib digarap. Proses penggarapannya melibatkan eksplorasi sang konseli atas kesejajaran-kesejararan antara pengalaman masa lampau dan pengalaman masa kini . Jika analis berbagi pandangan-pandangan yang disharmoni yg dari menurut permasalahan-konfliknya sendiri maka akan terjadi kontratransferensi. Kontratransferensi ini sanggup terdiri berdasarkan perasaan tidak suka atau keterikatan dan keterlibatan yg berlebihan. Analisis wajib menyadariperasaan-perasaannya terhadap konseli dan mencegah efek-pengaruhnya yg merusak. Analis diharapkan supaya relative objektif dalam mendapat kemarahan, cinta, rujukan, kritik, serta perasaan-perasaan lainnya yang bertenaga berdasarkan konseli. Sebagian besar acara latihan psikoanalitk mewajibkan calon analis buat menjalani analisis yg intensif menjadi konseli. Analis dipercaya sudah berkembang mencapai tingkat dimana konflik-perseteruan utamanya sendiri terselesaikan,dan karenanya beliau bisa memisahkan kebutuhan-kebutuhan serta perkara-masalahnya sendiri berdasarkan situasi konseling. Sebagai hasil interaksi terapeutik, khususnya penggarapan situasi transferensi, konseli memperoleh pemahaman terhadap psikodinamika-psikodinamika tidak sadarnya. Kesadaran serta pemahaman atas bahan yg direfresi adalah landasan bagi proses pertumbuhan analitik. Konseli mampu tahu asosiasi antara pengalaman-pengalaman masa lampaunya dengan kehidupan kini . Pendekatan psikoanalitik berasumsi bahwa kesadaran diri ini bisa secara otomatis mangarah pada perubahan kondisi konseli.

Teknik-teknik terapeutik 
a. Asosiasi bebas
Teknik pokok pada terapai psikoanalisa merupakan asosiasi bebas. Konselor memerintahkan konseli buat menjernihkan pikiranya dari pemikiran sehari-hari dan sebesar mungkin buat mengungkapkan apa yg muncul pada kesadaranya. Yang utama, adalah konseli mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran menggunakan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasn emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic dimasa lampau yg dikenal menggunakan sebutan kataris. Kataris hanya menghasilkan peredaan ad interim atas pengalaman-pengalaman menyakitkan yang dialami konseli, nir memainkan kiprah utama pada proses treatment psikoanalitik pada masa ini: kataris mendorong konseli buat menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, serta karenanya meratakan jalan bagi pencapaian pemahaman. Guna membantu konseli pada memperoleh pemahaman serta evaluasi diri yg lebih obyektif, analis menafsirkan makna-makna primer berdasarkan asosiasi bebas ini. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yg direpres serta dikurung pada pada ketaksadaran. 

b. Penafsiran
Penafsiran merupakan suatu mekanisme dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menampakan, bahkan mengajari konseli makna-makna tingkah laris yg dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, serta sang hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego buat mengasimilasi bahan-bahan baru serta meningkatkan kecepatan proses penyingkapan bahan tidak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analis menyebabkan pemahaman dan nir terhalanginya bahan tak sadar dalam pihak konseli. Penafsiran-penafsiran harus tepat saat, karena konseli akan menolak penafsiran-penafsiran yg diberikan dalam waktu yang tidak tepat. Sebuah anggaran generik merupakan bahwa penafsiran harus disajikan dalam saat gejala yg hendak ditafsirkan itu dekat dengan pencerahan konseli. Aturan generik yg lainnya adalah bahwa penafsiran wajib berawal dari bagian atas dan menembus hanya sedalam konseli mampu menjangkaunya sementara dia mengalami situasi itu secara emosional. Aturan umum yg ketiga merupakan bahwa resistensi atau pertahanan paling baik ditunjukan sebelum dilakukan penafsiran atas emosi atau konflik yg terdapat pada baliknya.

c. Analis mimpi
Analisis mimpi merupakan sebuah mekanisme yang penting buat menyikap bahan yang tidak disadari dan menaruh kepada konseli pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak selesai. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan istimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu keinginan-cita-cita, kebutuhan-kebutuhan, serta ketakutan-ketakutan yg tak disadari. Mimpi-mimpi mempunyai dua tingkat isi: isi laten serta isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yg disamarkan, tersembunyi, simbolik, serta tak disadari. Karena begitu menyakitkan serta mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tidak sadar yang adalah isi laten ditransformasikan kedalam isi manifest yg lebih bisa diterima, yakni virtual sebagaimana yg tampil dalam si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi kedalam isi manifest yang kurang mengancam itu diklaim kerja mimpi. Selama jam analitik, analis sanggup meminta konseli buat mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest virtual guna menyingkap makna-makna yang terselubung. 

d. Analis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi, sebuah konsep yang mendasar dalam praktek konseling psikoanalitik, merupakan sesuatu yg melawan kelangsungan konseling serta mencegah konseli mengemukakan bahan yg tidak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tidak sadar yang digunakan oleh konseli menjadi pertahanan terhadap kecemasaan yang nir sanggup dibiarkan, yg akan menaikkan apabila konseli menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu. Resistensi ditujukan buat mencegah bahan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukkannya dengan konseli harus menghadapinya bila beliau mengharapkan mampu menangani komplik-komplik secara realitis. Penafsiran analis atas resistensi ditujukan buat membantu konseli agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga beliau bisa menanganinya. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujutan dari pendekatan-pendekatan defensif konseli yg biasa pada kehidupan sehari-harinya, resistensi-resistensi harus dicermati sebagai indera bertahan terhadap kecemasan, namun merusak kemampuan konseli untuk mengalami kehidupan yg lebih memuaskan.

e. Analisis dan penafsiran transferensi 
Sama halnya menggunakan resistensi, transferensi adalah inti berdasarkan konseling psikoanalitik. Analisis transferensi adalah teknik yang primer pada psikoanalisis, sebab mendorong konseli buat menghidupkan pulang masa lampau pada konseling. Ia memungkinkan konseli bisa memperoleh pemahaman atas sifat berdasarkan fiksasi-fiksasi serta deprivasi-deprivasinya, serta menyajikan pemahaman tentang dampak masa lampau terhadap kehidupannya kini . Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan konseli bisa menembus permasalahan-konflik masa lampau yang tetapdipertahankannya sampai kini dan yg merusak pertumbuhan emosionalnya. Singkatnya, efek-efek psikopatologis menurut interaksi masa dini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yg sama yang terhadap dalam interaksi konselingutik menggunakan analis.

KONSEP UTAMA TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

Konsep Utama Teori Psikoanalisa Sigmund Freud
1. Pandangan tentang sifat manusia 
Pandangan freud tentang sifat insan pada dasarnya insan dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional,motifasi-motifasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan serta dorongan-dorongan biologis serta naruliah, serta oleh peritiwa-peristiwa psikosek sual yang terjadi selama lima tahun pertama menurut kehidupan.

Manusia dipandang sebagai sistem-sistem tenaga, berdasarkan pandangan freud , dinamika kepribadian terdiri menurut cara-cara energi psikis dibagikan kepada id,ego, serta superego. Lantaran energi psikis itu terbatas, maka satu sistem memegang kendali atas energy yg tersedia sembari mengorbankan 2 sistem yg lainnya. Tingkah laku dideterminasi sang energi psikis ini. Freud jua menekankan peran insting-insting. Segenap insting bersifat bawaan dan biologis. Freud menekankan insting-naluri seksual dan implus-implus militan. Ia melihat tingkah laris sebagai dideterminasi sang impian memperoleh kesenangan serta menghindari kesakitan. Manusia memiliki insting-naluri kehidupan juga naluri-insting kematian. Menurut freud,tujuan segenap kehidupan merupakan kematian; kehidupan tidak lain dalah jalan melingkar kearah kematian.

2. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri berdasarkan 3 sistem: id, ego, dan superego. Ketiganya merupakan nama bagi proses-proses psikologi serta jangan dipikirkan sebagai agen-agen yg secara terpisah mengoperasikan kepribadian; adalah fungsi-fungsi kepribadian menjadi holistik ketimbang sebagai tiga bagian yg terasing satu sama lain. Id merupakan komponen biologis, ego merupakan komponen psikologis, sedangkan superego adalah komponen sosial.

Id
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir semenjak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar serta termasuk berdasarkan konduite naluriah serta primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong sang prinsip kesenangan, yang berusaha buat kepuasan segera menurut semua cita-cita, asa, serta kebutuhan. Jika kebutuhan ini nir puas langsung, hasilnya merupakan kecemasan negara atau ketegangan. Sebagai model, peningkatan rasa lapar atau haus wajib membentuk upaya segera buat makan atau minum. Id ini sangat penting awal dalam hayati, karenanya memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau nir nyaman, beliau akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.

Namun, segera memuaskan kebutuhan ini nir selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya sang prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yg kita inginkan berdasarkan tangan orang lain buat memuaskan impian kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu serta sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba buat merampungkan ketegangan yang diciptakan sang prinsip kesenangan melalui proses utama, yg melibatkan pembentukan gambaran mental menurut objek yg diinginkan sebagai cara buat memuaskan kebutuhan.

Ego
Ego merupakan komponen kepribadian yang bertanggung jawab buat menangani menggunakan realitas. Menurut Freud, ego berkembang menurut id serta memastikan bahwa dorongan berdasarkan id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima pada global konkret. Fungsi ego baik pada pikiran sadar, prasadar, dan nir sadar. Ego bekerja dari prinsip empiris, yg berusaha buat memuaskan cita-cita id menggunakan cara-cara yg realistis dan sosial yg sinkron. Prinsip empiris beratnya porto dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan buat bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam poly masalah, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menahan kepuasan ego pada akhirnya akan memungkinkan konduite, tetapi hanya dalam waktu yang sempurna serta tempat. Ego juga divestasi ketegangan yg diciptakan sang impuls yg tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba buat menemukan objek di global nyata yang cocok menggunakan gambaran mental yang diciptakan oleh proses utama id’s.

Superego
Komponen terakhir buat berbagi kepribadian merupakan superego. Superego adalah aspek kepribadian yg menampung semua baku internalisasi moral dan impian yg kita peroleh berdasarkan ke 2 orang tua dan masyarakat kami rasa sahih dan galat. Superego memberikan pedoman buat membuat penilaian.

Ada 2 bagian superego:
Yang ideal ego mencakup anggaran dan standar buat konduite yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua serta lainnya. Mematuhi aturan-anggaran ini mengakibatkan perasaan pujian, nilai dan prestasi. Hati nurani mencakup kabar mengenai hal-hal yang dipercaya tidak baik sang orang tua dan warga . Perilaku ini seringkali dilarang dan menyebabkan tidak baik, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja buat menekan seluruh yang nir bisa diterima mendesak menurut id dan perjuangan buat menciptakan tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir pada sadar, prasadar dan nir sadar.

Interaksi dari Ego, Id dan superego
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah buat melihat bagaimana perseteruan mungkin ada antara ego, id dan superego. Freud memakai kekuatan ego kata untuk merujuk pada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang menggunakan kekuatan ego yg baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu poly atau terlalu sedikit dapat sebagai terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.

3. Kesadaran dan ketaksadaran
Sumbangan-sumbangan freud terbesar adalah konsep-konsepnya tentang kesadaran serta ketaksadaran yg merupakan kunci-kunci buat memahami tingkahlaku dan kasus-masalah kepribadaian. Ketaksadaran nir mampu dipelajari secara langsung; ia mampu dipelajari dari tingkahlaku. Pembuktian klinis guna membuktian konsep ketaksadaran mencakup: 
  1. mimpi-mimpi, yg adalah representasi-representasi simbolik menurut kebutuhan-kebutuhan, keinginan-hasrat, dan koflik-perseteruan yak sadar; 
  2. salah ucap atau lupa contohnya terhadap nama yg di kenal; 
  3. sugesti-sugesti pasca hipnotik; 
  4. bahan-bahan yang asal berdasarkan teknik-teknik saosiasi bebas; dan 
  5. bahan-bahan yg asal menurut teknik-teknik proyaktif.
Bagi Freud, pencerahan merupakan bagian terkecil menurut holistik jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yg bagian terbesarnya berada pada bawah bagian atas air, bagian jiwa yang terbesar berada di bawah bagian atas kesadaran. Ketaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman , ingtan-ingtan, dan bahan-bahan yg di represi. Kebutuhan-kebutuhan serta motivasi-motivasi yg tidak sanggup dicapai yakni terletak pada luar kesadaran/ juga berada pada luar wilayah kendali. Ferud pula percaya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawsan pencerahan.

4. Kecemasan 
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita buat berbuat sesuatu. Fungsinya merupakan memperingatkan adanya ancaman bahaya-yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat apabila tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi acnaman bahaya itu nir di ambil.

Ada tiga macam kecemasan: kecemasan relistis, kecemasan neorotik, dan kecemasan moral. Kecemasan realistis merupakan ketakutan terhadap bahaya berdasarkan global eksternal, serta taraf kecemasannya sesuai menggunakan derajat ancaman yang ada, kecemasan neurotik merupakan ketakutan terhadap nir terkendalinya insting-insting yg menyebabkan seseorang melakukan sesuati tindakan yang sanggup mendatangkan sanksi bagi dirinya. Kecemasan moral merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.

5. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Timbulnya prosedur pertahanan ego tersebut, lantaran adanya kecemasan-kecemasan yang dirasakan individu. Maka, prosedur pertahanan ego terkait menggunakan kecemasan individu. Adapun definisi kecemasan adalah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yg menguasai ego (Boeree, 2005:42). Kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang berdasarkan luar. Sigmund Freud sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego menjadi taktik yg dipakai individu buat mencegah kemunculan terbuka menurut dorongan-dorongan id maupun buat menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan supaya kecemasan mampu dikurangi atau diredakan. Mekanisme-prosedur pertahanan ego itu nir selalu patologis, serta sanggup mempunyai nilai penyesuaian bila tidak sebagai suatu gaya hidup untuk menghindari fenomena. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yg digunakan sang individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yg dialaminya. Berikut ini klasifikasi-penjabaran singkat mengenai beberapa bentuk prosedur pertahanan ego: 
  1. Penyangkalan,
  2. Proyeksi, 
  3. Fiksasi, 
  4. Regresi, 
  5. Rasionalisasi, 
  6. sublimasi, 
  7. displacement, 
  8. represi, 
  9. formasi reaksi
  • Penyangkalan: Pertahanan melawan kecemasan dengan “ menutup mata “ terhadap eksistensi fenomena yg mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yg membangkitkan kecemasan. Contohnya, kecemasan atas kematian orang yg yang dicintai contohnya tak jarang memanifestasikan sang penyangkalan terhadap liputan kematian.
  • Proyeksi: Mengalamatkan sifat-sifat tertentu yg tidak mampu diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan beliau nir sanggup mendapat adanya hal-hal yg itu dalam diri sendiri, jadi menggunakan proyeksi seseorang akan mengutuk orang lain karena kejahatannya dan menyangkal memiliki dorongan jahat misalnya itu.
  • Fiksasi: Menjadi terpaku pada tahap-termin yg lebih awal, lantaran merogoh langkah ketahap selanjutnya. Selanjutnya sanggup menyebabkan kecemasan.
  • Regresi: Melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutan tidak terlalu besar .
  • Rasionalisasi: Menciptakan alasan-alasan yg baik guna menghindari ego berdasarkan cedera memalsukan diri sehingga fenomena yg mengecewakan sebagai tidak menyakitkan.
  • Sublimasi: Menggunakan jalan keluar yg lebih tinggi atau yang secara sosial lebih bisa diterima bagi dorongan-dorongannya.
  • Displacement: Mengarahkan energy kepada objek atau orang lain apabila objek dari atau orang yang sesungguhnya nir mampu dijangkau.
  • Represi: Sebentuk upaya pembuangan setiap bentuk impuls, ingatan, atau pengalaman yang menyakitkan atau membuat malu dan menyebabkan kecemasan tingkat tinggi. 
  • Formasi reaksi: Melakukan tindakan yg antagonis dengan harapan-asa tak sadar jika perasaan-perasaan yang lebih pada menimbulkan ancaman maka seseorang menampilkan tingkah laku yg antagonis guna menyangkal perasaan-perasaan yang mengakibatkan ancaman. 
Perkembangan Kepribadian 
a. Pentingnya perkembangan awal 
Sumbangan yang berarti menurut model psikoanalitik merupakan pelukisan tahap-termin perkembangan psikososial dan individu dari lahir sampai dewasa. Kepada konselor ia menyuguhkan perangkat-perangkat konseptual bagi pemahaman kesamaan-kecendrungan pada perkembangan, karakteristik tugas-tugas perkembangan primer berdasarkan banyak sekali taraf pertumbuhan, fungsi personal serta sosial yg normal serta abnormal, kebutuhan-kebutuhan yang kritis berikut dan frustrasinya, asal-asal kegagalan perkembangan kepribadian yang mengarah dalam kasus-perkara penyesuaian di lalu hari, serta penggunaan prosedur-prosedur pertahanan ego yang sehat dan nir sehat. Freud sudah menemukan bahwa kasus-masalah yg paling spesial yang dibawa orang-orang, baik dalam syarat-syarat konseling individual maupun grup, terdiri menurut: (1) ketidakmampuan memberikan agama pada diri sendiri serta orang lain, ketakutan buat mengasihi serta buat menciptakan hubungan intim, serta rendahnya rasa harga diri; (dua) ketidakmampuan mengakui serta menyampaikan perasaan-perasaan benci serta marah, penyangkalan terhadap kekuatan sendiri sebagai pribadi, dan kekurangan perasaan-perasaan otonom; (3) ketidakmampuan mendapat sepenuhya seksualitas serta perasaan-perasaan diri-sendiri, kesulitan buat mendapat diri-sendiri menjadi laki-laki serta perempuan , dan ketakutan terhadap seksualitas. Menurut pandangan psikoanalitik Freudian, ketiga area perkembangan personal serta sosial (cinta serta rasa percaya, penanganan perasaan-perasaan negatif, dan pengembangan penerimaan yang positif terhadap seksualitas) itu berlandaskan 5 tahun pertama dari kehidupan. Periode perkembangan ini merupakan landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. 

b. Tahun pertama kehidupan: fase oral
Freud mengajukan teori mengenai seksualitas infantil. Sejak Freud, kegagalan rakyat untuk mengakui seksualitas infantil bisa diterangkan oleh tabu-tabu kultural, serta setiap represi individu atas pengalaman-pengalaman infantile serta masa kanak-kanak berada pada area ini. Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Menghisap buah dada ibu memuaskan kebutuhannya akan kuliner dan kesenangan. Lantaran ekspresi dan bibir adalah zone-zone erogen yg peka selama fase berkaitan dengan mulut ini, bayi mengalami kenikmatan erotik dari tindakan menghisap. Benda-benda yg dicari oleh anak bisa sebagai substitut-subtitu bagi apa-apa yg sesungguhnya diinginkannya yakni makanan dan cinta menurut ibunya. Tugas perkembangan utma fase oral merupakan memperoleh rasa percaya kepada orang lain, kepada dunia, dan pada diri sendiri. Cinta adalah suatu proteksi terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yg dicintai sang orang lain hanya mendapat sedikit kesulitan dalam mendapat dirinya sendiri. Sedangkan anak yg merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai, cenderung mengalami kesulitan yang akbar dalam menerima diri sendiri. Efek penolakan pada fase berkaitan dengan mulut merupakan kesamaan dimasa kanak-kanak selanjutnya buat sebagai penakut, tidak kondusif, haus akan perhatian, iri, militan, benci, dan kesepian.

c. Usia satu hingga tiga tahun: fase anal 
Fase oral metuntut untuk mengalami rasa bergantung yg sehat, memberikan agama dalam dunia, dan menerima cinta, sedangkan fase anal menandai langkah lain dalam perkembangan kepribadian. Tugas-tugas yg wajib diselesaikan selama fase ini merupakan belajar mandiri, mempunyai kekuatan eksklusif serta swatantra, dan belajar bagaimana mengakui serta menangani perasaan-perasaan tang negatif. Selama fase anal, anak dipastikan akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasratmerusak, murka , dan sebagainya, krusial bagi anda buat belajar bahwa perasaan-perasaan yg negatif itu sanggup diterima adanya, hal yg juga krusial dalam fase ini adalah, anak memperoleh rasa memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi. Pada fase anal ini anak perlu bereksperimen, berbuat salah , serta merasa bahwa mereka tetep diterima buat kesalahannya itu, dan menyadari diri menjadi individu yang terpisah serta mandiri.

d. Usia 3 sampai 5 tahun: fase falik
Kita telah melihat bahwa diantara usia satu serta tiga tahun seorang anak menyingkirkan cara-cara yang infantil, dan secara aktif maju mendaki dunia yg lain. Ini fase saat kesanggupan-kesanggupan buat berjalan, berbicara, berpikir, dan mengendalikan otot-otot berkembang pesat. Masturbasi yang disertai oleh fantasi-fantasi adalah hal yg normal dalam masa kanak-kanak awal. Pada fase falik, masturbasi itu menaikkan frekuensinya. Eksperimentasi masa kanak-kanak merupakan hal yg umum, dan karena banyak sikap terhadap seksualitas yg bersumber pada fase falik, maka penerimaan terhadap seksualitas dan penanganan dorongan seksualitas dalam fase ini menjadi penting. Fase falik merupakan periode perkembangan hati nurani, suatu masa waktu anak-anak belajar mengenal standar-baku moral. Selama fase falik anak perlu belajar menerima persaan-perasaan seksualitas menjadi hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Fase falik ini anak menciptakan sikap-sikap tentang kesenangan fisik, tentang apa yang “ sahih “ dan “ salah ” serta mengenai apa yang “ maskulin “ serta yg “ feminim”. Fase falik mempunyai implikasi-akibat yang berarti bagi konselor yg sedang menangani orang-orang dewasa. Banyak konseli yg tidak pernah sepenuhnya mampu tahu perasaan-perasaan mengenai seksualitasnya sendiri. Mereka memiliki perasaan-perasaan yang sangat membingungkan sehubungan menggunakan indenfikasi kiprah, dan mereka berada dalam pergulatan buat menerima perasaan-perasan dan tingkah laris sendiri. Denagn demikian, mereka juga akan menyadari bahwa, meskipun sikap-perilaku serta tingkah laris mereka yg sekarang dibentuk oleh masa lampau, mereka nir ditakdirkan buat terus menjadi korban masa lampau.

Proses konselingutik 
a. Tujuan-tujuan konselingutik 
Tujuan konseling psikoanalitik merupakan membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat pencerahan yang tidak disadari didalam diri konseli. Proses konselingutik difokuskan pada upaya mengalami pulang pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, ditafsirkan, dengan target merekonstruksi kpribadian. Konseling psikonalitik menekankan dimensi afektif berdasarkan upaya menjadikan ketidaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual mempunyai arti krusial, namun perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yangberkaitan dengan pemahaman diri lebih krusial lagi. 

b. Fungsi dan Peran Konselor
Karakteristik psikoanalisis merupakan, konselor atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya menyebarkan sedikit perasaan serta pengalaman sebagai akibatnya konseli memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi konseli, yang sebagai bahan konseling, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terlebih dahulu harus membangunkan hubungan kerja dengan konseli, kemudian perlu poly mendengar dan menafsirkan. Analis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan konseli. Sementara yang dilakukan oleh konseli sebagian besar merupakan berbicara, yg dilakukan sang analis merupakan mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan beliau harus menciptakan penafsiran-penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yg tidak disadari. Analis mendengarkan kesenjangan-kesenjangan serta pertentangan-kontradiksi pada cerita konseli, mengartikan mimpi-mimpi dan asosiasi bebas yg dilaporkan sang konseli mengamati konseli secara cermat selama pertemuan konseling berlangsung, dan peka terhadap isyarat-isyarat yg menyangkut perasaan-perasaan konseli dalam analis. Fungsi utama analis adalah mengajarkan arti proses-proses dalam konseli sebagai akibatnya konseli mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan pencerahan atas cara-cara buat berubah dan dengan demikian, memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.

c. Pengalaman Konseli pada Konselor
Konseli harus bersedia melibatkan diri dalam proses konseling serta berjaka panjang. Biasanya konseli mendatangi konseling beberapa kali seminggu dalam masa tiga hingga 5 tahun. Pertemuan konseling biasaya berlangsung 1 jam. Setelah beberapa kali pertemuan tatap muka dengan analis, konseli lalu diminta berbaring melakukan asosiasi bebas, yakni mengatakan apa saja yang terlintas pada pikirannya. Konseli mencapai kesepakatan dengan analis mengenai pembayaran biaya konseling, mendatangi pertemuan konseling dalam ketika tertentu, serta bersedia terlibat pada proses intensif. Konseli putusan bulat untuk berbicara karena produksi-produksi lisan konseli merupakan konseling psikoanalitik. Selama konseling konseli bergerak melalui termin-termin eksklusif: berbagi interaksi menggunakan analis., mengalami krisis treatment, memperoleh pemahaman atas masa lampaunya yg tidak disadari, membuatkan resistansi-resistansi buat belajar lebih poly mengenai diri sendiri, mengembangkan suatu interaksi transferensi dengan analis, memperdalam konseling, menangani resistansi-resistansi dan kasus yang tersingkap, dan mengakhiri konseling. 

d. Hubungan antara konselor serta konseli
Hubungan konseli menggunakan analis dikonseptualkan dalam proses transferensi yg menjadi inti pendekatan psikoanalitik. Transferensi mendorong konseli untuk mengalamatkan pada analis “urusan yang tidak selesai” yang terdapat hubungan konseli di masa lampau menggunakan orang yang berpengaruh. Transferensi terjadi pada ketika konseli membangkitkan balik konflik-perseteruan masa dirinya yang menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan, dan dendamnya membawa permasalahan-permasalahan itu kesaat kini , mengalami kembali, dan menyangkutkannya dalam analis. Konseli kemungkinan memandang analis sebagai figur kekuasaan yg menghukum, menuntut, dan mengendalikan. Jika konseling yang diinginkan mempunyai dampak menyembuhkan, maka interaksi transferensi harus digarap. Proses penggarapannya melibatkan eksplorasi oleh konseli atas kesejajaran-kesejararan antara pengalaman masa lampau serta pengalaman masa kini . Jika analis membuatkan pandangan-pandangan yang tidak selaras yang asal dari pertarungan-konfliknya sendiri maka akan terjadi kontratransferensi. Kontratransferensi ini mampu terdiri dari perasaan nir suka atau keterikatan dan keterlibatan yg berlebihan. Analisis wajib menyadariperasaan-perasaannya terhadap konseli serta mencegah dampak-pengaruhnya yg merusak. Analis diperlukan agar relative objektif dalam menerima kemarahan, cinta, acum, kritik, serta perasaan-perasaan lainnya yg bertenaga menurut konseli. Sebagian besar program latihan psikoanalitk mewajibkan calon analis buat menjalani analisis yg intensif menjadi konseli. Analis dianggap sudah berkembang mencapai taraf dimana perseteruan-permasalahan utamanya sendiri selesai,dan karena itu dia mampu memisahkan kebutuhan-kebutuhan dan kasus-masalahnya sendiri dari situasi konseling. Sebagai output hubungan terapeutik, khususnya penggarapan situasi transferensi, konseli memperoleh pemahaman terhadap psikodinamika-psikodinamika tak sadarnya. Kesadaran serta pemahaman atas bahan yang direfresi adalah landasan bagi proses pertumbuhan analitik. Konseli bisa tahu asosiasi antara pengalaman-pengalaman masa lampaunya menggunakan kehidupan sekarang. Pendekatan psikoanalitik berasumsi bahwa pencerahan diri ini bisa secara otomatis mangarah dalam perubahan syarat konseli.

Teknik-teknik terapeutik 
a. Asosiasi bebas
Teknik utama pada terapai psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan konseli buat menjernihkan pikiranya berdasarkan pemikiran sehari-hari serta sebanyak mungkin buat mengungkapkan apa yg timbul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah konseli mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan balik pengalaman-pengalaman masa lampau serta pelepasn emosi-emosi yang berkaitan menggunakan situasi-situasi traumatic dimasa lampau yg dikenal dengan sebutan kataris. Kataris hanya menghasilkan peredaan ad interim atas pengalaman-pengalaman menyakitkan yang dialami konseli, nir memainkan peran utama pada proses treatment psikoanalitik kontemporer: kataris mendorong konseli buat menyalurkan sejumlah perasaannya yang terpendam, serta karena itu meratakan jalan bagi pencapaian pemahaman. Guna membantu konseli dalam memperoleh pemahaman serta evaluasi diri yang lebih obyektif, analis menafsirkan makna-makna utama dari asosiasi bebas ini. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yg direpres dan dikurung di pada ketaksadaran. 

b. Penafsiran
Penafsiran merupakan suatu mekanisme dasar pada menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, serta transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yg menyatakan, menunjukkan, bahkan mengajari konseli makna-makna tingkah laris yg dimanifestasikan sang mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan sang interaksi terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego buat mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analis menyebabkan pemahaman serta tidak terhalanginya bahan tidak sadar dalam pihak konseli. Penafsiran-penafsiran harus sempurna saat, sebab konseli akan menolak penafsiran-penafsiran yang diberikan dalam saat yg tidak sempurna. Sebuah anggaran umum merupakan bahwa penafsiran harus disajikan pada ketika tanda-tanda yang hendak ditafsirkan itu dekat menggunakan kesadaran konseli. Aturan umum yang lainnya merupakan bahwa penafsiran wajib berawal menurut bagian atas dan menembus hanya sedalam konseli mampu menjangkaunya sementara dia mengalami situasi itu secara emosional. Aturan generik yang ketiga merupakan bahwa resistensi atau pertahanan paling baik ditunjukan sebelum dilakukan penafsiran atas emosi atau pertarungan yang terdapat pada baliknya.

c. Analis mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyikap bahan yg tak disadari serta menaruh kepada konseli pemahaman atas beberapa area masalah yg nir terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi menjadi “jalan istimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu harapan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yg tidak disadari. Mimpi-mimpi memiliki dua tingkat isi: isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yg disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yg adalah isi laten ditransformasikan kedalam isi manifest yang lebih bisa diterima, yakni virtual sebagaimana yg tampil dalam si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi kedalam isi manifest yg kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Selama jam analitik, analis bisa meminta konseli untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest virtual guna menyingkap makna-makna yg terselubung. 

d. Analis serta Penafsiran Resistensi
Resistensi, sebuah konsep yang fundamental dalam praktek konseling psikoanalitik, merupakan sesuatu yang melawan kelangsungan konseling dan mencegah konseli mengemukakan bahan yang tidak disadari. Freud memandang resistensi menjadi dinamika tidak sadar yg dipakai sang konseli sebagai pertahanan terhadap kecemasaan yang nir sanggup dibiarkan, yang akan mempertinggi jika konseli sebagai sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu. Resistensi ditujukan buat mencegah bahan yg mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukkannya dengan konseli harus menghadapinya bila beliau mengharapkan mampu menangani komplik-komplik secara realitis. Penafsiran analis atas resistensi ditujukan buat membantu konseli supaya menyadari alasan-alasan yg terdapat dibalik resistensi sebagai akibatnya dia bisa menanganinya. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yg wajib diatasi. Karena merupakan perwujutan berdasarkan pendekatan-pendekatan defensif konseli yang biasa pada kehidupan sehari-harinya, resistensi-resistensi wajib dipandang menjadi indera bertahan terhadap kecemasan, tetapi merusak kemampuan konseli buat mengalami kehidupan yang lebih memuaskan.

e. Analisis serta penafsiran transferensi 
Sama halnya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari konseling psikoanalitik. Analisis transferensi adalah teknik yang utama pada psikoanalisis, sebab mendorong konseli buat menghidupkan kembali masa lampau pada konseling. Ia memungkinkan konseli mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan deprivasi-deprivasinya, serta menyajikan pemahaman tentang dampak masa lampau terhadap kehidupannya kini . Penafsiran interaksi transferensi pula memungkinkan konseli bisa menembus pertarungan-perseteruan masa lampau yg tetapdipertahankannya sampai sekarang dan yg merusak pertumbuhan emosionalnya. Singkatnya, dampak-dampak psikopatologis dari interaksi masa dini yang nir diinginkan, dihambat sang penggarapan atas pertarungan emosional yg sama yg terhadap pada hubungan konselingutik dengan analis.

PENGERTIAN TEORI ANALISIS TRANSAKSIONAL

Pengertian, Teori Analisis Transaksional
1. Pandangan Sifat Manusia
AT berakar dalam suatu filsafah yg antideterministik dan menekankan bahwa manusia mampu melampaui pengkondisian dan pemrograman awal. Tidak hanya itu, AT pula berpijak pada perkiraan-perkiraan bahwa orang-orang bisa memahami putusan-putusan masa lampaunya serta bahwa orang-orang mampu memilih buat tetapkan ulang.

Pandangan mengenai insan ini memiliki implikasi-akibat konkret bagi praktek AT. Konselor tidak menerima perkataan-perkatan “Saya coba”, “Saya nir sanggup membantunya”, dan “Jangan menyalahkan aku , karena aku udik”. Dengan premis dasar bahwa bahwa praktek terapeutik AT nir bisa menerima alasan logika-akalan atau penolakan terhadap kewajiban. Holland (1973) mengajukan komentarnya bahwa “seorang konselor yg dengan cepat serta kasar menolak buat mendapat penolakan kewajiban seseorang calon konseli nir akan memproleh orang itu menjadi konselinya, kecuali apabila konseli itu benar-benar-benar-benar berjanji buat berubah. 

Oleh karenanya, apabila para konseli tidak diperbolehkan tetap dalam gaya menghindari kewajibanya pada hubungan terapeutik, maka terdapat kesempatan yang baik bagi mereka buat menemukan kekuatan-kekuatan internal dan kesanggupanya untuk memakai kebebasan pada merancang ulang kehidupannya sendiri menggunakan cara-cara yang baru serta efektif

2. Perwakilan-Perwakilan Ego
AT adalah suatu sistem konseling yang berlandaskan teori kepribadian yg mengunakan 3 pola tingkah laris atau perwakilan ego yg terpisah yaitu Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak.

Ego Orang Tua merupakan bagian berdasarkan kepribadian yg merupakan introyeksi dari orang tua atau berdasarkan substitute orang tua. Apabila ego orang tua itu dialami balik oleh kita, maka apa yg dibayangkan sang kita merupakan perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi. Ego Orang Tua berisi perintah-perintah “harus” serta “semestinya”.

Ego Orang Dewasa adalah pengolah data serta fakta. Ia adalah bagian objektif berdasarkan kepribadian, dia pula nir emosional serta tidak menghakimi tetapi menangani warta-warta dan fenomena eksternal.

Ego Anak berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan impulsif. Anak yang terdapat dalam diri kita sanggup berupa “Anak Alamiah”, “Profesor Cilik”, dan “Anak yg Disesuaikan”. Ia merupakan bagian berdasarkan ego anak yang intiutif, bagian yang bermain diatas firasat-firasat. Anak disesuaikan terhadap apa yang didapatkan tergantung berdasarkan pengalaman-pengalaman teraumatik, tuntutan, latihan dan ketetapan-ketetapan tentang bagaimana memproleh belaian.

3. Skenario-Skenario Kehidupan serta Posisi-Posisi Psikologi Dasar
Skenario-skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari serta putusan-putusan awal yg dibuat oleh kita menjadi anak,selanjutnya dibawa oleh kita sebagai orang dewasa.

Perintah-perintah orang tua adalah bagian berdasarkan skenario kehidupan kita yang mencangkup “wajib ”, “semestinya”, “lakukan”, “jangan lakukan”, serta pengharapan-pengharapan orang tua. Berkaitan menggunakan perintah-perintah orang tua tadi terdapat 4 konsep dalam AT mengenai empat posisi dasar dalam hayati: (1) “Saya Ok” – “Kamu Ok”, (2) “Saya OK” – “Kamu Tidak OK”, (3) “Saya Tidak Ok” – “ Kamu OK”, dan (4) “Saya Tidak OK” – “Kamu OK”. Masing-masing posisi itu berlandaskan putusan-putusan yg dibentuk orang menjadi output berdasarkan pengalaman dini dimasa kanak-kanak. Posisi sehat adalah posisi dengan perasaan sebagai pemenang atau posisi Saya OK – Kamu OK. Dalam posisi tersebut 2 orang merasa seperti pemenang serta mampu menjalin interaksi eksklusif yg terbuka. Saya OK – Kamu Tidak OK merupakan posisi orang-orang yang memproyeksikan massalah-masalahnya kepada orang lain dan mempermasalahkan orang lain. Ia adalah posisi yg sombong yg menjauhkan seorang berdasarkan orang lain dan mempertahankan seseorang pada penyingkiran diri. Saya Tidak OK – Kamu OK adalah posisi orang yang mengalami depresi yg merasa tidak kuasa dibanding menggunakan orang lain, dan yg cenderung menarik diri atau lebih senang memenuhi cita-cita orang lain ketimbang asa sendiri. Saya Tidak OK – Kamu Tidak OK merupakan posisi orang-orang yang menyingkirkan semua asa, yang kehilangan minat hidup, dan melihat hayati menjadi tidak mengandung asa.

4. Kebutuhan Manusia Akan Belaian
Semua orang butuh belaian, baik secara fisik juga emosional. Tidak hanya manusia, fauna pula membutuhkan belaian, apabila kebutuhan akan belaian itu tidak terpenuhi, maka menyebabkan seseorang nir berkembang secara sehat, baik emosional maupun fisikal. Oleh karena itu AT memberikan perhatian dalam bagaimana orang-orang menyusun waktunya pada bisnis memperoleh belaian.

Belaian yang positif merupakan esensial bagi perkembangan langsung yang sehat secara psikologis menggunakan perasaan OK. Apabila belaian yang kita terima itu otentik dan bersumber dalam posisi Saya OK – Kamu Ok, kita akan terpelihara dengan baik. Belaian-belaian yang positif, yang bisa berbentuk ungkapan-ungkapan afeksi atau penghargaan, bisa disalurkan melalui kata-istilah, elusan, pandangan atau mimik muka.

Belaian yg negatif oleh orang tua mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan anak. Belaian negatif berbentuk pesan-pesan (ekspresi serta nonverbal) yg merampas kehormatan dan meyebabkan seseorang merasa dikesampingkan dan tidak berarti, ini yang mengirimkan pesan “Kamu Tidak OK”, menyangkut pengecilan, penghinaan,pencemoohan, dan sebagainya. Menurut Berne (1961. 1964) serta Harris (1967), terdapat enam transaksi yang mampu muncul pada antara orang-orang, yakni penarikan diri, upacara-upacara, kegiatan-aktivitas, hiburan-hiburan, permainan-permaian dan keakraban. Teori AT menekankan bahwa insan mempunyai kebutuhan buat mengadakan interaksi dalam bentuk yang terbaik melalui keakraban. Harris (1967) “ hubungan yang akrab berlandaskan penerimaan posisi Saya OK – Kamu OK pada kedua belah pihak.

5. Permainan-Permaianan yang Kita Mainkan
AT mengajari orang bagian mana dari perwakilan ego yg dimiliki yang sebaiknya digunakan untuk membuat putusan-putusan krusial bagi kehidupannya. Dengan memakai prinsip AT orang sanggup sadar akan jenis belaian yg diperolehnya serta mereka mampu merubah respon-respon belain dari negatif ke positif. Salah satu sasaran AT adalah membantu orang-orang agar tahu sifat transaksi-transaksi mereka dengan orang lain sehingga mereka sanggup merespon orang lain secara langsung menyeluruh dan akrab. AT memandang permainan menjadi penukaran belaian yg mengakibatakan berlarut-larutnya perasaan-perasaan tidak lezat . Permaian-permaian yang generik meliputi “ Saya yg malang”, “ Pahlawan”, “Ya. Tapi”, “ apabila bukan buat kamu”, “ lihat apa yg kamu lakukan sebagai akibatnya saya berbuat”, “ Terganggu”, dan “ Si Tolol”. Masalah yang timbul sang permaian itu ialah motif yg tersembunyi tetap terpendam serta para pemain memperoleh perasaan nir OK.

Segitiga Drama Karpman, bisa digunakan buat membantu orang-orang tahu permainan-permaian.pada segitiga terdapat seorang “Penuntut”, seorang “Penyelamat” dan seorang “Korban”. 

6. Tujuan-Tujuan Konseling
Tujuan dasar Analisis Transaksional adalah membantu konseli dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang serta arah hudupnya. Sasaran merupakan mendorong konseli menyadari bahwa kebebasan dirinya pada memilih telah dibatasi sang putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan sang pilihan terhadap cara-cara hidup.

Harris (1967) menyatakan bahwa “Tujuan anugerah treatment adalah menyembuhkan tanda-tanda yang muncul, serta metode treatment adalah membebaskan Ego Orang Dewasa sebagai akibatnya mengalami kebebasan menentukan dan pencitaan pilihan-pilihan baru diatas dan diseberang imbas-efek masa lampau yg membatasi. 

Berne (1964) menyatakan bahwa tujuan primer AT adalah pencapain swatantra yg diwujudkan oleh penemuan pulang tiga karakteristik yaitu kesadaran, spontanitas, serta keakraban.

Sama dengan Berne, James dan Jongeward (1971) melihat pencapain otonomi menjadi tujuan utama AT, yg bagi mereka berarti mengatur diri, menentukan nasib sendiri, memikul tanggung jawab atas tindakan-tindakan serta perasaan-perasaan tersendiri. Mereka menyimpulkan tujuan sebagai eksklusif yang sehat menjadi berikut “Jalan manusia yg etis yg secara otonom sadar, impulsif, dan bisa menjadi akrab tidak selalu gampang.

7. Fungsi dan Peran Konselor
Harris (1967) melihat kiprah konselor sebagai “seorang pengajar, pelatih, dan narasumber menggunakan penekanan kuat dalam keterlibatan” (h.239). Konselor membantu konseli pada menemukan kondisi-kondisi masa lampau yg merugikan yg menciptakan konseli membuat putusan-putusan dini eksklusif. Memungut rencana-rencana hayati, dam mengembangkan taktik-staregi yang sudah dipakai pada menghadapi orang lain yang sekarang barang kali ingin dipertimbangkannya. 

Claude Steiner menekankan pentingnya hubungan yg setaraf antara konselor dan konseli dan menampakan pada kontrak konseling menjadi bukti bahwa konselor serta konseli merupakan pasangan dalam proses-proses konseling. Tugas konselor merupakan mengunakan pengetahuannya buat menunjang konseli pada interaksi suatu kontrak spesifik yang jelas, yang diprakarsai sang konseli.

8. Pengalamam Konseli Dalam Konseling
Salah satu persyaratan dasar buat sebagai konseli AT merupakan mempunyai kesanggupan dan kesediaan untuk memahami serta menerima suatu kontrak konseling. Kontrak treatment berisi suatu pernyataan yang spesifik serta nyata tentang sasaran-sasaran yang hendak dicapai sang konseli serta kriteria buat menentukan bagaimana serta kapan sasaran itu dicapai secara efektif. Ini berarti bahwa konselor tidak akan mencari liputan menurut riwayat hidup konseli secara tidak sah. Konseli tahu buat apa dia tiba kekonselor serta, saat kontrak habis, hubungannya diakhiri kecuali menciptakan hubungan baru.

9. Hubungan Antara Konselor serta Konseli
Pendekatan kontrak dengan jelas menyiratkan suatu tanggung jawab bersama. Dengan mengembangkan tanggung jawab dengan konselor, konseli sebagai rekan pada treatment-nya. Konselor tidak melakukan sesuatu pada konseli ad interim konseli itu sendiri berlaku pasif ; akan tetapi baik konseli juga konselor aktif dalam hubungan itu. Keduanya memiliki pemahaman yang sama mengenai situasi yg dihadapi. Ini berarti konseli nir dipaksa buat menyingkapkan hal-hal yang dipilihnya buat tidak disingkapkan. Harris (1967) “Penerapan konseling Analisis Transaksional melalui pembentukan interaksi kontraktual mempunyai imbas mengangkat pasien pada status sebagai rekan konselor. Istilah ‘pasien’ serta ‘konselor’ selanjutnya berfungsi buat menyatakan peran-kiprah yg tidak sama pada interaksi terapeutik alih-alih menerangkan disparitas-perbedaan dalm nilai, status, atau bentuk-bentuk kehomatan lainnya” (h. 384)

10. Teknik-Teknik serta Prosedur-Prosedur Terapeutik
Mereka menjadi paham atas struktur serta fungsi kepribadian mereka sendiri dan belajar bagaimana bertransaksi dengan orang lain. Harris ( 1967 ) sepakat bahwa “ treatment atas individu-individu dalam grup merupakan metode memilih sang analisis-analisis transaksional” ( h. 234 ) beliau memandang fase permulaan grup AT sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakkan kepentingannya pada peran didaktik konselor gerombolan sebagaimana dinyatakannya. “ lantaran karakter yg essensial dari kelompok merupakan unsur mengajar, belajar dan menganalisisnya. Maka keefektifan AT bertumpu dalam semangat dan kemampuannya sebagai guru serta kesiagaannya dalam mengikuti setiap komunikasi atau isyarat pada grup baik lisan juga non mulut”.

11. Prosedur-Prosedur Terapeutik
Dalam praktek AT, teknik-teknik dari berbagai asal, terutama menurut konseling Gestalt digunakan. Sebenarnyya ada prosedur-prosedur yang menyaksikan yg didapatkan menurut perkawinan antara Analisis Transaksional dengan konseling Gestal. James dan Jongeward (1971) menggabungkan konsep-konsep serta proses-proses AT menggunakan eksperiment-eksperiment Gestalt, serta dengan pendekatan adonan itu, dia mendemonstrasikan peluang yang lebih akbar untuk mencapi kesadaran diri dan otonomi.

Sebagian akbar metode dan proses terapeutik AT ini sanggup ditetapkan dalam konseling individual juga pada konseling gerombolan . Bagaimana, seperti yg disinggung pada atas,meskipun bisa dijalankan secara efektif diatas landasan pribadi-ke-eksklusif, grup,merupakan sarana yang krusial bagi perubahan pendidikan serta terapeutik pada praktek AT.

12. Analisis struktural
Analisis struktural merupakan alat yang sanggup membantu konseli agar sebagai sadar atas isi serta fungsi ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, serta ego Anaknya. Analisis struktural membantu kllien pada mengubah pola-pola yang dirasakan menghambat. Dua tipe masalah yangberkaitan menggunakan struktur kepribadian mampu diselidiki menggunakan analisis struktural: pencemaran serta penyisihan. Pencemaran terjadi jika isi perwakilan ego yg satu bercampur menggunakan isi perwakilan ego yg lainnya.

Ego Orang Tua yg kontinu menyisihkan ego Orang Dewasa, dan ego anak sanggup ditemukan pada orang yang begitu terikat pada tugas serta berorientasi dalam pekerjaan, namun tugas serta pekerjaan itu nir mampu dilaksanakannya. Orang semacam ini sanggup bersifat menghalimi, moralitas, serta menuntut terhadap oranglain. Dia sering bertindak menggunakan cara yg mendoninasi serta otoriter. Ego anak yg knstan menyisihkan ego Orang Dewasa dan ego Orang Tua dan, dalam ujungnya merupakan sosiopat tanpa nurani. Orang yang berorientasi terutama dari ego Anak yang kontinu ini terus menerus bersifat kekanak-kanakan orang yg menolak buat flora. Dia nir bisa berpikir dan memutuskan sendiri, serta selalu berusaha mempertahankan keberuntungannya buat menghindari tanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri, serta berusaha menemukan orang lain yg bisa memeliharanya. Ego Orang Dewasa yang konstan yg menyisihkan ego Orang Tua serta ego Anak ditemukan dalam orang yang objektif, yakni yang terus-menerus terlibat dan berurusan dengann kabar-berita.

13. Metode-Metode Didaktik
Karena AT menekankan domain kognitif, proseedur-prosedur belajar mengajar menjadi prosedur-mekanisme dasar bagi AT. Para anggota grup-gerombolan AT diharapkan sepenuhnya mengenal analisis structural dengan menguasai landasan-landasan perwakilan-perwakilan ego. Yang pula dianjurkan pada para grup AT merupakan berpartisipasi pada bengkel-bengkel kerja khusus, konfrensi-konfrensi, serta pendidikan-pendidikan yg berkaitan menggunakan AT.

14. Analisis Transaksional
Analisis transaksional dalam dasarnya adalah suatu penjabaran atas apa yang dilakukan serta dikatakan sang orang-orang terhadap satu sama lain. Apapun yg terjadi diantara orang-orang melibatkan satu transaksi diantara perwakilan ego mereka. Ketika pesan-pesan disampaikan, diharapkan terdapat respon. Ada 3 tipe transaksi: komplementer, menyilang, serta terselubung. Transaksi komplementer terjadi suatu pesan yg disampaikan oleh suatu perwakilan ego seseorang memperoleh respons yg diperkirakan berdasarkan perwakilanego seseorang yg lainnya. Transaksi menyilang terjadi jika respons yang tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan oleh seorang. Transaksi terselubung yang merupakan suatu transaksi yg kompleks, terjadi jika lebih menurut satu perwakilan ego terlibat serta seseorang mengungkapkan pesan terselubung pada seorang yg lain.

Suami membicarakan suatu pesan terselubung yg bisa didenger sang istri menjadi (a) Mari kita pergi keluar dan bermain di atas salju(Anak-Anak), atau (b) Bertanggung jawab Dan selesaikan pekerjaan kita (Orang Tua-Orang Tua) 

15. Kursi Kosong
“Kursi kosong” merupakan suatu mekanisme yg sinkron dengan analisis struktural. Konseli diminta buat membayangkan bahwa seorang tengah duduk disebuah kursi dihadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan kepada konseli buat menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, serta sikap-sikapnya selama dia menjalankan kiprah-peran perwakilan-perwakilan egonya. Teknik kursi kosong bisa digunakan sang orang-orang yang mengalami perseteruan-konflik internal yang hebat guna memproleh upaya pemecahan.

McNeel (1976) menguraikan teknik dua kursi sebagai alat yang efektif buat membantu konseli pada memecahkan perseteruan dimasa lampau dengan orang tua atau orang lain pada lingkungan beliau dibesarkan. McNeel menyajikan pedoman-pedoman buat mengamati kasus-kasus dalam teknik 2-kursi dan menganjurkan penggunaan “peninggi-peninggi” buat memperjelas perkara-kasus yang tersangkut. 

16. Permainan Peran
Prosedur-mekanisme AT pula sanggup digabungkan dengan teknik-teknik psikodrama serta permainan kiprah. Dalam konseling gerombolan , situasi-situasi permainan peran mampu melihatkan para anggota lain. Seorang anggota gerombolan memainkan peranan menjadi perwakilan ego yang menjadi sumber kasus bagi seorang anggota lainnya, dan dia berbicara pada anggota tersebut. Para anggota yg lain pun sanggup mampu “menjalankan permainan kiprah serupa dan boleh mencobanya di luar pertemuan konseling. Bentuk permainan yang lainnya adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas berdasarkan ego Orang Tua yang Konstan, ego Orang Dewasa yang Konstan, dan ego Anak yg kontinu, atau permainan-permainan eksklusif agar memungkinkan konseli memproleh umpan balik tentang tingkah laris kini pada kelompok.

17. Pencontohan Keluarga
Pencontohan famili, suatu pendekatan lain buat bekerja menggunakan struktural, terutama bermanfaat bagi penanganan Orang Tua yg Konstan, Orang Dewasa yang Konstan, atau Anak yang Konstan. Konseli diminta buat membayangkan suatu adegan yang melibatkan sebesar mungkin orang yg berpengaruh dimasa lampau, termasuk dirinya sendiri. Konseli menjadi pengarah adegan, produser, serta aktor. Dia memutuskan situasi dan memakai para anggota grup menjadi pemeran-pemeran para anggota famili serta tetapkan mereka pada situasi yang dibayangkan. Diskusi, tindakan, serta evaluasi selanjutnya mampu menaikkan kesadaran tentang situasi yg spesifik dan makna-makna eksklusif yg masih berlaku dalam konseli.

18. Analisis Upacara, Hiburan, serta Permainan
Analisis transaksi-transaksi mencakup sosialisasi terhadap upacara-upacara (ritual-ritual), hiburan-hiburan, serta permainan-permainan yg digunakan dalam menyusun waktunya. Penyusunan saat merupakan bahan yang penting bagi diskusi dan inspeksi karena dia merefleksikan putusan-putusan mengenai bagaimana menjalankan transaksi dengan orang lain dan memperoleh belaian. Orang yang menyusun waktunya terutama menggunakan upacara-upacara dan hiburan-hiburan boleh jadi mengalami kekurangan belaian serta karenanya beliau kekurangan keakraban pada transaksinya dengan orang lain. Lantaran transaksi-transaksi ritual dan hiburan memiliki nilai belaian yg rendah, maka transaksi sosial yang dilakukan oleh orang itu sanggup mengakibatkan keluhan-keluhan misalnya kehampaan, kejenuhan, kekurangan gairah, merasa tidak dicintai, serta rasa tidak bermakna.

19. Analisis Permainan dan Ketegangan 
Analisis permainan-permainan dan ketegangan-keteganangan bagi pemahaman sifat transaksi-transaksi bagi orang lain. Berne, menjabarkan permainan sebagai rangkaian transaksi terselubung komplementer yang terus berlangsung menuju hasil yg didenifisikan menggunakan baik dan dapat diprakirakan. Belajar buat tahu “penipuan” sang seseorang dan bagaiman kaitan penipuan itu dengan permainan-permainan, putusan-putusan, serta skenario-skenario pada konseling AT.

Penipuan terdiri atas kumpulan aneka macam perasaan buat dipakai sebagai pembenar bagi skenario kehidupan. Orang sanggup berbagi “penipuan marah”, “penipuan sakit hati”, “penipuan rasa berdosa”, atau “penipuan depresi”. Penipuan merupakan suatu perasaan nir enak yang sudah lama dikenal, sama halnya dengan perasaan-perasaan menyesal, berdosa, takut, terluka, serta tidak memadai.

Penipuan melibatkan “deretan cirri khas” yang nantinya ditukarkan dengan hibah psikologis. Orang mengumpulkan perasaan-perasaan antik (pengumpulan karakteristik spesial ) dengan memanipulasi orang lain untuk menciptakan dirinya merasa ditolak, marah, stress, diabaikan, berdosa, dan sebagainya. Orang itu mengajak orang lain untuk memainkan peran tertentu.

Apabila seorang memanipulasi orang lain buat mengalami pulang dan mengumpulkan perasaan-perasaan lamanya, dia mengumpulkan perasaan-perasaan nir lezat , dan penipuannya pun terdiri atas kumpulan seperti itu. Penipuan sama pentingnya dengan permainan-permainan dalam memanipulasi oranglain lantaran penipuan itu adalah metode primer bagi seorang buat menyembunyikan dirinya dari dunia nyata. Dibutuhkan seorang konselor yg pakar untuk membedakan kemarahan, kesedihan, dan ketakutan yang digunakan menjadi penipuan, dengan ungkapan-ungkapan emosi yang jujur. 

20. Analisis Skenario
Skenario kehidupan atau planning seumur hayati yg berlandaskan serangkaian putusan serta adaptasi sangat seperti dengan pementasan sandiwara. Orang mengalami peristiwa-peristiwa hidup eksklusif, mendapat dan memeriksa kiprah-peran eksklusif, mengulang-ulang dan menampilkan kiprah-peran itu sinkron skenario. Ada casting tabiat, adegan-adegan, dialog-obrolan, dan aksi-aksi yg menuju kepada akhir cerita. Skenario kehidupan psikologis, menggariskan kemana seorang akan menuju pada hidupnya, serta apa yang akan dilakukannya setibanya ditempat tujuan.

Pembuatan skenario mula-mula terjadi secara non lisan dalam masa kanak-kanak melalui pesan-pesan berdasarkan orangtua. Selanjutnya, pembentukan skenario berjalan melalui cara-cara langsung maupun tidak eksklusif misalnya, dalam sebuah famili seorang anak boleh jadi menangkap pesan-pesan menurut orangtua. Karena skenario kehidupan seorang membentuk inti bukti diri serta nasib pribadinya, maka pengalaman-penglaman sanggup mengarahkan seseorang itu kepada kesimpulan.

Analisis skenario merupakan bagian dari proses terapeutik yang memungkinkan pola hidup yg diikuti oleh individu mampu dikenali beliau bisa menunjukkan kepada individu proses yang dijalaninya pada memperolah skenario dan cara-caranya membenarkan tindakan-tindakan yg tertera pada skenario. Analisis skenario membuka alternatif-alternatif baru yang menjadikan orang sanggup menentukan sebagai akibatnya ia nir lagi merasa dipaksa memainkan permainan-permainan mengumpulkan perasaan-perasaan buat membenarkan tindakan yang melaksanakan dari plot skenario. Holland menyatakan bahwa swatantra serta keakraban sanggup menggantikan skenario dan permainan-permainan melalui analisis skenario dan permainan : “Satu-satunya alternatif yg menarik bagi kehidupan memainkan permainan serta skenario kehidupan yang mendorong penipuan merupakan hidup pada pola kehidupan otonom yg dipilih sendiri, yang bisa diubah menjadi pola yang lebih menarik serta sewaktu-waktu, menaruh ganjaran mencakup kemungkinan menjalin keakrababan sejati dengan orang lain. Itu merupakan cara lain yang sang analisis skenario serta permainan dimungkinkan, karena analisis itu menyajikan kemungkinan pada pasien buat membongkar pola hidup yg dikenalnya namun tidak memuaskan, guna menempatkan pola yang lebih baru serta lebih menarik ”(H.398). 

Melalui penggabungan AT, konseling gestal, serta modifikasi tingkah laku . Goulding dan Goulding menemukan bahwa para konseli mampu berubah tanpa memerlukan analisis bertahun-tahun. Mereka menekankan konsep putusan-putusan ulang menggunakan menantang para konseli buat menyadari anggapan bahwa skenario-skenario itu ditanamkam kedalam kepala mereka adalah suatu mitos. Goulding serta goulding memberitahuakn apabila para konseli mempersepsi diri mereka merupakan pembuat putusan putusan tertentu, maka mereka juga akan memakai kekuatan mereka sendiri buat mengganti putusan-putusan dini. Dengan perkataan lain, para konseli memutuskan buat menyingkirkan diri, nir memberikan kepercayaan , atau kekanak-kanakan, serta para konseli itu jua yg mengubah semua putusannya itu melalui putusan-putusan ulang. Pengambilan putusan-putusan ulang didukung sang penggarapan disini serta sekarang serta menggunakan menghindari pembicaraan tentang masa lampau.