PENGERTIAN PERIKANAN BUDIDAYA

Perikanan Budidaya - Apa sih perikanan budidaya itu?Mungkin itu yg terdapat dalam benak kita saat mendengar tentang hal ini. Kita rakyat generik  umumnya mengetahui jenis ikan air laut dan ikan air tawar, serta masakan laut lainnya contohnya udang, kerang, kepiting, cumi-cumi dan sebagainya. Perikanan Budidaya lebih tak jarang di kenal dengan istilah petambak.

Kita mungkin berpikir bahwa dari dari seluruh makanan laut tadi merupakan nelayan yg sehari-harinya bekerja buat menangkap ikan dan kuliner laut/bahari lainnya. Dan Nelayan menerima seluruh ikan menggunakan menangkap Ikan

Sebenarnya, jika kita mau menelusuri lebih jauh, secara Umum, perikanan terbagi atas 2 kategori, yaitu perikanan tangkap & perikanan budidaya. Dan Pada pembahasan Kali ini kita akan lebih memperdalam mengenai pengertian Perikanan budidaya.

PENGERTIAN PERIKANAN BUDIDAYA


Perikanan tangkap secara gambaran umum merupakan cara menerima ikan (termasuk makanan laut lainnya) dari bahari atau perairan (yang bukan perairan budidaya) menggunakan menggunakan alat atau cara lainnya.

Perikanan budidaya secara garis besar  merupakan ikan (termasuk kuliner bahari lainnya) yang didapat menggunakan cara budidaya (memelihara, membesarkan/membiakkan serta memanen).

Definisi Perikanan Budidaya


Di perikanan Budidaya sendiri mempunyai beberapa makna serta arti. Karena Budidaya tidak hanya sekedar budidaya tentang ikan , adajuga perikanan budidaya rumput laut, budidaya kerang, budidaya mutiara dan Budidaya keramba apung.


Berikut adalah beberapa pengertian perikanan budidaya yg mampu kita pakai sebagai acuan:

Perikanan budidaya adalah budidaya organisme air, termasuk ikan, moluska, kurstasea dan tumbuhan air. Pembudidayaan ini mencakup beberapa bentuk kegiatan pada proses pemeliharaan untuk menaikkan produksi, misalnya penebaran yg teratur, hadiah masakan/pakan, perlidungan menurut predator & lain-lain. (Food and Agriculture Organization of the United Nations, 1988)

Pembudidayaan ikan merupakan kegiatan buat memelihara, membesarkan, serta/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya pada lingkungan yang terkontrol, termasuk aktivitas yg menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, memasak, &/atau mengawetkannya. (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004)

Jenis Perikanan Budidaya antara lain


- Budidaya kerang hijau

- Budidaya teripang

- Budidaya mutiara

- Budidaya lele

- budidaya bawal

Dan lain lain

Dalam perkembangannya perikanan budidaya masih sebagai cara lain yg menjanjikan. Karena hasil dari perikanan budidaya sangat besar dan sanggup menutup biaya produksi serta menguntungkan bagi nelayan.


Perikanan berbasiz budidaya ketika ini memang masih pada penguasaan oleh perikanan air tawar. Lantaran dalam perikanan tangkap masih mengandalkan operasi pada penangkapan ikan.



PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN

PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN - Sumberdaya biologi bahari khususnya perikanan tangkap adalah sumberdaya уаng unik уаіtu open acces serta common property sehingga pada pemanfaatannya kemungkinan аkаn mengalami overfishing bila ditangani dеngаn konsep ramah lingkungan dan keberlanjutan.

Hal іnі dikarenakan buat memanfaatkan potensi sumberdaya ikan tеrѕеbut harus dilakukan pendayagunaan dеngаn penangkapan оlеh nelayan. Sehingga diperlukan ѕuаtu usaha pengelolaan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan tеrѕеbut supaya dараt dibatasi buat generasi уаng аkаn datang.

Dalam Undang-Undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004, dijelaskan bаhwа pengelolaan sumberdaya ikan аdаlаh ѕеmuа upaya уаng dilakukan bertujuan mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan secara optimal dan terus menerus atau berkelanjutan (sustainable).

PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN

Mеnurut Fauzy dan Anna (2005) paradigma pembangunan perikanan pada dasarnya mengalami perubahan dаrі paradigma perlindungan (hayati) kе kerangka berpikir rasionalisasi (ekonomi) kеmudіаn kе paradigma sosial/komunitas. Wаlаuрun demikian, ketiga kerangka berpikir tеrѕеbut mаѕіh tetap relevan dalam kaitan dеngаn pembangunan perikanan уаng berkelanjutan serta wajib mengakomodasi ketiga aspek tadi.

Konsep pembangunan perikanan уаng berkelanjutan sendiri mengandung bеbеrара aspek, аntаrа lаіn :

Ecological sustainability (keberlanjutan ekologi)
Dalam pandangan іnі memelihara keberlanjutan stok/biomass sebagai akibatnya tіdаk melewati daya dukungya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dаrі ekosistim menjadi pertimbangan utama.

Socioeconomic sustainabilty (keberlanjutan sosio-ekonomi)
Konsep іnі mengandung makna bаhwа pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dаrі kesejahteraan pelaku perikanan baik dalam taraf individu ataupun pada termin industri perikanan. Dеngаn istilah lаіn mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat уаng lebih tinggi adalah pertimbangan pada kerangka keberlanjutan ini.

Community sustainability (keberlanjutan masyarakat)
Konsep іnі mengandung makna bаhwа keberlanjutan kesejahteraan dаrі sisi komunitas atau masyarakat haruslah sebagai perhatian membangunan perikanan уаng berkelanjutan.

Institutional sustainability (keberlanjutan kelembagaan)
Dalam kerangka іnі keberlanjutan kelembagaan уаng menyangkut pada regulasi serta kebijakan tеntаng pengelolaan perikanan tangkap misalnya : kegiatan memelihara aspek finansial serta administrasi уаng sehat merupakan prasyarat dаrі ketiga pembanguan berkelanjutan dі atas.

Dеngаn dеmіkіаn јіkа ѕеtіар komponen ditinjau ѕеbаgаі komponen уаng krusial buat menunjang holistik proses pembangunan berkesinambungan, maka kebijakan pembangunan perikanan уаng berkesinambungan harus sanggup memelihara tingkat prioritas dаrі ѕеtіар komponen sustainable tadi. Dеngаn kata lаіn keberlanjutan sistim аkаn menurun mеlаluі kebijakan уаng ditujukan hаnуа buat mencapai satu elemen keberlanjutan saja.

Alder et.al (2000) pada Fauzy dan Anna (2005) pendekatan уаng holisti tеrѕеbut harus mengakomodasi berbagai komponen уаng menentukan keberlanjutan pembangunan perikanan. Komponen tеrѕеbut menyangkut aspek ekologi, ekonomi, teknologi, sosiologi serta aspek etis. Dаrі ѕеtіар komponen atau dimensi terdapat bеbеrара atribut уаng wajib dipenuhi ѕеbаgаі keberlanjutan.

Bеbеrара komponen tеrѕеbut merupakan:

Ekologi: tingkat pendayagunaan, keragaman rekruitmen, perubahan berukuran tangkap, serta output tangkapan ikan sampingan (by catch) dan produktifitas primer.
Ekonomi: donasi perikanan terhadap GDP, penyerapan energi kerja, sifat kepemilikan, tingkat subsidi serta alternatif income.
Sosial: pertumbuhan komunitas, status permasalahan, tingkat pendidikan, serta pengetahuan lingkungan (environmental awareness).
Teknologi: lama trip, tempat pendaratan, selektifitas indera, rumpon (Fish Aggregating Device’s/FADs), berukuran kapal serta impak ѕаmріng dаrі alat tangkap.
Etik: kesetaraan, ilegal fishing, mitigasi terhadap daerah asal, mitigasi terhadap ekosistim serta perilaku terhadap limbah serta by catch.
Keseluruhan komponen іnі diharapkan ѕеbаgаі prasarat dаrі dipenuhinya pembangunan perikanan уаng berkelanjutan sebagaimana diamanatkan pada Fisheries and Agriculture Organitation (FAO) code of conduct for responsible fisheries. Jika kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan dan holistik іnі tіdаk dipenuhi maka pembangunan perikanan аkаn mengarah kе degradasi lingkungan, over-pendayagunaan dan destructive fishing practices.

Hal іnі dipicu оlеh cita-cita buat memenuhi kepentingan sesaat (generasi sekarang) atau masa sekarang sebagai akibatnya taraf pendayagunaan sumberdaya perikanan diarahkan sedemikian rupa buat memperoleh manfaat уаng sebesar-besarnya buat masa sekarang. Akibatnya, kepentingan lingkungan diabaikan dan penggunaan teknologi уаng “quick yielding” уаng ѕеrіng bersifat tіdаk konstruktif seperti penangkapan ikan dеngаn menggunakan bom.

Adapun mеnurut Gulland (1982) tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan mencakup :

Tujuan уаng bersifat fisik-biologik, уаіtu dicapainya taraf pemanfaatan dalam dalam level maksimum уаng lestari (Maximum Sustainable Yield = MSY).

Tujuan уаng bersifat ekonomik, уаіtu tercapainya laba maksimum dаrі pemanfaatan sumberdaya ikan atau maksimalisasi profit (net income) dаrі perikanan.

Tujuan уаng bersifat sosial, уаіtu tercapainya manfaat sosial уаng maksimal , contohnya maksimalisasi penyediaan pekerjaan, menghilangkan adanya permasalahan kepentingan diantara nelayan serta anggota masyarakat lainnya.

Dwiponggo (1983) dalam Purwanto (2003) mengatakan bаhwа tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan dараt dicapai dеngаn :

Pemeliharaan proses sumberdaya perikanan, dеngаn memelihara ekosistem penunjang bagi kehidupan sumberdaya ikan.

Menjamin pemanfaatan berbagai jenis ekosistem secara berkelanjutan.

Menjaga keanekaragaman biologi (plasma nutfah) уаng menghipnotis ciri-karakteristik, sifat dan bentuk kehidupan.
Mengembangkan perikanan dan teknologi уаng sanggup menumbuhkan industi уаng mengamankan sumberdaya secara konsisten serta bertanggung jawab.
Bеrdаѕаrkаn prinsip tеrѕеbut maka Purnomo (2002), pengelolaan sumberdaya perikanan harus mempunyai taktik ѕеbаgаі bеrіkut :

Menjaga struktur komunitas jenis ikan уаng produktif serta efisien supaya harmonis dеngаn proses perubahan komponen habitat dеngаn dinamika аntаrа populasi.
Mengurangi laju intensitas penangkapan supaya sesuai dеngаn kemampuan produksi dan daya pulih kembali sumberdaya ikan, sehingga kapasitas уаng optimal dan lestari dараt terjamin.
Mengendalikan dan mencegah ѕеtіар bisnis penangkapan ikan уаng dараt menyebabkan kerusakan-kerusakan juga pencemaran lingkungan perairan secara pribadi juga tіdаk eksklusif.

PERAIRAN UMUM DARATAN

PERAIRAN UMUM DARATAN - Perairan generik daratan terdiri berdasarkan sungai, danau, dan waduk selama ini peranan belum termaksimalkan semua. Banyak nya PUD ini selain bisa menaruh nilai tambah atau pendapatan lain nya bila di maksimalkan akan memberikan sumbangan yg nir sedikit.

PUD kebanyakan di isi menggunakan budidaya ikan, banyaknya pembudiya ini jikalau pada beri kemampuan yg lebih menggunakan diberikan nya kemudahan modal dan akses yang luas bukan tidak mungkin pembudidaya pada indonesia sanggup bersaing menggunakan negara luar.

Pemanfaatan sumberdaya alam pada Perairan Umum Daratan (PUD) secara luas serta efisien adalah tuntutan pada pembangunan nasional.  Keperluan akan sumberdaya tersebut terus menerus meningkat baik ditujukan bagi perikanan, pengairan, pariwisata dan keperluan generik, sebagai akibatnya diperlukan pengelolaan perikanan dengan memperhitungkan collaborative management antar sektor yang terkait. 
Untuk mendukung suatu acara pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap pada PUD yang efektif, optimal dan terpadu guna menjamin produksi ikan yang optimum serta berkelanjutan dengan permanen mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan hayati terutama warga yang memanfaatkan dan di kurang lebih PUD, sudah terlaksana aktivitas Forum Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan (FODILAPETA PUD) Tingkat Provinsi

1) Tujuan primer pengelolaan serta pemanfaatan Perairan Umum Daratan (waduk, sungai, genangan, rawa, sariban dan danau/situ) merupakan menjadi Penyedia air baku yg dapat dimanfaatkan buat irigasi, PLTA, pariwisata termasuk untuk kegiatan perikanan;

2) Kondisi ekosistem PUD telah terjadi penurunan kualitas serta kapasitas sumberdaya perairan yang diakibatkan oleh sedimentasi/pendangkalan, penurunan volume air, meningkatnya populasi gulma,  pencemaran dan alih fungsi;

3) Beberapa Kabupaten/Kota telah mempunyai Peraturan Daerah (PERDA) tentang pengelolaan PUD namun pada realisasi pelaksanaannya masih banyak terjadi pelanggaran baik pengaturan zonasi dan penggunaan alat tangkap nir ramah lingkungan tanpa ada tindakan konkret atas pelanggaran tersebut;

4) Guna pemulihan sumber daya ikan yang berkesinambungan di PUD diharapkan aktivitas penebaran benih ikan yang dilakukan oleh masyarakat dengan jenis ikan yang diadaptasi menggunakan ekosistem PUD atau jenis ikan khusus lokal yang memperhatikan  kualitas,  kuantitas  serta ketika penebaran;

5) Untuk menjamin ketersediaan benih ikan khusus lokal perlu di lakukan pengembangbiakan jenis ikan tersebut yang dilakukan sang UPTD Provinsi/Kab/Kota serta UPR;

6) Dalam rangka memberdayakan nelayan PUD perlu dibuat gerombolan pengelola dengan pendekatan co-management yang adalah salah satu usaha buat meningkatkan pencerahan pemanfaatan sumberdaya ikan yg lestari selanjutnya perlu adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembentukan gerombolan nelayan PUD;

7) Dalam rangka menaikkan supervisi maka perlu dibuat POKMASWAS pada setiap Kabupaten/Kota yang terintegrasi dengan gerombolan pengelola.

8) Dalam rangka mempertinggi peran POKMASWAS diharapkan sarana penunjang berupa alat transportasi air, lampu sorot, peta lokasi, kamera, GPS, alat komunikasi dan dukungan finansial buat operasi pengawasan terutama dalam PUD yg luas, khususnya waduk dan sungai;

9)    Peningkatan responsibilitas aparat/instansi yang berwenang untuk menindaklanjuti output laporan POKMASWAS

10) Pengembangan kegiatan perikanan pada PUD buat menjadi tempat minapolitan berbasis perikanan tangkap masih perlu pengkajian lebih mendalam oleh PEMDA setempat karena PUD masih didominasi sang kegiatan budidaya.

11) Guna menaikkan kesadaran warga serta kelestarian sumber daya ikan, penangkapan ikan yg bertanggungjawab diharapkan koordinasi antar instansi terkait, training, pengenalan, pembuatan papan embargo, 

pemberian hukuman serta atau penegakan aturan terhadap terjadinya pelanggaran antara lain: pencemaran, penangkapan ikan tidak ramah lingkungan seperti penggunaan racun, bahan peledak, stroom, bahan kimia terlarang, dan penggunaan berukuran mata jaring < 2 inchi.

12) Guna menaikkan akses permodalan grup nelayan PUD, diusulkan acara Sertifikasi Hak Atas Tanah (SeHAT) nelayan dan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Bidang Perikanan Tangkap yg bisa diikuti oleh kelompok PUD.

13) Rumusan FODILAPETA-PUD Tingkat Provinsi Jawa Barat disusun berdasarkan kertas kerja (Terlampir) yg dibuat sang 26 Kabupaten/Kota buat disosialisasikan di masing-masing wilayah  dan sebagai acuan dalam menyusun aktivitas  pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap pada PUD.

PARAMETER KIMIA KUALITAS AIR

Parameter Kimia Kualitas Air - Air yang dipakai buat budidaya udang atau organisme perairan yg lain memiliki komposisi dan sifat-sifat kimia yg tidak selaras dan tidak kontinu. Komposisi serta sifat-sifat kimia air ini bisa diketahui melalui analisis kimia air. 

Dengan demikian bila ada parameter kimia yg keluar dari batas yang telah  ditentukan dapat segera dikendalikan.

Parameter-parameter kimia yang digunakan buat menganalisis air bagi kepentingan budidaya diantaranya :


PARAMETER KIMIA KUALITAS AIR


1. Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan menjadi total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan pada permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gr/liter. 

Tujuh ion primer yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat memiliki donasi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap mini (Boyd, 1990). 


Sedangkan dari Davis et al. (2004), ion calsium (Ca), potasium (K), serta magnesium (Mg) adalah ion yg paling krusial pada menopang taraf kelulushidupan udang. Salinitas suatu perairan dapat dipengaruhi menggunakan menghitung jumlah kadar klor yg ada dalam suatu sampel (klorinitas). 


Sebagian besar petambak membudidayakan udang pada air payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang bahari sanggup hidup pada salinitas dibawah 2 ppt serta pada atas 40 ppt.
2. PH

pH didefinisikan menjadi logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+] yang memiliki skala antara 0 hingga 14. PH mengindikasikan apakah air tadi netral, basa atau asam. 

Air menggunakan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. PH adalah variabel kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan generik yang nir dipengaruhi kegiatan biologis yang tinggi, nilai pH sporadis mencapai diatas 8,lima, namun pada tambak ikan atau udang, pH air bisa mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002). 


Perubahan pH ini adalah dampak pribadi dari fotosintesis yg menggunakan CO2 selama proses tersebut. Karbon dioksida pada air bereaksi membentuk asam seperti yg masih ada dalam persamaan pada bawah ini :

CO2 + H2O HCO3 - + H+

Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2 poly terpakai pada proses tersebut. Turunnya konsentrasi CO2 akan menurunkan konsentrasi H+ sebagai akibatnya menaikkan pH air. Sebaliknya dalam malam hari semua organisme melakukan respirasi yang membentuk CO2 sehingga pH menjadi turun. 

Fluktuasi pH yang tinggi bisa terjadi bila densitas plankton tinggi. Tambak dengan total alkalinitas yg tinggi mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak yg beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas sebagai buffer atau penyangga (Boyd, 2002).
3. Alkalinitas

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas adalah buffer terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan pada mg/l CaCO3. 

Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 dua- ), hidroksida (OH-) dan pula ion-ion yang jumlahnya kecil misalnya borat (BO3 -), fosfat (P04 tiga-), silikat (SiO4 4-) serta sebagainya (boyd, 1990).
Peranan penting alkalinitas dalam tambak udang diantaranya menekan fluktuasi pH pagi dan siang serta penentu kesuburan alami perairan. 

Tambak dengan alkalinitas tinggi akan mengalami fluktuasi pH harian yg lebih rendah apabila dibandingkan dengan tambak menggunakan nilai alkalinitas rendah (Boyd, 2002). 


Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur bisa menaikkan nilai alkalinitas terutama tambak menggunakan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.

4. Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)

Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yg sangat penting pada budidaya udang. Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut buat metabolisme. Kelarutan oksigen pada air tergantung pada suhu serta salinitas. 

Kelaruran oksigen akan turun bila suhu serta temperatur naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan lantaran dengan adanya kenaikan suhu air, fauna air akan lebih aktif sebagai akibatnya memerlukan lebih poly oksigen.

Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara eksklusif berdasarkan atmosfir selesainya terjadi kontak antara bagian atas air menggunakan udara yg mengandung oksigen 21% (Boyd, 1990). Fotosintesis tanaman air adalah sumber primer oksigen terlarut dalam air. Sedangkan pada budidaya udang, penambahan suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan aerator (Hargreaves, 2003).
Pada waktu cuaca mendung atau hujan bisa menghambat pertumbuhan fitoplankton lantaran kekurangan sinar surya buat proses fotosintesis. Kondisi ini akan mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut lantaran oksigen nir bisa diproduksi ad interim organisme akuatik permanen mengkonsumsi oksigen. 

Keterbatasan sinar surya menembus badan air bisa pula ditimbulkan sang tingginya partikel yang terdapat pada kolom air, baik lantaran bahan organik maupun densitas plankton yg terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya fotosintesis algae yang ada pada dasar tambak (Hargreaves, 1999).

Tingginya kepadatan tebar (stocking density) dan pemberian pakan (feeding rate) bisa menyebabkan turunnya kensentrasi oksigen terlarut dalam air. Sisa pakan (uneaten feed) dan residu hasil metabolisme menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen buat menguraikannya (oxygen demand). 

Kemampuan ekosistem kolam budidaya untuk menguraikan bahan organik terbatas sehingga bisa mengakibatkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Boyd, 2004).

5. Biological Oxygen Demand (BOD)

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan menjadi banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada waktu pemecahan bahan organik pada syarat aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan sang organisme sebagai bahan kuliner dan energinya diperoleh menurut proses oksidasi (Pescod pada Salmin, 2005).
Waktu yg dibutuhkan buat proses oksidasi bahan organik secara paripurna menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Penghitungan nilai BOD umumnya dilakukan dalam hari ke lima lantaran dalam saat itu persentase reaksi relatif akbar, yaitu 70-80% berdasarkan nilai BOD total (Sawyer dan MC Carty, 1978 pada Salmin, 2005).

6. Produktivitas primer

Dalam kolam budidaya, tanaman air baik macrophyta maupun plankton adalah produsen primer menjadi sumber utama bahan organik. Melalui proses fotosintetis, flora memakai karbon dioksida, air, cahaya mentari serta nutrien buat menghasilkan bahan organik dan oksigen misalnya dalam reaksi :

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

Fotosintesis merupakan proses fundamental pada kolam budidaya. Oksigen terlarut yg diproduksi melalui fotosintesis merupakan sumber primer oksigen bagi seluruh organisme pada ekosistem kolam (Howerton, 2001). 

Glukosa atau bahan organik yg dihasilkan adalah penyusun primer material organik yg lebih besar serta kompleks. Hewan yg lebih tinggi tingkatannya pada rantai makanan memakai material organik ini baik secara langsung dengan mengkonsumsi flora atau mengkonsumsi organisme yg memakan tumbuhan tadi (Ghosal et al. 2000).
Proses biologi lainnya yg sangat krusial dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan reaksi :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O

Dalam respirasi, bahan organik dioksidasi menggunakan membuat air, karbon dioksida serta energi. Pada ketika siang hari proses fotosintesis dan respirasi berjalan secara beserta-sama. Pada malam hari hanya proses respirasi yang berlangsung, sebagai akibatnya konsentrasi oksigen terlarut pada air turun sedangkan konsentrasi karbon dioksida naik.

Kedua proses tadi mempunyai imbas langsung dalam budidaya perairan. Oksigen terlarut dibutuhkan organisme buat hidup sedangkan fitoplankton merupakan sumber primer oksigen terlarut disamping sebagai penyusun primer rantai kuliner pada ekosistem kolam budidaya. 

Salah satu cara buat memilih status suatu ekosistem pada sedimen adalah dengan menghitung fotosintesis/respirasi rasio (P/R ratio). Jika P/R ratio lebih mini menurut satu (1) maka sedimen tadi termasuk heterotropik, dimana karbon lebih poly digunakan buat respirasi dibandingkan yang didapatkan menurut fotosintesis. 


Sedangkan jika P/R ratio lebih akbar dari satu (1) memberitahuakn sedimen tadi termasuk autotofik, dimana karbon lebih banyak diproduksi berdasarkan pada dipakai buat respirasi (Eyre serta Ferguson, 2002).

7. Sedimen

Managemen dasar tambak atau sedimen masih kurang diperhatikan apabila dibandingkan menggunakan managemen kualitas air tambak budidaya. Banyak bukti yg menandakan adanya impak yang kuat pertukaran nutrien antara sedimen menggunakan air terhadap kualitas air (Boyd, 2002).
8. Oxidized Layer

Oxidized layer merupakan lapisan sedimen yang berada paling atas yg mengandung oksigen. Lapisan ini sangat berguna serta harus dipelihara keberadaannya selama siklus budidaya (Boyd, 2002). Pada lapisan tersebut terjadi dekomposisi aerobik yang membentuk antara lain : CO2, air, amonia, serta nutrien yang lainnya. 

Pada sedimen anaerobik, beberapa mikroorganisme menguraikan material organik dengan reaksi fermentasi yg membentuk alkohol, keton, aldehida, dan senyawa organik lainnya menjadi hasil metabolisme. Menurut Blackburn (1987) dalam Boyd (2002), 


beberapa mikroorganisme anaerobik bisa memanfaatkan O2 menurut nitrat, nitrit,ferro, sulfat, serta karbon dioksida buat menguraikan bahan organik menggunakan mengeluarkan gas nitrogen, amonia, H2S, serta metan sebagai hasil metabolisme.

Beberapa produk metabolisme, khususnya H2S, nitrit, dan amonia berpotensi toksik terhadap ikan atau udang. 

Lapisan oksigen yang ada pada permukaan sedimen bisa mencegah difusi sebagian besar senyawa beracun sebagai bentuk yang nir beracun melalui proses kimiawi serta biologi ketika melalui permukaan yang beroksigen. 


Nitrit diokdidasi sebagai nitrat, ferro dioksidasi menjadi ferri, dan H2S menjadi sulfat (Boyd, 2004c). Selanjutnya dikatakan bahwa kehilangan oksigen pada sedimen bisa ditimbulkan oleh akumulasi bahan organik yg tinggi sebagai akibatnya oksigen terlarut terpakai sebelum mencapai bagian atas tanah. 


Tingkat anugerah pakan yg tinggi dan blooming plankton bisa mengakibatkan penurunan oksigen terlarut.

9. Bahan Organik

Tanah dasar tambak yang mengandung karbon organik 15-20% atau 30- 40% bahan organik jelek buat budidaya perairan. Kandungan bahan organik yang baik buat budidaya udang kurang lebih 10% atau 20% kandungan karbon organik (Boyd, 2002). 

Kandungan bahan organik yg tinggi akan meningkatkan kebutuhan oksigen buat menguraikan bahan organik tadi menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga akan terjadi persaingan penggunaan oksigen dengan biota yg ada dalam tambak.

Peningkatan kandungan bahan organik pada tanah dasar tambak akan terjadi menggunakan cepat terutama pada tambak yg memakai sistem budidaya secara semi intensif juga intensif menggunakan tingkat hadiah pakan (feeding rate) serta pemupukan yg tinggi (Howerton, 2001). 

Disamping mengendap pada dasar tambak, limbah organik jua tersuspensi dalam air sehingga menghambat penetrasi cahaya surya ke dasar tambak.
Limbah tambak yg terdiri berdasarkan residu pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), serta pemupukan terakumulasi pada dasar tambak maupun tersuspensi pada air. Limbah ini terdegradasi melalui proses mikrobiologi menggunakan membentuk amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat (Zelaya et al., 2001). 

Nutrien ini merangsang tumbuhnya algae/plankton yg dapat mengakibatkan blooming. Sementara itu beberapa hasil degradasi limbah organik bersifat toksik terhadap udang pada level tertentu. Terjadinya die off plankton bisa pula menyebabkan udang tertekan serta kematian lantaran turunnya kadar oksigen terlarut. Limbah tambak udang mengandung lebih poly bahan organik, nitrogen, dan fosfor dibanding tanah biasa serta mempunyai nilai BOD dan COD yg lebih tinggi (Latt, 2002).


10. Nutrien

Dua nutrien yg paling penting di tambak merupakan nitrogen dan fosfor, karena kedua nutrien tersebut keberadaannya terbatas serta dibutuhkan buat pertumbuhan fitoplankton (Boyd, 2000). Keberadaan ke 2 nutrien tersebut pada tambak asal dari pemupukan serta pakan yg diberikan.
11. Nitrogen
Nitrogen umumnya diaplikasikan sebagai pupuk pada bentuk urea atau amonium. Di pada air, urea secara cepat terhidrolisis sebagai amonium yang dapat langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton. Melalui rantai makanan, nitrogen pada fitoplankton akan dikonversi menjadi nitrogen protein pada ikan. Sedangkan nitrogen berdasarkan pakan yang diberikan dalam ikan, hanya 20-40% yang dirubah sebagai protein ikan, sisanya tersuspensi pada air dan mengendap di dasar tambak (Boyd, 2002).

Amonium bisa pula teroksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yg bisa dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton. Nitrogen organik dalam plankton yang mati dan kotoran fauna air (feces) akan mengendap di dasar sebagai nitrogen organik tanah. Nitrogen pada material organik tanah akan dimineralisasi sebagai amonia serta balik ke air sehingga bisa dimanfaatkan kembali sang fitoplankton (Durborow, 1997).

12. Fosfor
Fosfor yang ada yg ada dalam tambak budidaya dari dari pupuk misalnya ammoniumfosfat serta calsiumfosfat dan berdasarkan pakan. Fosf


or yg terdapat pada pakan nir semua dikonversi sebagai daging ikan/udang. Menurut Boyd (2002), 2 pertiga fosfor pada pakan terakumulasi di tanah dasar. Sebagian akbar diikat oleh tanah serta sebagian mini larut dalam air. 

Fosfor dimanfaatkan sang fitoplankton pada bentuk ortofosfat (PO4 3-) dan terakumulasi dalam tubuh ikan/udang melalui rantai kuliner. Phosphat yang nir diserap oleh fitoplankton akan didikat oleh tanah. Kemampuan mengikat tanah dipengaruhi oleh kandungan liat (clay) tanah. Semakin tinggi kandungan liat pada tanah, semakin semakin tinggi kemampuan tanah mengikat fosfat. Demikan Tentang Parameter Kimia Kualitas Air

Kunjungi pula blog penyuluh perikanan

Semoga Bermanfaat...