PERIODISASI FILSAFAT INDONESIA

Periodisasi Filsafat Indonesia 
Periodisasi yg biasa dilakukan oleh sejarawan filsafat Barat adalah Periode Klasik, Periode Pertengahan, Periode Modern, dan Periode Kontemporer. Sedangkan sejarawan filsafat Cina membagi Filsafat Cina pada periode-periode misalnya Periode Klasik, Periode Pertengahan, serta Periode Modern. Lalu pertanyaannya kemudian merupakan apakah sejarawan filsafat Indonesia pula harus mengikuti pembagian periode seperti itu? Apabila memang wajib mengikuti periodisasi Barat serta Cina itu, kapankah periode Klasik dari Filsafat Indonesia itu? Bisa saja dikatakan bahwa periode Klasik dari Filsafat Indonesia merupakan periode yg dihitung sejak era neolitik (sekitar 3500-2500 SM) hingga awal abad 19 M, kemudian periode Modern sejak awal abad 19 M sampai era Soeharto lengser, dan periode Kontemporer sejak Soeharto lengser sampai dtk ini (2005).

Sekilas nampaknya periodisasi tadi tidak problematik, akan tetapi bila ditelaah lebih dalam mengandung poly masalah. Persoalan-duduk perkara yang muncul artinya misalnya: disparitas apakah yang paling signifikan antara Filsafat Indonesia dalam era Klasik, era Modern, serta era Kontemporer itu? Apakah perbedaan periode itu berdasarkan pada perbedaan point of concern (pusat perhatian) yang dikaji filosof pada era tertentu? Apakah disparitas antara ‘yang klasik’ menggunakan ‘yg modern’ hanyalah disparitas antara ‘yg menolak’ dengan ‘yang menerima’ efek Barat? Apakah perbedaan periode hanya sekadar penanda saat, dari satu ‘titik pemberhentian’ ke ‘titik pemberhentian’ selanjutnya? Jika ya, apa yang membedakan ‘titik pemberhentian’ yang satu menggunakan ‘titik-titik’ yang lain? Apakah yang membedakan ‘yg klasik’ serta ‘yang terbaru’ hanyalah sekadar perpindahan tema filosofis (thematic shift)?

Banyaknya persoalan yg timbul menggunakan mengikuti periodisasi ala Barat serta Cina memperlihatkan, bahwa contoh periodisasi misalnya itu tidak tepat buat sejarah Filsafat Indonesia. Harus dicari contoh periodisasi lain yg dapat memuat kurang-lebih segala filsafat yg pernah diproduksi semenjak era neolitikum hingga kini . Di bawah ini akan diajukan 2 model periodisasi yg mungkin lebih cocok buat penulisan sejarah Filsafat Indonesia.

Periodisasi Berdasarkan Interaksi Budaya
Periodisasi Filsafat Indonesia bisa dibentuk menurut datangnya budaya-budaya asing yang berinteraksi menggunakan budaya orisinil Indonesia, menggunakan cara membuat kronologi historis serta mengungkapkan dari budaya global mana asal filosofis itu berasal-mula. Dengan contoh ini, contohnya, dapat dikatakan bahwa Filsafat Indonesia dapat dipecah ke pada periode-periode misalnya periode Etnik, periode Cina, periode India, periode Persia, periode Arab, dan periode Barat. Periode Etnik dimulai ketika filsafat etnik asli Indonesia masih dipeluk serta dipraktekkan sang orang Indonesia sebelum kedatangan filsafat asing. Sedangkan periode Cina, India, Persia, Arab, serta periode Barat dimulai waktu orang Indonesia mulai kemasukan filsafat menurut asal-sumber budaya asing Cina, India, Persia, Arab, dan Barat.

Filsafat Indonesia dalam periode Etnik, misalnya, berisi mitologi filosofis, pepatah-petitih, peribahasa, hukum norma, dan segala yg orisinil pada filsafat-filsafat etnik Indonesia. Filsafat Indonesia pada periode Cina meliputi Taoisme, Konfusianisme, Anti-konfusianisme, Sun Yat-Senisme, serta Maoisme. Filsafat Indonesia dalam periode India mencakup Hinduisme, Buddhisme, Tantrayana, serta Hinduisme-Bali. Periode Persia mencakup Ibnu-‘arabisme serta Ghazalisme. Periode Arab mencakup Wahhabisme, serta periode Barat mencakup filsafat Nasionalisme, Sosialisme-Demokrat, Komunisme sampai Developmentalisme. Periode Kontemporer mencakup filsafat Pancasila, Liberasionisme, Transformatifisme, Pribumisme, Feminisme, New Agisme, Liberalisme sampai Paska-modernisme. 

Periodisasi Berdasarkan Kejadian Historis Penting
Periodisasi Filsafat Indonesia jua bisa dibuat menurut kejadian-kejadian krusial pada bepergian sejarah Indonesia, misalnya periode pra-Kemerdekaan, periode Kemerdekaan, periode Soekarno, periode Soeharto, dan periode paska-Soeharto. 

Yang termasuk pada periode pra-Kemerdekaan artinya filsafat-filsafat mitologi etnik asli Indonesia, filsafat istiadat etnik Indonesia, filsafat Konfusianisme, filsafat Hinduisme serta Buddhisme, filsafat Tantrayana, filsafat Islam-Arab, filsafat Sufisme Persia, dan filsafat Pencerahan Barat. Sedangkan filsafat-filsafat yang masuk dalam periode Kemerdekaan adalah filsafat Modernisme Islam, filsafat Marxisme-Leninisme, filsafat Maoisme, filsafat Sosialisme Demokrat, dan filsafat Demokrasi. Sedangkan yg masuk dalam periode Soekarno merupakan filsafat Revolusi, filsafat Sosialisme Indonesia, filsafat NASAKOM, serta filsafat neo-imperialisme. Periode Soeharto dimulai ketika filsafat Modenisasi dan Developmentalisme didewa-dewakan, lalu filsafat Pancasila, filsafat Ekonomi Pancasila, filsafat Kebatinan, filsafat sekularisme yang sedang marak. Periode paska-Soeharto dimulai waktu kritik terhadap filsafat Developmentalisme marak dan filsuf mencari alternatif pada filsafat-filsafat lain misalnya Liberasionisme, Transformatifisme, Reformisme, serta Revolusionisme.

Comments