PENGERTIAN TAFSIR FIQIHY

Pengertian Tafsir Fiqihy
Memang pada banyak sekali literatur yang Penulis jumpai, nir atau belum diketemukan warta yg kentara, mengenai pengertian tafsir fiqhy secara definitive, akan namun buat mendapatkan pengertiannya. Penulis berusaha mengaitkan dengan pengertian berdasarkan fiqih itu sendiri, sebagai bagian berdasarkan rangkaian kata Tafsir Fiqhy tersebut.

Menurut para Fuqaha’ (Jumhur mutaakhirrin), menaruh pengertian, fiqih adalah ilmu yang menunjukkan aturan-hukum kondisi atau aturan-hukum fiqih yang berpautan menggunakan perkara-masalah alamiyah yang dikerjakan sang para mukallaf sehari-hari, yg diperoleh dari dalail-dalilnya yg tafshil.4

Sejalan dengan pengertian fiqih pada atas, bila dihadapkan kepada ayat-ayat Al Qur’an yang mengatur perbuatan (amaliyah) manusia, baik yang seharusnya dikerjakan juga yg seharusnya ditinggalkan (ayat-ayat aturan), yg mencakup ibadat, norma, mu’amalah madasiayah da n maliyah, ahwal al syahshiyah, jinayat, uqubat, dusturiyah, dauliyahnya, jihad serta lain sebagainya.lima Maka Tafsir Fiqhy, bisa diartikan menjadi kabar atau penerangan yg diberikan sang Fiqaha’ terhadap ayat-ayat hukum yg ada dalam Al Qur’an. Dan bila ditujukan pada tafsir menjadi kitab , maka tafsir fiqhy merupakan buku tafsir yang menjelaskan ayat-ayat aturan yg terdapat dalam Al Qur’an secara spesifik. Dalam hal ini manna’ Al Qattan, secara implicit juga menejelaskan, bahwa tafsir fiqhy merupakan tafsir yang memakai corak pembahasan ayat-ayat hukum dalam Al Qur’an.6

I. SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR FIQHY
Tafsir fiqhy tumbuh dan berkembang pada masa yg cukup panjang, sebagai akibatnya keberadaan berdasarkan tafsir fiqhy tadi perlu mendapatkan perhatian yang berarti dalam rangka buat memahami Al Qur’an secara sempurna serta benar, sekaligus sinkron dengan perkembangan zaman dan diterima secara pas oleh insan pada masa berada.

Periodesasi tafsir fiqhy, ada 3 tahap, yaitu :
1. Pada masa Nabi hingga dengan terbentuknya mazhab-mazhab fiqh Islam.
2. Masa permulaan berdirinya mazhab fiqh Islam.
3. Masa tumbuhnya taklid serta fanatisme mazhab. 

1. Pada masa Nabi hingga dengan terbentuknya mazhab-mazhab fiqh Islam.
Sebagai ayat-ayat Al Qur’an terdiri berdasarkan ayat-ayat aturan kasus pemahaman kaum muslimin waktu itu hanyalah sebatas pengetahuan bahasa Arab mereka. Dengan demikian jika mereka menemui kesulitan dalam memahami ayat-ayat tadi, maka menanyakan eksklusif pada Rasulullah SAW. Sehingga penafsiran fiqhiyahnya mereka dapatkan langsung menurut Rasulullah sendiri. Hal ini berarti keragaman penafsiran fiqih belum terjadi.

Setelah masa Rasulullah berakhir, pertarungan yg dihadapi kaum muslimin bertambah kompleks, sinkron menggunakan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta keragaman pemeluknya. Hal ini menuntut kiprah hukum syar’i yg lebih besar untuk menjawab semua masalah yg terjadi. Para Sahabat, jika mereka menemukan kasus yang perlu pada cari penyelesaian hukumnya, maka pertama kali mereka mencari hukumnya pada Al Qur’an. Dan apabila tidak ditemukan hukumnya pada Al Qur’an, dicarinya pada hadis Nabi, serta jika tidak ditemukan pada keduanya, baru mereka melakukan ijtihad. Akan namun diantara output ijtihad para Sahabat pun kadangkala terjadi perbedaan pendapat. Sebagai contohnya disparitas pendapat antara Umar b. Khattab dengan Ali b. Abi Thali, kasus iddah bagi perempuan hamil yang ditinggal mangkat suaminya.

II. MACAM-MACAM TAFSIR FIQHY
Macam-macam tafsir fiqhy, pembagiannya berdasarkan pada macam-macamnya mazhab yg ada. Dan buat mengenalnya Penulis mengambil datanya berdasarkan Al-Tafsi wal mufassirun, dan menjadi pelengkapnya diambil berdasarkan Jurnal Al-Hikmah.10 

Adapun macam-macamnya sebagai berikut :
A. Tafsir fidhy mazhab Syi’ah Imamiyah isna A’syariyah diantaranya :
1. Ayat Al ahkam, sang Muhammad ibn Sa’ib Al Kalbi (wafat 146 H/763 M).
2. Tafsir Al-khamsimi’at, sang Muqatil Ibn Sulaiman Al Khurasani Al Balkhi (wafat 15 H/767 M).
3. Tafsir Ayat Al Ahkam, sang Hisyam Ibn Muhammad Ibn Sa’ib Al-Kalbi Al Kufi (206 H/821 M).
4. Ahkam Al Ahkam, oleh ‘Abbad ibn Abbas Al Thaliqani.
5. Syarh Ayat Al Ahkam, sang Isma’il ibn ‘Abbad.
6. Al Ibanah ‘an Ma’ani Al Qira’at, sang makki ibn Abi Thalib Al Qaysi (437 H/1045 M).
7. Fiqh Al Qur’an fi Ayat Al Ahkam, oleh Quthb Al Din Al Rawandi.
8. Tafsir Al Ayat Al Ahkam, oleh Muhammad ibn Husein Al Bayhaqi Al Hisyaburi ( 576 H/1180 M).
9. Al Nihayah Fi tafsir Al Khamsimi’at Al Ahkam, sang Ahmad ibn ‘Abd Allah Mutawwaj Al Bahrayni (771 H/1369 M).
10. Kanz Al ‘Irfan fi Fiqh Al Qur’an, sang Fadhil Niqbad ibn ‘Abd Allah Al Suyuri Al Asadi Al Hilli (826 H/1423 M). Dan masih poly lagi yg belum tercatat.

B. Tafsir Fiqhy mazhab Syi’ah Zaydiyah, di antaranya :
1. Syarh Ayat Al Ahkam, oleh yahya ibnu Hamzah Al Yamani (749 H/1348 M).
2. Ayat Al Ahkam, oleh Ahmad ibn Yahya Al Yamani, tidak dicetak.
3. Syarh Ayat Al Ahkam, oleh Muhammad ibnu yahya Sha’di Al Yamani.
4. Ayat Al Ahkam, oleh Husayn Al ‘Amri Al Yamani (1380/1960).
5. Syarh Ayat Al Ahkam, oleh yahya ibn Muhammad Al hasani, nir dicetak.
6. Syarah Al khamsimi’at Ayat, sang Husayn ibn Ahmad Al Najry (abad 8 H).
7. Al Tsmarat Al Yani’ah Wa Al Ahkam Al Wadhihah Al Qathi’ah, sang Syamsuddin ibnu Yusuf ibn Ahmad (a bad 9 H).
8. Muntaha Al Maram, sang Muhammad ibnu Husain ibnu Qasim (abad 8H).

C. Tafsir fiqih mazhab Hanafi, di antaranya :
1. Ahkam Al Qur’an, oleh ‘Aliibn Hajar Sa’pada Al Azdi Al Thahawisani (wafat 244 H/858 M).
2. Ayat Al Ahkam, sang ‘Ali ibn Musa (35 H/917 M).
3. Ahkam Al Qur’an, oleh Ahmad ibn Muhammad Al Azdi Al thahawi Al Mishri (370 H/933 M).
4. Syarh Ahkam Al Qur’an, oleh Ahmad ibn ‘Ali Al Razi (Al Jashshash (370 H/980 M).
5. Mukhtashar Ahkam Al Qur’an, sang Makki ibn Abi Thalib Al Qaysi Al Qayrwani (437 H/1045 M).
6. Anwar Al Qur’an fi Ahkam Al Qur’an, sang Muhammad Kafi ibn hasan Al Basandi Al Iqhishari (1025 H/1616 M).
7. Anwar Al Qur’an fi Ahkam Al Qur’an, sang Muhammad Syams Aldin Al Harawi Al bukhari (119 H/1697 M), tidak di cetak.
8. Ahkam Al Qur’an, sang Isma’il Haqqi (1127 H/1715 M).
9. Madarik Al Ahkam dan Anwar Al Qur’an, sang ‘Abd Allah Al Balkhi (1189 H/1775 M), nir dicetak.
10. Ahkam Al Qur’an, sang ‘Abd Allah Al husayni Al Hindi.
11. Nayl Al Murad min tafsir Ayat Al Ahkam, sang Muhammad Shiddiq Al Bukhari (1307 H/1889 M).
12. Al Tafsirat Al Ahmadiyah fi Al Ayat Al Syari’ah, sang Mula Beon pada india (abad 11 H).

D. Tafsir Fiqhy mazhab Maliki, diantaranya :
1. Ahkam Al Qur’an , Oleh Ahmad ibn mudhal (240 H/854 M).
2. Ahkam Al Qur’an, oleh Muhammad ibn ‘abd Allah (Ibn Al hakam) (268 H/881 M).
3. Ayat AL Ahkam, oleh Isma’il ibn Ishaq Al Azdi (282 H / 895 M)
4. Ayat Al Ahkam, oleh Al Qasim ibn Ashbagh Al Qurthubi Al Andalusi (304 H / 916 M)
5. Ahkam Al Qur’an, oleh Muhammad ibn Al Tamimi (305 H / 917 M)
6. Ahkam Al Qur’an, oleh Musa ibn Al ‘Abd Al Rahman (Qattan) 306 H / 918 M)
7. Ahkam Al Qur’an, sang Muhammad ibn Al Qosim (ibn Al Qurtubhi)
8. Ahkam Al Qur’an, sang Ahmad ibn ‘Ali (Al Baghati)
9. Ayat Al Ahkam, oleh Muhammad ibn ‘Adb Allah Al Andalusi (Ibn Al ‘Arabi) wafat th 543 H / 1148 M
10. Ahkam Al Qur’an, oleh ‘Abd Al Mun’im ibn Muhammad Al Andalusi Al Gharnathi (597 H / 1200 M)
11. Ayat Al Ahkam, sang Yahya ibn Sa’dun Al Azdi Al Andalusi
12. Jami’ Ahkam Al Qur’an Al Mubin, oleh Muhammad ibn Ahmad Al Anshari Al Kazrazi (671 H / 1272 M)

E. Tafsir Fiqhy Mazhab Syafi’i , antara lain :
1. Ahkam Al Qur’an, sang Al Kaya Al Haras (Abad 6 H)
2. Al Kaul Al Wajiz fi Ahkam Al Kitab Al Aziz, sang Syihabuddin Al Halabi
3. Ahkam Al Kitab Al Mubin, sang Abdullah Mahmud Al Syanfaki, (abad 9 H)
4. Iklil fi Istinbath Al Tanzil, oleh Jalaluddin Al Suyuthi, (abad 10 H)
5. Ahkam Al Qur’an, sang Muhammad ibn Idris Al Syafi’i (204 H)
6. Ahkam Al Qur’an, oleh Ibrahim ibn Khalid (Abu Tur Al Kalbi)

F. Tafsir Fiqhy Mazhab Hanbali, antara lain :
1. Ayat Al Ahkam, sang Qadhi Abu Ya’la Al Kabir (458 H / 1066 M)
2. Ayat Al Ahkam, oleh Muhammad Abu Bakar Al Dimasyqi Al Razi, (Ibn Al Qayyim Al Jawzi) (751 H / 1350 M)

G. Tafsir Fiqhi Mazhab Zahiri, diantaranya :
1. Ahkam Al Qur’an, oleh Dawud ibn ‘Ali Al Zhahiri Al Isfahani
2. Ahkam Al Qur’an, sang ‘Abd Allah ibn Ahmad (ibn Al Muflis)

Untuk mengenal tafsir fiqhy lebih dalam lagi, perlu diketahui secara detail, beberapa tafsir fiqih yg terkenal diantaranya :

1. Ahkam Al Qur’an (Al Jashshash)
Kitab tafsir ini dikarang oleh Abu Bakr Ahmad ibn ‘Ali Al Razi, yang cukup populer dengan sebutan Al Jashshash. Ia adalah imam fiqh Hanafi dalam abad ke 4 (empat) Hijriyah, kitabnya ditinjau menjadi kitab tafsir fiqh yang terpenting, terutama bagi pengikut mazhab Hanafi.

Al Jassas pada kitabnya ini, sudah memaparkan semua surat-surat Al Qur’an, namun dia banyak menyebutkan panjang lebar mengenai ayat-ayat yg ada relevansinya dengan aturan. Sistimatiska yang digunakan merupakan urutan bab per bab, sebagaimana yg dikenal pada kitab fiqh dan setiap bab diberi judul (nama bab), dimana penulis selanjutnya menjelaskan keterangannya pada dalamnya. Menurut Husein Al Zahabi, kitab Al Jassas ini lebih terkesan sebagai buku fiqh Muqarin, ketimbang tafsir fiqih, karena Al Jassas nir hanya memberitahuakn aturan yang dapat diistinbathkan berdasarkan suatu ayat, akan namun lebih jauh ia mengungkapkan banyak sekali perkara fiqh yg telah diperselisihkan sang para Imam Fiqh. Dan Al Jassas pun banyak menonjolkan sikap fanatiknya terhadap mazhab Hanafi dan menolak pendapat-pendapat Imam yg lainnya.

2. Ahkam Al Qur’an (Oleh Kiya Al Haras)
Tafsir fiqhy Kiya Al Haras ini bercorak mazhab Imam Syafi’i dan ia sendiri merupakan pakar fiqh Syafi’i pada awal abad ke 6 H. Tafsir ini dianggap menjadi buku tafsir fiqh Syafi’i yang terpenting sebagaimana tafsir Al Jassas. Kesamaan antara kedua tafsir ini dengan yg lainnya merupakan fanatisme mazhabnya yang amat menonjol. Fanatisme pengarang nampak jelas pada muqaddimah tafsirnya. Akan tetapi ia tidak hingga mencela Imam-imam yg lain sebagaimana yg dilakukan Al Jassas.

3. Ahkam Al Qur’an (Ibn Al ‘Arabi)
Dalam kitabnya ini Ibn Al ‘Arabi menggunakan sistem pembahasan dengan mengungkapkan satu surat, kemudian menjelaskan beberapa ayat yg di dalamnya masih ada hukum-aturan. Kemudian ia menjelaskan ayat hukum tadi satu pesatu, misalnya pada ayat pertama masih ada 5 perkara, dalam ayat ke 2 7 kasus serta seterusnya.

Corak lain yg sebagai karakteristik tafsir ini merupakan kecenderungannya dalam istinbath aturan tetap merujuk kepada bahasa Arab, sangat menghindari cerita-cerita israiliyyat yang penggunaan hadis-hadis dla’if. Disamping fanatisme Maliki permanen ada, akan tetapi pula banyak terlihat sikap kenetralan Ibn Al ‘Arabi pada banyak hal, sehingga seringkali kali tafsir ini dijadikan tujukan umum, meskipun bermazhab Maliki.

4. Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an (tafsir Al Qurthubi)
Kitab ini dikarang sang Imam Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakar ibn Farih Al Qurthubi, yg hayati pada abad 7 Hijriyah dna adalah seorang Mufassir ternamka pada Spanyol.

Pada Muqaddimah, Al Qurthubi mengungkapkan maksud penulisan tafsir dan cara penulisan yang dipakainyta. Ia tergerak hatinya buat menulis kitab tafsir, menjadi jawaban tantangan yg berkembang berdasarkan kaum rasionalis Mu’tazilah, Al Rawafidah, filosuf serta ekstrim sufi lainnya. Jawaban tersebut dia tuangkan melalui karyanya yg nir hanya membatasi diri pada ayat-ayat aturan, akan tetapi juga menafsirkan ayat-ayat lain secara menyeluruh. Cara yg ditempuh merupakan menjelaskan asbabu al nuzul, menghubungkan pendapat-pendapat yg lain, menyediakan paragraph khusus bagi kisah mufassir dan mengutip ungkapan Ulama’ terdahulu.

Yang terpenting menurut buku ini dibanding dengan kktab tafsir fiqih lainnya merupakan perilaku netral dan tiadanya fanatisme Al Qurthubi terhadap mazhab Mailikinya. Penjelasan-penjealsan di sertai detail detail yang ditinjau benar meskipun dalil tersebut datangnya menurut selain mazhab Maliki.

5. Kanz Al Irfan Fi Fiqh Al Qur’an
Kitab tafsir ini dikarang oleh Miqdad ibn ‘Abd Allah Al Suyuri Al Asadi Al Hilli, beliau wafat dalam tahun 826 H / 1423 M, yg menganut mazhab Syi’ah Imamiyah Isna Asyari’ah. Sistematika pembahasan tafsir ini memakai cara pembagian per bab-bab kemudian berdasarkan topik-topik tersebut dijelaskanlah ayat-ayat yang berkenaan dengannya, misalnya Bab Thaharah, selanjutnya Penulis mengungkapkan satu per satu ayat-ayat yang terdapat hubungannya menggunakan thaharah serta mengeluarkan hukum darinya. Alasan-alasan yang menguatkan mazhabnya, pula disertai dengan penolakannya terhadap mazhab lain. Menurut Al Zahaby, argumen yg dikemukakan oleh Al Suyyuri bersumber kepada 2 hal, yaitu dalil Aqli dan dakwaan bahwa apa yg disampaikannya merupakan hal yg diajarkan sang Ahl Al Bait. Sehingga menciptakan dalil-dalil yang digunakan banyak yg lemah, dan hal ini dilakukan hanya semata buat membela pendapat atau mazhabnya Syi’ah.

IV. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN TAFSIR FIQHY
Setiap kali kita dihadapkan pada suatu evaluasi kebaikan serta kebenaran atas segala sesuatu yg menyangkut kebenaran Agama, maka wajib bersikap hati-hati, termasuk penilaian terhadap tafsir fiqhy ini, apalagi tafsir fiqhy ini adalah karya para Ulama sekaligus Fuqaha’ yang sangat commit terhadap agamanya. Tapi hal ini bukan berarti kita harus menerima apa adanya tanpa sikap kritis, karena sepanjang penafsiran itu dilakukan oleh insan menggunakan cara dan metode yang baik sekalipun, tetap tak tanggal berdasarkan kelemahan dan kekurangannya. Memang Al Qur’an sebagai firman Tuhan merupakan sempurna, tidak mengandung kekurangan serta kotradiksi sedikitpun, tapi penafsirannya mampu terjadi nir paripurna lantaran dilakukan sang insan yg nir paripurna seperti Tuhan.

Disamping itu, menurut Al Zahaby, bahwa keahlian seorang pada disiplin ilmu tertentu sangatlah mempengaruhi terhadapa rona atau corak tafsir yg ditulisnya, misalnya pakar nahwu akan menekankan penafsiran pada kasus I’rab, pakar filsafat akan memusatkan perhatiannya pada pemikiran-pemikiran para filosuf, ahli sejarah akan poly mengemukakan tokoh-tokoh serta peristiwa-peristiwa masa lampau, para pakar sufi, juga akan menaruh penafsiran hal-hal yg bersifat bathini, begitu juga para ahli fiqh, juga akan memusatkan perhatiannya pada kasus-perkara aturan, lengkap menggunakan cabang-cabangnya dan dalil-dalilnya, yang jua tak tanggal dari dampak mazhab yg diyakininya. Dan seluruh Penafsir, sangatlah dipengaruhi sang tempat serta zaman mereka hayati.

Comments