PENGERTIAN BELAJAR MENURUT PSIKOLOGI KOGNITIF
Pengertian Belajar Menurut Psikologi Kognitif
Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajr menjadi proses interaksi stimulus-respon-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkahlaku seseorang nir hanya dikontrol oleh Reward dan reinforcement. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitif. Menurut pendapat mereka, tingkah laku seorang senantiasa berdasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan seseorang terlibat langsung pada situsi itu dan memperoleh insight buat pemecahan kasus. Jadi kaun kognitif berpandangan, bahwa tingkahlaku seorang lebih bergantung kepada insight terhadap interaksi-interaksi yg ada dalam suatu situasi. Keseluruhan merupakan lebih menurut bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus pada pada lingkungan dan faktor-faktor yang menghipnotis pengamatan.
Menurut psikologi kognitif, belajar dicermati menjadi suatu bisnis buat mengerti tentang sesuatu. Usaha buat mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut bisa berupa mencari pengalaman, mencari keterangan, memecahkan masalah, mencermati lingkungan. Mempraktekkan, mengabaikan serta respon-respon yang lainnya guna mencapai tujuan. Para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dipunyai sebelumnya, sangat memilih terhadap perolehan belajar :yg berhasil dipelajari yg berhasil diingat dan yang gampang dilupakan.
Salah satu teori belajar yang berasal berdasarkan psikologi kognitif merupakan teori pemerosesan berita. Menurut teori ini, belajar dicermati sebagaoi proses pengolahaninformasi pada otak manusia. Sedangkan pengolahan sang otak manusia sendiri dimulai dengan pengatan (penginderaan) atas informasi yang berada pada lingkungan manusia, penyimpanan (baik buat jangka ketika pendek juga panjang), penyimpanan / pengkodean / penyadian terhadap berita-liputan yg tersimpan, serta sesudah menciptakan pengertian, kemudian dimuntahkan kembalii oleh pembelajar.
Menurut teori ini suatu warta yang berasal menurut lingkungan pembelajar, dalam awalnya diterima oleh reseptor. Reseptor-sreseptor tadi memberikan simbol-simbol fakta yang ia terima, dan lalu diteruskan ke registor penginderaan yg masih ada dalam saraf pusat. Dengan demikian, fakta-liputan yang diterima sang registor penginderaan sudah mengalami transformasi.
Informasi yg masuk ke dalam syaraf pusat tersdebut lalu disimpan pada ketika pendek. Informasi-liputan yang disimpan dalam waktu sementara waktu ini, sebagian diantaranya diteruskan ke memori jangka pendek, sedangkan selebihnya hilang menurut sistem. Proses pereduksian seperti ini dikenal juga dengan persepsi selektif. Sementara memori jangka pendek lazim jua dikenal menggunakan memori kerja serta kesadaran. Kapasitas memori jangka pendek ini amat terbatas, waktunya juga pendek.
Informasi pada memori jangka pendek bisa ditranspormasi dalam bentuk kode-kode serta selanjutnya, diteruskan ke memori jangka panjang. Saat transpormasi, informasi-informasi baru terintegrasi menggunakan informasi-liputan lama yg telah tersimpan dalam memori jangka panjang bertahan usang, dan disiapkan untuk digunakan pada kemudian hari.
Pengeluaran pulang atas keterangan-informasi yg terseimpan dalam memori jangka panjang adalah menggunakan pemanggilan. Dalam pikiran yang sadar, warta mengalir berdasarkan memori jangka panjang ke memori jangka pendek, dan lalu kegenerator respon. Sementara buat respon otomatis, kabar mengalir eksklusif menurut memori jangka panjang kegenerator respon selama pemanggilan.dari psikologi belajr kognitif, reinforcemen sangat krusial jua dalam belajar, meskipun alasan yg dikemukakan tidak sinkron menggunakan psikologi behavioristik. Sebab, manakala dari psikolog behavioristik reinforcemen berfungsi sebagai pemerkuat respon atau tingkah laku , maka dari psikolog kognitif, berfungsi sebagai asal umpan balik , megurangi keragu-raguan sampai menunjuk pada pengertian.
Teori kognitif berpijak pada tiga hal yaitu :
(1) Perantara sentral (central intermediaries)
(dua) Proses-proses pusat otak (central brain), misalnya ingatan atau ekpektasi adalah integrator tingkah laku yang bertujuan. Pendapat ini menurut dalam inferensi tingkah laris yang tampak (diamati)
(3) Pertanyaan mengenai apa yg dipelajari ? Jawabannya merupakan struktur kognitif, bahwa yang dipelajari merupakan berita, kita mengetahui dimana adanya, yg mengetahui altemate routes illustratis cognitive structure . Variabel tingkah laris non habitual merupakan struktur kognitif sebagai bagian dari apa yang dipelajari.
(4) Pemahaman dalam pemecahan perkara. Pemecahan suatu masalah merupakan dengan cara menyajikan pengalaman lampau pada bentuk struktur perseptual yang mendasari terjadinya insight (pemahaman) pada mana adanya pemgetian tentang hubungan-hubungan yang essensial. Perferensi yg digunakan adalah the contemporary structuring of the masalah.
Prinsip-prinsip belajar teori kognitif :
(1) Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukkan kepada murid merupakan syarat belajar yang krusial. Suatu kasus belajar yang trstruktur serta tersaji upaya citra-citra yang esensial terbuka terhadap inspeksi dari murid.
(dua) Organisasi pengetahuan wajib merupakan sesuatu fundamental bagi pengajar atau perencana pendidikan. Susunanya dari yg sederhana ke yg kompleks, pada arti dari holistik yg sederhana ke keseluruhan yang lebih kompleks. Masalah bagian keseluruhan merupakan kasus organisasi dan tidak bertalian dengan teori pola kompleksitas. Sesuai menggunakan pandangan mengenai pertumbuhan kognitif, maka organisasi pengetahuan tergantung dalam taraf perkembangan anak didik.
(3) Belajar menggunakan pemahaman (understanding) adalah lebih permanen (menetap) dan lebih memungkinkan buat ditransferkan, dibandingkan menggunakan rte leaming atau belajar menggunakan formula. Berbeda menggunakan teori stimulus respon, teori yg menitikberatkan dalam pentingnya kebermaknaan pada belajar serta mengingat (retention).
(4) Umpan balik kognitif mempertunjukkan pengetahuan yang sahih dan tepat dan mengoreksi kesalahan belajr. Siswa menerima atau menolak sesuatu dari konsekuensi berdasarkan apa yg sudah diperbuatnya. Dalam hal ini kognitif setara menggunakan penguatan (reinforcement) pada S-R theory, namun teori kognitif cenderung menempatkan titik beratnya dalam pengujian hipotesis melalui umpan kembali.
(5) Penetapan tujuan (goal setting) penting menjadi motivasi belajar. Keberhasilan serta kegagalan sebagai hal yang memilih cara tetapkan tujuan buat saat yg akan datang.
(6) Berfikir defergen menuju ke ditemukannya pemecahan perkara atau terciptanya produk yg berilai serta menyenagkan. Berbeda dengan berfikir konvergen yang menuju ke menerima jawaban-jawaban yang benar secara logika. Berfikir defergen menuntut dukungan (umpan balik ) bagi upaya belum pasti seseoranbg yang asli agar agar dia dapat mengamati dirinya menjadi kreatif potensial.
Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin
Bertolak berdasarkan inovasi Gestalt Psychology, Kurt Lewin (1892-1947) menyebarkan suatu teori belajar cognitive field menggunakan menaruh perhatian kepadakepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing-mading individu berada di pada suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya : orang-orang yang beliau jumpai, objek materiil yg beliau hadapi, dan fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki. Lewin beropini, bahwa tingkah laku adalah hasil hubungan antar kekuatan-kekuatan, baik dalam diri individu misalnya tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, juga menurut luar diri individu misalnya sebagai akibat menurut perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu merupakan hasil dari dua macam kekuatan, satu berdasarkan struktur medan kognisi itu sendiri, yg lainnya menurut kebutuhan serta motivasi intemal individu. Lewin menaruh peranan yg lehih penting pada motivasi dari reward.
Teori Belajar Cognitive Development dari Piaget
Dalam teorinya Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai kegiatan gradual menurut fungsi intelektual menurut konkret menuju abstrak.
Piaget adalah seorang psikolog developmental lantaran penelitiannya mengenai tahap-termin perkembangan langsung dan perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajr individu. Dia adalah salah seorang psikolog suatu teori komperhensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berfikir. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya nir ada. Pertumbuhan intelektual merupakan tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Apabila pakar hayati menekankan penjelasan mengenai pertumbuhan struktur memungkinkan individu mengalami penyesuaian diri menggunakan lingkungna, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain. Piaget menyelidiki perkara yg sama dari segi penyesuaian / adaptasi manusia serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi dari dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di pada individu dampak interaksinya menggunakan lingkungan.
Piage memakai kata scheme secara interchageably, Piaget memakai kata scheme secara interchangeably menggunakan kata struktur. Scheme merupakan pola tingkah laris yang dapat diulangulang. Scheme berhubungan dengan :
- Refleks-refleks pembawaan, contohnya bemafas, makan, minum
- Scheme mental, contohnya scheme of classifkation, scheme of operation (pola tingkah laku yg masih sukar diamati misalnya sikap), scheme of operation (pola tingkah laris yang dapat diamati).
Menurut Piaget, intelegensiitu sendiri terdiri dari 3 aspek yaitu :
a. Struktur, disebut juga scheme misalnya yg dikemukakan di atas.
b. Isi dianggap juga content, yaitu pola tingkah laku khusus tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
c. Fungsi, disebut juga fungcion, yg herbi cara seorang mencapai kemajuan intelektual, fungsi itu sendiri terdiri berdasarkan 2 macam fungsi invarian, yaitu organisasi serta adaptasi.
- Organisasi, berupa kecakapan seorang / organisme dalam menyusun proses-proses fisik serta psikis pada bentu sistem-sistem yang koheren.
- Adaptasi, yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya. Adaptasiini terdiri dari 2 macam proses komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi.
- Asimilasi : Proses penggunaan struktur atau kemampuan individu buat menghadapi masalah pada lingkungannya.
- Akomodasi : Proses perubahanrespon individu terhadap stimuli lingkungannya.
Dengan penjelasan seperti pada atas dapatlah kita ketahui mengenai bagaimana terjadinya pertumbuhan serta perkembangan individu.
Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yg konstan berdasarkan adanya equlibrium-equilibrium. Jika individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan bisa mencapai taraf perkembangan intelektual yg lebih tinggi. Pengaplikasian di dlaam belajar, perkembangan kognitif bergantung kepada komodasi. Kepada anak didik wajib diberikan suatu area yg belum diketahui agar dia dapat belajar, lantaran dia tak bisa belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak bisa menggantngkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha buat dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yg akan mempermudahpertumbuhan kognitif.
Jadi secara singkat bisa dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content, serta function. Anak yg sedang mengalami perkembangan. Struktur dan kontent intelektualnya berubah / berkembang. Fungsi serta adaptasi akan mtersusun sehingga berubah / berkembang. Fungsi serta adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan, masing-masing mempunyai struktur psikologis spesifik yg menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan inteligensi merupakan sejumlah struktur piskologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
Tahap-tahap Perkembangan
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mensugesti transisi tahap perkembangan anak, yaitu :
1. Kematangan
2. Pengalaman fisik / lingkungan
3. Transmisi sosial
4. Equilibrium atau self regulation
Selanjutnya dia membagi taraf-tingkat perkembangan
1. Tingkat sensori motoris 0.0 – dua.0 Tiap
2. Taraf preoperasinal 2.0 – 7.0 anak
3. Tingkat operasi nyata 7.0 – 11.0 ber-
4. Tingkat operasi formal 11.0 - beda
Penjelasan :
1. Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan buat membentuk tingkah laris yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi mengenai objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya.
2. Tingkat preoperasional anak mulai ada pertumbuhan kognitifnya, namun masih terbatas dalam hal-hal yg bisa ia jumpai (dicermati) pada dalam lingkungannya saja. Baru pada menjelang akhir tahun ke-dua anak telah mulai mengenal simbol / nama. Dalam interaksi ini Philips (1969) membagi atas :
1. Concreteness
2. Interversibility
3. Centering, (ini tampak adanya egocentisme)
4. State vs transformation, dan
5. Transductive reasoning
1. Tingkat operasi konkret
anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yg abstrak. Kecakapan kognitif anak :
(1) Combinativy classifkation
(2) Reversibility
(3) Associativity
(4) Identity
(5) Serializing
Anak mulai kurang egocentrisme-nya dan lebih sociocentris (anak mulai membentuk peer class)
2. Tingkat operasi formal
Anak telah memiliki pemikiran tak berbentuk dalam bentuk-bentuk kompleks. Flavell (1963) memberikan ciri-karakteristik sebagai berikut :
a. Pada pemikiran anak remaja merupakan hypothetko-deductive.
Ia sudah bisa membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problema dan menciptakan keputusan terhadap problema itu secara sempurna, tetapi anak kecil belum bisa menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima.
b. Periode propositional thinking
Remaja telah bisa meberikan statemen atu proposisi dari pada data yg konkret. Tetapi kaang-kadang ia berhadapan menggunakan proporsi yg bertentangan menggunakan kabar.
c. Periode combinatorial thinking
Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan duduk perkara ia telah bisa memisahkan faktor-faktor yg menyangkut dirinya dan mengkombinasi faktor-faktor itu.
Jerome bruner dengan Discovely Leaming-nya
Yang sebagai dasar inspirasi J. Bruner artinya pendapat menurut Piaget yg menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di pada belajr di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara menggunakan apa yang disebutnya discovery leeaming, yaitu dimana siswa mengorganisasi bahan yang dipelajari menggunakan suatu bentuk akhir. Prosedor ini tidak sama dengan reception leaming atau expositoryteaching, dimana guru menampakan berita dan anak didik wajib menyelidiki semua bahan / informasi itu.
Banyak pendapat yg mendunkung discovery leaming itu, antara lain J. Dewey (1933) menggunakan complete art of reflective activity aau dikenal dengan duduk perkara solving. Ide Bruner itu ditulis pada bukunya Process of Education. Di dalam buku itu beliau melaporkkan output berdasarkan suatu konferensi diantara suatu para pakar science. Ahli sekolah / pengajaran serta pendidik tentang pedagogi science. Dalam hal ini /beliau mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran bisa diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pedagogi hendaknya bisa diberikan melalui cara-cara yang bermakna, serta makin meningkat ke arah yg tak berbentuk.
Bruner mendapat pertanyaan, bagaimana kita dapat mengembangkan program pedagogi yg lebih efektif bagi anak yg muda ? Jawaban Bruner ialah dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan itu, yg sinkron dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkatt kamajuan anak (anactive) ke representasi konret (konek) dan akhirnya ke taraf representasi yang abstrak (symbolk). Demikian jua dalam penyesuaian kurikulum. Pemyataan lain serta process of education ialah mengenai bagaimana mata pelajaran itu wajib diajarkan. Kurikulum menurut suatu mata pelajaran harus ditentukan oleh pengertian yg sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai menurut prinsip-prinsip yang menaruh struktur bagi mata pelajaran itu. Maka di dalam mengajar wajib dapat diberikan kepada anak didik struktur dari mata pelajaran itu, siswa wajib mengusut prinsip-prinsip itu sehingga terbentuklah suatu disiplin. Sekali siswa mengetahui prinsip itu beliau dilema di pada disiplin itu. Bruner menyebutkan hendaknya guru wajib memberikan kesempatan kepada muridnya buat sebagai seorang dilema solver, seseorang scientist, historin, atau ahli matematika.biarkanlah anak didik-anak didik kita menemukan arti bagi diri mereka endiri, serta memungkinkan mereka buat mempelajari konsep-konsep pada dalam bahasa yang dimengerti mereka.
the act of discovery menurut Bruner:
1. Adanya suatu kenaikan terencana di pada potensi intelektual.
2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada intrinsik.
3. Murid yang menilik bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery leaming.
4. Murid lebilh senang mengingat-ingat fakta .
Comments
Post a Comment