MENGENAL AGAMA BUMI DAN AGAMA WAHYU YANG ADA DI DUNIA

Cara flexi---Warga belajar serta murid sekalian, pada pembahasan tentang Agama dari kacamata ilmu antropologi kali ini kita akan mencoba mengupas tentang kepercayaan wahyu dan kepercayaan bumi yg terdapat pada dunia ini. Untuk memahami tentang agama bumi dan agam wahyu, ada baiknya disinggung terlebih dahulu pengertian agama seperti yang diuraikan dibawah ini :
1. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepercayaan adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau jua disebut menggunakan nama Dewa atau nama lainnya menggunakan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian menggunakan kepercayaan tersebut.
Kata "kepercayaan " berasal menurut bahasa Sansekerta yg berarti "tradisi" sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang dari berdasarkan bahasa Latin dan dari dari istilah kerja "re-ligare" yang berarti "mengikat balik ". Maksudnya dengan berreligi, seorang mengikat dirinya pada Tuhan..
2. Cara-cara Beragama
Jika dilihat menurut caranya, beragama bisa dibedakan sebagai berikut :
a. Cara Tradisional, yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur atau orang-orang berdasarkan angkatan sebelumnya. Pada umumnya bertenaga dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yg baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar kepercayaan , bahkan tidak terdapat minat. Dengan demikian kurang dalam mempertinggi ilmu amal keagamaannya.
b. Cara Formal, yaitu cara beragama dari formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini umumnya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya imbas. Pada umumnya nir kuat pada beragama. Praktis mengubah cara beragamanya bila berpindah lingkungan atau rakyat yg tidak sama dengan cara beragamanya. Mudah bertukar kepercayaan jika mereka memasuki lingkungan atau masyarakat yg lain agamanya. Mereka terdapat minat menaikkan ilmu serta amal keagamaannya akan namun hanya tentang hal-hal yg mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatanya.
c. Cara Rasional, yaitu cara beragama dari penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha tahu serta menghayati ajaran agamanya menggunakan pengetahuan, ilmu serta pengamalannya. Mereka mampu asal dari orang yg beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
d. Cara Metode Pendahuluan, yaitu cara beragama menurut penggunaan logika dah hati (perasaan) pada bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha tahu serta menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu pada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran orisinil yang dibawa sang utusan dari sesembahannya semisal nNabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan serta bersabar (berpegang teguh) dengan itu seluruh.



Agama Bumi

Agama bumi dianggap juga kepercayaan wad'i (natural Religion) adalah kepercayaan yg bersumber pada nalar, pikiran, dan konduite insan, sehingga diklaim pula kepercayaan budaya. Agama bumi lahir berdasarkan filsafat masyarakat, baik yang dari berdasarkan para pemimpin masyarakat atau berdasarkan para pengajur kepercayaan yang besangkutan.

1. Karakteristik Agama Bumi
Pada mulanya, kepercayaan bumi muncul pada kalangan orang-orang atau rakyat sederhana, agama ini memuat keyakinan kepada sejumlah kekuatan yang terdapat di luar manusia menjadi tempat buat memohon petunjuk manakala mereka menghadapi waktu-waktu kritis. Kekuatan-kekuatan tersebut bisa saja menjadi roh orang yang telah mangkat ; makhluk halus yg menghuni gunung, batu akbar, pohon besar , pada hewan eksklusif atau segala makhluk yg tidak berwujud.
Kepercayaan terhadap makhluk-mahkluk halus tersebut dikenal menggunakan sebutan Animisme. Berbeda dengan agama dalam Ma'na yaitu kekuatan supernatural yg dimanifestasikan dalam individu eksklusif tau dalam benda yg dipercaya memiliki kekuatan luar biasa dan keajaiban. Sampai sekarang, jenis agama ini dihubungkan dengan rakyat yg masih kolot, diklaim tribal religions pada muka bumi. Setiap warga pada permukaan bumi ini kadangkala harus memahami, adanya kekuatan pada luar kekuatan manusi, terutama setiap fenomena alam yang terjadi di sekitar kehidupannya, seperti gempa bumi, angin ribut, halilintar, hujan lebat, dan lain-lain. Kekuatan tersebut bisa dianggap menjadi kekuatan mistik, karena manusia nir bisa berbuat hal buat memunculkan fenomena alam semacam itu.
Pada rakyat sederhana masih ada suatu keteraturan melalui nilai-nilai atau norma-norma yang dilandasi oleh adanya agama bersama terhadap sesuatu yg dipercaya gaib dan bisa mempersatukan tiap bagian warga . Kepercayaan beserta pada bentuk religi ini merupaka suatu pengakuan yang mengakibatkan adanya saling ketergantungan di antara masyarakat warga dalam hal agama mereka. Hal ini terntu saja tidak sama dengan warga yang sudah mengalami kemajuan. Masyarakat sederhana seperti ini memiliki ikatan nilai serta kebiasaan yang sangat erat menggunakan berpedoman dalam religinya. Religi yg dimiliki masyarakat sederhana ini nampaknya membantu terwujudnya solidarits sosial bagi mereka yang terlibat pada dalamnya.
Religi menurut Emile Durkheim adalah ....suatu sistem terpadu mengenai agama-kepercayaan , praktik-praktik yang berhubungan dengan benda-benda kudus ... Benda-benda spesifik atau terlarang - agama dan praktik-praktik yg menyatu pada satu komunitas yg diklaim umat, semuanya yang berhubungan dengan itu.
Kegiatan yang dilakukan rakyat pada rangka aktivitas religi memerlukan suatu alat yang dipercaya kudus dalam bentuk simbol yg diyakini bersam yang memiliki suatu kekuatan yg dapat mempersatukan kehidupan mereka yg diklaim Totem. Totem adalah nama atau lambang klan itu, serta mereka percaya bahwa benda totem itu mewujudkan prinsip totem yang kudus, atau apa yang diklaim mana. Ternyata suatu grup masyarakat yg dilandasi sang relasi pada bentuk kaln mempunyai totem masing-masing yang dijadikan pengikat solidaritas sosial yg mekanik.
Emile Durkheim menyatakan bahwa totem merupakan : ...simbol masyarakat yang dianggap klan. (Simbolnya) itu adalah benderanya ...dewa klan, prinsip totemik kemudian nir bisa lain berdasarkan pada klan itu sendiri, terjelma dam terwakili dalam khayalan melalui bentuk-bentuk binatang atau sayur mayur yg bisa dipandang, yang mereka perlakukan sebagai totem.
Dengan demikian, bahwa sistem totem sebagai religi yang hayati pada rakyat primitif, sudah menaruh suatu keyakinan yg pada terhadap kehidupan kelompoknya, sebagai akibatnya dimanapun mereka berada akan permanen manunggal pada totem yang sama dan akan berkumpul pada waktu-waktu eksklusif dalam upacara keagamaan yang dilaksanakan sang klannya, sehingga totem ini menjadi alat integrasi sosial ke pada bagi kehidupan warga .
Religi melalui totemismenya, berbeda dengan mentalitas sederhana (primitif), pemikiran mengenai mentalitas sederhana yg dimiliki oleh individu yang masih ada pada suatu kelompok masyarakat akan dipengaruhi sang citra-citra kolektif pada mana yg bersangkutan berada.
Dalam kehidupan rakyat sederhana menegaskan bahwa eksistensi individu serta pemikirannya terhadap suatu hal tergantung pada masyarakatnya, lantaran masyarakatlah yang memberikan pengetahuan dan konsep-konsep kehidupan sebagai suatu kenyataan sosial juga fenomena alam dalam individu. Dalam hal menanggapi gambaran-citra kolektif berdasarkan suatu kenyataan, bagi warga selalu bersifat mistis atau adanya suatu kekuatan yang supra-natural dari setiap kejadina yang berlangsung pada alam.
Religi dalam hal kepercayaan kolektif yang dimiliki rakyat, yaitu sama-sama adanya suatu agama yg dilandasi sang adanya kekuatan supra-natural yg dihasilkan oleh kenyataan alam yg ada pada lingkungan kehidupan warga sederhana, kemudian ditanggapinya menjadi suatu citra kolektif serta yakini bersama, keduanya menekankan bahwa kehidupan masyarakat akan menentukan eksistensi individu, begitu juga bahwa religi yang dianut individu sebagai hasil menurut keyakinan yang dianut bersama dalam warga .
Adapula pendapat bahwa religi timbul dimulai berdasarkan adanya magic melalui pengobatan-pengobatan yg dilakukan oleh dukun terhadap setiap warga masyarakat yg sakit. Kesembuhan berdasarkan adanya sakit tadi menjadi suatu pertolongan yang dilakukan oleh roh leluhur rakyat yg membantu dan melindungi warganya melalu perantaraan dukun yg bersangkutan. Dukun sihir menaruh keyakinan terhadap warga akan adanya kekuatan ghaib yang dimilikinya, terutama dalam hal pengobatan dampak adanya gangguan-gangguan berdasarkan makhluk lain. Religi yg terdapat dalam kehidupan masyarakat tidak tanggal menurut adanya simbol religi.
Dalam hal ini terdapat keselarasan antara dukun yg mengobati dengan pasien melalui mitos dan kasi yang dilakukan sang keduanya. Munculnya mitos pada kehidupan warga selalu dihubungkan dengan keadaan masa kemudian yg penuh dengan kepahlawanan dan mitos ini memberikan jalan keluar daei keadaan yg stress. Mitos dalam kehidupan rakyat tidak terlepas dari adanya suatu keyakinan akan insiden-kejadian pada masa lampu yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan, tetapi adanya keyakinana rakyat akan adanya religi yg mempercayai mitos tentu mempunyai tingkatan yg lebih tinggi dibandingkan menggunakan pengertian religi sebelumnya.
 
Kembali kita memahami akan kemunculan religi yg hidup pada warga sederhana atau primitif, nir lain lantaran adanya kenyataan alam, diluar jangkauan serta keterbatasan pemikiran insan pada menjawab fenomena tersebut, sebagai akibatnya mereka menduga adanya kekuatan dahsyat yg nir dapat ditaklukan oleh kekuatan insan. Hal itu sebagai kekuatan supra-natural, sebagai akibatnya wajib dihormati dan dipuja agar menaruh proteksi dan berkah bagi insan dan masyarakatnya. 


Pada hakikatnya tindakan hal-hal gaib ini adalah penyempurnaan bagi bisnis-usaha biasa berdasarkan manusia. Ternyata kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib di luar jangkauan insan merupakan kekuatan sebagai penyelaras hubungan manusia menggunakan alam dan menjadi pengawas terhadap tingkah laku manusia dengan sesamanya juga dengan alam melalui norma-kebiasaan yang dihasilkannya, baik pada bentuk anjuran, keharusan, maupun larangan.

Manusia mempunyai rasa takut apabila melanggar kebiasaan yg telah ditetapkan, dan setiap pelanggaran yang dilakukan dapat mendatangkan bencana tidak saja kepada si pelanggar, juga kepada orang lain pada kelompoknya bahkan bagi seluruh warga . Sehingga insan senantiasa mentaati kebiasaan yg terdapat serta menjaga keselarasan hidup pada alam.
Religi yang dilakukan insan hubungannya dengan fenomena alam, apabila diurutkan, maka harus memenuhi 3 faktor, yaitu :
  1. alat-alat yg digunakan, pada bentuk wujud yang dicita-citakan individu atau rakyat menjadi lambang menurut suatu agama eksklusif;
  2. cara pada melakukan ritual yg berhubungan dengan religi, Ritual menjadi upacara keagamaan senantiasa dilakukan buat menghormati yang rakyat puja, baik terhadap roh nenek moyang, ilahi, ataupun totem yg memberikan kehidupan bagi mereka; dan
  3. Mantera-mantera yg diciptakan sebagai penguat keyakinan mereka terhadap hal-hal yang dianggap gaib. Mantera ini di rakyat dapat saja dalam bentuk karya sastra yang berfungsi juga sebagai mantera penyembuh, mantera pesugihan, matera penolak bala, matera kesuburan serta lain-lain.

Ketigafaktor tersebut adalah norma dalam menjalankan religi dan mempunyai nilai magis yg dipercaya memiliki kekuatan bagi yg menggunakannya. Adapun kekuatan tersebut mempunyai sifat masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat menjadikannya menjadi ajimat yg mempunyai kekuatan mistik siap digunakan setiap waktu. Kekuatan tersebut mencakup :
a. Bersifat menghancurkan pada bentuk kerusakan, penyakit, dan kematian;
b. Bersifat melindungi bagi yang menggunakannya baik dalam menghadapi tantangan alam, gangguan serta hewan buas, maupun gangguan dari manusia lain yg dapat merongrong harta milik eksklusif; dan
c, bersifat produktif, yaitu buat menghasilkan suatu barang atau jasa guna menunjang perekonomian keluarga tau masyarakat seperti berburu, panen, minta hujan, minta jodoh, serta lain-lain.
Untuk memperjelas magis serta religi perlu kembali dipertegas yaitu: Apabila insan itu disalurkan kepada suatu perilaku rohani yg mengabdi yang menghamba terhadap kekuasaan-kekuasaan atas alam, maka kita namakan religi. Sedang istilah magi menyatakan kemauan untuk menguasainya. 
Dengan demikian, bahwa religi lebih menekankan pada penyerahan diri terhadap yg diyakini masyarakat, sedangkan magis lebih menekankan dalam bentuk dominasi 3 faktor religi, misalnya : yang bersifat menghancurkan, bersifat melindungi, serta produktif.
Pada dasarnya insan itu hidup bagi masyarakat sederhana dipercaya memiliki serba keterbatasan dari kekuatan alam yg dipercaya dahsyat, sehingga menjadi nir berdaya terhadap hal itu, sebagai akibatnya munculah keyakinan terhadap kekuatan lain yg nir mungkin dimiliki manusia. Adanya ketidak mampuan seperti di atas, maka insan mempercayai adanya kekuatan mistik yang dipercaya bisa mengatasi, menyelematkan, atau membantu insan. Dengan demikian, bahwa adanya agama terhadap kekuatan mistik yg dibuat sudah dianggap menjadi jalan keluar buat menjawab setiap rahasia serta tantangan alam yg terdapat disekitar manusia.    
2. Agama Budaya
Di samping itu, bahwa keluarnya agama budaya dalam pikiran insan ditimbulkan oleh adanya getaran jiwa yg diklaim emosi keagamaan. Muncul emosi keagamaan lantaran setiam insan pernah mengalaminya, walaupun getarannya hanya sesaat lalu menghilang. Adanya emosi keagamaan menyebabkan insan seolah-olah terpesona oleh benda, tindakan, dan gagasan yang dianggap memiliki kekuatan luar biasa, sebagai akibatnya dipercaya memiliki nilai keramat serta dianggap suci, lalu mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yg bersifat religi.
Di pada agama budaya masih ada unsur-unsur yg dipertahankan dan dilaksanakan oleh para penganutnya, yaitu :
a. Memelihara emosi keagamaan
b. Konfiden serta percaya dalam yg gaib
c. Melakukan program serta upacara tertentu
d. Mempunyai sejumlah pengikut yang mentaati.
Keempat unsur tersebut saling bertautan, yg kesemuanya berdasarkan dalam kepercayaan terhadap hal yg gaib, yang ditakuti serta disayangi, yang dianggap., Tuhan, Dewa, Roh, atau makhluk halus, yg bersifat dursila maupun yang bersifat baik.
Pewarisan kepercayaan pada masyarakat sederhana yg berasal berdasarkan emosi keagamaan diturunkan dan diwariskan kepada penerusnya melalui ungkapan, cerita berirama, dongeng-dongeng suci, dan sebagainya. Pewarisan agama budaya seperti ini dilakukan secara ekspresi, sedangkan pada masyarakat yg lebih maju dan telah mengenal tulisan umumnya sudah terdokumentasikan melalui goresan pena pada atas daun, kulit kayu, bambu, kulit hewan, bahkan kertas serta dibukukan menjadi kitab atau buku kudus yg dikeramatkan.
Agam budaya timbul berdasarkan hasil pemikiran masyarakat menjadi filsafat agama yang bersangkutan, pada dalamnya termasuk kepercayaan yang dianut sang masyarakat yang masih sederhana atau tradisional. Agama budaya atau Wad'i nir memiliki pegangan kitab suci yang berisi firman Allah dan tidak dari pada ajaran yg dibawa oleh para Rasul  misalnya pada agama Wahyu (Baca Mengenal Agama Wahyu).
3. Ciri-karakteristik Agama Bumi
Berdasarkan uraian serta penjelasan tentang kepercayaan bumi di atas, maka ciri-karakteristik kepercayaan bumi dapat kita lihat merupakan menjadi berikut :
a. Konsep ketuhanannya nir monotheis, bahkan nir jelas
b. Tidak disampaikan oleh rasul Allah menjadi utusannya,
c. Kitab suci bukan berdasarkan wahyu Tuhan,
d. Dapat berubah dengan terjadinya perubahan kehidupan warga dan penganutnya,
e. Kebenaran ajaran dasarnya nir tahan kritik terhadap akan manusia
f.  Sistem merasa serta berfikir sama dengan sistem merasa serta berfikir kehidupan rakyat penganutnya.
Baca selanjutnya.... Dalam Artikel.... Mengenal Agama Wahyu di Sini !!                    

Comments