SEJARAH KERAJAANKERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Warga belajar serta anak didik--sekalian, dalam pembahasan materi Pelajaran sejarah kali ini kita akan membahas mengenai sejarah kerajaan-kerajaan Islam pada Indonesia. Ada beberapa kerajaan Islam yg bisa ditemukan menurut jejak sejarah yg dimulai menurut masuknya agama Islam di Nusantara ini.
1. Masuknya agama Islam pada Indonesia
Warga Belajar dan murid--sekalian, pernahkah kalian mendengar cerita tentang kapan agama Islam masuk ke kepulauan Nusantara dan apa sebabnya Islam berkembang pesat serta gampang diterima oleh penduduk Indonesia? Perlu Anda ketahui bahwa kepercayaan Islam masuk serta berkembang pada Indonesia menggunakan jalan damai dan tanpa kekerasan atau paksaaan.
Masuknya agama Islam pada Indonesia sangat erat kaitannya menggunakan aktivitas pelayaran serta perdagangan pada masa lampau. Kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di perairan nusantara sudah berlangsung semenjak awal tahun Masehi. Pada ketika itu banyak pedagang dari India serta Cina yg mengadakan interaksi dagang menggunakan pedagang-pedagang Indonesia. Kegiatan pelayaran serta perdagangan ini semakin hari semakin berkembang ramai. Selanjutnya dalam kurang lebih abad ke-7 dan 8 pedagang-pedagang Islam menurut Timur Tengah poly yang datang berlayar ke selat Malaka sampai ke perairan Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia sudah berdiri kerajaan populer bernama Sriwijaya. Lantaran Sriwijaya waktu itu adalah bandar terbesar, tempat singgah dan bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa para pedagang menurut kepulauan Nusantara juga dari luar, maka kemungkinan akbar termasuk para pedagang berdasarkan Timur Tengah yang singgah jua di Sriwijaya. Oleh sebab itu para pedagang Islam yang telah mengenal Sriwijaya menjelaskan Sriwijaya dengan kata Zabag atau Zabay.
Berkembangnya hubungan perdagangan antara pedagang-pedagang Islam menggunakan pedagang-pedagang Indonesia membawa pengaruh masuknya kepercayaan Islam ke Indonesia.
Pada umumnya para pedagang Islam sambil berdagang mereka memperkenalkan atau mengajarkan jua kepercayaan Islam pada pedagang maupun penduduk setempat. Melalui hubungan dagang inilah penduduk Indonesia mengenal ajaran agama Islam buat selanjutnya secara sadar mereka memeluk kepercayaan Islam.
Sekitar abad ke - 11 Islam sudah sampai pula di pulau Jawa. Keterangan ini diperoleh menurut bukti ditemukan sebuah batu nisan (makam) yg bertuliskan alfabet Arab. Batu nisan yang berangka tahun 1082 ditemukan pada Lereng (dekat Gresik). Tulisan pada batu nisan ini memuat berita tentang wafatnya seseorang wanita bernama Fatimah binti Maimun.
Keterangan lain tentang berkembangnya kepercayaan Islam pada Indonesia bersumber menurut catatan bepergian seseorang yang bernama Marco Polo (1992). Dia merupakan seseorang musafir dari Venesia, Italia. Dalam bepergian menuju Tiongkok (Cina yg ditempuh melalui bahari, Marco Polo singgah pada Aceh Utara. Dari persinggahannya itu beliau menceritakan bahwa di Perlak poly penduduk yang beragama Islam dan poly pula pedagang dari Gujarat (India) yang ulet menyiarkan kepercayaan Islam.
Berdasarkan kabar tersebut pada atas, kentara bahwa selain pedagang-pedagang menurut Gujarat (India) yang aktif menyiarkan agama Islam pada kepulauan Nusantara. Perlu diketahui bahwa pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 sudah menganut Islam.
Agama-kepercayaan Islam mula-mula berkembang di kota-kota dagang atau disekitar bandar loka persinggahan dalam pedagang Islam. Daerah yg mula-mula sebagai daerah Islam adalah Perlak dan Samudra Pasai. Kemudian meluas ke pulau Jawa seperti Gresik. Tuban, Demak, Cirebon dan Banten. Seharusnya ke pulau lainnya (Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya).
2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Berkembangnya kepercayaan Islam secara cepat serta meluas pada Indonesia terutama di wilayah pesisir lantaran adanya hubungan dagang antara pedagang Islam menggunakan pedagang Indonesia. Para pedagang Islam dari Gujarat dalam menyiarkan kepercayaan Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau kekerasan. Sehingga poly pedagang juga penduduk Indonesia dalam masal lampau yang tertarik pada Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal kasta.
Makin kuatnya efek Islam di kalangan penduduk mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam terkenal pada Indonesia dalam masa lampau bisa dijelaskan pada bawah ini.
a. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus sebagai raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh. Letak kerajaan berada di wilayah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian dalam tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat buat melanjutkan pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad yg bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai menerima kunjungan Ibnu Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai adalah bandar primer pelabuhan yg sangat krusial. Karena di pelabuhan ini sebagai tempat bongkar muat barang-barang dagangan yg dibawa sang para pedagang dari dalam dan luar negeri (India serta Cina).  
b. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam pertama pada Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia sebenarnya merupakan keliru seorang bupati pada kerajaan Majapahit yang berkedudukan di Demak serta telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah. Keadaan ini mendorong Raden Patah buat mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti Raden Patah telah melepaskan diri berdasarkan pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat dukungan jua menurut daerah-wilayah lain di Jawa Timur yang telah Islam misalnya Jepara. Tuban dan Gresik.

 Dalam waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan akbar. Di samping itu Demak menjadi pusat penyiaran agama Islam. Apalagi sehabis malaka Jatuh (dikuasai) sang Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Lantaran hal itu adalah ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak mengirim armada tentaranya dipimpin sang Pati Unus buat mengusir Portugis pada Malaka mengalami kegagalan. Hal ini ditimbulkan Potugis memiliki armada lebih kuta serta lengkap.
Meskipun bisnis buat merebut Malaka menurut Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami kegagalan, namun insiden ini patut dibanggakan karena mereka gagah berani menghadapi bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai panglima yg memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor adalah Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian dalam tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun lantaran sehabis itu dia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin sang Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu dalam masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak permanen antipati terhadap penjajah Potugis. Apalagi Portugis terus meluaskan jajahannya sampai ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Portugis datang ke Sunda Kelapa, pelabuhan primer kerajaan Pajajaran. Portugis menjalin kerjasama menggunakan raja Pajajaran menggunakan menciptakan konvensi buat menghadapi pasukan Islam Demak. Portugis merencanakan mendirikan benteng pada Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 kerajaan Islam Demak mengirimkan tentaranya dipimpin sang Fatahilah untuk mengusir serta menghancurkan Potugis yang menduduki Sunda kelapa. Fatahillah beserta tentaranya berhasil mengusir orang-orang Portugis dan menguasai Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti sebagai Jayakarta artinya kemenangan. Sekarang Jayakarta menjadi Jakarta.
Sementara itu Demak berhasil menguasai Jawa Timur. Ekspedisi ke Jawa Timur ini dipimpin langsung sang Sultan Trenggono. Namun dalam serangannya ke Pasuruan Tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono Timbullah pertentangan pada kalangan famili sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yg berhak mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam Demak sesudah Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang senang bertindak sewenang-wenang, sebagai akibatnya banyak adipati yang menentang tindakannya tadi. Joko Tingkir lalu memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
c. Kerajaan Islam Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini merupakan Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia lalu menindahkan sentra kerajaan menurut Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya menggunakan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir merupakan seorang yang senang menghargai pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yg sudah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi bantuan gratis penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah pada Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati pada wilayahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yg memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang sebagai Bupati Mataram memiliki seseorang putra bernama Sutowijoyo. Ia mempunyai talenta di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal menjadi Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu sesudah Kiai Ageng Pemanahan wafat dalam tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan sang Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan berdasarkan Pangeran Benowo yang waktu itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. Pangeran Benowo meminta donasi Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri nir berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang pada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo lantaran nir mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo sentra pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.
d. Kerajaan Islam Mataram
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama Sutowijoyo yg bergelar Panembahan Senopalti Ing Alaga Sayidin Pantagama. Letak kerajaan ini berada pada Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah dikerajaan Mataram, poly bupati yang ingin melepaskan diri berdasarkan kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin melepaskan diri berdasarkan kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon serta Galuh. Tetapi upaya mereka buat melepaskan diri nir behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang kemiliteran berhasil mengatasi seluruh pemberontakan tersebut.
Kemudian pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun demikian dia dinilai sudah berhasil meletakan dasar-dasar yg kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya sehabis Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak.
Pada awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yg masing-masing dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Namun Mas Jolang berhasil memadamkan pemberontakan tadi. Pemberontakan terhadapnya sepertinya belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha menumpas pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan pada Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak sanggup menjalankan tugas pemerintahan lantaran keadaan fisik yg lemah dan sakit-sakitan. Selanjutnya buat meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh Mas Rangsang. Ia ternyata orang bertenaga yang bisa memimpin pemerintahan. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang petanian, kepercayaan dan kebudayaan, Mataram waktu itu adalah kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi pula di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku berjudul Sastra Gending merupakan output karya yang ditulis sang Mas Rangsang sendiri. Wayang menjadi kesenian yang digemari warga berkembang pesat juga.pada masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633) ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan bulan. Oleh karena itu Mas Rangsang menjadi raja yang lebih populer dengan sebutan Sultan Agung.
e. Kerajaan Islam Cirebon
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yg sekaligus menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik menggunakan kerajaan Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat. Selanjutnya beliau digantikan sang putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi sebagai 2 kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Pada masa tadi kedudukan VOC pada Batavia semakin bertenaga. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda dan VOC-nya mengatur siasat menggunakan menerapkan politik adu domba atau Devide et Impera. Hal ini bertujuan buat memperlemah kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah sebagai 2, sang Belanda VOC dipecah lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman serta Kacirebonan.
Dengan terpecahnya kerajaan Islam Cirebon sebagai 3 mengakibatkan kerajaan Islam Cirebon semakin lemah kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda serta VOC buat mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.
f. Kerajaan Islam Banten
Pada tahun 1552 berdiri kerajaan Islam Banten. Pendiri kerajaan ini bernama Hasanuddin. Ia naik tahta sebagai raja pada Banten setelah memperoleh mandat menurut ayahnya Fatahillah. Seperti sudah kita ketahui bahwa Fatahillah dalam mulanya menguasai wilayah Sunda Kelapa, Cirebon serta Banten.
Hasanuddin seperti jua ayahnya, ulet menyiarkan agama Islam. Pada ketika itu kerajaan Pakuan Pajajran masih menganut kepercayaan Hindu. Kerajaan Islam Banten di bawah pemerintahan Hasanuddin makin hari makin kuat kedudukannya. Sementara itu kerajaan Pakuan makin terjepit dan lemah. Meskipun demikian ia nir memanfaatkan buat menyerang kerajaan Pakuan Pajajaran. Tetapi Hasanuddin meluaskan pengaruhnya ke Lampung. Bahkan lalu dia menikah dengan putri Sultan Indrapura. Oleh mertuanya Hasanuddin dihadiahi tanah di wilayah Selebar.
Setelah Hasanuddin wafat digantikan sang putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia meluaskan wilayah kekuasaannya serta menaklukan Pakuan Pajaran (tahun 1579). Kemudian dalam thaun 1580 Pangeran Yusuf wafat.
Setelah wafatnya Pangeran Yusuf, Kerajaan Islam Banten dipimpin sang Maulana Muhammad. Pada tahun 1596 Maulana Muhammad berusaha meluaskan daerah kekuasaannya dengan mencoba menaklukan Palembang yang saat itu sebagai saingan Banten pada bidang perdagangan. Pada ketika itu Palembang diperintah sang Ki Gede Ing Suro yang asal dari Surabaya. Palembang nyaris jatuh ketangan Maulana MUahammad dan pasukannya. Tetapi lantaran Maulana Muhammad gugur di tengah pertempuran, maka agresi dihentikan dan tetara Banten ditarik mundur kembali ke Banten.
Setelah Maulan Muhammad wafat ada persoalan pada kalangan kerajaan karena yg seharusnya menggantikannya adalah putranya, Abdul Mufakkir. Tetapi dalam saat itu Abdul Mufakkir baru berumur lima bulan. Maka pemerintahan sementara dipegang sang seseorang mangkubumi. DAlam perkembangannya lalu timbul orang bertenaga bernama Pangeran Ranamenggala yg mengendalikan Banten mendampingi Abdul Mufakkir yg belum dewasa. Renamenggala wafat tahun 1624.
Kejayaan kerajaan Banten berlangsung kurang lebih tahun 1600. Pada saat itu banten adalah bandar pelabuhan terbesar. Banyak pedagang menurut dalam serta luar pulau Jawa singgah buat membeli maupun menjual lada, cengkeh, dan pala.
Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi semenjak masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir pada mana Belanda terus melakukan blokade-blokade yang mengakibatkan sempitnya ruang mobilitas kerajaan Islam Banten. Walaupun demikian semangar rakyat Banten yg anti penjajah Belanda tetap menyala.
g. Kerajaan Islam Ternate serta Tidore
Pada abad ke-13 pada Maluku telah berdiri beberapa kerajaan misalnya ternate, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata kerajaan ternate dan Tidore yang berkembang lebih maju. Hal ini ditimbulkan output buminya yg berupa rempah-rempah terutama cengkeh. Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara serta Timur tengah yang pergi berlayar ke Ternate. Para saudagar membawa barang-barang dagangan berupa pakaian, beras serta sebagainya buat dipertukarkan dengan rampah-rempah.
Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi kerajaan Islam. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya orang-orang Portugis poly yg tiba berdagang pada Maluku. Tetapi mereka tak jarang berbuat onar misalnya melakukan monopoli dagang secara paksa, bertindak sewenang-wenang, mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri. Akibatnya tak jarang terjadi pertempuran antara penduduk Maluku menggunakan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570 Portugis dengan Sultan Ternate putusan bulat buat melakukan perjanjian hening melalui perundingan . Tetapi Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada pada perundingan , dia pun dibunuh sang orang Portugis atas suruhan gubernur mereka.
Setelah Sultan Harun wafat, beliau digantikan sang putranya bernama Sultan Baabullah. Peristiwa pengkhiantan keji Portugis terhadap Sultan Harun mengakibatkan kemarahan warga Maluku. Terlebih lagi Sultan Baabullah menjadi putranya. Ia bersumpah akan membalas dendam kematian ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari bumi Maluku. Denan semangat yg membara Baabullah memimpin pasukannya bertempur melawan terntara Portugis. Perang berkobar selama 4 tahun lamanya (1570-1574. Akhirnya benteng Portugis pada Ternate berhasil dikuasai Baabullah dan pasukannya. Orang-orang Portugis yang masih hidup menyerah. Kemudian mereka diperintahkan dengan segera angkat kaki berdasarkan Maluku khususnya Ternate. Sehak itu daerah Maluku Utara higienis, nir diganggu lagi oleh orang-orang Portugis. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Ternate mencapai zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore kepercayaan Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya Ternate, kerajaan Tidore berubah sebagai kerajaan Islam Tidore yg dipimpin oleh sultan Tidore. Kedua kerajaan ini dalam mulanya hayati berdampingan secara hening, saling menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis serta Spanyol ke 2 kerajaan ini diadu domba. Sehingga nyaris terjadi petentangan yg menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan kerajaan menyadari hal ini. Mereka nir mau diadu domba dengan bangsa sendiri. Kemudian kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi Portugis.
h. Kerajaan Islam Makassar
Pada abad ke-16 pada Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa serta Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yg lainnya. Hal ini disebabkan letak kerajaan ini  sangat strategis dan menguntungkan yakni terletak pada tengah-tengah kemudian-lintas pelayaran antara Malaka serta Maluku. Kedua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang rajanya sudah menganut agama Islam bersepakat menyatukan kerajaan mereka menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi bernama Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.
Disamping memimpin pemerintahan, raja serta mangkubumi kerajaan Islam Makassar tersebut sangat ulet juga dalam menyiarkan agama Islam. Oleh karena usahanya itu, Maka Makassar menjadi sebuah kerajaan Islam yg sangat bertenaga. Daerah kekuasaanya tidak hanya meliputi sebagian akbar Sulawesi dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan pula hingga pada bagian timur Nusa Tenggara.
Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya waktu diperintah Sultan hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Ia merupakan galat seseorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan Islam Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih pada menentang penjajah Belanda. Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin supaya melarang rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal itu dipercaya pelanggaran monopoli. Maka Sultan hasanuddin menggunakan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan global ini untuk kebahagiaan sekalian umat manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh menurut tempat bangsa tuan ini semata-mata buat perdagangan tuan".
Penjajahan belanda terus berupaya buat menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada ketika itu sedang terjadi perselsihan antara Sultan Hasanuddin menggunakan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng. Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba. Belanda pada hal ini memihak Aru Palaka serta secara beserta memerangi Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar pertempuran hebat (tahun 1666-1669) antar Belanda (VOC) bersama Aru Palaka pada satu pihak menggunakan Sultan Hasanuddin, serta Malaka Sultan Hasanuddin terdesak serta Makasar hampir jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat perjanjian tenang yang dikenal dengna perjanjian Bongaya (1667).
Walaupun perjanjian telah disepakati, tetapi Belanda yang licik selalu melanggar perjanjian menggunakan bertindak sewenang-wenang. Hal ini membangkitkan balik kemarahan Sultan Hasanuddin. Kemudian beliau mengangkat senjata balik memerangi Belanda.
Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin menerima tekanan hebat menurut pasukan Belanda, maka akhirnya dalam tahun 1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai penjajah Belanda. Meskipun demikian pada diri orang-orang Makassar tetap tumbuh semangat anti penjajahan. Karenanya poly diantara merek yg pulang merantau ke Madura, Banten serta sebagainya membantu daerah-wilayah yang masih berperang melawan Belanda.
Kata-kata Penting :
Musafir:
Orang-orang yang sedang berpergian karena suatu tugas, berdagang, menyiarkan agama Islam dan lain-lain.
Keraton:
Tempat tinggal raja/ famili raja.
Sumber :
- Buku Modul sejarah Kesetaraan Paket B kelas VII tahun 2011  
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980, Sejarah Umum I Untuk Sekolah Menengah pertama, Jakarta
- Soeroto, 1968, Sejarah Indonesia dan Dunia Jilid 1 buat Sekolah Menengah pertama, Gajah Mada, Jakarta.
- Wikipedia.id
- Sumber gambar Google.

KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM



Sejarah berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam nir terlepas dariruntuhnya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-12. Kerajaan Sriwijaya runtuh akibatdikalahkan oleh Kerajaan Majapahit. Ketika Sriwijaya runtuh menjadi pusatniaga, maka lahirlah suatu wilayah atau kota yg pada ejaan China disebutdengan sebutan Palinfong (yang kini lebih dikenal dengan sebutan KotaPalembang). Sepeninggalan Sriwijaya, kota ini tetap eksis menjadi kota niagayang di dalamnya masih terdapat suatu tumpuan aktivitas ekonomi serta perdaganganyang masih dikenal sebagai Ku-kang (dalam bahasa China) atau PelabuhanLama. Kota Palembang sebagai tumpuan pelabuhan internasional yg secara khususbanyak disinggahi pedagang-pedagang berdasarkan China. Bahkan, kota ini pernah menjadienclave (wilayah kantong) China selama sekitar 200 tahun.
Ketika KotaPalembang berada pada kontrol ekonomi para pedagang China, Pangeran Palembang,Parameswara, terpaksa meninggalkan kota ini dalam tahun 1397. Pada ketika itu,Kerajaan Majapahit jua tidak bisa menempatkan adipatinya di kota ini karenaChina sudah menentukan Liang Tau Ming sebagai pemimpin Palembang. Sayangnya, padamasa kekuasaan China, Palembang pernah sebagai sarang para bajak bahari Chinayang mengakibatkan konflik akut di kota ini.
Sebelum KesultananPalembang Darussalam sebagai kesultanan yg lebih bercorak Melayu ini berdiri,sebenarnya telah terdapat Kerajaan Palembang terlebih dahulu (sebagai cikal bakalnantinya). Sebelum Kerajaan Palembang (Palembang Lama) berdiri, Kota Palembangsudah terdapat terlebih dahulu menjadi salah suatu daerah kekuasaan Majapahit padasaat itu. Tulisan di bawah ini akan mengulas sejarah Kerajaan Palembang danKesultanan Palembang Darussalam secara terpisah.
a. Sejarah Kerajaan Palembang
Kerajaan Palembang berdiri lebih kurang abad ke-15. Ario Damar merupakan pendirikerajaan ini. Ia sebenarnya mewakili Kerajaan Majapahit di Palembang Lamo(atau nantinya disebut Kerajaan Palembang), menggunakan gelar Adipati Ario Damaryang berkuasa antara tahun 1455 hingga tahun 1486. Ketika ia datang kePalembang, rakyat serta penduduk pada wilayah ini sebenarnya sudah masuk Islam.diperkirakan, dia akhirnya ikut memeluk Islam menggunakan membarui namanya menjadiArio Abdillah atau Ario Dillah (pada bahasa Jawa, dillah berartilampu). Ario Dillah pernah menerima hadiah menurut Prabu Kertabumi Brawijaya V,yaitu diberikan salah seorang selirnya yang berketurunan China serta telahmemeluk Islam, yg bernama Puteri Champa. Ketika dibawa ke Palembang, PuteriChampa tengah mengandung. Lahirlah kemudian seseorang bernama Raden Fatah diistana Ario Dillah yang dulu dinamakan Candi Ing Laras. Raden Fatahkemudian dididik sang Ario Dillah dengan pengetahuan Islam yang kemudianmengantarkan dirinya sebagai ulama besar . Anak kandung Ario Dillah sendiri yangmerupakan hasil perkawinan menggunakan Puteri Champa merupakan Raden Kusen. Jadi, RadenFatah adalah saudara lain bapak dengan Raden Kusen. Setelah Ario Dillah wafat,kekuasaan Kerajaan Palembang sempat kosong hingga tahun 1486. Hal itu terjadikarena Palembang termasuk pada kekuasaan Majapahit. Banyak keturunan ArioDillah, termasuk Raden Fatah yang lalu hijrah ke Demak. Berikut ini akandijelaskan bagaimana kemudian eksistensi Kerajaan Palembang kembali berdirisetelah Kerajaan Demak musnah.  
Tidak ada sumbertertulis resmi yang bisa menyebutkan kapan Kerajaan Majapahit hancur.majapahit diperkirakan runtuh pada tahun 1478 dampak serangan kerajaan-kerajaanIslam. Pada waktu itu, Sunan Ampel menunjuk Raden Fatah sebagai penguasa seluruhtanah Jawa. Pusat kekuasaan kemudian dipindahkan ke Demak. Pada tahun 1481,Raden Fatah mendirikan Kerajaan Islam Demak. Pendirian kerajaan tersebut jugamendapat donasi menurut wilayah-wilayah lainnya yg sudah lepas menurut Majapahit,seperti Jepara, Tuban, serta Gresik. Kerajaan Demak pernah menjadi sentra niagapada abad ke-15. Raden Fatah menerima gelar Senapati Jimbun Ngabdu‘r-RahmanPanembahan Palembang Sayidin Panata‘Gama. Ia wafat pada tahun 1518, dandigantikan puteranya, yaitu Pati-Unus atau Pangeran Sabrang Lor.
Setelah PangeranSabrang Lor wafat dalam tahun 1521, tahta kekuasaan kemudian dipegang olehsaudaranya, yaitu Pangeran Trenggono hingga tahun 1546. Setelah itu, diKerajaan Demak terjadi perebutan kekuasaan antara saudara Pangeran Trenggono(Pangeran Seda ing Lepen) serta anaknya (Pangeran Prawata). Perebutan kekuasaanini menyebabkan terjadi pertumpahan darah antar saudara. Pangeran Seda ingLepen dibunuh oleh Pangeran Prawata. Sebagai buntut dari peristiwa ini,Pangeran Prawata beserta keluarganya dibunuh oleh anak Pangeran Seda ing Lepenyang bernama Arya Penangsang atau Arya Jipang. Menantu Raden Trenggono yangbernama Pangeran Kalinyamatdari Jepara jugadibunuh. Pertumpahan tidak berhenti di sini, bahkan masih berlanjut. Pada tahun1549, Arya Penangsang dibunuh sang Adiwijaya yg jua seorang menantu dariPangeran Trenggono atau populer dengan sebutan Jaka Tingkir yg ketika itu menjabat Adipati KerajaanPajang. Pada masa Jaka Tingkir ini, Keraton Demak dipindahkan ke Pajang akibatserangan Kerajaan Pajang. Perpindahan ini sebagai pertanda berakhirnyakekuasaan Kerajaan Demak yg berdiri sejak tahun 1481 sampai tahun 1546.
Ketika Kerajaan Pajang menyerang Demak, masih ada kurang lebih 24 orang keturunanPangeran Trenggono (atau juga keturunan Raden Fatah) berhijrah ke Palembangyang dipimpin sang Ki Gede Sedo ing Lautan. Pada tahun 1547, Ki Gede Sedo IngLautan menempati posisi Kerajaan Palembang yg telah usang vakum sebagai rajake-dua. Ia berkuasa hingga tahun 1552. Salah seseorang suro (perwira) KerajaanDemak bernama Ki Gede Ing Suro yang jua ikut dalam rombongan Ki Gede Sedo IngLautan lalu sebagai raja ke-tiga di Kerajaan Palembang (1552-1573). Meskisudah hijrah ke luar Jawa, ia serta para keturunannya masih memiliki ikatanideologis menggunakan sentra keraton di Jawa sampai zaman Mataram. Setelah JakaTingkir wafat, Kerajaan Pajang kemudian dipimpin oleh Arya Pangiri. Pada masakepemimpinannya, terjadi pergolakan politik yg amat pelik. Ia diserang olehkekuatan massal yang terdiri berdasarkan Pangeran Benowo (putra Jaka Tingkir yangtersingkir) serta kekuatan Mataram (dipimpin Panembahan Senapati atau SenapatiMataram, putra Kyai Ageng Pemanahan atau Kyai Gede Mataram). Arya Pangirikemudian bisa dikalahkan sang Senapati Mataram, yg menyebabkan terjadinya pemindahanKeraton Pajang ke Mataram pada tahun 1587. Tahun ini dikenal menjadi awalberdirinya Kerajaan Mataram. Pangeran Mataram adalah keturunan menurut RadenFatah serta Raden Trenggono. Adanya pertalian darah inilah yang menyebabkanterjadinya hubungan yang baik antara Kerajaan Palembang serta Kerajaan Matarampada ketika itu. Hubungan tadi masih terjalin erat hingga masa kekuasaan RajaAmangkurat I (raja ke-4). Di samping itu, hubungan ke 2 kerajaan tadi jugadalam bentuk kerjasama. Hingga akhir tahun 1677, Kerajaan Palembang masih setiakepada Kerajaan Mataram yang dipercaya menjadi pelindungnya, terutama dariserangan Kerajaan Banten yang telah dilakukan sejak tahun 1596. Pada tahun1610, Kerajaan Palembang pernah melakukan kontak menggunakan VOC. Awalnya, VOCenggan herbi Kerajaan Palembang. Bahkan, semasa pemerintahan Pangeran Sideng Kenayan,telah dibuka Kantor Perwakilan Dagang VOC (Factorij)di Palembang, yaitu melalui perantara Gubernur Jendral pada Batavia, Jacob Specx(1629-1632). Namun, pada tahun 1659, Keraton Kuta Gawang besertabenteng-bentengnya hancur dampak diserbu sang VOC.
Hancurnya keratontersebut menjadi indikasi berakhirnya keberadaan Kerajaan Palembang. Kehancurantersebut berpengaruh dalam pemindahan keraton serta pemukiman penduduk ke arahyang lebih ke hulu, yang terletak antara Sungai Rendang serta Sungai Tengkuruk.daerah ini lalu dikenal menggunakan kata Beringin Janggut. Keraton KutaGawang sekarang berada pada kompleks PT. Pusri, Kota Palembang, Provinsi SumateraSelatan, Indonesia. Dari bentuknya, keraton ini menandai adanya akulturasikebudayaan antara budaya Jawa serta Melayu, yg lalu diklaim dengankebudayaan Palembang. Setelah kehancuran Kerajaan Palembang, maka lahirlahPalembang yg memiliki kepribadian sendiri serta mencicipi hak kemerdekaansendiri juga, yaitu Kesultanan Palembang Darussalam.
b. Sejarah KesultananPalembang Darusalam
Pada tahun 1659, di Palembang jua berdiri sebuah kesultanan yang memilikicorak tersendiri serta tidak sinkron dengan Kerajaan Palembang sebelumnya, yaituKesultanan Palembang Darussalam. Pendiri kesultanan ini merupakan SultanJamaluddin atau dikenal dengan sebutan Sultan Ratu Abdurrahman KholifatulMukminin Sayidul Iman, yang dalam masa akhir hayatnya bergelar Sunan CindeWalang. Sejarah kekuasaan dirinya bersama sultan-sultan setelahnya akan dibahastersendiri dalam bagian periode pemerintahan.

2. Silsilah
Silsilah berikut adalah akan dibagi berdasarkan 2 bentukperiodeisasi, yaitu periode Kerajaan Palembang (sebagai cikal bakal KesultananPalembang) serta periode Kesultanan Palembang Darussalam itu sendiri.
a. Periode Kerajaan Palembang:
  1. Ario Abdillah (Ario Dila, sebelumnya bernama Ario Damar) (1455-1486)
  2. Pangeran Sedo Ing Lautan (1547-1552)
  3. Kiai Gede Ing Suro Tuo (1552-1573)
  4. Kiai Gede Ing Suro Mudo (Kiai Mas Anom Adipati Ing Suro) (1573-1590)
  5. Kiai Mas Adipati (1590-1595)
  6. Pangeran Madi Ing Angsoko (1595-1629)
  7. Pangeran Madi Alit (1629-1630)
  8. Pangeran Sedo Ing Puro (1630-1639)
  9. Pangeran Sedo Ing Kenayan (1639-1650)
  10. Pangeran Sedo Ing Pesarean (1651-1652)
  11. Pangeran Sedo Ing Rajek (1652-1659)
b. PeriodeKesultanan Palembang Darussalam:
  1. Sultan Ratu Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam (1659-1706)
  2. Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706-1714)
  3. Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1714-1724)
  4. Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (1724-1758)
  5. Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo (1758-1776)
  6. Sultan Muhammad Bahaudin (1776-1804)
  7. Sultan Mahmud Badaruddin II (1804-1821)
  8. Sultan Ahmad Najamuddin II atau Husin Dhiauddin (1813-1817)
  9. Sultan Ahmad Najamuddin III atau Pangeran Ratu (1819-1821)
  10. Sultan Ahmad Najamuddin IIV atau Prabu Anom (1821-1823)
  11. Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin (2006-...)
3. Periode Pemerintahan
Kesultanan Palembang Darussalam berdiri selama hampir dua abad, yaitu sejaktahun 1659 hingga tahun 1825. Sebelum kesultanan ini berdiri sebenarnya telahada terlebih dahulu Kerajaan Palembang yg merupakan cikal bakal berdirinyaKesultanan Palembang Darussalam. Bedanya dengan Kerajaan Palembang, KesultananPalembang Darussalam lebih bercorak Islam lantaran menerapkan syariat Islam sertamenjadikan al-Quran serta hadits menjadi konstitusi pemerintahan. 
Sultan RatuAbdurrahman Kholifatul Mukminin Sayidul Iman atau dianggap dengan Sunan CindeWalang adalah raja pertama di Kesultanan Palembang Darussalam. Ia memerintahselama 45 tahun. Dengan masa kekuasaan yg begitu panjang, beliau telah meletakkantata kehidupan sosial, ekonomi, serta politik yang kuat di kesultanan ini. Dalambidang pemerintahan, dia menerapkan sistem perwakilan pada wilayah pedalaman ataudikenal dengan kata raban serta jenang. Undang-undang danperaturan-peraturan yg dibuatnya dituangkan pada bentuk piagem(piagam), yang harus dilaksanakan oleh setiap daerah yang masuk dalam pengaruhkekuasaan Palembang, seperti Bangka, Belitung, sebagian Jambi (Muara Tembesi),Bengkulu (Kepahiang/Rejang), serta Lapung (Tulang Bawang/Mesuji).
Sunan Cinde Walangpernah melakukan aliansi internasional antara Palembang, Jambi, serta Johor.aliansi ini hanya bersifat insidentil serta situasional. Namun, aliansi inikadang justru menimbulkan konflik di antara mereka sendiri karena adanyaperbedaan kepentingan. Dalam bidang pertanian, ia mewajibkan bagi daerah-daerahtertentu untuk mengembangkan tanaman lada. Ia juga membuat sistem perairan yangdibuat antara Ogan, Komering, serta Mesuji, yang tidak saja digunakan untukpertanian, namun juga untuk kepentingan pertahanan. Setelah Sunan Cinde Walangmeninggal pada tahun 1706, tahta kekuasaan kesultanan kemudian dipegang olehputranya yang bernamanya Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706-1714). Iamerupakan sultan yang dikenal gagah berani serta banyak menyelesaikanpermasalahan dengan senjata. Akibatnya, Kesultanan Palembang pernah kehilangansalah satu daerah kekuasaannya, yaitu Muara Tembesi di Jambi. Ketika Jayo IngLago tidak lagi berkuasa, terjadi kemelut politik pada saat itu perihal siapayang pantas menggantikannya. Pangeran Purbaya, yang seharusnya menggantikanJayo Ing Lago meninggal karena diracun. Tahta kekuasaan kemudian dipegang adikJayo Ing Lago, Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1714-1724). Putra-putra JayoIng Lago, yaitu Raden Lembu serta Pangeran Mangkubumi Mohamad Ali menolakkeputusan tersebut dengan melakukan pemberontakan. 
Sultan AgungKomaruddin kemudian berinisiatif untuk berdamai dengan kedua keponakannyatersebut dengan cara mengangkat Pangeran Mangkubumi Mohamad Ali sebagai SultanAnom Muhamad Alimudin serta Raden Lembu sebagai Pangeran Jayo Wirakmo. Tetap sajakeputusan tersebut belum dapat memuaskan kedua belah pihak karena ternyataPangeran Jayo Wikramo lebih diuntungkan dengan mendapatkan putri Sultan AgungKomaruddin sebagai pasangannya. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya konflikantar saudara. Pangeran Jayo Wirakmo memenangkan peperangan tersebut yangmengantarkan dirinya sebagai sultan dengan gelar Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo(1724-1758).
Sultan MahmudBadaruddin Jayo Wikramo (Badaruddin I) merupakan sosok pemimpin yang berwawasanluas serta memiliki pengalaman yang amat memadai. Ia pernah mengagas pentingnyamemperbarui kesultanan dengan mengintrodusir pengetahuan serta teknologi yangbaru, tanpa meninggalkan tradisi serta agama yang telah lama mapan. Ia telahmelakukan perubahan serta pembangunan Kesultanan Palembang ke arah yang lebihmaju. Di antara bentuk bangunan fisik yang didirikan pada masanya, yaitu:Masjid Agung, Kuta Batu (Kuta Lama), Makam Lemabang, tambang timah Bangka,terusan-terusan di pedalaman. Ia juga mengembangkan sistem perdagangan danekonomi Kesultanan Palembang ke arah yang lebih maju. Pada masanya syiar dandakwah keagamaan Islam mulai berkembang pesat. Maka, tidak aneh jika dikatakanbahwa banyak ulama di Nusantara yang berasal dari wilayah Kesultanan Palembangini. Setelah Sultan Badaruddin I meninggal, tahta kekuasaan kesultanan kemudiandipegang oleh Sultan Ahmad Najamuddin (1758-1776). Tidak banyak data yangmembincang sejarah kepemimpinan sultan ini. Namun, yang pasti bahwa ia lebihbanyak mengembangkan perkembangan Islam serta pemikiran tentang kesusasteraan.setelah ia meninggal, tahta kekuasaan kemudian digantikan oleh Sultan MuhammadBahauddin (1776-1804).
Masa kekuasaanSultan Muhammad Bahauddin juga dikenal sebagai periode pemerintahan KesultananPalembang Darussalam yang cukup berhasil. Pada masanya, perekonomian kesultananmeningkat tajam karena sultan sangat menguasai teknik bagaimana caranyaberdagang yang bagus, termasuk berdagang dengan VOC. Bahkan, VOC merasa kesaldengan monopoli perdagangan Sultan Bahauddin yang menyebabkan kontrak-kontrakmereka sering ditolaknya. Ternyata, Sultan Bahauddin lebih suka berdagang denganInggris, China, serta orang-orang Melayu di Riau. Dampak dari kebijakan sepertiini justru menghasilkan kekayaan yang sangat besar bagi kekuangan kesultanan.sehingga, kemakmuran Kesultanan Palembang Darussalam meningkat tajam. 
Bentuk-bentuk darikemakmuran tersebut dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan bersejarahyang bernilai sangat penting. Pada tahun 1780, Sultan Bahauddin pernahmembangun Keraton Kuto Besak yang boleh dianggap sebagai keraton terbesar danterindah di Nusantara. Bentuk kemakmuran kesultanan juga berupa berkembangnyabidang kesenian serta kesusasteraan pada saat itu. Dalam kurun waktu 1750-1800,Kesultanan Palembang Darussalam pernah menjadi pusat sastra Melayu setelahKesultanan Aceh yang menjadi pusat kesusasteraan sebelumnya mengalami masastagnasi. Pada tahun 1804, Sultan Mahmud Badaruddin II menggantikan ayahnya(Sultan Bahauddin). Masa pemerintahan Sultan badaruddin II dikenal sebagai masaperjuangan melawan kolonialisme Inggris serta Belanda. Pada tahun 1811, SultanBadaruddin II berperang dengan Belanda-Perancis yang dikenal dengan PeristiwaLoji Sungai Aur. Pada tahun 1812, ia menghadapi serbuan armada Inggris. Selainitu, ia juga berperan dalam peperangan lain, seperti Perang Palembang 1819Babak I serta II serta Perang Palembang 1821. Atas perjuangannya melawankolonialisme, ia dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Sultan AhmadNajamudin II atau Sunan Husin Dhiauddin meneruskan tahta kesultanan berikutnya(1813-1817). Ia merupakan saudara dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Secaraberselingan, mereka berdua bergantian dalam memimpin kesultanan. Hal ituterjadi karena Sultan Mahmud Badaruddin II pernah hijrah ke Muara Rawas, dandalam kurun waktu antara tahun 1813 hingga tahun 1818, ia juga pernah dipecatoleh Inggris serta Belanda yang pernah menguasai wilayah Kesultanan Palembang.meski demikian, posisi dirinya sebagai sultan yang sah masih tetap eksis hinggatahun 1821. Sultan yang ke-9 di Kesultanan Palembang Darussalam adalah SultanAhmad Najamuddin III atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Ratu(1919-1921). Ia merupakan putra dari Sultan Badaruddin II, yang dilantik padatahun 1819. Ia memimpin secara bergantian dengan ayahnya hingga tahun 1921.pada tahun ini, ayahnya (Sultan Badaruddin II) ditangkap oleh pemerintahBelanda. Sebelum diasingkan ke Ternate, ia beserta keluarga serta para pengikutsetianya yang mencakup permaisuri, sejumlah anaknya, para ulama, serta panglimakesultanan, diasingkan ke Batavia terlebih dahulu. Tidak semua keluarga danpara pengikut setianya, termasuk selir serta sebagian anak-anaknya, dibawa kepengasingan karena keterbatasan kapal. 
Setelah SultanBadaruddin II tidak lagi memimpin karena berada di pengasingan, tahtakesultanan kemudian dipegang oleh Sultan Ahmad Najamuddin IV atau yang lebihdikenal sebagai Prabu Anom (1821-1823). Ia merupakan anak dari Husin Dhiauddin(Sultan Najamuddin II). Pada masa kepemimpinan Prabu Anom, Kesultanan PalembangDarussalam berada di bawah kontrol kekuasaan Belanda. Pada tahun 1823, iamelakukan pemberontakan kepada Belanda karena kontrak yang dibuat pihakkolonial sangat merugikan kedudukannya sebagai sultan. Pada tahun ini pula iasudah tidak lagi memimpin kesultanan karena dipecat oleh Belanda serta pada tahun1925 ia baru bisa ditangkap yang menyebabkan dirinya dibuang ke Manado.pemerintah Belanda membubarkan Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1925.pemerintah Belanda sebenarnya berharap bahwa Kesultanan Palembang Darussalammasih tetap eksis. Berdasarkan pengakuan dari keluarga keturunan SultanBadaruddin II di Ternate yang diteliti oleh seorang budayawan, Djohan Hanafiah,pihak Belanda pernah menawarkan kepada Sultan Badaruddin II agar mau memimpinkembali. Namun, Sultan Badaruddin II menolak secara tegas. Alasannya, ia tidakingin terjadi perpecahan. Ia pun berpesan agar sebaiknya Kesultanan PalembangDarussalam Darussalam dibubarkan saja.
Setelah usang tidakeksis lagi, masih ada salah seorang keturunan Kesultanan Palembang Darussalambernama Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin yang sebagai Sultan ke-11 semenjak tahun2006. Ia merupakan keturunan berdasarkan Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago danjuga Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. Berdasarkan websitewww.sultanpalembang.com, pengukuhan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin telahdirestui oleh pakar nasab Kesultanan Palembang Darussalam, yakni R.M Yusuf PrabuTenaya yang merupakan zuriat berdasarkan Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu binSultan Mahmud Badaruddin II, dan R.M. Syarifuddin Prabu Anom dari zuriatSultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom.
4. Wilayah Kekuasaan
Kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam merupakan mencakup daerah yg kinidikenal dengan Provinsi Sumatera Selatan.

5. Struktur Pemerintahan
Pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam didasarkan pada prinsiptradisional, yaitu adanya hubungan antara makrokosmos serta mikrokosmos. Artinya,sultan adalah orang yang mendapat kharisma serta legitimasi, yang memilikikekuatan diri sebagai gusti serta kawula karena mendapat wahyu dariTuhan. Sedangkan struktur pemerintahannya berbentuk feodalisme, yaitu sultanberperan sebagai pemimpin, priyayi pembantu perantara kekuasaan, serta jugasekaligus sebagai rakyat atau abdi kesultanan.
Wewenangpemerintahan sepenuhnya dipegang sang sultan yang bertindak sebagai kepalaeksekutif sekaligus kepala keagamaan, yg bertanggung jawab kepada Tuhan.dalam melaksanakan tugas harian pemerintahan, sultan dibantu oleh 3 orangeksekutif. Pertama, Pangeran Penghulu Nataagama yang bertugas dalamurusan keagamaan serta syariat Islam. Kedua, Pangeran Natadirajo, yaitupembantu sultan dalam bidang pelaksanaan kebijaksanaan, hukum, serta ekonomi ataukeuangan di ibukota serta mancanegaro. Pangeran Natadirajo dibantu oleh PangeranCitra sebagai hulubalang yang juga bertindak sebagai aparat keamanan. Ketiga,Syahbandar, yaitu pembantu sultan yang bertanggung jawab dalam mengurusimasalah perdagangan serta urusan luar negeri, seperti memungut bea serta cukai bagikesultanan serta sultan, serta melaksanakan serta menjaga hukum laut Melayu.  
Pemerintahan tersusun dengan adanya pembagian menurut wilayah serta hukum,yaitu ibukota kesultanan yang berupa keraton serta mancanegaro yang berupalingkungan di luar wilayah ibukota kesultanan. Pembagian wilayah mancanegarotidak didasarkan atas pertimbangan teritorial, namun lebih disebabkan karenafaktor kegunaan atau manfaat wilayah tersebut. Atas dasar itulah, maka munculwilayah-wilayah
sebagaimana berikut:
  1. Sindang, yaitu wilayah yg dimanfaatkan menjadi batas Kesultanan Palembang supaya warganya dapat mempertahankan daerahnya dari serangan menurut luar. Warga di daerah ini dibebaskan menurut kewajiban membayar pajak atau pungutan eksklusif.
  2. Sikep, yaitu dusun atau marga yang secara khusus menjadi tanggung jawab golongan priyayi yg dianggap menggunakan “jenang”. Hanya saja, kekuasaannya sebatas masa jabatannya saja. Sebagai golongan masyarakat, pihak petani sanggup diperkenankan buat membuka tanah (sikep), namun harus membayar pajak atas tanah serta hasil pertanian. Meskipun demikian, baik golongan priyayi maupun rakyat petani, mereka sama-sama tidak berhak mewariskan jabatan serta tanahnya.
  3. Daerah yang dikuasai eksklusif sang sultan atau dianggap menggunakan “pungutan”. Pajak nir berlaku di daerah ini, namun yg berlaku merupakan “siban” serta “tukon”, yaitu semacam monopoli komoditi sang sultan yg dijual kepada masyarakat. Dikatakan sebagai bentuk monopoli karena memang harganya lebih tinggi berdasarkan pasaran di ibukota kesultanan. Dalam pajak contoh tiban, yang dibayarkan adalah hasil bumi, sedangkan pada tukon adalah berupa uang. Dengan kata lain, pungutan tersebut menjadi ganti pajak terhadap rakyat yang menempati daerah ini.
Pada masa KesultananPalembang usang, pernah populer suatu forum elit yang dianggap menggunakan istilah “Fexo”atau saudagar raja Melayu. Kriteria orang yang masuk dalam lembaga ini adalahorang yang kaya (hartanya). Lembaga ini umumnya menempati posisi sebagai wakilsultan, seperti menjadi pembesar keraton atau sebagai pemimpin di beberapadistrik kesultanan. Proses penempatannya umumnya dipengaruhi atas dasarkemampuan yg dimilikinya. Lembaga ini adalah sumber keuangan bagi sultansehingga orang-orang yg termasuk dalam fexo menerima kepercayaan dankasih sayang menurut sultan. 
6. Kehidupan Sosial-Budaya
Struktur penduduk dalam pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalamterbagi ke pada 2 golongan, yaitu:
  1. Priyayi. Golongan ini adalah turunan raja-raja (sultan-sultan) atau kaum ningrat. Kedudukan ini umumnya diperoleh atas dasar keturunan atau atas perkenan menurut sultan sendiri.
  2. Rakyat. Golongan ini terbagi dalam dua gerombolan . Pertama, grup “miji” atau pada daerah pedalaman disebut dengan kata “mata-gawe”, yang mencakup seperti petani serta sebagainya. Kelompok ini biasanya menggalang orang-orang yang mau berperang bersama sultan atau melakukan pekerjaan tangan serta karya-karya seni. Setiap miji memiliki sejumlah “alingan” (keluarga), yg tugasnya merupakan membantu pekerjaan miji. Kedua, grup “senan”, yaitu golongan rakyat yg lebih rendah menurut miji, namun memiliki keistimewaan tersendiri. Maksudnya, kelompok ini tidak boleh dipekerjakan oleh siapapun kecuali hanya untuk sultan, misalnya membuat atau memperbaiki perahu-perahu serta rumah-rumah sultan atau mendayung perahu untuknya.
Setelah KesultananPalembang Darussalam runtuh, banyak hal yg mulai luntur seiring perkembanganzaman. Misalnya, corak Kota Palembang yang dulunya lebih bernuansa Islam kinisudah tidak kentara lagi. Di samping itu, kota ini mengalami perubahan yangcukup pesat menggunakan bertambahnya jumlah penduduk. Sebab, banyak penduduk dariberbagai daerah di Sumetara Selatan yang tiba ke Palembang buat mencarikehidupan yang lebih baik. 

Sumber:


SRIWIJAYA IMPERIUM EKONOMI ASIA TENGGARA



Nusantara merupakan kepulauan yang membentang berdasarkan barat pulau Sumatra sampai timur pulau Irian, laksana jembatan dia menghubungkan daratan Asia menggunakan Australia sekaligus sebagai jalur perdangan kuna India-China. Diantara keutungan nusantara menurut perdagangan tadi adalah terjadinya silang budaya antar penduduk Nusanatar menggunakan para pedagang India-China, tetapi yg paling terpenting dari efek kebudayaan tadi adalah munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha antara lain Sriwijaya.

Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar ke 2 setelah Majapahit. Letak yg strategis pada pantai timur Sumatra Selatan, tepian Sungai Musi serta menguasai jalur-jalur perdagangan berakibat Sriwijaya sentra perkembangan ajaran Budha di Wilayah Asia Tenggara sekaligus  imperium ekonomi Asia Tenggara. Ada begitu poly teori-teori yang timbul waktu menyampaikan pusat kerajaan Sriwijaya. Misalnya, seperti yg diuraikan pada //id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan beropini bahwa sentra Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang serta Sabokingking (terletak pada provinsi Sumatera Selatan kini ), tepatnya pada kurang lebih situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini berdasarkan menurut foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam dan pulau protesis yang disusun rapi yg dipastikan situs ini adalah buatan insan. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur kandang serta empat persegi panjang, dan jaringan kanal menggunakan luas areal meliputi 20 hektar. Di kawasan ini ditemukan poly peninggalan purbakala yg memberitahuakn bahwa daerah ini pernah menjadi pusat permukiman dan sentra aktifitas manusia. Namun sebelumnya Soekmono beropini bahwa sentra Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak hingga ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi kini ), menggunakan catatan Malayu tidak pada tempat tersebut, apabila Malayu pada tempat tadi, dia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya jua sudah berpendapat bahwa letak menurut sentra kerajaan Sriwijaya berada dalam tempat Candi Muara Takus (provinsi Riau kini ), dengan perkiraan petunjuk arah perjalanan pada catatan I Tsing, serta hal ini bisa pula dikaitkan dengan fakta tentang pembangunan candi yg dipersembahkan sang raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 pada kaisar Cina yg dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, galat satu bagian berdasarkan candi yang terletak pada Muara Takus). Tetapi yg pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah kini ). Bahkan yang terbaru  dalam //www.ui.ac.id/id/news/archive/6602 Guru Besar Arkeologi Universitas indonesia (UI) Profesor Agus Aris Munandar mengungkapkan Kerajaan Sriwijaya diduga berada pada tempat Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Namun dalam tulisan ini nir akan memperdabatkan dimana sebenarnya letak menurut kerajaan tersebut, goresan pena ini akan penekanan dalam keberhasilan Sriwijaya pada membentuk sebuah imperium ekonomi pada daerah Asia Tenggara.


Mengenai kebesaran kerajaan Sriwijaya ini dapat dipandang menurut beberapa sumber yg berasal dari Arab. Berita Arab yg pertama dari berdasarkan Ibnu Hordadzbeh (844-848 M). Ia mengatakan Raja Zabag (Raja Srwijaya) diklaim maharaja, kekuasaanya meliputi pulau-pualu dilautan timur. Hasil buminya berupa kapur barus serta gajah banyak masih ada disana. Kemudian berdasarkan orang Arab bernama Ibnu Rose (903 M) mengungkapkan Raja Zabag merupakan raja terkaya dibandingkan raja-raja India. Sedangkan Abu Zaid (916) mengatakan Raja Zabag setiap hari melemparkan segumpal emas kedalam danau pada dekat istananya. Danau ini herbi bahari sebagai akibatnya airnya payau. Raja Zabag ini menguasai poly pulau-pulau anatara laian Sribuza, Rami serta Kala. Hasil buminya berupa kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, kayu hitam, gading, timah, kayu sapan, serta rempah-rempah. Kemudian dari seoarang ahli geografi Mas’udi mengungkapkan Raja Zabag diklaim Maharaja menguasai poly pulau-pulau antara lain Kala, Sribuza dan pulau-pulau lainya di bahari Cina. Rakyatnya banyak sedangkan tentaranya nir terhitung. Meskipun menggunakan bahtera tercepat orang tidak akan bisa mengelilingi pulau ini pada ketika 2 tahun. Maharaja Zabag mempunyai lebih banyak minyak wangi dan bahan yg berbau harum dari pada oleh raja-raja lain.

Dari fakta diatas disimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya memliki daerah luas serta harta yg berlimpah serta tentu saja ini tidak mengherankan karna Sriwijaya mampu mentranpormasikan laba geostrategis, geoekomis dan geopolitik yang dimilikinya. Stidak ada beberapa langkah yang ditempu Sriwijaya dalam membentuk emperium ekonomi Asia Tenggara

1. Menguasai  jalur-jalur krusial perdagangan Internasional

Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India serta Tiongkok, yakni menggunakan dominasi atas Selat Malaka serta Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yg menciptakan raja Sriwijaya sekaya raja-raja pada India.kekayaan yg melimpah ini sudah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya pada semua Asia Tenggara. Dengan berperan menjadi entreport atau pelabuhan primer pada Asia Tenggara, dengan menerima restu, persetujuan, serta perlindungan menurut Kaisar China buat dapat berdagang menggunakan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari serta menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok serta India.

Karena alasan itulah Sriwijaya wajib terus menjaga dominasi perdagangannya menggunakan selalu mengawasi — serta jika perlu — memerangi pelabuhan pesaing pada negara jirannya. Keperluan buat menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer buat menaklukkan bandar pelabuhan pesaing pada tempat sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, serta bandar Kedah dan Chaiya pada semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup dampak Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yg dari berdasarkan Jawa terhadap beberapa pelabuhan pada Champa serta Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yg dimaksud adalah armada Sriwijaya, lantaran waktu itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian menurut mandala Sriwijaya. Hal ini adalah upaya Sriwijaya buat mengklaim monopoli perdagangan bahari pada Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya.

Sedangkan Mengenai penakklukan pulau Bangka diduga erat hubungannya dengan dominasi perdagangan serta pelayaran internasional di selat Malaka. Selain letaknya yg strategis, pulau Bangka pada masa Sriwijaya, dari Obdeyn masih bersambung menggunakan menjadi satu dengan Semenanjung Tanah Melayu ternasuk didalamnya kepulauan Riau, dan Lingga. Selat Sunda pula belum terdapat dalam saat itu. Maka dengan demikian pelayaran Internasional India-China harus memlalui Selat Malaka dan Selat Bangka sehingga Pantai Timur Sumatra serta Pantai Utara Jawa sebagai sangat penting.

Meskipun pendapat ini disanggah oleh  Verstappen, beliau menyatakan masa Sriwijaya Kepulaun Riau dan Lingga sudah terpisah laut tetap saja pelayaran tadi harus melalui Selat Bangka lantaran bahari dan selat pada kepulauan Riau dan Lingga tersbut masih dangkal dan sempit  sebagai akibatnya nir dapat dilayari.

2. Membangun Armada Laut

Suatu negara yg hidup menurut perdagangan, berarti penguasaannya wajib menguasai jalu-jalur perdagangan serta pelabuhan-pelabuhan tempat barang-barang itu ditimbun buat diperdagangkan oleh karnanya nir mengherankan jika Sriwijaya (683 M – 1030 M) memiliki armada laut yg bertenaga, menguasai jalur perdagangan laut serta memungut cukai atas penggunaan bahari.  Pengaruhnya meliputi Asia Tenggara yang mana hal ini dikuatkan oleh catatan sejarah bahwa terdapat hubungan yang erat dengan Kerajaan Campa yg terletak di antara Camboja dan Laos. Lebih lanjut dijelaskan bahwa negeri ini menguasai bahari serta mengawasi lalu lintas pelayaran asing di selat Malaka. Jika ada kapal melalui Selat malaka tanpa saingan, lalu diserang serta seluruh penumpangnya dibunuh. Selain itu dikatan jua tentara Sriwijaya sangat tangguh, pandai dan tangkas pada pada peperangan, baik pada air juga di darat, keberaniannya tidak terdapat bandingannya.

Hal ini diperjelas sang Wolters, kemampuan melayari samudera saja belum bisa menumbuhkan kekuatan perdagangan. Disamping kemampuan pelayaran haruspula ditumbuhkan kepercayaan dunia perdagangan. Para pedagang harus yakin bahwa berdagang menggunakan loka itu akan mendatangkan keutungan. Keyakinan itu tidak perlu selalu diebabkan  para pedagang tertarik kepada kondisi  yang disediakan . Sepertinya Sriwijaya membuatkan pola ini. Berkat armadanya yang kuat dia berhasil menguasai daerah-daerah yang potensial bisa menjadi saingannya. Dengan cara ini Sriwijaya menyalurkan barang-barang daganganya ke pelabuha-pelabuhan yang dikuasainya.

3. Menjalin Hubungan Diplomasi dengan India, Cina an Arab
Untuk memperkuat posisinya atas dominasi daerah Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti Di duga pengiriman upeti tersebut erat kaitanya dengannya menggunakan kepantingan perdagangan, Sriwijaya tidak keberatan buat mengakui Cina menjadi yang berhak mendapat upeti. Ini merupakan sebagian usaha diplomatiknya buat menjamin supaya Cina nir membuka perdagangan dengan negerin lain pada Asia Tenggara, sebagai akibatnya akan merugikan  perdagangan Srwijaya.

Sriwijaya juga bekerjasama dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, dalam prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi menggunakan Dinasti Chola di selatan India jua relatif baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya pada Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membentuk sebuah vihara yg dinamakan menggunakan Vihara Culamanivarmma, tetapi menjadi jelek setelah Rajendra Chola I naik tahta yg melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian interaksi ini balik membaik pada masa Kulothunga Chola I, pada mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yg meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada tempat lebih kurang Vihara Culamanivarmma tadi. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dipercaya telah menjadi bagian berdasarkan dinasti Chola.

Selain menjalin interaksi dagang menggunakan India dan Tiongkok, Sriwijaya jua menjalin perdagangan menggunakan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat pada khalifah Umar bin Abdul-Aziz berdasarkan Bani Umayyah tahun 718, balik ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak perempuan berkulit hitam).

Dari Raja sekalian para raja yg juga adalah keturunan ribuan raja, yg isterinya pun merupakan cucu menurut ribuan raja, yg kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri menurut 2 sungai yang mengairi flora lidah buaya, rempah wangi, pala, serta jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar sampai 12 mil. Kepada Raja Arab yang nir menyembah tuhan-yang kuasa lain selain Allah. Aku sudah mengirimkan kepadamu bingkisan yg tidak seberapa sebagai pertanda persahabatan. Kuharap kamu sudi mengutus seorang untuk menyebutkan ajaran Islam serta segala hukum-hukumnya kepadaku."
~Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz~

4. Mengorganisir Perompak

Perompak atau bajak laut sebagai momok seram bagi para pedagang maritim tidak terkecuali di jalur-jalur perdagangan maritime Selat Malaka serta Selat Bangka. Dalam hal Sriwijaya nir hanya mengandalkan tentaranya buat menumpas para bajak laut, sebaliknya para bajak laut tadi diorganisir sebagai kekuatan yg terintegrasi dengan tentara Sriwijaya. 

Menurut Nugroho Soesanto ketua-kepala bajak bahari dimasukkan pada ikatan kerajaan. Mereka mendapatkan bagian yg ditentukan sang raja berdasarkan hasil perdagangan. Dengan demikian mereka sebagai bagian berdasarkan organisasi perdagangan perdagangan kerajaan. Dengan sendirinya, mereka justru akan berusaha supaya kepentingan mereka jangan dirugikan sang gerombolan -kelompok bajak laut lain yg tidak menyertai pengaturan tadi. Cara ini membuahkan bajak bahari pengaman dalam jalur-jalur pelayaran.
Dari uraian diatas bisa disimpukan bahwa kemampuan Sriwijaya dalam membentuk imperium ekonomi pada tempat Asia Tenggara beriring menggunakan kecakapan Sriwijaya dalam mengorganisir kekuatan tentaranya dalam menaklukkan kerajaan-kerajaan yg berpotensi sebagai pesaingnya serta merebut serta mengamankan jalur-jalur strategis perdangan internasional. Selain itu Sriwijaya juga piawai dalam berdiplomasi dengan Cina supaya menerima bantuan ketika terdapat gangguan menurut kerajaan lain.

Sumber:

Marwati Djoenet Poesponegoro & Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional Indonesia II.     Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.