PERBEDAAN ORIENTASI PRODUKSI ORIENTASI PENJUALAN DAN ORIENTASI PEMASARAN

Perbedaan Orientasi Produksi, Orientasi Penjualan, dan Orientasi Pemasaran
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, kegiatan pemasaran ibarat jantung kehidupan bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu, semakin hari semakin banyak perusahaan menganut konsep pemasaran dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Tetapi, sebagaimana halnya konsep lainnya, konsep pemasaran ini wajib diaplikasikan dengan benar-benar-benar-benar supaya diperoleh keuntungannya secara maksimal . Tanpa itu, dia akan menjadi pembicaraan yang tanpa arti bagi suatu perusahaan bisnis. Dalam pernyataan ini terkandung makna bahwa : 
  1. Kegiatan pemasaran wajib dikoordinasikan secara menyeluruh dengan pihak-pihak lain serta dikelola secara sungguh-benar-benar; 
  2. Eksekutif pemasaran harus selalu terlibat dan berperan maksimal dalam perencanaan perusahaan. 
Jika kedua item tersebut mulai diterapkan dalam sebuah perusahaan, maka sanggup dikatakan bahwa manajemen pemasaran mulai berkembang di pada perusahaan tadi. Jadi, manajemen pemasaran merupakan konsep pemasaran dalam tingkat nyata.

Terdapat 3 termin perkembangan, dan tahap yg keempat kini sedang muncul. Meskipun demikian, poly perusahaan masih berada pada taraf awal pada menerapkan konsep pemasaran. Hanya beberapa perusahaan saja yg telah menerapkan termin-termin mutakhir menurut perkembangan filsafat dan praktek pemasaran.

Ada pun tahap-tahap perkembangan atau evolusi manajemen pemasaran merupakan sebagai berikut :

Tahap Orientasi Produksi 
Pada tahap awal ini, sebuah perusahaan umumnya berorientasi ke bidang produksi. Perencanaan perusahaan dibuat sang eksekutif produksi dan departemen tehnik. Peran dari bidang atau departemen penjualan hanyalah sekadar menjual produk yg didapatkan oleh bagian produksi serta keuangan. Tahap ini seringkali dianggap menjadi tahap “perangkap tikus” yg lebih baik. Asumsi yang mendasari adalah berasal produk bermutu baik serta harga yg lumrah, produk pasti laku dijual. Tidak dibutuhkan upaya pemasaran untuk membujuk orang membeli produk yang ditawarkan.

Dalam termin ini, perusahaan belum mengakui departemen pemasaran. Yang terdapat merupakan departemen penjualan yg dipimpin oleh manajer penjualan yang bertugas mengelola energi penjualan. Hal semacam ini mendominasi banyak sekali perusahaan di dunia sampai tahun 1930-an.

Tahap Orientasi Penjualan 
Depresi perekonomian dunia memberi sebuah pelajaran berharga bahwa masalah utama dalam ekonomi adalah bukanlah menghasilkan berbagai produk secara relatif. Namun yg menjadi perkara adalah bagaimana menjual produk-produk tersebut. Hanya memproduksi “perangkap tikus” yang lebih baik tidak menjamin keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar. Untuk menguasai pasar, wajib dilakukan promosi yg memadai. Dengan kenaikan pangkat yang memadai, penjualan produk secara akbar-besaran akan sanggup dicapai. Dalam termin ini, penjualan serta pengelolaannya memperoleh pengakuan dan tanggung-jawab baru dalam perusahaan.

Akan namun, di samping memperoleh pengakuan yang tinggi, dalam termin ini penjualan memperoleh reputasi yang jelek. Jaman ini dikenal menjadi jaman “menjual keras”. Hal ini digambarkan dengan para sales yg mendatangi rumah ke tempat tinggal ( door to door ). Dengan perilaku ini mengakibatkan calon konsumen “terpaksa wajib membeli” produk yg ditawarkan para sales tadi. Konsep “menjual keras” ini nir hanya dilakukan sang bisnis korporat saja, tetapi organisasi-organisasi non bisnis juga menggunakan konsep ini. Akibatnya, konsep “penjualan keras” ini banyak menuai kritik serta kecaman. Bahkan pekerjaan menjadi sales poly mendapat pandangan negatif.

Pada termin penjualan ini, terjadi dua perubahan penting dalam pengelolaan organisasi usaha. Pertama, semua aktivitas pemasaran seperti periklanan serta riset pemasaran umumnya dipimpin oleh manajer penjualan atau wakil direktur bidang penjualan. Kedua, aktivitas misalnya pelatihan serta analisis penjualan yang sebelumnya ditangani sang departemen lain kini dikelola sang departemen penjualan. Secara generik tahap ini berjalan menurut tahun 1930-an sampai tahun 1950-an.

Tahap Orientasi Pemasaran 
Pada tahap ketiga ini, perusahaan-perusahaan menganut konsep manajemen pemasaran yg terkoordinir dan diarahkan buat mencapai tujuan ganda : orientasi konsumen dan volume penjualan yg menguntungkan. Perhatian ditujukan ke pemasaran, bukan ke penjualan. Eksekutif puncaknya disebut menjadi manajer pemasaran atau wakil direktur pemasaran. Dalam termin ini beberapa kegiatan yang biasanya dikelola oleh eksekutif departemen lain, kini menjadi tanggung-jawab manajer pemasaran. Misalnya aktivitas pengendalian sediaan, pergudangan dan aspek-aspek perencanaan produk. Para manajer pemasaran dilibatkan semenjak tahap awal menurut daur produksi. Dengan pelibatan sejak awal ini dibutuhkan mereka dapat mengintegrasikan pemasaran ke pada setiap termin berdasarkan kegiatan perusahaan. Pemasaran wajib mensugesti semua kebijakan perusahaan, baik yang jangka pendek maupun yang jangka panjang.

Penerapan konsep pemasaran ini akan berhasil hanya apabila menerima dukungan menurut manajemen puncak . Pasalnya, “hanya manajemen puncaklah yg sanggup menyediakan iklim, disiplin, serta kepemimpinan yang diharapkan buat sebuah acara pemasaran yang berhasil,” demikian celoteh seorang eksekutif Chase Bank. Bahkan, seorang eksekutif puncak pemasaran di International Mineral and Chemical Coorporation memperingatkan : ”Sebuah perusahaan nir dapat sebagai sadar konsumen hanya lantaran keputusan serta perintah. Karena seluruh organisasi cenderung mencontoh pemimpinnya, sehingga penting buat seorang pemimpin bisnis sebagai sadar-konsumen. Dia akan dapat mengembangkan suasana, atmosfir serta semangat kesatuan yg memantulkan citra bahwa konsumen merupakan raja pada perusahaan kami, dan gagasan ini meresap ke seluruh bagian pada perusahaan”.

Dewasa ini sebagian akbar perusahaan besar , terutama perusahaan multi nasional, berada dalam termin ini. Mereka telah mengadopsi konsep pemasaran buat menjalankan bisnis bisnisnya. Burouhgs Coorporation memberitahuakn gambaran perusahaan yg telah sepenuhnya menerapkan konsep pemasaran. Dia berkata, ”Setiap perusahaan yg bukan merupakan organisasi pemasaran tidak bisa dikatakan menjadi perusahaan.” Presiden Direktur Pepsi Cola berkata,”Bisnis kita adalah bisnis pemasaran”.

Tahap Orientasi Manusia dan Tanggung-jawab Sosial 
Kondisi sosial serta ekonomi pada tahun 1970-an mendorong munculnya tahap ke empat pada evolusi manajemen pemasaran, tahapan yang poly diwarnai sang orientasi sosial kemasyarakatannya. Di sini eksekutif pemasaran wajib bertindak menurut perilaku dan tanggung-jawab sosial bila mereka ingin berhasil, atau selamat. Tekanan-tekanan berdasarkan luar tekanan-tekanan menurut luar ketidakpuasan konsumen, perhatian pada perkara-maslah lingkungan, serta kekuatan-kekuatan politik yg sah mempengaruhi program pemasaran perusahaan-perusahaan.

Yang perlu diperhatikan adalah meskipun di atas diuraikan pembagian tahun buat masing-masing tahapan, sesungguhnya pembagian di atas hanyalah pembagian secara generik saja. Pada kenyataannya, tidak terdapat ketika yang niscaya yg membatasi masing-masing berdasarkan keempat tahapan evolusi manajemen pemasaran pada atas.

Comments