PEMANFAATAN MULTIMEDIA SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Pemanfaatan Multimedia Sebagai Alat Pembelajaran Yang Efektif
Era berikutnya yg akan dilewati oleh bepergian sejarah peradaban manusia pada muka bumi ini adalah era informasi, setelah berlalunya era pertanian serta era industri dalam masa-masa sebelumnya. Berbagai ciri era baru ini sudah dikemukakan sang para ahli; diantaranya contohnya sang Rogers [1986], yg menaruh tanda berupa terwujudnya suatu “masyarakat berita” yaitu masyarakat yg sebagian besar anggotanya berfungsi menjadi pekerja warta. Lebih lanjut Rogers mendefinisikan pekerja keterangan menjadi: “ .........individuals whose main activity is producing, processing, or distributing information, and producing information technology. Typical information worker occupations are teachers, scientists, newspaper reporters, computer programmers, consultants, secretaries, and managers. These individuals write, teach, sell advice, give orders, and otherwise deal in information.” Penulis ingin menggaris-bawahi, bahwa dari Rogers sebagaimana diuraikan pada atas, galat satu jenis profesi krusial pada era warta merupakan profesi pengajar, yang pekerjaan utamanya merupakan mengajar. Pada bagian lain berdasarkan bukunya, Rogers mengungkapkan bahwa forum sosial kunci dalam masyarakat kabar merupakan research university, yang punya peranan sentral pada rakyat sebagaimana pabrik baja dalam warga industri serta sawah-ladang dalam masyarakat pertanian. Dengan ini penulis ingin memperlihatkan betapa pentingnya peranan sistem pendidikan (universitas, pengajar, kegiatan mengajar, seluruh ini merupakan bagian-bagian krusial sistem pendidikan) dalam era liputan mendatang.
Satuan dasar kabar merupakan bit. Data yg dikirim dan diterima melalui saluran-saluran komunikasi pada sistem komunikasi data tersusun menurut bit-bit digital. Dalam era informasi, sistem komunikasi data adalah wahana penunjang utama buat sistem distribusi berita, sebagaimana sistem transportasi adalah wahana penunjang primer pada sistem distribusi produk industri dalam era industri dan era pertanian sebelumnya.
SISTEM PENDIDIKAN
Titik sentral seluruh sistem pendidikan, baik pendidikan formal, informal mau pun non-formal, adalah hubungan manusiawi yang terbentuk antara pendidik serta peserta-didik. Hubungan ini secara teknis mampu saja direduksi sebagai “proses belajar-mengajar”, tapi jelas proses belajar-mengajar saja nir bisa mencerminkan keseluruhan sistem pendidikan. Proses yg terjadi dalam sistem pendidikan jua tidak dapat direduksi sebagai sekedar suatu proses transfer pengetahuan atau ketrampilan saja. Lebih-lebih lagi, sistem pendidikan kentara tidak mungkin ditinjau secara sederhana sebagai sekedar proses distribusi kabar belaka. Tapi proses belajar mengajar, transfer pengetahuan serta ketrampilan dan proses distribusi informasi merupakan beberapa elemen kunci dalam sistem pendidikan. Tujuan beserta (common goal) seluruh proses dalam sistem pendidikan merupakan perkembangan peradaban insan pada muka bumi dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Perkembangan peradaban pun, nir dapat disempitkan sebagai sekedar “pewarisan nilai-nilai”, melainkan lebih dari itu, adalah segenap upaya dan budidaya insan agar dapat mempertahankan fungsi utama keberadaannya pada muka bumi, yaitu membentuk pengabdian yang menyeluruh kepada Sang Maha Pencipta sebagaimana sudah ditetapkanNya.
Dengan begitu kualitas sistem pendidikan sangat tergantung dalam “empati” yang terbentuk dalam interaksi antara para pendidik dengan peserta-didiknya masing-masing. Tanpa terbentuknya “ikut merasakan” ini, proses apa pun pada sistem pendidikan sebagaimana yg antara lain disebutkan pada atas, akan kemarau berdasarkan makna sesungguhnya, tinggal menjadi kerangka-kerangka teknis belaka. Tidak heran bila kualitas produk sistem pendidikan yang terbaik justru diperoleh melalui proses-proses “tradisional” pada sistem pendidikan, misalnya metode belajar-mengajar "talk and chalk" pada perguruan-perguruan tinggi terkemuka di global serta hubungan kiyai-santri di pesantren-pesantren tradisional di tanah-air. Universitas Islam Antar-Bangsa (Islamic International University) di Malaysia yang sangat terbaru, justru menerapkan sistem “usrah” (dengan profesor duduk melingkar bersama menggunakan para asisten serta mahasiswa-nya) dalam kuliah-kuliah di Fakultas Teknik sekali pun.
Para ahli pendidikan boleh bersepakat bahwa penggunaan teknologi non-konvensional buat menjalankan proses-proses pada sistem pendidikan nir akan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun – tentu saja – bukan berarti introduksi teknologi non-konvensional itu nir terdapat gunanya sama-sekali. Walau pun nir menaikkan kualitas secara signifikan, penggunaan teknologi kependidikan jelas bisa menaikkan kuantitas sistem pendidikan (yang berarti meluasnya peluang dan kesempatan bagi peserta-didik) tanpa terlalu poly mengurangi kualitasnya.
Tanpa campur-tangan teknologi non-konvensional, peningkatan kuantitatif dari proses-proses dalam sistem pendidikan - yg berarti terbukanya kesempatan dan peluang bagi lebih poly peserta-didik dan lebih meluasnya materi pendidikan - menggunakan sendirinya mengandung konsekuensi logis menurunnya kualitas (degradasi) sistem pendidikan secara drastis. Harapan dalam pelaksanaan teknologi non-konvensional pada berbagai proses pendidikan hanya terletak pada minimisasi terjadinya degradasi ini saja. Dengan perkataan lain, teknologi non-konvensional diberdayakan dan dimanfaatkan buat pengembangan sistem pendidikan, hanya buat menolong agar kualitas sistem pendidikan tidak menurun sedrastis dibandingkan ketika dilakukan upaya peningkatan kuantitatif tanpa introduksi teknologi non-konvensional.
SISTEM KOMUNIKASI DATA
Kendala primer dari perluasan kuantitatif sistem pendidikan merupakan terbatasnya ruang serta saat. Pendidik yg memenuhi baku serta sinkron dengan kebutuhan nir selalu berada pada satu dimensi ruang serta saat menggunakan peserta-didik yang memerlukan kehadirannya. Dengan demikian, kesempatan peserta-didik buat memperoleh pendidikan yang berkualitas tinggi secara langsung melalui proses-proses pendidikan yg konvensional (“talk and chalk”, santri-kiyai, usrah) dari pendidik yang sinkron pun terbatas serta langka sekali. Inovasi teknologi komunikasi data dapat diberdayakan buat menembus kendala ruang serta saat ini. Materi pendidikan yang dipilah-pilah menjadi paket-paket liputan bisa dikirim serta ditansfer kesana-kemari melintasi ruang melalui sistem komunikasi data bit demi bit tanpa kesulitan. Dengan sistem pemberkasan (filing-systems) data elektro, materi-materi pendidikan yang bermutu bisa jua disimpan dan diakses sewaktu-saat dibutuhkan, melintasi dimensi ketika.
Teknologi Internet yang berintikan sistem komunikasi data paket, sudah membuka kemungkinan yg hampir tak terbayangkan sebelumnya tentang “globalisasi” sistem keterangan. Dunia menjadi satu tanpa batas, rentang waktu menjadi tidak berarti, kemarin dan esok, hari ini, sama saja. Ratusan juta terminal data sudah terhubung satu sama lain – baik secara permanen mau pun temporer - di semua penjuru dunia menggunakan kapasitas total trilyunan bit kabar yg sewaktu-ketika bisa pada-transfer serta di-akses ke sana ke yuk. Pada kurun waktu pada masa depan yang tidak akan terlalu lama lagi, kita akan menyaksikan konvergensi media, seluruh berbasis komunikasi data. TV, Radio, suratkabar, telepon, telegraf, facsimile, seluruh akan menyatu dengan sistem perbankan, travel-bureau, supermarket, penerbitan, pusat-sentra perbelanjaan, seluruhnya menjadi “on-line” dengan sistem komunikasi data. Lantas bagaimana dengan sistem pendidikan? Universitas, perpustakaan, kursus-kursus ketrampilan, sekolah, kini ini pun sudah sanggup “on-line”, berkat sistem komunikasi data. Secara teoritis berarti hambatan ruang serta waktu sudah teratasi, kapasitas sistem pendidikan sebagai tidak terbatas, kuantitas dapat ditingkatkan semaksimum mungkin. Peningkatan kuantitas yang maksimum ini jelas nir akan dan-merta diikuti oleh peningkatan kualitas, bahkan buat mempertahankannya saja telah akan sulit sekali.
Haruslah disadari sepenuhnya bahwa pemberdayaan sistem komunikasi data buat pengembangan sistem pendidikan hanya akan meningkatkan kuantitas dan kapasitas sistem pendidikan dengan seminimal mungkin mencegah degradasi mutunya, tetapi sekali-sekali tidak akan pernah bisa menaikkan kualitas sistem pendidikan itu sendiri. Sebuah universitas “on-line” bisa saja dibangun menggunakan menerapkan secara intensif sistem komunikasi data yang canggih, akan tetapi yang akan dihasilkan hanyalah suatu “impian university” atau universitas semu di dunia maya, sama sekali bukan universitas yg sesungguhnya. Tapi pada lain fihak, menanggapi eksistensi universitas semu ini dengan sikap negatif saja jua nir akan menuntaskan kasus. Bagaimana pun, pemanfaatan sistem komunikasi data buat menyebarkan suatu sistem pendidikan jelas akan menaikkan kapasitas dan memperluas peluang anak-didik buat memperoleh materi yg lebih poly dan mendapatkan akses ke pusat-pusat berita yang nir pernah dibayangkan sebelumnya akan terakses lantaran keterbatasan ruang dan saat, walau pun semua ini permanen nir akan pernah sebagai cara lain pengganti berdasarkan sistem pendidikan konvensional. Analogi-nya, walau pun menggunakan sistem komunikasi data dimungkinkan buat membaca suratkabar secara “on-line” menggunakan komputer melalui Internet, tidaklah serta-merta orang akan berhenti berlangganan suratkabar dan ganti berlangganan ISP (Internet Service Provider) saja, karena membaca suratkabar “on-line” tetap saja berbeda menggunakan membaca suratkabar yang “real” sambil minum kopi menunggu terhidangnya sarapan pagi pada meja makan.
Dengan sistem komunikasi data melalui Internet kita dapat meng-akses perguruan-perguruan tinggi kelas global kemudian menikmati hidangan materi-materi kuliah dari profesor-profesor terkemuka di bidangnya. Harus difahami menggunakan jelas bahwa menikmati hidangan para profesor ini melalui sistem komunikasi data permanen saja berbeda menggunakan duduk sendiri “in person” pada kelas oleh profesor dan memperhatikannya bermain dengan “talk and chalk”-nya. Sambil ber-“chit-chat” mengenai materi kuliah yg dibawakannya. “Real education” permanen memerlukan hubungan eksklusif antara pendidik serta peserta-didik pada ruang dan waktu yg sama. Tapi masalahnya, berapa banyak peserta-didik mendapatkan peluang buat suatu kemewahan ber-“chit-chat” langsung dengan pendidiknya, serta berapa banyakkah materi yg dapat dibahas pada pertemuan yang begitu singkat? Sistem komunikasi data memungkinkan berkembang lebih luasnya kesempatan serta peluang bagi peserta-didik yg lebih poly buat sekedar ikut mencicipi aneka macam “kemewahan” sistem pendidikan, walau pun tetap tidak pernah akan memberi kesempatan dalam peserta-didik ini buat merasakan “the real education”-nya. Ibaratnya, bisa saja dibentuk daging kepiting tiruan (artificial crab) yang murah-meriah sehingga mampu lebih poly orang yang dapat mencicipi enaknya daging kepiting, akan tetapi merasakan daging kepiting yang aslinya tentu hanya sebagai kehormatan bagi sebagian kecil orang saja.
Pemberdayaan penggunaan sistem komunikasi data buat sistem pendidikan sama sekali nir dapat dimaksudkan menjadi cara lain pengganti berdasarkan sistem pendidikan yg ada, melainkan hanya bersifat suplementer (tambahan) serta komplementer pelengkap) pada sistem pendidikan yang ada, yang sudah dibangun selama berabad-abad menggunakan akar tradisi serta metode yg sudah baku, sesuai dengan harkat, prestise serta fithrah manusia sendiri.
Singkatnya, sistem komunikasi data berpotensi akbar buat dikembangkan menjadi sarana penunjang sistem pendidikan, khususnya buat menaikkan kapasitas pelayanan pendidikan, buat memperbesar peluang akses ke aneka macam sentra berita pendidikan serta memperbesar peluang anak-didik untuk mengatasi hambatan keterbatasan ruang dan saat pada berinteraksi menggunakan para pendidik, akan tetapi ini seluruh hanyalah meningkatkan kuantitas sistem pendidikan, dan sama sekali nir menaikkan kualitasnya.
Comments
Post a Comment