SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN REMEDIAL

Cara flexi---Jika kita cermati balik mengenai pendidikan dibelakang masa kemudian, Pendidikan pada masa lampau diartikan sebagai proses individual bukan proses grup. Pengajaran yang dilakukan guru buat anak didik-muridnya diselenggarakan secara perorangan. Oleh karenanya, anak didik yg menerima kesulitan belajar pada sekolah serta di rumah nir terlalu menonjol karena semuanya telah dapat dipecahkan sang pengajar dalam waktu berlangsungnya pengajaran di sekolah. Berlainan dengan empiris, ketika itu dalam satu segi pengajaran di kelas dilakukan secara individual, dalam segi lain kurikulum masih dibentuk secara generik, ialah kurikulum yg disediakan itu tidak memuat program spesifik yg diarahkan buat kepentingan pengembangan potensi perseorangan, sedangkan fenomena di kelas kebalikannya. Keberadaan masalah dalam saat itu hanya dapat dirasakan oleh adanya perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-kesenjangan tingkah laku yang muncul sewaktu-saat. Untuk menjembatani perbedaan-disparitas serta kesenjangan-kesenjangan itu diciptakan pelayanan sistematis dan terarah buat kepentingan penanggulangan kasus. Pelayanan itu bersifat mendadak menggunakan kurikulumnya juga dibentuk secara mendadak, diberi nama kurikulum muatan kecelakaan (Accident Prone Curriculum). Bantuan yang diberikan berupa pelayanan ambulan buat kepentingan individu yang menerima kecelakaan.

Pengertian Remedial

Remedial merupakan suatu treatmen atau donasi buat mengatasi kesulitan belajar. Berikut adalah beberapa program asesmen yg mampu dijalankan atau dijadikan acuan dalam melakukan pedagogi remedial. Yang antara lain dalam bidang berhitung, membaca pemahaman dan menulis.

Remediasi mempunyai padanan remediation pada bahasa Inggris. Kata ini berakar istilah ‘toremedy’ yang bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk pada proes penyembuahan. Remedial merupakan adjektiva. Lantaran itu dalam bahasa Inggris selalu bersama dengan kata benda, contohnya ‘remedial work’, yaitu pekerjaan penyembuhan, ‘remeial teaching’ – pedagogi penyembuhan. Dsb. Di Indonesia, istilah ‘remedial’ seringkali ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda. Mestinya dituliskan sebagai pedagogi remedial, atau aktivitas remedial dsb. Dalam bagian ini istilah remediasi serta remedial dipakai beserta-sama, yg merujuk dalam suatu proses membantu anak didik mengatasi kesulitan belajar terutama mengatasi miskonsepsi - miskonsepsi yg dimiliki.

Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan buat membetulkan kekeliruan yg dilakukan murid. Kalau dikaitkan menggunakan aktivitas pembelajaran, aktivitas remediasi dapat diartikan menjadi suatu kegiatan yg dilaksanakan buat memperbaiki aktivitas pembelajaran yang kurang berhasil. Kekurangberhasilan pembelajaran ini umumnya ditunjukkan oleh ketidakberhasilan anak didik pada  menguasai kompetensi yang diperlukan pada pembelajaran.

Dari pengertian pada atas diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remediasi jika aktivitas pembelajaran tersebut ditujukan buat membantu siswa yg mengalami kesulitan dalam tahu bahan ajar. Guru melaksanakan perubahan pada kegiatan pembelajarannya sesuai menggunakan kesulitan yang dihadapi para anak didik.

Pada tahun 1930'an, para pakar Psikologi berpendapat bahwa kemampuan (ability) itu sanggup diukur serta pengelompokan anak didik sanggup dilakukan sebagai akibatnya pedagogi klasikal dapat diselenggarakan. Kurikulum sebagai sarana buat mencapai tujuan dibentuk sinkron menggunakan kebutuhan individu dan kelompok. Konsekuensinya, dalam tahun 1940, Program pendidikan dan pedagogi remedial mulai terorganisasi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah dan butir-buah aspirasinya dimasukan ke dalam UU Pendidikan. Alat ukur pendidikan dibentuk sedemian rupa dengan maksud buat mengembangkan hasrat pada atas. Gerakan pendidikan serta pengajaran remedial memberi asa baik terhadap siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Apabila kesulitan belajar itu nir ditangani secara berfokus, maka kegagalan akan dialami selama-lamanya.

Gerakan itu pula memberi kejelasan terhadap disparitas-disparitas antara anak lemah pikir serta lamban belajar yamg membutuhkan latihan eksklusif pada bidang mata pelajaran dasar. Perbedaan-disparitas itu membuahkan keyakinan para ahli pendidikan untu beropini menjadi berikut :
  1. Abilitas insan diukur melalui alat ukur eksklusif yg dibuat menggunakan cermat dan memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, serta relevansi. 
  2. Pengelompokan siswa dapat dilakukan sebagai akibatnya pengajaran klasikal dapat diselenggarakan 
  3. Pelayanan pendidikan dan pengajaran remedial dapat dilakukan sinkron menggunakan tipe belajar siswa, kemampuan, umur, mental, dan bakat individual.
  4. Pendidikan dan pengajaran remedial diselenggarakan pada sekolah serta dilakukan secara individual dengan acara yg merupakan bagian tidak terpisahkan menurut kurikulum sekolah,



Pada tahun 1978 Warnock melaporkan output penemuannya mengenai ketiadaan disparitas antara pendidikan remedial dan pendidikan spesifik. Pada tahun 1981, Undang-undang Pendidikan pada Amerika menghendaki pengkajian yg mendalam terhadap pendidikan spesifik serta kaebutuhan-kebutuhan belajar siswa, sehingga jenis dan hakikat bantuan tambahan yg diberikan itu bisa diidentifikasi secara cermat. Sumber-asal belajar yg dibutuhkan dapat diperoleh dengan gampang dan sinkron menggunakan tujuaan yang diperlukan.

Antusiasme yang disampaikan bangsa-bangsa di dunia terhadap konsepsi pendidikan dan pedagogi remedial mengundang harapan buat mendirikan organisasi dalam bidang pendidikan remedial. Usaha mereka berfokus pada upaya pengintegrasian murid yang lembah mental serta pisik, disamping menaruh perhatian khusus terhadap murid yang mengalami kesulitan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa (1) gerakan pendidikan dan pengajaran remedial melejit maju dari konsepsi lama tentang layanan ambulan ke konsepsi baru mengenai pengintegrasian balik murid yg mendapat kesulitan belajar ke dalam kelas biasa (ordinary class), (2) pergeseran upaya bimbingan kuratif ke preventif, (tiga) pengintegrasian pulang anak didik lamban belajar ke dalam kelas biasa mengundang perhatian khusus dibidang organisasi sekolah, sistem pengelolaan kelas, pengkajian tentang kebutuhan siswa dan kurikulum yang relevan.

Latar belakang historis tadi berpengaruh terhadap perubahan konsep pendidikan serta pedagogi remedial. Berkaitan menggunakan hal itu, masih ada dua aliran pemikiran yang berpengaruh.
  1. Pendapat mengenai kemampuan intelektual rendah dalam diri seseorang adalah kondisi tetap yang tidak bisa diubah. Usaha remediasi sudah tidak mungkin dilakukan, lantaran utu bisnis membina siswa buat sanggup pulang menempati kedudukan yang sejajar menggunakan teman sebayanya telah tidak sanggup lagi diharapkan.
  2. Siswa yg lamban belajar dalam umumnya menjadi dampak menurut kegagalan pada proses belajar. Kesimpulannya masih ada salah satu fungsi organ jasmani dan rohani yg sedang mengalami kelainan serta dipercaya menjadi sesuatu yang patologis. Menurut pandangan ini, murid yg sedang mengalami kesulitan belajar bisa didiagnosis serta kemudian dapat diberikan latihan-latihan khusus secara temporer. Siswa penderita yg sedang berada pada kelas itu dapat segera ditarik ke kelas remedial untuk diberikan penyembuhan-penyembuhan (therapy), dan apabila telah sembuh beliau segera dikembalikan ke kelas biasa (ordinary class).

Menurut konsep di atas, pengajar dilihat sebagai therapist serta buat itu mereka harus dilengkapi menggunakan pengetahuan dalam bidang psikologi dan neurologi. Mereka yg terlibat pribadi menangani proses remediasi harus memiliki kemampuan membaca dengan cermat terhadap pelajaran-pelajaran tertentu yang akan disembuhkan.

Dalam kontek kedua teori di atas, pendidikan dan pedagogi remedial berfungsi buat membantu tugas-tugas sekolah dibidang pedagogi. Kemungkinan akbar pada pelaksanaannya akan memerlukan saat yang relatif lama buat kepentingan-kepentingan di atas. Untuk itu dalam beberapa hal kurikulum yg dibuat harus diarahkan kepada dua keperluan; Pertama buat kepentingan bersama (comunal) dan ke 2 untuk kepentingan perkara, supaya beban tanggung jawabnya lebih jelas serta terarah.


Sumber: Diragkum menurut berbagai asal !!

Referensi:
Demetrio D. Monis, 1992, Left Brain Hemisphere/Strategies in Remedial Education Philipines:Innotech, Quezon City
Demetrio D. Monis, 1992, Left Brain Hemisphere Strategies in Remedial Education, Impact System, Resource Approach, Precision Teaching, Philipines: Innotech Quezon City.
Villamin, Araceli M., 1990, Remedial Reading, Philines, Qoezon City: Phoenix Publishing House.