Produksi Rajungan Di kabupaten rembang tahun . - Rajunganmerupakan keliru satu komoditas sumberdaya perikanan yg prospekif untuk diekspor, lantaran Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih adalah komoditasperikanan yang mempunyai nilai hemat tinggi yg diekspor terutama ke negaraAmerika, yaitu mencapai 60 persen berdasarkan total hasil tangkapan Rajungan (Nugraha,2011).
Rajungan (blue swimming crabs)adalah biota bahari yang bernilai gizi tinggi, merupakan komoditas ekspordengan nilai jual yg mahal dan semua bagiannya dapat dimanfaatkan,antara lain daging Rajungan banyak digunakan sebagai bahan standar Rajungankalengan, cangkang atau kulit Rajungan bisa diolah menjadi bahan standar kosmetikserta beberapa industry lainnya (Soegiri etal, 2014).
PRODUKSI RAJUNGAN DI KABUPATEN REMBANG
MenurutDirektur Jenderal Pengolahan serta Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KementerianKelautan dan Perikanan (KKP) Saut Hutagalung dalam Jurnas (2014), tahun 2013lalu tercatat ekspor Rajungan senilai USD367 juta, sebanyak USD190 jutadiantaranya merupakan nilai ekspor Rajungan ke Amerika Serikat.
Sementara, tuna kenegeri Paman Sam sebanyak USD115 juta.sedangkan, udang yang nilainya 65% daritotal ekspor perikanan memiliki nilai USD 900 juta.permintaan dalam Rajunganterbilang tinggi.amerika Serikat adalah pasar utama dengan volume sekitar10.900 ton.tuna, output olahannya nir sevariatif Rajungan.ini yg membuatpermintaan dalam kepiting besar ini bertambah terus.padahal, Rajungan belum bisadibudidayakan serta bahan bakunya masih didapat dari alam.
Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap Indonesia(KKP, 2011) memperlihatkan bahwa produksi perikanan pada periode tahun 2001 - 2011, volumeproduksi perikanan tangkap semakin tinggi rata-rata sebanyak dua,93% per tahun, yaitutahun 2001 sebanyak 4.276.720 ton menjadi 5.714.271 ton dalam tahun 2011. Volumeproduksi perikanan tangkap di bahari dalam periode tadi semakin tinggi rata-ratasebesar 3,06% per tahun, yaitu berdasarkan tiga.966.480 ton pada tahun 2001 menjadi5.345.729 ton pada tahun 2011.
Sementara itu dari catatan KementerianKelautan dan Perikanan menyebutkan potensi sumberdaya ikan bahari Indonesiadiperkirakan sebesar 6,62 juta ton per tahun, terdiri berdasarkan jenis ikan pelagisbesar 1,05 juta ton per tahun, pelagis mini tiga,24 juta ton per tahun, demersal1,79 juta ton per tahun, udang 0,08 juta ton per tahun, Cumi-cumi 0,03 juta tonper tahun dan ikan karang 0,08 juta ton per tahun.
Data tersebut menunjukanbahwa potensi perikanan Indonesia cukup akbar sebagai galat satu negaraprodusen ikan konsumsi bahari global.berdasarkan data FAO (2007) Indonesiamenduduki peringkat ke-6 global dalam menghasilkan ikan. Sementara dalam jajaraneksportir, Indonesia menduduki peringkat ke-10 selesainya Thailand, Norwegia, Alaihi Salam,China, Denmark, Kanada, Taiwan, Cili dan Rusia.
PenyebaranRajungan pada Indonesia meliputi daerah yang sangat luas yakni wilayah perairanLaut Jawa, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Makasar, Samudra Hindia danLaut Arafur. Potensi sumberdaya perikanan tadi sesungguhnya dapatdimanfaatkan buat mempertinggi kesejahteraan rakyat, tetapi sampai saatini potensi tadi belum dioptimalkan (Efendy, 2001).
Potensiproduksi secara nasional buat bagian Utara serta Selatan Sumatera masing-masingadalah sebesar 14% serta 21%.sedangkan buat Utara Jawa serta selatan Sulawesimasing-masing merupakan sebanyak 14% and 21%. Wilayah perairan pesisir lainnyaseperti:Barat Sumatera, Barat serta TimurKalimantan, Selatan Jawa, NusaTenggara, Maluku serta Papua hanya memberikan kontribusisebesar 5% dari produksi Rajungan di Indonesia.
Beberapa daerah dengan potensiRajungan tertinggi tersebut tercatat menjadi lokasi penangkapan Rajungan untuktujuan ekspor, seperti: Bangka Belitung, Lampung, Panimbang, Labuhan, Serang,Karawang, Cirebon, Juwana, Rembang, Madura, Barru, Maros, Makassar, dan Kendari(BBPPI, 2013)
Kegiatanpenangkapan Rajungan bisa dilakukan dengan aneka macam jenis indera penangkapanyang selama ini sudah berkembang, terutama berdasarkan gerombolan jaring (Jaring klitik,Trammel net, Gill netlainnya, aneka pukat: Cantrang, Dogol danTrawl).
Cara ini disamping kurang ramahlingkungan (kurang selektif) jua kualitas hasil tangkapanya lelatif rendah(biasanya meninggal dan rusak). Dari aspek sumberdaya, cara ini kentara berdampak padapemborosan sumberdaya karena Rajungan merupakan hasil sampingan yg seringsia-sia dan yang tertangkap sebagai nir bernilai meski pada jumlah akbar.disamping itu metode penangkapan tersebut cenderung akan merusak tempat asal dankomunitas Rajungan pun menjadi cepat berkurang (Zarochman, 2005).
Martasuganda (2003), menyatakan bahwa bubu merupakan alattangkap yg bersifat pasif, dipasang di dasar perairan kurang lebih terumbu karang,menggunakan pengoperasian yang baik dan benar, penangkapan Rajungan atau ikan dengan bubuini tidak akan merusak karang. Dibandingkan dengan alat tangkap trawl, bubu mempunyai kelebihan, yaitu lebihselektif yaitu indera tangkap yg hanya dapat menangkap sarana penangkapannya.
Menurut Martasuganda (2008), alasan primer pemakaianbubu pada wilayah penangkapan kemungkinan ditimbulkan sang beberapa pertimbanganseperti, adanya embargo mengoperasikan alat tangkap selain bubu, topografidaerah penangkapan yg tidak mendukung, kedalaman daerah penangkapanyang tidakmemungkinkan alat tangkap lain buat dioperasikan, biaya pembuatan alat tangkaptergolong murah, pembuatan dan pengoperasian alat tangkap tergolong gampang,output tangkapan dalam keadaan hayati, kualitas output tangkapan mengagumkan, hasiltangkapan umumnya bernilai hemat tinggi dan tersedianya stok ikan ataubiota air lainnya yang bisa ditangkap menggunakan bubu.
Menurut Ameriyani (2014),KabupatenRembang adalah daerah yg terletak di pantai Utara Propinsi Jawa Tengah,dengan luas wilayah lebih kurang 1.014 km² dan panjang garis pantai 63 km. Sebesar 35%berdasarkan luas wilayah Kabupaten Rembang adalah daerah pesisir yaitu seluas355,95 km².kabupaten Rembang memiliki 14 kecamatan, 6 antara lain berada ditepi bahari.posisi Kabupaten Rembang yg dekat menggunakan bahari seharusnya menguntungkankarena memiliki potensi sumber daya laut yang besar .namun kenyataannyakesejahteraan rakyat di Kabupaten Rembang masih kurang.ini berarti potensilaut perlu diarahkan pengembangnnya, sebagai akibatnya perekonomian Kabupaten Rembangbisa meningkat.dataproduksi Rajungan Kabupaten Rembang Tahun 2014 dapat dicermati pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Data Produksi Rajungan Kabupaten Rembang 2014
No
Bulan
Produksi (kg)
1
Januari
24,310.80
2
Februari
22,783.00
3
Maret
16,385.50
4
April
17,646.00
5
Mei
20,766.00
6
Juni
18,993.00
7
Juli
14,384.00
8
Agustus
12,653.00
9
September
10,666.00
10
Oktober
9,386.00
11
November
10,279.00
12
Desember
19,058.00
Total
197,310.30
Sumber : Dataproduksi KUB
Berdasarkan tabeldiatas maka bisa diketahui total produksiRajungan pada Kabupaten Rembangsebesar 197.310,30 Kg. Pada bulanJanuari merupakan animo zenit penangkapan Rajungan, produksirajungan sebanyak 24.310,80 Kg sedangkan ekspresi dominan paceklik terjadi pada bulanOktober menggunakan produksi Rajungan sebesar 9.386 Kg.produksi Rajungandipengaruhi sang musimpenangkapan serta cuaca, dimana pada bulan Oktober cuaca pada perairan KabupatenRembang, angin serta ombak relatif besar sehingga poly nelayan tidak melaut.
Produksiperikanan Kabupaten Rembang mengalami peningkatansebesar68,93 %dari tahun 2008 sampaitahun 2012. Produksi perikanan tangkap yang terdapat di Desa Kabongan Lor Kabupaten Rembang merupakanperikanan tangkap skala kecilsehingga pemanfaatan potensi sumberdaya laut masih rendah menggunakan adanya kabar bahwa sumber daya perikananyang relatif potensial di perairan Rembang bagi nelayan skalakecil, maka perlu dilakukan penelitian untukmeningkatkan hasil tangkapan Rajungan.menurut Kennely serta Craig (1989),
beberapa faktor yg mensugesti hasil tangkapan dari indera tangkap bubu antaralain adalah bentuk perangkap, umpan, kompetisi antar bubu, soaking time juga posisi penempatan bubu pada perairan. Adanyabeberapa faktor yg mempengaruhi hasil tangkapan Rajungan tadi, makapenelitian tentang perubahankonstruksi bubu dan jenis umpan yg dipakai merupakansalah satu upaya untuk menaikkan hasil tangkapan Rajungan pada Desa KabonganLor Kabupaten Rembang.