BUDIDAYA IKAN KERAPU

PENDAHULUAN

Ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis  adalah komoditas ekspor yang bernilaiekonomis tunggi pada pasar Asia misalnya Hongkong serta Singapura. Saat ini harga ikan kerapubebek di Denpasar serta Jakarta berkisar antara Rp. 300.000-350.000 per kg hidup.selain itu kerapu bebek mempunyai bentuk yg latif berdasarkan kerapu lainnyasehingga waktu kecil mampu dijual menjadi ikan hias dengan harga yg relatif mahal.pembenihan ikan kerapu bebek telah diteliti mulai tahun 1996 (Trijoko et al.,199) dan pada tingkat petani Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) mulai tahun 1997,tetapi baru  berkembang sejak tahun 1999di HSRT di Bali. Usaha pembenihan ikan kerapu bebek sudah dirintis pada berbagaidaerah seperti Lampung, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, kep. Seribu, kep.riau, Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT; namun hanya pada Bali yang dapat berkembangbaik. Hal ini ditimbulkan sang telah masih ada kurang lebih 3.000 petani HSRT bandengyang sekitar sepuluh persennya berusaha memproduksi benih kerapu bebek sebagaiusaha sambilan, sebagai akibatnya setiap bulan selalu terdapat yang berhasil menghasilkanbenih kerapu bebek di Bali.

Keberhasilan transportasibenih akan mendukung pengembangan kegiatan budidaya pembesaran ikan kerapukhususnya pada mengupayakan keselamatan dan kesehatan benih yg diangkut dariunit perbenihan sampai ke lokasi budidaya/pembesaran. Tujuan penelitian iniadalah buat menganalisis kemampuan daya tahan tubuh serta menganalisiskesehatan benih ikan kerapu bebek yg sedang diangkut dalam berbagai kepadatan,selain itu target lebih lanjut adalah buat menganalisis kemungkinanpeningkatan efesiensi biaya transportasi menggunakan menaikkan kepadatanpengangkutan dengan memperhatikan faktor kesehatan serta sintasan benih ikankerapu bebek.

BAHAN DAN METODE

Studi transportasi benihikan kerapu bebek sistim tertutup dan terbuka dilakukan menggunakan menggunakanbenih output produksi petani pembenihan di Bali. Ikan uji berupa benih ikankerapu bebek dengan panjang total 4 – 5 centimeter dan bobot tubuh 3-10 gram. Padasistem tarnsportasi tertutup benih ikan uji tersebut sebelum dikemas kedalamkantong plastik dipuasakan selama 24 jam. Wadah menggunakan kantong plastikyang berukuran 30 x 50 centimeter diisi air laut yg telah diaerasi sebanyak 2 literdan 35 x 60 centimeter diisi air laut 3 liter.

Kantong plastik yang sudah berisi benih lalu diisi oksigen murni dengantekanan 100 kg/cm2, ratio antara gas oksigen serta air 3 : 1. Kantong plastikyang berisi benih ikan selanjutnya dimasukan kedalam box  streofoam, dan didinginkan menggunakan menambahkanes batu sebesar 0,5 kg per box. Parameter yang diamati pada kegiatan iniadalah kelangsungan hayati, dan kualitas air media pada waktu berangkat dansampai tujuan yang meliputi oksigen terlarut, pH, suhu, salinitas, ammonia dankarbon dioksida dilakukan secara simulasi transportasi.

Pada pengangkutan menggunakan sistem tertutup memakai kendaraan berupa trukyang dilengkapi menggunakan dua buah bak fiber glass volume masing-masing dua m3yang dilengkapi menggunakan aersi dengan oksigen murni. Kecepatan aerasi oksigenmurni diatur sedemikian sebagai akibatnya 1 tabung bisa dipakai selama 6-8 jam.selama perjalanan dilakukan penggantian air sebesar 70-80% setiap 6-8 jamsekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data kelangsungan hidupbenih kerapu bebek dalam transportasi sistem tertutup secara rinci disajikanpada Tabel 1.

Kelangsungan Hidup BenihKerapu dalam Transportasi sistem TertutupTabel 1 dapat dipandang bahwa padatransportasi sistem tertutup buat benih ukuran 4 – lima centimeter kepadatan yg optimumdengan kantong ukuran 30 x 50 centimeter pada usang waktu trtansportasi 12 jam merupakan 30ekor per kantong menggunakan kelangsungan hayati (SR) 95-99%; sedang selama 22 jamadalah 25 ekor per kantong (97-99%). Untukbenih berukuran lima – 6 cm kepadatan yang optimum menggunakan kantong ukuran 30 x 50 cmpada lama ketika trtansportasi 12 jam adalah 25 ekor per kantong dengankelangsungan hidup (SR) 98-99%; sedang selama 22 jam adalah 20 ekor per kantong(96-99%). Untuk benih ukuran 6–7 cm serta 7-8 centimeter acapkali mengalami kendala kantong plastik yang bocor dankempes lantaran tertusuk tulang  sirippunggung. Pada transportasi selama 12 jam kendala palstik kempes masih tidakterlalu fatal, terutama pada transportasi darat walaupun plasti kempes benihmasih dapat tertolong oleh goncangan yang meningkatkan kecepatan difusi oksigen.

Tabel 1. Kepadatan,berukuran ikan. Usang pengangkutan danpersen sintasan pada transportasi  benihikan kerapu bebek dengan sistem tertutup berdasarkan Bali ke perbagai kota tujuan

Ukuran panjang total benih
(centimeter)
Ukuran kantong
(centimeter)/ volume air (liter)

Kepadatan benih per kantong
(ekor)
Lama transportasi (jam)

Kota
tujuan

Alat
angkut
Sintasan (%)
Keterangan
(ada/nir  kantong
Plastikyang kempes)
1
2
3
4
5
6
7
8
4,0-lima,0
30 / 2
30
12
Jakarta
Pesawat
93-95
Tidak
4,0-lima,0
30 / 2
25
12
Jakarta
Pesawat
98-99
Tidak
4,0-4,5
30 / 2
30
22
Bengkulu
Pesawat
90-93
Tidak
4,0-lima,0
30 / 2
25
22
Bengkulu
Pesawat
97-98
Tidak
5,0-6,0
30 / 2
20
12
Jakarta
Pesawat
98-99
Tidak
5,0-6,0
30 / 2
17
12
Bengkulu
Pesawat
98-99
Tidak
5,0-6,0
30 / 2
20
12
U.pandang
Pesawat
98-99
Tidak
6,0-7,0
30 / 2
15
12
Bengkulu
Pesawat
92-93
ada
6,0-7,0
30 / 2
20
12
Jakarta
Pesawat
92-93
ada
6,0-7,0
30 / 2
25
12
Lombok
Darat
98-99
ada
6,0-7,0
35 / 4
35
12
Lombok
Darat
97-99
ada
7,0-8,0
30 / 2
25
12
Lombok
Darat
92-93
Ada
7,0-8,0
35 / 4
25
12
Lombok
Darat
98-99
Ada
5,0-6,0
30 / 2
15
18
Batam
Pesawat
98-99
Tidak
4,0-4,5
30 / 2
20
18
Batam
Pesawat
98-99
Tidak
7,0-8,0
30 /2
15
12
Lombok
Darat
98-99
Ada

KelangsunganHidup Benih Kerapu dalam Transportasi Sistem Terbuka

Pada transportasi terbuka seluruh pelakuanmenghasilkan kelangsungan hidup yg sangat tinggi (>99%).  Hal ini lantaran kodisi kualitas air relatifstabil terutama kadar oksigen dan amoniak terlarut  oleh hadiah aerasi oksigen murni danpenggantin 70-80% air bahari setiap 6-8 jam (Tabel dua).

Tabel2.  Kepadatan,ukuran ikan.lama pengangkutan serta % sintasan pada   transportasi  benih ikankerapu  bebek dengan sistem terbuka dariBali ke perbagai kota tujuan

Ukuran panjang total benih
(centimeter)
Volume
Bak (m3)
Alat angkut
Jumlah benih yg diangkut
(ekor)
Lama transportasi (jam)
Tujuan
Frekuensi Penggan
tian air (kali)
Kelang
sungan hidup
benih
(%)
5,0-6,0
4,0
Truk
6.000
15,0
Lombok
1,0
100,0
10,0-12,0
2,0
Truk
2.000
15,0
Lombok
1,0
100,0
12,0-19,0
2,0
Truk
900
15,0
Lombok
1,0
100,0
5,0-7,0
4,0
Truk
4.000
15,0
Lombok
1,0
100,0
15,0-17,0
4,0
Truk
2.000
72,0
Larantuka
6,0
99,5
8,0-9,0
4,0
Truk
6.000
48,0
Lampung
4,0
99,5
6,0-7,0
4,0
Truk
4.000
60,0
Lb.bajo
4,0
99,5
8,0-9,0
4,0
Truk
4.000
24,0
Dompu
2,0
99,5

Keberhasilan transportasiikan hayati selalu dipengaruhi sifat fisiologi ikan sendiri, ukuran ikan,kebugaran/mutu ikan menjelang transportasi, mutu air selama transportasi (suhumedia DO, pH, CO2. Serta ammonia), kepadatan ikan dalam wadah, teknik mobilitasidengan memakai suhu rendah atau bahan kimia dan metabolit alam serta lamapenggangkutan  (Suryaningrum  et al., 2001; Pipet et. Al 1982;Basyarie, 1990; Subangsinghe, 1972; Prorent, 1990; Frose. R. 1997). Padakenyataan dalam melakukan kegiatan transportasi ikan hidup selalu terjadikompetisi penggunaan ruang dan pemanfaatan oksigen yang tersedia. Pengangkutandengan sistim tertutup menggunakan kantong plastik, nilai oksigen merupakanparameter penentu pada transportasi ikan hayati ( Berka, 1986).

Peningkatan kepadatanmenyebabkan penurunan mutu air selama transportasi. Hal ini terlihat darikondisi visual air selama pengangkutan air media relatif keruh, berlendir danRespon ikan terhadap perubahan lingkungan suhu, oksigen terlarut, sertapeningkatan metabolik ikan ditunjukkan oleh perubahan warna (Utomo dalam Suryaningrum,  2000). Pada kondisi stress, ikan berubahmenjadi pucat, warna menjadi keputihan serta pola rona hilang. Apabila ikan mudahdapat menyesuaikan diri dengan syarat lingkungannya pola warna tadi dengan cepatakan normal balik .
Pada dasarnya keberhasilankegiatan pengangkutan benih ikan kerapu bebek nir terlepas kaitannya daricara penanganan benih ikan sejak sebelum dikemas sampai hingga tempat tujuan,namun yang lebih krusial lagi berdasarkan semuanya itu adalah cara mempertahankanagar kualitas fisiko-kimia air media selama pengangkutan agar lebih stabilsehingga dibutuhkan dapat mendukung dan menjaga kesehatan benih yang sedangdiangkut.

Hasil pengamatan terhadapsuhu media selama pengangkutan terlihat peningkatan pada suhu air akhirpengangkutan berkisar antara 24-25oC. Dalam transportasi ikan hidupsuhu memegang peranan penting didalam mengendalikan tingkat metabolisme ikan,dalam suhu tinggi kegiatan dan metabolisme ikan semakin tinggi. Oleh karenanya suhurendah dipertahankan selama mungkin untuk menekan metabolisme dan aktifitasikan selama transportasi. Sehingga ikan bisa diangkut selama mungkin. MenurutUtomo dalam Suryaningrum et al. (2000) suhu ideal yg berpeluanguntuk transportasi ikan kerapu berkisar antara 17 – 21oC. Tabel 3menunjukkan bahwa suhu sehabis pengangkutan selama 18 jam transportasi suhumedia rata-homogen 25oC. Menurut Wibowo et al. (1997) pada suhu21-27oC cenderung terjadi peningkatan metabolisme sehingga respirasi meningkatkanekskresi ammonia.

Kandungan oksigen terlarutmenunjukan penurunan menggunakan makin meningkatnya taraf kepadatan serta lama waktutransportasi. Hal ini mengambarkan bahwa tingkat konsumsi oksigen sangatdipengaruhi oleh faktor kepadatan sehingga berdasarkan kajian tadi dapatdisimpulkan bahwa peranan faktor kepadatan mempunyai korelasi positif terhadaptingkat pemanfaatan oksigen, merupakan semakin tinggi kepadatan tingkat konsumsioksigen akan sebagai lebih tinggi demikian sebaliknya.

Kelarutan oksigen padasaat pengepakan yaitu 6,2 mgO2,/liter, selanjutnya dalam adalah 3-4 mgO2/liter,ini berpengaruh terhadap kegiatan fisiologi ikan. Menurut Rammerswaal (1993)kelarutan oksigen yang rendah didalam air akan mengakibatkan warna ikan menjadipucat, kegiatan ikan lamban, kadang-kadang ikan naik kepermukaan. Lebih lanjutUtomo dalam. Suryaningrum et al. (2000) dalam penelitianyamenyatakan bahwa kelarutan
oksigen sebesar tiga,47 mgO2/liter menyebabkan ikan gelisah, rona sebagai pucat, aktifitas lamban.

Kandungan amonia setelahtransportasi semakin tinggi menggunakan meningkatnya kepadatan. Kandungan amonia padaakhir transportasi berkisar 8-11 mg/liter, namun kandungan NH3 amonia tersebutbelum bersifat racun atau mematikan ikan terlihat berdasarkan sintasa ikan masihtinggi. Hal ini karena ammonia yg dianalisa pada bentuk amonium (NH4+),sehingga daya racun nir begiru kuat. Meningkatnya kandungan amonia dalam airini dapat asal berdasarkan output metabolisme pemecahan protein menjadi amonia olehbakteri (Remmarswaal, 1993). Tingginya kandungan amonia pada air menyebabkanpengeluaran amonia dalam darah dan jaringan tinggi. Hal ini mengakibatkan pHdalam darah naik. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen olehikan, ad interim kelarutan oksigen pada media semakin menurun, sehinggaakhirnya menyebkan kematian ikan.


KESIMPULAN


Kepadatan maksimal perkantong plastik yang masih membuat kelangsungan hayati tinggi (95-99%)buat berukuran benih 4--5 cm dalam usang ketika 12 jam serta 22 jam merupakan masing-masing30 ekor dan 25 ekor; pada ukuran benih 5-6 centimeter pada lama waktu 12 jam serta 22 jamadalah masing-masing 25 ekor serta 20 ekor, sedangkan pada ukuran benih 7-8 cmadalah masing-masing 15 dan  12 ekor.

Pada transportasi dengansistem tertutup semuanya menghasilkan kelangsungan hayati yg sangattinggi.(lebih dari 99%).









BUDIDAYA IKAN KERAPU

Kelangsungan Hidup BenihKerapu dalam Transportasi sistem TertutupTabel 1 dapat dipandang bahwa padatransportasi sistem tertutup buat benih berukuran 4 – lima centimeter kepadatan yg optimumdengan kantong berukuran 30 x 50 cm dalam lama waktu trtansportasi 12 jam adalah 30ekor per kantong menggunakan kelangsungan hayati (SR) 95-99%; sedang selama 22 jamadalah 25 ekor per kantong (97-99%). Untukbenih berukuran lima – 6 centimeter kepadatan yang optimum menggunakan kantong ukuran 30 x 50 cmpada usang saat trtansportasi 12 jam adalah 25 ekor per kantong dengankelangsungan hayati (SR) 98-99%; sedang selama 22 jam merupakan 20 ekor per kantong(96-99%). Untuk benih ukuran 6–7 centimeter serta 7-8 centimeter acapkali mengalami hambatan kantong plastik yg bocor dankempes lantaran tertusuk tulang  sirippunggung. Pada transportasi selama 12 jam kendala palstik kempes masih tidakterlalu fatal, terutama pada transportasi darat walaupun plasti kempes benihmasih bisa tertolong oleh goncangan yang mempercepat difusi oksigen.

Tabel 1. Kepadatan,ukuran ikan. Usang pengangkutan danpersen sintasan dalam transportasi  benihikan kerapu bebek dengan sistem tertutup dari Bali ke perbagai kota tujuan

Ukuran panjang total benih
(centimeter)
Ukuran kantong
(centimeter)/ volume air (liter)

Kepadatan benih per kantong
(ekor)
Lama transportasi (jam)

Kota
tujuan

Alat
angkut
Sintasan (%)
Keterangan
(terdapat/tidak  kantong
Plastikyang kempes)
1
2
3
4
5
6
7
8
4,0-5,0
30 / 2
30
12
Jakarta
Pesawat
93-95
Tidak
4,0-5,0
30 / 2
25
12
Jakarta
Pesawat
98-99
Tidak
4,0-4,5
30 / 2
30
22
Bengkulu
Pesawat
90-93
Tidak
4,0-5,0
30 / 2
25
22
Bengkulu
Pesawat
97-98
Tidak
5,0-6,0
30 / 2
20
12
Jakarta
Pesawat
98-99
Tidak
5,0-6,0
30 / 2
17
12
Bengkulu
Pesawat
98-99
Tidak
5,0-6,0
30 / 2
20
12
U.pandang
Pesawat
98-99
Tidak
6,0-7,0
30 / 2
15
12
Bengkulu
Pesawat
92-93
ada
6,0-7,0
30 / 2
20
12
Jakarta
Pesawat
92-93
ada
6,0-7,0
30 / 2
25
12
Lombok
Darat
98-99
ada
6,0-7,0
35 / 4
35
12
Lombok
Darat
97-99
ada
7,0-8,0
30 / 2
25
12
Lombok
Darat
92-93
Ada
7,0-8,0
35 / 4
25
12
Lombok
Darat
98-99
Ada
5,0-6,0
30 / 2
15
18
Batam
Pesawat
98-99
Tidak
4,0-4,5
30 / 2
20
18
Batam
Pesawat
98-99
Tidak
7,0-8,0
30 /2
15
12
Lombok
Darat
98-99
Ada

KelangsunganHidup Benih Kerapu pada Transportasi Sistem Terbuka

Pada transportasi terbuka semua pelakuanmenghasilkan kelangsungan hidup yang sangat tinggi (>99%).  Hal ini karena kodisi kualitas air relatifstabil terutama kadar oksigen dan amoniak terlarut  oleh anugerah aerasi oksigen murni danpenggantin 70-80% air laut setiap 6-8 jam (Tabel 2).

Tabel2.  Kepadatan,ukuran ikan.usang pengangkutan dan % sintasan dalam   transportasi  benih ikankerapu  bebek menggunakan sistem terbuka dariBali ke perbagai kota tujuan

Ukuran panjang total benih
(centimeter)
Volume
Bak (m3)
Alat angkut
Jumlah benih yang diangkut
(ekor)
Lama transportasi (jam)
Tujuan
Frekuensi Penggan
tian air (kali)
Kelang
sungan hidup
benih
(%)
5,0-6,0
4,0
Truk
6.000
15,0
Lombok
1,0
100,0
10,0-12,0
2,0
Truk
2.000
15,0
Lombok
1,0
100,0
12,0-19,0
2,0
Truk
900
15,0
Lombok
1,0
100,0
5,0-7,0
4,0
Truk
4.000
15,0
Lombok
1,0
100,0
15,0-17,0
4,0
Truk
2.000
72,0
Larantuka
6,0
99,5
8,0-9,0
4,0
Truk
6.000
48,0
Lampung
4,0
99,5
6,0-7,0
4,0
Truk
4.000
60,0
Lb.bajo
4,0
99,5
8,0-9,0
4,0
Truk
4.000
24,0
Dompu
2,0
99,5

Keberhasilan transportasiikan hayati selalu dipengaruhi sifat fisiologi ikan sendiri, ukuran ikan,kebugaran/mutu ikan menjelang transportasi, mutu air selama transportasi (suhumedia DO, pH, CO2. Dan ammonia), kepadatan ikan dalam wadah, teknik mobilitasidengan memakai suhu rendah atau bahan kimia dan metabolit alam dan lamapenggangkutan  (Suryaningrum  et al., 2001; Pipet et. Al 1982;Basyarie, 1990; Subangsinghe, 1972; Prorent, 1990; Frose. R. 1997). Padakenyataan pada melakukan aktivitas transportasi ikan hidup selalu terjadikompetisi penggunaan ruang dan pemanfaatan oksigen yg tersedia. Pengangkutandengan sistim tertutup memakai kantong plastik, nilai oksigen merupakanparameter penentu dalam transportasi ikan hidup ( Berka, 1986).

Peningkatan kepadatanmenyebabkan penurunan mutu air selama transportasi. Hal ini terlihat darikondisi visual air selama pengangkutan air media agak keruh, berlendir danRespon ikan terhadap perubahan lingkungan suhu, oksigen terlarut, sertapeningkatan metabolik ikan ditunjukkan oleh perubahan rona (Utomo dalam Suryaningrum,  2000). Pada syarat stress, ikan berubahmenjadi pucat, rona menjadi keputihan dan pola warna hilang. Apabila ikan mudahdapat menyesuaikan diri menggunakan syarat lingkungannya pola warna tadi menggunakan cepatakan normal kembali.
Pada dasarnya keberhasilankegiatan pengangkutan benih ikan kerapu bebek tidak terlepas kaitannya daricara penanganan benih ikan semenjak sebelum dikemas sampai hingga loka tujuan,tetapi yg lebih penting lagi menurut semuanya itu merupakan cara mempertahankanagar kualitas fisiko-kimia air media selama pengangkutan supaya lebih stabilsehingga dibutuhkan bisa mendukung dan menjaga kesehatan benih yang sedangdiangkut.

Hasil pengamatan terhadapsuhu media selama pengangkutan terlihat peningkatan pada suhu air akhirpengangkutan berkisar antara 24-25oC. Dalam transportasi ikan hidupsuhu memegang peranan krusial didalam mengendalikan tingkat metabolisme ikan,pada suhu tinggi aktivitas dan metabolisme ikan meningkat. Oleh karena itu suhurendah dipertahankan selama mungkin untuk menekan metabolisme serta aktifitasikan selama transportasi. Sehingga ikan dapat diangkut selama mungkin. MenurutUtomo dalam Suryaningrum et al. (2000) suhu ideal yg berpeluanguntuk transportasi ikan kerapu berkisar antara 17 – 21oC. Tabel 3menunjukkan bahwa suhu sehabis pengangkutan selama 18 jam transportasi suhumedia homogen-homogen 25oC. Menurut Wibowo et al. (1997) dalam suhu21-27oC cenderung terjadi peningkatan metabolisme sebagai akibatnya respirasi meningkatkanekskresi ammonia.

Kandungan oksigen terlarutmenunjukan penurunan menggunakan makin meningkatnya taraf kepadatan dan usang waktutransportasi. Hal ini membuktikan bahwa taraf konsumsi oksigen sangatdipengaruhi oleh faktor kepadatan sebagai akibatnya berdasarkan kajian tersebut dapatdisimpulkan bahwa peranan faktor kepadatan mempunyai hubungan positif terhadaptingkat pemanfaatan oksigen, ialah meningkat kepadatan taraf konsumsioksigen akan menjadi lebih tinggi demikian kebalikannya.

Kelarutan oksigen padasaat pengepakan yaitu 6,dua mgO2,/liter, selanjutnya pada merupakan 3-4 mgO2/liter,ini berpengaruh terhadap aktivitas fisiologi ikan. Menurut Rammerswaal (1993)kelarutan oksigen yg rendah didalam air akan menyebabkan warna ikan menjadipucat, kegiatan ikan lamban, kadang-kadang ikan naik kepermukaan. Lebih lanjutUtomo dalam. Suryaningrum et al. (2000) pada penelitianyamenyatakan bahwa kelarutan
oksigen sebesar tiga,47 mgO2/liter menyebabkan ikan gelisah, warna sebagai pucat, aktifitas lamban.

Kandungan amonia setelahtransportasi semakin tinggi menggunakan meningkatnya kepadatan. Kandungan amonia padaakhir transportasi berkisar 8-11 mg/liter, tetapi kandungan NH3 amonia tersebutbelum bersifat racun atau mematikan ikan terlihat dari sintasa ikan masihtinggi. Hal ini lantaran ammonia yang dianalisa dalam bentuk amonium (NH4+),sebagai akibatnya daya racun nir begiru bertenaga. Meningkatnya kandungan amonia dalam airini dapat dari dari hasil metabolisme pemecahan protein menjadi amonia olehbakteri (Remmarswaal, 1993). Tingginya kandungan amonia pada air menyebabkanpengeluaran amonia dalam darah dan jaringan tinggi. Hal ini mengakibatkan pHdalam darah naik. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen olehikan, sementara kelarutan oksigen dalam media semakin menurun, sehinggaakhirnya menyebkan kematian ikan.


STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI PERIKANAN BUDIDAYA

Standar Nasional Indonesia (SNI) Perikanan Budidaya - Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) merupakan satu-satunya standar yg berlaku secara nasional pada Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis serta ditetapkan sang BSN.
Agar SNI memperoleh keberterimaan yg luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:  

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PERIKANAN BUDIDAYA

  1. Openess (keterbukaan), Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi pada pengembangan SNI;
  2. Transparency (transparansi), Transparan supaya seluruh stakeholder yg berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari termin pemrograman dan perumusan sampai ke termin penetapannya . Dan dapat dengan gampang memperoleh seluruh informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI;
  3. Consensus and impartiality (konsensus serta tidak memihak), Tidak memihak serta mufakat agar semua stakeholder bisa menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil;    
  4. Effectiveness and relevance, Efektif dan relevan supaya dapat memfasilitasi perdagangan lantaran memperhatikan kebutuhan pasar serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
  5. Coherence, Koheren menggunakan pengembangan baku internasional agar perkembangan pasar negara kita nir terisolasi menurut perkembangan pasar dunia serta memperlancar perdagangan internasional; serta 
  6. Development dimension (berdimensi pembangunan), Berdimensi pembangunan supaya memperhatikan kepentingan publik serta kepentingan nasional dalam mempertinggi daya saing perekonomian nasional. (sumber Strategi BSN 2006-2009)
Berikut Standar Nasional Indonesia (SNI) Perikanan Budidaya :
1. SNI Ikan Bandeng
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6148 - 1999
1999
Induk Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal)
kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6149 - 1999
1999
Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar
Download

3.
01- 6150 - 1999
1999
Produksi Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal)
kelas benih sebar
Download


2. SNI Rumput Laut Eucheuma Cottonii
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
7672:2011
2011
Bibit Rumput Laut Kotoni (Eucheuma cottonii)
Download

2.
7673.1:2011
2011
Produksi Bibit Rumput Laut Kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 1 Metode Lepas Dasar
Download

3.
7673.2:2011
2011
Produksi Bibit Rumput Laut Kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian dua Metode Longline
Download

4.
7673.tiga:2011
2011
Produksi Bibit Rumput Laut Kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian tiga Metode Rakit Bambu Apung
Download


3. SNI Ikan Gurame
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6485.1 - 2000
2000
Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6485.dua - 2000
2000
Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar
Download

3.
01- 6485.3 - 2000
2000
Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar
Download


4. SNI Ikan Kakap Putih
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6145 - 1999
1999
Induk Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6146 - 1999
1999
Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)
kelas benih sebar
Download

3.
01- 6147 - 1999
1999
Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)
kelas benih sebar
Download


5. SNI Ikan Kerapu Bebek
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
6487.1.2011
2011
Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis Valienciences) – Bagian 1 : Induk
Download

2.
6487.dua.2011
2011
Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis Valienciences) – Bagian 2 : Benih
Download

3.
6487.3.2011
2011
Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis Valienciences) – Bagian 3 : Produksi Benih
Download


6. SNI Ikan Kerapu Macan
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
6488.1:2011
2011
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus Forskal) – Bagian 1 : Induk
Download

2.
6488.dua:2011
2011
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus Forskal) – Bagian 2 : Benih
Download

3.
6488.tiga:2011
2011
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus Forskal) – Bagian 3 : Produksi Benih
Download


7. SNI Katak Lembu
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
02- 6730.1 - 2002
2002
Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar
Download

2.
02- 6730.2 - 2002
2002
Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk utama (Parent stock)
Download

3.
02- 6730.3 - 2002
2002
Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar
Download

4.
02- 6730.4 - 2002
2002
Produksi Induk Kodok Lembu (bull frog) (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk utama (Parent Stock)
Download


8. SNI Ikan Lele Dumbo
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6484.1 - 2000
2000
Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6484.dua - 2000
2000
Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar
Download

3.
01- 6484.3 - 2000
2000
Produksi Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk utama (Parent Stock)
Download

4.
01- 6484.4 - 2000
2000
Produksi Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar
Download


9. SNI Ikan Mas Majalaya
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6130 - 1999
1999
Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk Pokok (Parent Stock)
Download

2.
01- 6131 - 1999
1999
Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk Pokok (Parent Stock)
Download

3.
01- 6132 - 1999
1999
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar
Download

4.
01- 6133 - 1999
1999
Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar
Download


10. SNI Ikan Mas Si Nyoya

No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6134 - 1999
1999
Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6135 - 1999
1999
Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk utama (Parent Stock)
Download

3.
01- 6136 - 1999
1999
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus)
strain Sinyonya kelas benih sebar
Download

4.
01- 6137 - 1999
1999
Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus)
strain Sinyonya kelas benih sebar
Download


11. SNI Ikan Nila Hitam
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
6138:2009
2009
Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok
Download

2.
6139:2009
2009
Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok
Download

3.
6140:2009
2009
Benih Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar
Download

4.
6141:2009
2009
Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelasbenih sebar
Download


12. SNI Ikan Patin Jambal
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01-7256-2006
2006
Produksi Benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) Kelas Benih sebar
Download

2.
7471.1:2009
2009
Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) – Bagian 1: Kelas Induk Pokok (Parent stock)
Download

3.
7471.dua:2009
2009
Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) – Bagian 2: Produksi Induk Kelas Induk Pokok (Parent stock)
Download

4.
7471.3:2009
2009
Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) – Bagian 3 : Benih Ikan Patin Kelas Benih Sebar
Download


13. SNI Ikan Patin Siam
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6483.1 - 2000
2000
Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus)
kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6483.dua - 2000
2000
Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus)
kelas benih sebar
Download

3.
01- 6483.tiga - 2000
2000
Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus)
kelas induk utama (Parent Stock)
Download


14. SNI Udang Galah
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01- 6486.1 - 2000
2000
Induk udang galah (Macrobranchium rosenbergii de Man)
kelas induk utama (Parent Stock)
Download

2.
01- 6486.dua - 2000
2000
Benih udang galah (Macrobranchium rosenbergii de Man) kelas benih sebar
Download

3.
01- 6486.3 - 2000
2000
Produksi benih udang galah (Macrobranchium rosenbergii de Man) kelas benih sebar
Download

4.
02- 6486.2 - 2002
2002
Produksi Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) kelas induk utama (Parent Stock)
Download

15. SNI Udang Rostris
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01-7257-2006
2006
Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok)
Download


16. SNI Udang Vaname
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01-7252-2006
2006
Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar
Download

2.
01-7253-2006
2006
Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok
Download
3.
7311:2009
2009
Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar
Download

17. SNI Udang Windu
No

Nomor SNI

Tahun

Judul SNI

1.
01-6142-2006
2006
Induk udang windu (Penaeus monodon) Fabricius, 1798
Download

2.
01-6143-2006
2006
Benih udang windu (Penaeus monodon) Fabricius, 1798 kelas benih sebar
Download
3.
01-6144-2006
2006
Produksi benih udang windu (Penaeus monodon) Fabricius, 1798 kelas benih sebar
Download
4.
01-7258-2006
2006
Penanganan induk udang windu (Penaeus monodon) Fabricius, 1798 pada penampungan
Download

Semoga Bermanfaat... Standar Nasional Indonesia (SNI) Perikanan Budidaya