SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU BAHASA

Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa yang dipelajari waktu ini bermula dari penelitian mengenai bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) rapikan bahasa tradisional dan (2) linguistik modern.

Tata Bahasa Tradisional
Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yg dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tadi sependapat bahwa bahasa adalah sistem pertanda. Dikatakan bahwa insan hayati dalam indikasi-indikasi yg mencakup segala segi kehidupan insan, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi tentang hakikat bahasa – apakah bahasa seperti realitas atau nir – mereka belum setuju. Dua filsuf besar yg pemikirannya terus berpengaruh sampai waktu ini merupakan Plato serta Aristoteles.

Plato beropini bahwa bahasa adalah physei atau mirip empiris; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak seperti empiris kecuali onomatope serta lambang bunyi (sound symbolism). Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan empiris atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip menggunakan realitas atau arbitrer diikuti sang kaum konvensionalis. Perbedaan pendapat ini juga merambah ke kasus keteraturan (regular) atau ketidakteraturan (irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut pendapat adanya keteraturan bahasa adalah kaum analogis yang pandangannya nir berbeda dengan kaum naturalis; sedangkan kaum anomalis yg beropini adanya ketidakteraturan dalam bahasa mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan kaum anomalis menghipnotis pengikut genre Stoic. Kaum Stoic lebih tertarik dalam perkara dari mula bahasa secara filosofis. Mereka membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina, verba, konjungsi serta artikel.

Pada awal abad 3 SM studi bahasa dikembangkan pada kota Alexandria yang adalah koloni Yunani. Di kota itu dibangun perpustakaan besar yg sebagai pusat penelitian bahasa serta kesusastraan. Para ahli dari kota itu yang diklaim kaum Alexandrian meneruskan pekerjaan kaum Stoic, walaupun mereka sebenarnya termasuk kaum analogis. Sebagai kaum analogis mereka mencari keteraturan dalam bahasa serta berhasil membangun pola infleksi bahasa Yunani. Apa yang dewasa ini diklaim "rapikan bahasa tradisional" atau " tata bahasa Yunani" , penamaan itu nir lain berdasarkan pada hasil karya kaum Alexandrian ini.

Salah seseorang ahli bahasa bemama Dionysius Thrax (akhir abad dua SM) adalah orang pertama yg berhasil membuat anggaran tata bahasa secara sistematis serta menambahkan kelas istilah adverbia, partisipel, pronomina dan preposisi terhadap empat kelas istilah yang sudah dibentuk sang kaum Stoic. Di samping itu sarjana ini jua berhasil mengklasifikasikan kata-istilah bahasa Yunani berdasarkan perkara, jender, jumlah, kala, diatesis (voice) dan modus.

Pengaruh tata bahasa Yunani sampai ke kerajaan Romawi. Para pakar rapikan bahasa Latin mengadopsi rapikan bahasa Yunani dalam meneliti bahasa Latin serta hanya melakukan sedikit modifikasi, lantaran ke 2 bahasa itu seperti. Tata bahasa Latin dibentuk atas dasar model tata bahasa Dionysius Thrax. Dua pakar bahasa lainnya, Donatus (tahun 400 M) serta Priscian (tahun 500 M) juga menciptakan kitab rapikan bahasa klasik berdasarkan bahasa Latin yg berpengaruh sampai ke abad pertengahan.

Selama abad 13-15 bahasa Latin memegang peranan penting dalam dunia pendidikan pada samping dalam agama Kristen. Pada masa itu gramatika nir lain merupakan teori tentang kelas istilah. Pada masa Renaisans bahasa Latin menjadi wahana buat tahu kesusastraan serta mengarang. Tahun 1513 Erasmus mengarang tata bahasa Latin atas dasar rapikan bahasa yg disusun oleh Donatus. 

Minat meneliti bahasa-bahasa pada Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain menggunakan ditulisnya rapikan bahasa Irlandia (abad 7 M), rapikan bahasa Eslandia (abad 12), serta sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana pada kesusastraan, serta bila menjadi objek penelitian di universitas tetap pada kerangka tradisional. Tata bahasa dipercaya menjadi seni berbicara dan menulis menggunakan sahih. Tugas utama rapikan bahasa merupakan memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yg baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah buat menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yg bisa "Mengganggu" bahasa seperti kata serapan, ragam dialog, dan sebagainya.

Tradisi rapikan bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad lima diterjemahkan ke pada bahasa Armenia, lalu ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya para pakar rapikan bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria. 

Selain pada Eropa serta Asia Barat, penelitian bahasa pada Asia Selatan yg perlu diketahui merupakan pada India dengan pakar gramatikanya yang bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini mempunyai kelebihan pada bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan untuk melafalkan dengan benar dan sempurna doa serta nyanyian dalam buku suci Weda. 

Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti merupakan bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin memiliki kiprah penting pada masa itu karena digunakan sebagai wahana pada global pendidikan, administrasi serta diplomasi internasional pada Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia) yang dipercaya berindukkan bahasa Latin, pula kepada bahasa-bahasa yang nonRoman misalnya bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, serta Denmark.

Comments