REVITALISASI SISTEM DAN KUALITAS DI TENGAH PERSAINGAN NASIONAL DAN GLOBAL

Revitalisasi Sistem Dan Kualitas Di Tengah Persaingan Nasional Dan Global
A. Dasar Pemikiran
Muhammadiyah sejak awal berdirinya diantaranya melakukan gerakan “reformulasi ajaran dan pendidikan Islam”. Gagasan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan dimulai saat pendiri Muhammadiyah itu merintis Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut adalah rintisan lanjutan menurut ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan pada menyebutkan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal pada memberikan pelajaran yg mengandung ilmu kepercayaan Islam serta pengetahuan umum pada beranda rumahnya. Di belakang hari gerakan pendidikan itu bahkan menjadi ikon penting dari Muhammadiyah. Masyarakat luas malahan mengenal dan mengidentifikasikan Muhammadiyah menjadi gerakan pendidikan. Di lingkungan Muhammadiyah waktu ini gerakan pendidikan sebagai salah satu bisnis pada bentuk amal usaha pada bidang pendidikan. Dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah tahun 2005, yg berkaitan dengan usaha di bidang pendidikan adalah (1) Meningkatkan harkat, prestise, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi dan berakhlaq mulia; dan (dua) Memajukan dan memperbaharui pendidikan serta kebudayaan, menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni, serta menaikkan penelitian.

Kepeloporan Muhammadiyah dalam pembaruan pendidikan khususnya pendidikan Islam, selain inheren dengan ide tajdid atau pembaruan Islam yang berada pada alam pikiran Kyai Dahlan sebagai mujadid Islam Indonesia, jua pada pandangannya yang bersifat holistik atau integralistik. Pendidikan Muhammadiyah sejak awal merupakan pendidikan Islam terpadu yg memadukan pendidikan kepercayaan dan umum dalam banyak sekali ranahnya baik yang berdimensi ruhaniah atau spiritualitas, intelektualitas, juga kemampuan-kemampuan keahlian pada diri manusia. Dalam pandangan Kuntowijoyo, pendidikan Muhammadiyah sebagaimana digagas Kyai Dahlan, mampu mengintegrasikan antara iman serta kemajuan, yang melahirkan generasi muslim terpelajar yg bertenaga iman serta kepribadiannya sekaligus bisa menghadapi tantangan zaman, bahkan para elite sosial kelas menengah yang kuat dan tersebar pada aneka macam struktur kehidupan nasional. Lantaran itu tanpa harus memberi embel-embel terpadu atau yang setara menggunakan itu, sejatinya serta semestinya seluruh lembaga pendidikan Muhammadiyah haruslah mencerminkan pendidikan Islam modern yg holistik atau integralistik.

Dengan misi strategis itu maka pada belakang hari lembaga pendidikan Muhammadiyah merumuskan formula tujuan buat membentuk sosok insan yg utuh, yaitu: (1) berkembangnya potensi manusia yg berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, beriman, serta bertaqwa kepada Allah, sebagai akibatnya terwujud warga Islam yg sebenar-benarnya; (2) terwujudnya kemampuan penciptaan, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni yang terintegrasi menggunakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT; dan (3) terbinanya Keislaman serta Kemuhammadiyahan di lingkungan pendidikan Muhammadiyah. Dari spirit pendidikan Muhammadiyah yg mendasar itu maka gerakan Islam ini bisa memberikan sumbangsih yang berharga bagi kemajuan umat, bangsa, dan global kemanusiaan.

Dalam konteks sejarah, dengan kepeloporannya di bidang pendidikan, Muhammadiyah telah menaruh sumbangan berharga bagi bangsa ini yakni melahirkan generasi bangsa yg cerdas iman, kepribadian, serta alam pikirannya serta mampu menghadapi tantangan serta permasalahan kehidupan di berbagai ranah. Jauh sebelum Republik Indonesia lahir, Muhammadiyah sudah berkecimpung buat mencerdaskan umat serta bangsa. Sumbangsih Muhammadiyah pada bidang pendidikan diakui masyarakat luas serta pemerintah dalam setiap periode zaman, bahkan waktu Indonesia masih dalam penjajahan, kendati politik sejarah tidak memihak pada kepeloporan Muhammadiyah menggunakan ditetapkannya Hari Pendidikan Nasional dalam lepas 2 Mei, yg dikaitkan dengan Ki Hadjar Dewantara serta Taman Siswa. Tidak bisa dibayangkan bangsa Indonesia tanpa Muhammadiyah kala itu juga masa-masa sehabis Indonesia merdeka pada tahun 1945. Di semua peolosok Tanah Air sampai ke wilayah-daerah terpencil, Muhammadiyah merintis dan memperluas penyelenggaraan pendidikan menjadi wujud pengkhidmatan kepada bangsa. 

Kini pendidikan Muhammadiyah memasuki abad ke-21 menggunakan aneka macam kasus dan tantangan yang dihadapi. Peran lembaga pendidikan saat ini semakin memilih bukan hanya lantaran merupakan agunan legalitas penyelenggaraan pendidikan namun pula bagi masyarakat merupakan ukuran status forum pendidikan yg bersangkutan. Hal yang secara signifikan menjadi tantangan yang relatif berfokus yaitu terkait dengan perspektif pengetahuan. Lembaga pendidikan sebagai sentra keilmuan, pelatihan, serta transmisi pengetahuan, yg secara subtantif serta transformatif tujuan utamanya adalah menciptakan insan seutuhnya dan lebih jauh lagi menciptakan peradaban manusia yang primer.

Dengan menjadikan pengetahuan sebagai basis pendidikan maka eksistensi pendidikan yang diusahakan oleh Muhammadiyah menjadi sangat krusial serta utama pada menentukan arah hayati serta kehidupan rakyat. Kelemahan primer yg sekarang ini belum mampu diatasi adalah bagaimana rona lembaga pendidikan Muhammadiyah muncul pada alumninya serta menghasilkan output yg yg spesial yg lain menggunakan lulusan lembaga pendidikan lainnya, yakni terbangunnya pengetahuan yg terintegrasi dalam alam pikiran, kepribadian, serta tindakan subjek didik sebagai akibatnya melahirkan manusia yang utuh. Merupakan suatu kerugian apabila basis pengetahuan yang terpadu dan melekat menggunakan ideologi pendidikan Muhammadiyah tidak tertanam pada setiap alumni yg diluluskan. Lembaga pendidikan Muhammadiyah akan kehilangan fungsi sebagai persemaian kader apabila rona serta benih ideologis muhammadiyah tidak tertanam pada setiap lulusan, sekaligus tidak melahirkan manusia utuh yg berperadaban primer.

Manajemen pendidikan Muhammadiyah yang dijalani oleh Muhammadiyah wajib melihat kaitan antara pengetahuan, lembaga pendidikan Muhammadiyah, rakyat dan pengembangan ideologi Muhammadiyah secara keseluruhan. Tanpa kaitan demikian kedudukan AUM pada sektor pendidikan ini tidak akan menaruh kontribusi pada perkembangan organisasi Muhammadiyah. Lantaran itu pendidikan yg diselenggarakan sang Muhammadiyah hanya akan sebagai pelengkap bila nir segera mengubah diri dan fungsinya pada posisi baru pada tengah perkembangan massif dunia waktu ini.

Manajemen pendidikan Muhammadiyah pada bidang visi, misi, kurikulum, paradigm pendidikan yang digunakan, sistem penilaian, pengembangan asal daya pengajar/dosen maupun perubahan struktur kelembagaannya ketika ini memerlukan penyesusian bahkan perubahan yang signifikan supaya kehadirannya lebih berarti serta mampu memberi warna peradaban. Saat ini lembaga pendidikan apapun yg diusahakan sedang menghadapi dua tantangan utama yaitu menentukan antara menempatkan diri sebagai forum pendidikan penyedia energi kerja atau antisipasi kebutuhan rakyat, menggunakan demikian pendidikan Muhammadiyahpun dihadapkan dua pilihan: menjadi pendidikan komersial atau pendidikan yg betindak sebagai pemberi arah. Untuk pilihan ke 2 ini pendidikan Muhammadiyah wajib mampu mengidentifikasi serta redirect kasus serta bagaimana hal itu wajib dilakukan serta bagaimana dapat didesiminasikan.

Aspek lain yang cukup krusial yg perlu dipertimbangkan adalah nilai sosial pedagogi (social value of teaching). Pengajaran bisa difokuskan dalam sekedar pelatihan professional atau akan diarahkan dalam upaya pendidikan bangsa. Disinilah lembaga pendidikan Muhammadiyah membutuhkan tambahan perangkat baru berupa kemampuan manajemen yg bisa menggabungkan new transversal curriculum contents yg bisa memberikan secara individual dengan alat baru yang lebih fit buat menjadi pelaku transformasi sosial. Persoalan ini sebagai penting karena pada suasana dunia ini penting disiapkan individu yg mampu berinteraksi dengan masyarakat melalui eksersais profesi dalam empiris yg kompleks.

Tuntutan pendidikan baru seperti dominasi kebutuhan serta nilai yang menyangkut pemahaman yang mendalam atas hakikat kehidupan, keberlanjutan pengembangan warga selaku kolektifitas, pemahaman atas budaya yg tidak sama, kemampuan buat mengikuti percepatan teknologi tanpa kehilangan ideologi serta keimanan. Secara skematik digambarkan tuntutan baru forum pendidikan menjadi berikut:
From Individual and competitive

To social and collective

Focused on content
Focused on content, abilities and values
Focused on pelatihan productive professionals
Focused on pembinaan citizen professionals
Oriented to labour market needs
Oriented to the needs of society as a whole
Social use based on individual status and enrichment and economic growth
Social use based on contributing to the collective good, society building and to human and social development

Lembaga pendidikan Muhammadiyah berdasarkan waktu ke waktu seharusnya difungsikan sebagai pusat pengembangan organisasi serta pengembangan bangsa. Tetapi pada banyak perkara bukannya berfungsi demikian namun malahan sebagai beban organisasi akibat penanganan evaluasi yang terlambat. Banyak forum pendidikan Muhammadiyah terlambat dinilai sebagai akibatnya baru ketahuan eksistensinya sesudah hampir mengalami kolep. Disinilah diperlukan manajemen kelembagaan yg antisipatoris. Ketidaksesuaian produk lulusan pendidikan berdasarkan Muhammadiyah akan mejadi lebih nampak saat orientasi pendidikan dalam Muhammadiyah diarahkan pada vokasional dan training professional. Dalam kaitan ini sangat krusial dalam jangka panjang selalu difikirkan pengembangan yang langsung terkait dengan kegayutan (link) dengan domain ekonomi dan kebutuhan mudah masyarakat. 

Lembaga pendidikan Muhammadiyah sebenarnya tidak cukup hanya berkutat pada pemenuhan kepentingan diatas, namun terdapat 2 tantangan penting buat menjaga eksistensi yaitu pertama sanggup membuahkan dirinya sebagai pensuplay kader organisasi yg handal dan ke 2 bisa menjadi sarana preservasi serta diseminasi keilmuan serta keideologian Muhammadiyah. Oleh sebab itu lembaga pendidikan pada lingkup Muhammadiyah nir relatif dikelola dengan system seperti yg kini , namun memerlukan penataan ulang supaya fungsi-fungsi diatas dapat dijalankan secara maksimal sekaligus mempunyai warna tersendiri yg tidak sinkron menggunakan lainnya. Lembaga pendidikan wajib menjadi lembaga kader dan AUM.

Perkembangan layanan pendidikan yg semakin berorientasi pada customized telah menempatkan lembaga pendidikan apapun yang diselenggarakan harus mulai menggeser pada layanan yg massif menuju layanan individual. Layanan sekolah nir bisa lagi diselenggarakan secara general dan homogin, didalamnya mulai menuntut adanya diferensiasi pada domain pendidikan misalnya pada sistem rekrutimen, pembelajarannya maupun kurikulumnya. Mulai secara nasional dikeluarkan regulasi buat penyelenggaraan pendidikan yg wajib diferensiasi bagi siswa. Masifikasi membutuhkan kemunculan sistem akademik yang diferensiasi menggunakan tipe kelembagaan yang menggotong layanan yg bhineka. Nampaknya pada lingkup kelembagaan pendidikan pada Muhammadiyah sudah saatnya nir diatur secara seragam, tetapi telah wajib semakin desentralistik dalam beberapa urusan dan semakin bercorak situasional yg kontekstual. Karakter kelembagaan pendidikan yang diferensiasi yg menghormati desentralistik, ke depan merupakan tawaran bagi landscape bagi terselenggaranya model pendidikan yg mendunia. Tetapi orientasi dalam layanan serta tantangan berskala dunia itu tentu tidak melunturkan keberadaan pendidikan Muhammadiyah, bahkan harus tetap berada pada jatidiri pendidikan Muhammadiyah yg holistik serta menjadi instrument strategis bagi kepentingan transformasi gerakan Muhammadiyah buat mewujudkan masyarakat Islam yg sebenar-benarnya.

Dalam konteks keseluruhan pemikiran di atas maka adalah suatu keniscayaan bagi forum pendidikan Muhammadiyah buat memperbarui dan mervitalisasi sistem yg dimilikinya, sebagai akibatnya pendidikan Muhammadiyah sahih-sahih sebagai instrumen strategis bagi gerakan pencerdasan serta memajukan kehidupan umat, bangsa, serta global humanisme sebagaimana misi primer gerakan Islam ini dalam mewujudkan rakyat Islam yg sebenar-benarnya serta berakibat Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin.

Comments