PENGERTIAN BELAJAR YANG DIPERGUNAKAN SEHARIHARI

Pengertian Belajar Yang Dipergunakan Sehari-hari
Dalam pengertian yg umum atau populer, belajar adalah mengurupulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yg lebih memahami atau yg sekarang ini dikenal menggunakan pengajar. Dalam belajar, pengetahuan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya sebagai banyak. Orang yang poly pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yg banyak belajar, ad interim orang yg sedikit pengetahuannya diidentifikasi menjadi orang yg sedikit belajar, serta orang yg nir berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.

Belajar pada pengertian mengurupulkan sejumlah pengetahuan demikian, tampaknya masih diikuti juga sampai sekarang. Orang baru dikatakan belajar manakala sedang membaca bacaan, membaca sejumlah tugas mata kuliah atau mata pelajaran, membaca buku pelajaran. Seorang murid yg sedang mengerjakan tugas-tugas matematika biasa disebut sedang belajar. Orang yg sedang menimba pengetahuan pada bangku sekolah lazim jua dikenal sebagai pelajar. Bahkan orang yg banyak menguasai ilmu pengetahuan lazim dikenal dengan kaum terpelajar. Singkat perkataan, belajar dalam pengertian umum atua populer merupakan suatu upaya yg dimaksudkan buat menguasai sejumlah pengetahuan.

Pengetahuan belajar demikian, secara konseptual tampakanya sudah mulai ditinggalkan orang, meskipun secara praktikal masih poly yg menganut. Ini lantaran berkembang pesatnya teknologi kabar misalnya kini ini. Guru nir lagi dicermati sebagai satu-satunya asal informasi yg dapat menaruh keterangan apa saja pada para pembelajar.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan serta menciptakan tafsirannya mengenai “belajar”. Sering kai jua perumusan serta tafsiran itu tidak sama satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dna memperluas pandangan kita tentang mengajar.

Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman. (leaming is defined as the modifkation or strengthening of behavior through experincing).

Menurut pengertian ini, belajar merupakan merupakan suatu proses, suatu aktivitas dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan namun lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Pengertian ini sangat tidak sinkron menggunakan pengertian lain mengenai belajar, yang berkata bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar merupakan latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.

Sejalan dengan perumusan diatas, ada jua tafsisan lain mengenai belajar, yg menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laris individu melalui hubungan dengan lingkungan.

Dibandingkan menggunakan pengertian pertama, maka kentara, tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laris, hanya tidak sinkron cara atau bisnis pencapaiannya. Pengeritan ini menitik beratkan dalam hubungan antara individu menggunakan lingkungan. Di pada interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. William Burton mengemukakan bahwa : A good leaming situation consist of a rkh and baried series of leaming experiences unified around a vigorous purpose, and carried on in interaction with a rkh, varried and provocative environment.

Dari pengertian-pengertian tadi dapat ditarik konklusi bahwa :
a. Situasi belajar wajib bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh rakyat. Tujuan adalah galat satu aspek dari belajar.
b. Tujuan serta maksud belajar ada berdasarkan kehidupan anak sendiri.
c. Di dalam mencapai tujuan itu, anak didik senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
d. Hasil belajar yang utama merupakan pola tingkah laris yang bulat.
e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenamya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
f. Kegiatan-kegiatan dan output-hasil belar dipersatukan dan dihubungkan menggunakan tujuan dalam situasi belajar.
g. Siswa menaruh reaksi secara keseluruhan.
h. Siswa mereaksi sesuatu aspek menurut lingkungan yg bermakna baginya.
i. Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan itu.
j. Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan juga yang nir berkaitan dengan tujuan primer dalam situasi belajar.

Teori belajar selalu bertolak berdasarkan sudut pandangan psikologi belajar eksklusif. Dengan berkembangnya psikologi pada pendidikan, maka berbarengan dengan itu bermunculan jua banyak sekali teori mengenai belajar. Justru dapat dikatakan, bahwa menggunakan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi pada pendidikan menjadi berkembang secara pesat. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan di jaman mutakhir ini muncullah secara beruntun genre psikologi pendidikan masing-masing yaitu :
  • Psikologi behavioristik
  • Psikologi kognitif
  • Psikologi humanistik
Ketiga aliran psikologi pendidikan pada atas tumbuh serta berkembang secara beruntun, dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan genre psikologi tadi bermunculan teori-teori mengenai belajar. Bertolak dari fenomena itu, maka banyak sekali teori belajar yang ada bisa dikelompokkan menjadi tiga gerombolan teori belajar, masing-masing yaitu :
  • Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik.
  • Teori-teori belajar berdasarkan psikologi kognitif
  • Teori-teori belajar dari psikologi humanistik.
Para penulis kitab psikologi belajar, biasanya mendefinisikan belajar sbagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seorang yang relatif menetap sebagai hasil menurut sebuah pengalaman. Selain itu, ahli-pakar psikologi mempunyai pandangan yg berada tentang apa belajar itu.

Dalam pandangan psikologis, setidak-tidaknya ada empat pandangan tentang belajar.
Pertama, pandangan yg asal berdasarkan genre psikologi behavioristik. Menurut pandangan ini, belajar dilaksanakan dengan kontrol fragmental dari lingkungan. Guru mengkondisikan sedemikian sebagai akibatnya pembelajar atau siswa mau belajar. Mengajar dengan demikian dilaksanakan dengan kondisioning, pembiasaan, peniruan. Hadian serta hukuman seringkali ditawarkan dalam mengajar dan belajar demikian. Kedaulatan guru dalam belajar demikian relatif tinggi, sementara kedaulatan siswa sebalikya, nisbi rendah.

Kedua, pandangan yang berasal menurut psikologi humanistik. Pandangan humanistik ini adalah anti tesa pandangan behavioristik. Dalam pandangan demikian, belajar dapat dilakukan sendiri sang siswa. Dalam belajar demikian murid senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa poly campur tangan dari guru. Peranan pengajar dalam mengajar dan belajar demikian relatif rendah, ad interim kedaulatan guru relatif rendah.

Ketiga, pandangan yg dari menurut psikologi kognitif. Pandangan ini adalah konvergensi berdasarkan pandangan behavioristik dan humanistik. Menurut pandangan demikian belajar adalah formasi menurut bisnis langsung dengan kontrol instrumental yang dari menurut lingkungan. Oleh karenanya, metode belajar yg cocok pada pandangan ini merupakan eksperimentasi. 

Berdasarkan diagram sebagaimana pada diagram diketahui, bahwa pada pandangan psikologi behavioristik, tanggung jawab siswa pada belajar rendah, sedangkan tanggung jawab pengajar dalam mengajar tinggi. Sebaliknya, pada pandangan psikologi humanisti, tanggung jawab pengajar rendah sedangkan tanggung jawab siswa tinggi. Sementara itu, pada pandangan psikologi kognitif, tanggung jawab guru dan siswa sama-sama sedang.

Selain ketiga pandangan tersebut, ada pandangan keempat dari psikologi gestalt. Menurut pandangan psikologi gestalt, belajar merupakan usaha yg bersifat totalitas berdasarkan individu, oleh karena totalitas lebih bermakna dibandingkan dengan sebagian-sebagian.

Comments