KOMUNIKASI PENGAWASAN DAN KOMUNIKASI EFEKTIF PENGAWASAN
Komunikasi Pengawasan Dan Komunikasi Efektif Pengawasan
Mengembangkan Komunikasi Pengawasan yang Efektif
Pengawasan memiliki peran serta fungsi strategis pada mendorong pencapaian tujuan program serta aktivitas. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, para pengawas bisa menaruh inspirasi serta mendorong para stakeholder lainnya buat terus berbagi profesionalisme serta mempertinggi kinerja mereka. Pengawas layaknya mitra tempat membuatkan dan tempat meminta saran dan pendapat pada pengelolaan program serta aktivitas Sementara itu para pengawas selayaknya menjadi konselor serta konsultan dalam memecahkan problema dan menaikkan kualitas aktivitas.
Pengawas dituntut memiliki kompetensi sosial, khususnya dalam menjalin kawan dengan para stakeholder lainnya. Hal ini karena dalam bekerja pengawas bertemu poly orang dengan berbagai latar belakang, kondisi, kepentingan serta duduk perkara yang dihadapi. Mereka pula wajib mampu bermitra baik menggunakan individu maupun grup, selain itu pengawas juga berperan buat mengembangkan jaringan kemitraan menggunakan banyak sekali pihak yang terkait dengan peningkatan mutu, dan menyebarkan tim kerjasama yang kokoh. Oleh sebab itu pengawas dituntut agar dapat berkomunikasi secara efektif menggunakan seluruh pihak terutama pihak yang diawasi .
Kedudukan dan Fungsi Komunikasi
Organisasi tidak akan efektif jika hubungan diantara orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi nir pernah ada komunikasi. Komunikasi menjadi sangat penting lantaran adalah aktivitas tempat pimpinan mencurahkan waktunya buat menginformasikan sesuatu menggunakan cara tertentu pada seorang atau gerombolan orang. Dengan Komunikasi, maka fungsi manajerial yang berawal menurut fungsi perencanaan, implementasi dan supervisi dapat dicapai.
Komunikasi tergantung dalam persepsi, dan kebalikannya persepsi pula tergantung dalam komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang pada tahu keterangan tentang lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi tergantung persepsi masing-masing orang yang terlibat di dalamnya.
Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim liputan akan menyebabkan kegagalan berkomunikasi.
Beberapa faktor komunikasi yang berperan dalam membangun dan memelihara otoritas yg objektif dalam organisasi,dari pendapat Barnard (1968,175-181) merupakan menjadi berikut.
- Saluran komunikasi wajib diketahui secara pasti
- Seyogyanya sine qua non saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi
- Jalur komunikasi seharusnya pribadi serta sependek mungkin
- Garis komunikasi formal hendaknya digunakan secara normal
- Orang-orang yang bekerja sebagai sentra pengatur komunikasi haruslah orang-orang yg berkemampuan cakap
- Garis komunikasi seharusnya nir mendapat gangguan pada saat organisasi sedang berlangsung
- Setiap komunikasi haruslah disahkan.
Dalam memahami komunikasi menurut perilaku organisasi bahwa komunikasi adalah suatu proses antar orang atau antar langsung yang melibatkan suatu usaha buat membarui konduite. Perilaku yg terjadi pada suatu organisasi merupakan merupakan unsur utama pada proses komunikasi tersebut
Perkembangan teknologi komunikasi yg sangat cepat, tidaklah mengurangi arti pentingnya komunikasi diantara orang yang tergabung pada organisasi. Komunikasi antara orang dengan orang nir selalu tergantung pada teknologi, akan tetapi tergantung berdasarkan kekuatan pada diri orang dan dalam lingkungannya. Komunikasi merupakan suatu proses hubungan antara orang itu sendiri. Proses yang berjalan dari komunikator yang membicarakan pesan (message) melalui jalur tertentu (medium), kemudian ditangkap sang penerima (receiver) dan apabila memungkinkan sebagai umpan kembali (feedback) kepada komunikator.
Gambaran umum proses komunikasi dijelaskan dari pendapat (Thoha, 1990,167) sebagai berikut.
- Tahap proses penciptaan gagasan, pesan atau warta. Pada umumnya muncul karena terdapat rangsangan menurut luar atau terdapat kebutuhan buat berkomunikasi pada diri.
- Tahap Penyandian (Encoding), yaitu proses penyusunan gagasan atau pesan menjadi suatu bentuk warta (simbol, lambang, sandi) yang akan dikirimkan; termasuk pemilihan serta penentuan cara juga alat(media)buat menyampaikannya.
- Tahap Pengiriman (Transmitting), adalah aktivitas penyampaian pesan atau warta yg terjadi pada antara peserta komunikasi. Pengiriman pesan ini dapat dilakukan dengan cara berbicara (ekspresi/lisan), atau non-mulut menggunakan tulisan, gambar, warna atau gerakan (kial); disampaikan secara langsung atau melalui media eksklusif.
- Tahap Penerimaan (Receiving), yakni proses penerimaan atau pengumpulan pesan yang terjadi dalam para peserta komunikasi. Penangkapan atau pengumpulan pesan ini bisa terjadi menggunakan cara mendengarkan, membaca, mengamati atau memperhatikan, tergantung dalam cara serta indera yg dipakai dalam berkomunikasi tadi.
- Tahap Penafsiran (Decoding), yakni usaha anugerah arti terhadap fakta/pesan pada antara peserta komunikasi. Peserta komunikasi yang berkepentingan, melalui proses berpikir, berusaha menginterpretasikan atau menafsirkan liputan yang sudah terkumpul pada pikirannya. Pengertian “berpikir” di sini diartikan secara luas, baik menggunakan pikiran insan (komunikasi manusiawi) maupun naluri hewan (komunikasi dengan hewan) serta sistem memori mekanis yg masih ada pada mesin atau alat-alat otomatis.
- Tahap Respon (Pemberian Tanggapan), adalah tindak lanjut dari penafsiran yg sudah dilakukan, yakni pemberian reaksi terhadap pesan yang sudah disampaikan. Jadi para peserta komunikasi memakai arti atau makna suatu pesan sebagai dasar untuk memberikan reaksi. Apabila respon/reaksi yang diberikan “sesuai” dengan maksud pengirim pesan berarti terjadi komunikasi yang efektif; dan kebalikannya bila “nir sesuai” berarti terjadi mis-communication.
- Tahap Balikan (Feedback), berlangsung seiring menggunakan tahap-tahap komunikasi lainnya, yang berupa tanda-tanda atau kenyataan yang dapat dijadikan petunjuk keberhasilan atau kegagalan suatu proses komunikasi. Jadi pengertian feedback ini harus dibedakan dengan hasil (respons).
Dengan demikian, komunikasi dapat dipahami sebagai penyampaian pesan, berita atau pemikiran wangsit-ide menurut satu orang atau lebih pada orang lain atau gerombolan orang menggunakan menggunakan lambang yang sama.
Dimensi komunikasi organisasi mencakup jua komunikasi antar langsung. Efektivitas komunikasi antar pribadi sangat tergantung dalam langsung penerima juga pengirim pesan seperti yg dijelaskan berikut ini:
- Keterbukaan, meliputi aspek impian buat terbuka bagi setiap orang yg berinteraksi dengan orang lain, dan hasrat untuk menanggapi secara amanah seluruh stimulus yg tiba kepadanya
- Empati, yaitu mencicipi sebagaimana yang dirasakan oleh orang lain atau mencoba merasakan pada cara yg sama dengan perasaan orang lain
- Dukungan, adakalanya perlu diucapkan namun bisa pula nir diucapkan
- Kepositifan, meliputi adanya perhatian yang positif terhadap diri seseorang, suatu perasaan positif itu dikumunikasikan, dan mengefektifkan kerjasama
- Kesamaan, mencakup kecenderungan suasana dan kedudukan antara orang-orang yang berkomunikasi
Keberhasilan komunikasi adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan interaksi menggunakan rakyat (communication is a key to successful team effort). Artinya kalau pengawas ingin berhasil dalam memberdayakan warga untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraannya, maka kunci pertama yang wajib dikuasai merupakan kemampuan berkomunikasi. Pengawas wajib sanggup membangun komunikasi efektif.
Membangun Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif bagi pimpinan adalah keterampilan penting lantaran perencanaan, pengorganisasian, serta fungsi pengendalian dapat berjalan hanya melalui kegiatan komunikasi. Dalam beberapa situasi di dalam organisasi, kadangkala muncul sebuah pernyataan di antara anggota organisasi, apa yang kita bisa merupakan kegagalan komunikasi. Pernyataan tersebut memiliki arti bagi masing-masing anggota organisasi, serta menjelaskan bahwa yg menjadi masalah dasar adalah komunikasi, karena stagnasi atau kegagalan komunikasi dapat terjadi antar langsung, antar pribadi dalam gerombolan , atau antar grup pada organisasi.
Komunikasi bagi pimpinan merupakan aspek pekerjaan yg penting menjadi bagian menurut fungsi organisasi. Masalah bisa berkembang berfokus manakala pengarahan sebagai galat dimengerti; gurauan yg membentuk pada gerombolan kerja malah menyulut kemarahan; atau pembicaraan informal oleh pimpinan terjadi penyimpangan (penyimpangan).
Dengan istilah lain bahwa masalah komunikasi pada organisasi merupakan apakah anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan baik atau tidak?
Komunikasi merupakan keterampilan dasar seseorang pengawas, serta merupakan elemen krusial pada pelayanan, karena menyangkut kompetensi pengawas menjadi orang yang melayani kepentingan serta kebutuhan, utamanya, Keterampilan dasar berkomunikasi bagi seorang pengawas merupakan:
- Mampu saling memahami kelebihan dan kekurangan individu
- Mampu mengkomunikasikan pikiran serta perasaan
- Mampu saling menerima, menolong, serta mendukung
- Mampu mengatasi konflik yg terjadi pada komunikasi
- Saling menghargai serta menghormati
Mengembangkan keterampilan berkomunikasi bagi pengawas dapat dilakukan dengan memperhatikan:
- Manfaat serta pentingnya komunikasi
- Penguasaan perilaku individu
- Komponen-komponen komunikasi, Praktek keterampilan berkomunikasi
- Bantuan orang lain
- Latihan yg terus-menerus
- Partner berlatih, untuk meningkatkan kemampuan adaptif berkomunikasi
Seorang pengawas perlu menciptakan jaringan komunikasi yg sehat, baik menggunakan Analisis jaringan komunikasi dapat dilakukan buat mengetahui: Peranan individu (karyawan) pada penyaluran informasi organisasi, yang sekaligus jua menerangkan pola hubungan antara individu tersebut menggunakan individu lain, Bentuk hubungan atau koneksi orang-orang pada organisasi serta grup eksklusif (klik) Keterbukaan/ketertutupan individu atau grup.
Peranan seseorang pengawas dalam suatu jaringan komunikasi dari pendapat (Thoha, 1990,167) merupakan :
- Opinion leader, individu yg diakui menguasai keterangan (kuantitas serta kualitas) dan dengan warta tersebut bisa mensugesti konduite dan keputusan-keputusan yg diambil sang individu, kelompok, atau organisasi. Opinion leader nir selalu mempunyai otoritas formal, bahkan dalam umumnya merupakan pimpinan informal.
- Gate keepers, individu yg mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Individu yang memilih apakah suatu liputan itu penting atau nir buat diteruskan/diberikan pada pimpinan atau pegawai organisasi.
- Cosmopolites, individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mengumpulkan keterangan berdasarkan banyak sekali asal di lingkungan dan mengungkapkan berita organisasi kepada lingkungan.
- Bridge, anggota grup atau klik pada suatu organisasi yang menghubungkan grup itu menggunakan kelompok lain.
- Liaison, individu penghubung antar kelompok, dan bukan sebagai anggota galat satu grup tersebut.
- Isolate, anggota organisasi yang memiliki hubungan minimal dengan orang lain dalam organisasi
Posisi atau peranan pengawas dalam jaringan arus fakta akan mensugesti, antara lain:
- Tingkat kekuasaan (power), hubungan sosial, atau pengaruh individual dalam organisasi.
- Partisipasi pada pelaksanaan tugas (intensitas dan kuantitas aktivitas organisasi, yg bisa berimbas pada peningkatan keterampilan/keahlian).
- Kepuasan terhadap arus keterangan.
- Konsep diri.
Keterampilan dan perilaku pada berkomunikasi akan sangat memilih bagaimana pengembangan kualitas. Terutama dalam membentuk jaringan kemitraan dengan share/stake holder. Jaringan kemitraan yang bertenaga dan saling menguntungkan yang dilayani sang anggota tim kerjasama yg saling melayani, telah pasti akan memperlancar pengembangan kualitas. Pengawas yg berpengalaman dan memiliki pengetahuan memadai dapat merampungkan berbagai perkara pada lapangan.
Comments
Post a Comment