FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM SEBUAH GAGASAN MEMBANGUN PENDIDIKAN ISLAM

Filsafat Pendidikan Islam, Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam 
Kurikulum adalah galat satu komponen yang sangat menentukan pada suatu sistem pendidikan, karenanya kurikulum adalah indera buat mencapai tujuan pendidikan serta sekaligus sebagai pedoman pada pelaksanaan pedagogi pada semua jenis serta tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena adalah suatu formulasi pedagogis yg paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yg dilakukan membantu anak didik dalam berbagi potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan serta lain sebagainya.

Dengan tahu kurikulum, para pendidik bisa menentukan dan memilih tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pedagogi, serta indera evaluasi pedagogi yg sinkron dan sempurna. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan dipengaruhi oleh semua pihak, sarana dan organisasi yg baik, intensitas pekerjaan yg realistis tinggi serta kurikulum yang sempurna guna. Oleh karenanya, telah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Dalam makalah ini akan dibahas kurikulum pendidikan Islam secara mendalam.

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum asal menurut bahasa Yunani yaitu curir yang ialah pelari, atau curere yang berarti jarak yg harus ditempuh sang pelari. Istilah ini pada mulanya dipakai pada dunia olahraga yang berarti suatu jarak yang harus ditempuh pada pertandingan olahraga. Berdasarkan pengertian ini, pada konteksnya menggunakan dunia pendidikan, member pengertian menjadi suatu lingkaran pengajaran di mana pengajar dan siswa terlibat di dalamnya. 

Kurikulum artinya rencana atau bahasan pengajaran , sehingga arah aktivitas pendidikan sebagai jelas serta jelas. Zakiah Darajat memandang kurikulum sebagai suatu acara yang direncanakan dalam bidang pendidikan serta dilaksanakan buat mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan itu. Kurikulum juga sanggup diistilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi anak didik-muridnya di dalam serta pada luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh pada segala segi dalam membarui tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.

Kurikulum pendidikan Islam merupakan bahan-bahan pendidikan Islam berupa aktivitas, pengetahuan serta pengalaman yg menggunakan sengaja dan sistematis diberikan pada murid pada rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau menggunakan istilah lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yg menggunakan sengaja serta secara sistematis diberikan sang pendidik pada murid pada rangka tujuan pendidikan Islam.

Kurikulum pada pendidikan Islam, dikenal menggunakan kata manhaj yg berarti jalan yg terang yang dilewati oleh pendidik bersama anak didiknya buat menyebarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dilihat menjadi suatu acara pendidikan yg direncanakan serta dilaksanakan buat mencapai pendidikan.

B. Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam penyusunan kurikulum, kita wajib memperhatikan prinsip-prinsip yg bisa mewarnai kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut merupakan sebagai berikut:
  1. Prinsip berasaskan Islam, termasuk ajaran serta nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan menggunakan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-hubungan yg berlaku dalam lembaga-forum pendidikan wajib dari dalam agama dan akhlak Islam.
  2. Prinsip mengarah pada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan buat mencapai tujuan yg dirumuskan sebelumnya.
  3. Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, serta kegiatan yang terkandung pada pada kurikulum, begitu pula menggunakan pertautan antara kandungan kurikulum menggunakan kebutuhan siswa jua kebutuhan rakyat.
  4. Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan menggunakan lingkungan hayati peserta didik, relevansi menggunakan kehidupan masa sekarang serta akan dating, relevansi menggunakan tuntutan pekerjaan.
  5. Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang mobilitas yg menaruh sedikit kebebasan pada bertindak, baik yg berorientasi pada fleksibelitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
  6. Prinsip integritas, merupakan kurikulum tersebut dapat membentuk manusia seutuhnya, insan yang sanggup menintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta insan yang dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
  7. Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum bisa mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, sempurna, memadai, serta bisa memenuhi asa.
  8. Prinsip kontinuitas serta kemitraan merupakan bagaimana susunan kurikulum yg terdiri menurut bagian yang berkelanjutan menggunakan kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.
  9. Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan serta lingkungan anak pada umumnya yg meliputi semua aspek langsung anak didik, seperti disparitas jasmani, watak, inteligensi, talenta dan kelebihan dan kekurangannya.
  10. Prinsip kecenderungan memperoleh kesempatan, dan demokratis merupakan bagaimana kurikulum bisa memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta sikap yg sangat diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok misalnya grup yang kurang beruntung secara ekonomi serta sosial yg memerlukan donasi khusus, berbakat, dan unggul berhak mendapat pendidikan yg tepat sinkron menggunakan kemampuan serta kecepatannya.
  11. Prinsip kedinamisan, merupakan agar kurikulum nir statis, tetapi bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta perubahan sosial.
  12. Prinsip ekuilibrium, adalah bagaimana kurikulum bisa berbagi perilaku potensi peserta didik secara harmonis.
  13. Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas pengajar yg mengajar dan siswa yg belajar.
C. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen : 1) tujuan ; dua) isi; tiga) metode atau proses belajar mengajar, dan 4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum diatas sebenarnya saling terkait, bahkan masing masing adalah bagian integral berdasarkan kurikulum tersebut.

Sedangkan komponen kurikulum dari Ramayulis meliputi:

1. Tujuan yang ingin dicapai. 
Tujuan mencakup: tujuan akhir, tujuan generik, tujuan khusus dan tujuan ad interim. Di pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seseorang pendidik harus juga bisa merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, serta kompetensi dasar.

Setiap tujuan tersebut minimal terdapat tiga domain, yaitu kognitif, afektif, serta psikomotor. Dalam pendidikan Islam, domain afektif lebih utama berdasarkan yang lainnya.

2. Isi Kurikulum
Berupa materi pembelajaran yg diprogram buat mencapai tujuan pendidikan yg sudah ditetapkan. Materi tadi disusun ke dalam silabus, dan pada mengaplikasikannya dicantumkan jua pada satuan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran.

3. Media (Sarana serta Prasarana)
Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami sang peserta didik. Media tadi berupa benda (materiil) serta bukan benda (non-materiil).

4. Strategi
Strategi merujuk dalam pendekatan serta metode dan teknik mengajar yg digunakan. Dalam taktik termasuk juga komponen penunjang lainnya misalnya: sistem administrasi, pelayanan BK, remedial, pengayaan, serta senbagainya.

5. Proses Pembelajaran
Komponen ini sangat krusial, sebab diperlukan melalui proses pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah laris dalam diri siswa menjadi indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karenanya, pada proses pembelajaran dituntut wahana pembelajaran yg aman, sehingga memungkinkan serta mendorong kreativitas peserta didik.

6. Evaluasi
Dengan penilaian (penilaian) dapat diketahui cara pencapaian tujuan.

D. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya bisa dirangkum menjadi 5, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada energi kerja, orientasi dalam siswa, dan orientasi dalam masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[6]

1. Orientasi Pelestarian Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas 2 macam, yaitu nilai yg turun menurut Allah SWT, yg dianggap nilai ilahiyah, serta nilai yang tumbuh serta berkembang menurut peradaban manusia sendiri yang disebut menggunakan nilai insaniyah. Kedua nilai tadi selanjutnya membangun norma-kebiasaan atau kaidah-kaidah kehidupan yg dianut dan melembaga dalam masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum selanjutnya adalah membangun situasi-situasi serta program eksklusif buat tercapainya pelestarian ke 2 nilai tadi.

2. Orientasi pada Kebutuhan Sosial 
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yg ditandai oleh keluarnya aneka macam peradaban serta kebudayaan sebagai akibatnya masyarakat tadi mengalami perubahan serta perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik klimaks. Hal ini Lantaran kehidupan merupakan berkembang, tanpa perkembangan berarti nir ada kehidupan.

Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif pada perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga hasil di forum pendidikan bisa menjawab dan mengatasi perkara-masalah yang dihadapi rakyat.

3. Orientasi dalam Tenaga Kerja
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, contohnya makan minum, berdomisili yg layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tadi wajib terpenuhi secara layak, dan keliru satu pada antara persiapan buat menerima pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan bisa menentukan kualitas dan kuantitas kerja seorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin poly saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat berdasarkan penyediaan lapangan kerja.

Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan buat memenuhi kebutuhan kerja. Hal ini ditujukan selesainya keluar dari forum sekolah, peserta didik memiliki kemampuan serta keterampilan yang profesional, berproduktif serta kreatif, mampu mendayagunakan asal daya alam, sumber daya diri dan asal daya situasi yg mempengaruhinya.

4. Orientasi dalam Peserta Didik
Orientasi ini menaruh kompas dalam kurikulum buat memenuhi kebutuhan peserta didik yg diubahsuaikan dengan talenta, minat, dan potensi yang dimilikinya, dan kebutuhan peserta didik. Orientasi ini diarahkan pada pembinaan 3 dimensi peserta didiknya.
a. Dimensi kepribadian menjadi insan, yaitu kemampuan buat menjaga integritas antara perilaku, tingkah laris, etiket, serta moralitas.
b. Dimensi produktivitas yang menyangkut apa yang didapatkan anak didik dalam jumlah yg lebih banyak, kualitas yang lebih baik sehabis beliau menamatkan pendidikannya.
c. Dimensi kreativitas yang menyangkut kemampuan siswa buat berpikir dan berbuat, membangun sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri serta warga .

5. Orientasi dalam Masa Depan Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak tanggal menurut keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana hingga kehidupan serta peradaban yg paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yg rumit sebagai lebih mudah, perkara yang nir bermanfaat menjadi lebih berguna, kasus yg using serta kemudian dibumbui menggunakan produk IPTEK menjadi lebih menarik.

Comments