GAMBARAN UMUM PERIKANAN KABUPATEN CIREBON

Gambaran Umum Perikanan Kabupaten Cirebon - Potensi Perikanan Yang terdiri dari 2 Sumber yaitu perikanan laut dan perikanan darat. Sedangkan Arti menurut Perikanan merupakan proses pengolahan serta pemanfaatan lebih lanjut dari hewan yang hayati pada air seperti ikan dan sejenis ikan dengan cara memanfaatkan sumber daya manusia, tanaman , makhluk hidup dan alat-alat lainnya. 

Potensi Perikanan Kabupaten cirebon yang sangat melimpah jika bis dioptimalkan maka kesejahteraan nelayan menurut pendapatan hasil perikanan akan berakibat kabupaten cirebon sebagai sentra perikanan yang maju.


Potensi Kabupaten cirebon di sektor perikanan diantaranya, Penangkapan ikan, Budidaya ikan, garam, pengolahan ikan serta sektor perdangan perikanan. Jenis Jenis perikanan inilah yg selama ini masih menyokong pada kabupaten cirebon.

Gambaran Umum Perikanan Kabupaten Cirebon

Untuk Kondisi administratif pemerintahan kabupaten cirebon terdiri dari ;

Jumlah Desa: 412 Desa
Jumlah Kelurahan: 12 Kelurahan
Jumlah Kecamatan         : 40 Kecamatan
Jumlah OPD/SKPD: 26 Urusan Wajib serta 8 Urusan Pilihan

Potensi sumber daya insan dimana pada dalamnya jua masih ada manusia perikanan. Dan data Jumlah Penduduk menurut Data LKPJ Bupati Cirebon tahun 2015 diantaranya :

Laki-Laki= 1.166.070 Jiwa
Perempuan= 1.143.737 Jiwa
Jumlah= 2.309.807

Luas Wilayah: 989,70 km2
Batas Wilayah: 
Sebelah Utara= Kabupaten Indramayu dan Laut Jawa
Sebelah Timur= Wilayah Kota Cirebon serta Kabupaten Brebes
Sebelah Selatan= Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat= Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu

Aparatur Kelautan dan Perikanan  (PNS)       =40
PPB Perikanan Budidaya                                 =5
PPB Perikanan Tangkap                                   =3
PPB P2HP                                                          =3
PPB PUGAR                                                       =6
Rumah Kemasan (APBD)                                 =5
Tenaga Analisis Laboratorium                          = 2
Penyuluh (PPL)                                                   =11

Nelayan                                                                                 = 17.965
Pembudidaya ikan serta udang pada Tambak                        = 4.330
Pembudidaya ikan di Laut                                                  = 187
Pembudidayaikan di Kolam Terpal & Kolam Tanah        = 5.815
Penangkap ikan di Perairan Umum                                  = 269
Pengolah / Pedagang ikan                                                 = 2.778
Petambak Garam  9.615

Panjang pantai                                                                    = 54 Km
Luas areal tambak                                                              = 7500 Ha
Luas areal kolam                                                                =784 Ha 
Luas areal sawah/Minapadi                                               =  -

Perairan Umum :
     Panjang 1200 ,5Km
     Luas sungai 240 Ha
     Luas situ(Sedong,Patok,Sinarancang) 253 Ha
     Luas bekas galian C 3 Ha
     Luas  embung 27,43 Ha


PERIKANAN TANGKAP DANAU LIMBOTO

Perikanan Tangkap Danau Limboto - Beberapa jenis indera tangkap yg dipakai di Danau Limboto merupakan pancing (hand and line), pajala ( gillnet), buili/jaring lingkar (kecil pulse seine), olate/sero (winget bamboo entice), bunggo, dudayaho (push internet), serta bibilo. Perikanan di danau lamboto nir hanya budidaya tetapi didalam nya masih ada aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan setempat. Danau Limboto terletak pada Provinsi Gorontalo

Aktivitas Perikanan tangkap nelayan danau limboto menggunakan alat tangkap banyak sekali jenis. Dianataranya adalah

Perikanan Tangkap Danau Limboto


A.pancing adalah indera penangkap ikan yg terdiri dari tali serta mata pancing. Pancing dijalankan atau dioperasikan menggunakan menggunakan umpan, baik itu umpan buatan maupun alami yg bermanfaat buat menarik perhatian ikan dan hewan air lainnya. Nelayan lambotoi memakai pancing dengan jenis hand line.

B.pajala (gillnet) adalah jaring berbentuk persegi panjang dengan ukuran mata jaring beraneka ragam kurang lebih 1,five-tiga,five inci. Meskipun dernikian, pada lokasi tak sporadis masih ditemukan jaring yang ukuran mata jaring pada bawah 1,five inci. Ukuran ikan yang tertangkap relatifseragam. 

Penggunaan pajala dilakukan secara pasif Setelah diturunkan ke perairan, kapal dan indera dibiarkan hanyut, umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Untuk menggiring gerom¬bolan ikan agar tertangkap, nelayan umumnya menggunakan indera bantu yang terbuat menurut kayu yg dipukul-pukulkan ke air. Hal tersebut dilakukan agar ikan takut serta akan berlari ke arah pajala. Selanjutnya dilakukan pengangkatan jaring sembari melepaskan ikan output tangkapan ke bahtera.

C.jaring lingkar (kecil handbag seine) digunakan dengan cara meling-karkan jaring dalam gerombolan ikan. Jaring lingkar terdiri menurut jaring yg dilengkapi cincin-cincin. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik handbag line di antara cincin-cincin yang ada sebagai akibatnya jaring akan menciptakan seperti mangkuk.

Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan dini. Setelah ikan berada di pada mangkuk jaring, lalu clilakukan pengambilan output tangkapan menggunakan serok atau pencid.uk. Jaring lingkar bisa dioperasikan siang atau malam hari. 

Pengoperasian pada siang hari sering memakai rumpon atau payaos menjadi alat bantu peng­umpul ikan. Sementara alat bantu pengumpul yang acapkali digunakan dalam malam hari adalah lampu, umumnya memakai lampu petromaks.

D.olate (winget bamboo entice) adalah alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap pada pada air buat jangka waktu tertentu. Perangkap yg umumnya dipasang pada perairan pantai terbuat menurut bambu yang menyerupai bilik-bilik bambu. 

Satu unit olate terdiri dari beberapa bagian, yakni penaju (chief net), serambi (entice/play ground), ijeb-ijeb (entrance), dan kantong (bag/crib). Ikan umumnya mempunyai sifat beruaya menyusuri pantai. Pada scat melakukan ruaya ini lalu dihadang oleh penaju, kemudian ikan tadi tergiring ke dalam kantong. Ikan yang telah masuk kantong umumnya akan sulit keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah ditangkap.

E.alat tangkap bonggo merupakan indera yang mudah dioperasikan serta ramah lingkungan. Alat tangkap ini berupa bambu menggunakan diameter ± 10 cm dan dioperasikan pada dasar perairan. Beberapa jenis ikan yg biasa tertangkap dengan bunggo pada antaranya payan a (Ophieleotris aporos), sogili (Anguilla sp.), manggabai ( Glossogobius giuris), serta gabus (Channa striata).

F.penangkapan ikan menggunakan menggunakan dudayaho (push internet) adalah keliru satu cara penangkapan yg mengancam kelestarian ikan di perairan Danau Limboto. Alat tangkap ini terbuat dad waring sedangkan di kantongnya terbuat darn jaring yang ukuran 1 inci. Panjang kantong sekitar 5m sedangkan lebar waring 2-tiga m. Metode penangkapan dengan memakai Waring ini selain menangkap jenis-jenis ikan permukaan yang akbar jugs akan menanglcap larva-larva ikan. Akibatnya ikan-ikan tidak mampu berkembang lantaran ikan-ikan yg tertangkap poly yang berukuran kecil. Pengopera­sian alat tangkap tersebut umumnya dilakukan sang dua orang.

G.penangkapan ikan dengan menggunakan bibilo merupakan keliru satu cara penangkapan menggunakan memanfaatkan pulau terapung berupa tumbuhan air yg terdiri dad eceng gondok (Eichhornia crassipes), kangkung (Ipomoea aquatica), dan rumput (Graminae). Ukuran bibilo bervariasi, yg paling mini rata-homogen berukuran 7 x 7 m serta yg paling besar 10 x 10 m. Biasanya proses pemanenan dilakukan setiap 3 bulan sekali. 

Dengan alat tangkap bibilo ikan akan berkumpul pada pada kemudian ditangkap menggunakan jaring insang. Kelemahan indera tangkap ini adalah dapat menaikkan penguapan air, meningkatkan kecepatan laju pendangkalan danau, mengakibatkan eutrofkasi, dan menyebabkan senyawa-senyawa racun di dasar danau akibat komposisi bibilo yg coati. Namun, sebagian akbar warga memakai jenis indera tangkap tradisional seperti bibilo, olate, serta amelo yang diduga men­jadi galat satu penyebab terjadinya pendangkalan danau (Anonim, 1991).

Jenis alat tangkap yang dipakai nelayan pada aktivitas penangkapan ikan sangat majemuk, antara lain bibilo, tiopo, amelo, olate, panting, jala, gifinet, sero (winget bamboo lure), sodo (push internet), dan bubu. Namun, sebagian besar rakyat menggunakan jenis indera tangkap seperti bibilo, olate, serta amelo (homogen jebakan hcrupa rumpon tumbuhan dan ranting pohon), yg diduga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya pendangkalan danau. Selain alat tangkap pada atas yang sangat memengaruhi keberlanjutan sumber daya perikanan danau, beberapa masyarakat nelayan  jua masih ada yg menggunakan seser menggunakan arcs listrik (electroifishing). Keragaman jenis dan jumlah alat tangkap yg digunakan nelayan Danau Limboto d

POTENSI PERIKANAN KABUPATEN MIMIKA

Potensi Perikanan Kabupaten Mimika - Mimika mempunyai Potensi Perikanan yg sangat besar serta potensi tadi selama ini masih kurang di manfaat secara aporisma serta berkelanjutan. Setelah di larangnya indera tangkap Trawl yang selama ini banyak mengambil sumber daya ikan di mimika 

kini Kondisi sumber daya ikan pada mimika berangsur angsur telah pulih. Kondisi ini apabila tidak pada manfaatkan maka bukan nir mungkin sumber daya ikan tadi banyak yang bermigrasi ke negara tetangga sebelum di manfaatkan sang nelayan mimika khususnya serta indonesia pada umumnya.tidak poly yang memahami bahwa ternyata Mimika jua menyimpan potensi perikanan yg luar biasa. Kabupaten ini masuk kedalam wilayah pengolahan perikanan (WWP) 718 mencakup Laut Arafura serta sekitarnya, daerah ini mempunyai potensi udang, ikan baramundi dan kepiting.

Untuk harga Udang tiger sebagai primadona para nelayan, harga yang ditawarkan yakni sekitar Rp. 180.000/kg, bahkan udang tiger telah mulai di ekspor ke Langkawi Malaysia walau menggunakan jumlah yg terbatas. Perlu terdapat campur tangan pemerintah sentra supaya potensi potensi tadi sahih sahih buat kehidupan nelayan yg lebih baik

Potensi Perikanan Yang Terdapat pada Kabupaten Mimika Menurut data yg terdapat, potensi tangkap lestari pada WPP 718 sebesar 472.400 ton/tahun. Setiap hari masih ada lebih kurang 15 ton hasil tangkapan ikan buat kebutuhan lokal serta selebihnya dikirim keluar mimika. Dan Itupun yang terdata belum yang terdata. 

Kabupaten Mimika Sebagai wilayah perbatasan berakibat Mimika menjadi sasaran empuk pencurian ikan sang kapal-kapal asing. Selain mencuri ikan, kapal-kapal tersebut bahkan merogoh BBM bersubsidi yg seharusnya diperuntukan buat nelayan serta warga mimika. Kondisi Itu di perparah menggunakan kurang pedulinya warga serta pemangku kepentingan pada Mimika buat membesarkan perikanan sebagai ujung tombak pemangku ekonomi pada Kabpaten Mimika.

Selain Permasalah tersebut, Ada beberapa hambatan yang masih ada di kabupaten mimika, antara lain :

- Posisi letak antar distrik yang berjauhan dan nir saling terkoneksi.
Akses jalan dan infrastruktur merupakan alasan klasik yang selama ini masih membuahkan wilayah perbatasan sebagai wilayah yg tertinggal

- Rendahnya kapasitas tangkap nelayan lokal. Hal ini selain nelayan lokal menangkap ikan hanya buat keperluan hanya sekedar buat lauk pauk maka nelayan lokal masih sebatas menangkap sedikit tetapi jika pemerintah dalam hal ini pemerintah sentra dan daerah membuka pintu masuk buat usaha perikanan bukan tidak mungkin nelayan di kabupaten mimika akan lebih sejahtera.

- Mahalnya porto logistik serta perencanaan pembangunan yang belum serius ke bahari.

Pemerindah Daerah mimika perlu merogoh peran dan tanggung jawab buat mengantisipasi dan menyiapkan strategi pembangunan wilayah yg berorientasi ke bahari. Memang saat ini, sektor pertambangan masih menyumbang PDRB terbesar pada mimika, akan tetapi mungkin saja di tahun tahun mendatang, sumberdaya mineral akan habis. Oleh karena itu pengalokasian ruang dan planning pembangunan infrastruktur wajib mulai menyentuh wilayah pesisir Mimika. Pembangunan pesisir mimika memang berbiaya sangat mahal disebabkan oleh hanya ada satu aktes buat menjangkau wilayah pesisir yakni menggunakan memakai transportasi bahari.

Membangun perikanan Mimika memang wajib dilakukan menggunakan perencanaan yg baik, terukur dan sensitivitas tinggi dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Kampung-kampung di pesisir mesti dibangun dengan bertumpu pada kapasitas lokal. Melakukan penataan ruang dan mengalokasikan sumberdaya sebaik-baiknya perlu dilakukan sehingga nir menimbulkan perseteruan. Ikan di Laut Mimika kini melimpah, warga berkesempatan buat menaikkan kesejahteraannya serta negara bertanggung jawab menjaga keadilan sosial bagi setiap masyarakat.

NELAYAN KABUPATEN BATU BARA SUMUT MASIH TETAP DENGAN TRAWL NYA

Kami Sangat Bermohon kepada Bapak/Ibuk Petinggi pada Kementrian Perikanan / Kelautan Agar bertindak.sampai saat ini Pemerintahan Kabupaten  Batu Bara Masih saja memperboleh kan Pukat Trol ( Pukat Tarik) Beroperasi di perairan Batu Bara Sehingga Para Nelayan Kecil Tidak mendapat Peluang buat Mencari Nafkah Di Kabupaten ini. Sekali lagi Kami Dari Kumpulan Nelayan Kecil/Tradisional sangat Berharap donasi dari Bapak/Ibu buat bertindak terhadap para pejabat Pemkab Batu Bara Yang telah mengangkangi peraturan Menteri.
Dan pula perlu Diketahui Ini jua Bisa mengakibat kan Bentrok berdarah. Ungkap Salah satu kelompok nelayan yg melaporkan dalam milis email direktorat dirjen perikanan tangkap.

Tentu laporan ini sangat kontadiktif menggunakan apa yg sedang pada canangkan kementrian kelautan serta perikanan. Bu susi selalu menekankan adanya alat tangkap ramah lingkungan menggunakan asa laut yang sebagai titipan anak cucu kita bisa selalu di jaga serta di pelihara.

Terkait menggunakan petugas wilayah yang mengangangi peraturan menteri sungguh sangat disayangkan sekali. Daerah sebagai perpanjangan tangan menurut pemerintah pusat khususnya dalam hal ini merupakan kementrian kelautan dan perikanan telah misalnya dibantah.

Semoga kedepan nelayan kembali sadar akan pentingnya pelestarian sumber daya kelautan. Khusus untuk penegakan aturan di daerah jangan ragu untuk membela kaum yg sahih.

PRODUKSI RAJUNGAN DI KABUPATEN REMBANG

Produksi Rajungan Di kabupaten rembang tahun . - Rajunganmerupakan keliru satu komoditas sumberdaya perikanan yg prospekif untuk diekspor, lantaran Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih adalah komoditasperikanan yang mempunyai nilai hemat tinggi yg diekspor terutama ke negaraAmerika, yaitu mencapai 60 persen berdasarkan total hasil tangkapan Rajungan (Nugraha,2011). 


Rajungan (blue swimming crabs)adalah biota bahari yang bernilai gizi tinggi, merupakan komoditas ekspordengan nilai jual yg mahal dan semua bagiannya dapat dimanfaatkan,antara lain daging Rajungan banyak digunakan sebagai bahan standar Rajungankalengan, cangkang atau kulit Rajungan bisa diolah menjadi bahan standar kosmetikserta beberapa industry lainnya (Soegiri etal, 2014).

PRODUKSI RAJUNGAN DI KABUPATEN REMBANG

MenurutDirektur Jenderal Pengolahan serta Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KementerianKelautan dan Perikanan (KKP) Saut Hutagalung dalam Jurnas (2014), tahun 2013lalu tercatat ekspor Rajungan senilai USD367 juta, sebanyak USD190 jutadiantaranya merupakan nilai ekspor Rajungan ke Amerika Serikat.

Sementara, tuna kenegeri Paman Sam sebanyak USD115 juta.sedangkan, udang yang nilainya 65% daritotal ekspor perikanan memiliki nilai USD 900 juta.permintaan dalam Rajunganterbilang tinggi.amerika Serikat adalah pasar utama dengan volume sekitar10.900 ton.tuna, output olahannya nir sevariatif Rajungan.ini yg membuatpermintaan dalam kepiting besar ini bertambah terus.padahal, Rajungan belum bisadibudidayakan serta bahan bakunya masih didapat dari alam.


Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap Indonesia(KKP, 2011) memperlihatkan bahwa produksi perikanan pada periode tahun 2001 - 2011, volumeproduksi perikanan tangkap semakin tinggi rata-rata sebanyak dua,93% per tahun, yaitutahun 2001 sebanyak 4.276.720 ton menjadi 5.714.271 ton dalam tahun 2011. Volumeproduksi perikanan tangkap di bahari dalam periode tadi semakin tinggi rata-ratasebesar 3,06% per tahun, yaitu berdasarkan tiga.966.480 ton pada tahun 2001 menjadi5.345.729 ton pada tahun 2011. 

Sementara itu dari catatan KementerianKelautan dan Perikanan menyebutkan potensi sumberdaya ikan bahari Indonesiadiperkirakan sebesar 6,62 juta ton per tahun, terdiri berdasarkan jenis ikan pelagisbesar 1,05 juta ton per tahun, pelagis mini tiga,24 juta ton per tahun, demersal1,79 juta ton per tahun, udang 0,08 juta ton per tahun, Cumi-cumi 0,03 juta tonper tahun dan ikan karang 0,08 juta ton per tahun. 


Data tersebut menunjukanbahwa potensi perikanan Indonesia cukup akbar sebagai galat satu negaraprodusen ikan konsumsi bahari global.berdasarkan data FAO (2007) Indonesiamenduduki peringkat ke-6 global dalam menghasilkan ikan. Sementara dalam jajaraneksportir, Indonesia menduduki peringkat ke-10 selesainya Thailand, Norwegia, Alaihi Salam,China, Denmark, Kanada, Taiwan, Cili dan Rusia.


PenyebaranRajungan pada Indonesia meliputi daerah yang sangat luas yakni wilayah perairanLaut Jawa, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Makasar, Samudra Hindia danLaut Arafur. Potensi sumberdaya perikanan tadi sesungguhnya dapatdimanfaatkan buat mempertinggi kesejahteraan rakyat, tetapi sampai saatini potensi tadi belum dioptimalkan (Efendy, 2001).

Potensiproduksi secara nasional buat bagian Utara serta Selatan Sumatera masing-masingadalah sebesar 14% serta 21%.sedangkan buat Utara Jawa serta selatan Sulawesimasing-masing merupakan sebanyak 14% and 21%. Wilayah perairan pesisir lainnyaseperti:Barat Sumatera, Barat serta TimurKalimantan, Selatan Jawa, NusaTenggara, Maluku serta Papua hanya memberikan kontribusisebesar 5% dari produksi Rajungan di Indonesia. 

Beberapa daerah dengan potensiRajungan tertinggi tersebut tercatat menjadi lokasi penangkapan Rajungan untuktujuan ekspor, seperti: Bangka Belitung, Lampung, Panimbang, Labuhan, Serang,Karawang, Cirebon, Juwana, Rembang, Madura, Barru, Maros, Makassar, dan Kendari(BBPPI, 2013)


Kegiatanpenangkapan Rajungan bisa dilakukan dengan aneka macam jenis indera penangkapanyang selama ini sudah berkembang, terutama berdasarkan gerombolan jaring (Jaring klitik,Trammel net, Gill netlainnya, aneka pukat: Cantrang, Dogol danTrawl). 

Cara ini disamping kurang ramahlingkungan (kurang selektif) jua kualitas hasil tangkapanya lelatif rendah(biasanya meninggal dan rusak). Dari aspek sumberdaya, cara ini kentara berdampak padapemborosan sumberdaya karena Rajungan merupakan hasil sampingan yg seringsia-sia dan yang tertangkap sebagai nir bernilai meski pada jumlah akbar.disamping itu metode penangkapan tersebut cenderung akan merusak tempat asal dankomunitas Rajungan pun menjadi cepat berkurang (Zarochman, 2005).


Martasuganda (2003), menyatakan bahwa bubu merupakan alattangkap yg bersifat pasif, dipasang di dasar perairan kurang lebih terumbu karang,menggunakan pengoperasian yang baik dan benar, penangkapan Rajungan atau ikan dengan bubuini tidak akan merusak karang. Dibandingkan dengan alat tangkap trawl, bubu mempunyai kelebihan, yaitu lebihselektif yaitu indera tangkap yg hanya dapat menangkap sarana penangkapannya. 

Menurut Martasuganda (2008), alasan primer pemakaianbubu pada wilayah penangkapan kemungkinan ditimbulkan sang beberapa pertimbanganseperti, adanya embargo mengoperasikan alat tangkap selain bubu, topografidaerah penangkapan yg tidak mendukung, kedalaman daerah penangkapanyang tidakmemungkinkan alat tangkap lain buat dioperasikan, biaya pembuatan alat tangkaptergolong murah, pembuatan dan pengoperasian alat tangkap tergolong gampang,output tangkapan dalam keadaan hayati, kualitas output tangkapan mengagumkan, hasiltangkapan umumnya bernilai hemat tinggi dan tersedianya stok ikan ataubiota air lainnya yang bisa ditangkap menggunakan bubu.


Menurut Ameriyani (2014),KabupatenRembang adalah daerah yg terletak di pantai Utara Propinsi Jawa Tengah,dengan luas wilayah lebih kurang 1.014 km² dan panjang garis pantai 63 km. Sebesar 35%berdasarkan luas wilayah Kabupaten Rembang adalah daerah pesisir yaitu seluas355,95 km².kabupaten Rembang memiliki 14 kecamatan, 6 antara lain berada ditepi bahari.posisi Kabupaten Rembang yg dekat menggunakan bahari seharusnya menguntungkankarena memiliki potensi sumber daya laut yang besar .namun kenyataannyakesejahteraan rakyat di Kabupaten Rembang masih kurang.ini berarti potensilaut perlu diarahkan pengembangnnya, sebagai akibatnya perekonomian Kabupaten Rembangbisa meningkat.dataproduksi Rajungan Kabupaten Rembang Tahun 2014 dapat dicermati pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Data Produksi Rajungan Kabupaten Rembang 2014
No
Bulan
Produksi (kg)


1
Januari
24,310.80


2
Februari
22,783.00


3
Maret
16,385.50


4
April
17,646.00


5
Mei
20,766.00


6
Juni
18,993.00


7
Juli
14,384.00


8
Agustus
12,653.00


9
September
10,666.00


10
Oktober
9,386.00


11
November
10,279.00


12
Desember
19,058.00


Total
197,310.30


Sumber : Dataproduksi KUB
Berdasarkan tabeldiatas maka bisa diketahui total produksiRajungan pada Kabupaten Rembangsebesar 197.310,30 Kg. Pada bulanJanuari merupakan animo zenit penangkapan Rajungan, produksirajungan sebanyak 24.310,80 Kg sedangkan ekspresi dominan paceklik terjadi pada bulanOktober menggunakan produksi Rajungan sebesar 9.386 Kg.produksi Rajungandipengaruhi sang musimpenangkapan serta cuaca, dimana pada bulan Oktober cuaca pada perairan KabupatenRembang, angin serta ombak relatif besar sehingga poly nelayan tidak melaut.

Produksiperikanan Kabupaten Rembang mengalami peningkatansebesar68,93 %dari tahun 2008 sampaitahun 2012. Produksi perikanan tangkap yang terdapat di Desa Kabongan Lor Kabupaten Rembang merupakanperikanan tangkap skala kecilsehingga pemanfaatan potensi sumberdaya laut masih rendah menggunakan adanya kabar bahwa sumber daya perikananyang relatif potensial di perairan Rembang bagi nelayan skalakecil, maka perlu dilakukan penelitian untukmeningkatkan hasil tangkapan Rajungan.menurut Kennely serta Craig (1989), 
beberapa faktor yg mensugesti hasil tangkapan dari indera tangkap bubu antaralain adalah bentuk perangkap, umpan, kompetisi antar bubu, soaking time juga posisi penempatan bubu pada perairan. Adanyabeberapa faktor yg mempengaruhi hasil tangkapan Rajungan tadi, makapenelitian tentang perubahankonstruksi bubu dan jenis umpan yg dipakai merupakansalah satu upaya untuk menaikkan hasil tangkapan Rajungan pada Desa KabonganLor Kabupaten Rembang.

PERIKANAN DI PERBATASAN FILIPINA


Perikanan di Perbatasan Filipina - Kepulanan sangihe adalah kepulauan yg berbatasan menggunakan filipina. Selama ini nelayan filipina banyak yg memasuki wilayah perairan pada indonesia. Lantaran luas bahari dan banyaknya sumberdaya ikan pada indonesia tidak menutup kemungkinan negara lain untuk mencurinya nir terkecuali filipina.


Nelayan kita yang berada pada kepulauan sangihe adalah nelayan dengan asal daya yg melimpah. Namun kondisi asal daya yang melimpah ini tidak diimbangi menggunakan kemajuan nelayan kepulauan sangihe dalan hal pendapatan. Sekilas mengenai Perikanan di Perbatasan Filipina


Di kepulauan sangihe untuk menjual hasil tangkapan nelayan harus menjualnya ke pihak filipina. Nelayan kita wajib berlayar menerobos perbatasan agar hasil tangkapan sanggup laris dijual. Kenapa tidak menjual nya dni didaerah sendiri atau wilayah yang terdekat? Pertanyaan itu akan terjawab jika kita meliat sendiri kondisi nelayan kepulauan sangihe. 

Perikanan Di Perbatasan Filipina

Disana tak terdapat loka pelelangan ikan yg ada cuma pasar ikan tradisional. Sedangkan pasar tradisional tidak mampu memuat semua output tangkapan nelayan.Perikanan di Perbatasan Filipina cermin nya merupakan nelayan sangihe.

Belum lagi untuk menjual ke wilayah terdekat semisalnya manado atau bitung. Dengan porto yang sama namun harga dibitung lebih murah dua kali lipat menurut harga di filipina.  Di bitung atau manado buat harga sekilo ikan tuna dihargai dengan 35 ribu sedangkan di filipina harga perkilo ikan tuna sanggup menembus harga 90 ribu.


Sebagai nelayan yang mengingkan output maka secara otomatis akan menjualnya ke filipina. Apalagi terdapat rakyat keturunan kepulauan sangihe yg berkewarganegaraan filipina masuk ke indonesia dan mengangkut output tangkapan nelayan. Lalu peran negara kita dimana? Apakah kita akan abaikan terus seperti ini?


Perikanan Filipina memang sedang bergeliat buat terus berkembang. Walaupun sebagian produk output perikanan mereka dapatkan dari Indonesia.


Apalagi dengan ketegasan menurut menteri susi menjadikan hasil perikanan filipina menjadi turun drastis.


Produk perikanan filipina yg biasa di hasilkan dari laut cina selatan dan perairan perbatasan menggunakan Indonesia pada sikat habis oleh larangan Illegal fishing dan ketatnya supervisi dari KKP.


 lebih menurut 50 % perusahaan perikanan Filipina pada Pelabuhan General Santos Filipina bangkrut akibat berkurangnya pasokan ikan berdasarkan Indonesia. Dan nomor itu terus akan meningkat seiring menggunakan semakin ketatnya pengawasan pada laut bahari indonesia


ada beberapa Perusahaan filipina  relatif akbar yg wajib Gulung tikar diantaranya : 


RD Tuna Ventures Inc, San Andres Fishing Industries Inc, Santa Monica Inc, Pamalario Inc, Starcky Ventures Inc, Virgo Inc, dan Kemball Inc.


Selain itu, lebih menurut 100 perusahaan perikanan pada Filipina anjlok usahanya dan terancam punah lantaran di ambang kebangkrutan.


Sebelum adanya ketegasan dari pemerintah Indonesia, perusahaan-perusahaan Filipina menerima pasokan ikan dari Bitung atau melalui transshipment. Dan praktek curang yg lainnya.



Ikan yg didaratkan di Pelabuhan Bitung hanya sebagian kecil, adapun sebagian besarnya dibawa ke General Santos.


Perikanan Di Perbatasan Filipina

NELAYAN WELERIKENDAL PANEN TANGKAPAN UDANG

Pada bulan oktober mendekati ekspresi dominan penghujan. Ada rejeki tersendiri bagi nelayan weleri. Disaat poly nelayan yang tidak melaut karena faktor cuaca yang tidak mendukung nelayan weleri malah menduga ombak dan angin adalah rintangan buat menikmati panen udang yang melimpah.




Menurut beberapa nelayan pada loka pelelangan pada weleri waktu ini nelayn nir masuk buat mengikuti lelang karena kiprah dari tengkulak yg memodali para nelayan serta hasilnya diharuskan di jual ke tengkulak. Disini nasib nelayan seakan - akan sebagai sapi perah para tengkulak.

Nelayan weleri masih adalah nelayan yg bersifat tradional. Dengan kapal yang dibawah lima GT operasi penangkapan nya masih disekitar pantura kendal, Jumlah nelayan di kendal sekitar7000 orang serta nelayan terbanyak ada didaerah weleri. Kondisi perairan diwilayah kendal ketika ini angin kencang serta sedikit gelombang.

PERIKANAN KABUPATEN MAMUJU

Perikanan Kabupaten Mamuju - Potensi perikanan pada provinsi Sulawesi barat, Mamuju semakin semakin tinggi pesat. Pada 2009 produksi perikanan laut Kabupaten Mamuju mencapai 10.880 ton kemudian semakin tinggi menjadi 28.019 ton pada tahun 2014.


Diharapkan investor dapat membentuk industri perikanan karena daerah ini kaya akan output laut seperti komoditi ikan tuna yg menjadi andalan Sulbar serta terdapat komoditi perikanan lain unggulan pada Sulbar diantaranya Cakalang, Tongkol serta Ikan Terbang, yg pula akan bisa menopang peningkatan perekonomian daerah.

Potensi potensi yg sangat besarnya ini harusnya menjadi pekerjaan ruimah untuk kementrian kelautan dan perikanan. Karena di Indonesia jua masih poly wilayah daerah yg masih kekurangan sumber daya ikannya. 

Kita lihat saja bagaimana syarat pantai utara jawa ( PANTURA ) hampir telah terdegradasi buat sumber daya ikannya. Asalkan mereka para nelayan mau buat mengelola menggunakan baik serta sahih dan pemerinta tetap komitmen buat mensejahterakan nelayan kentara pemerataan pembangunan di bidang perikanan akan sebagai gampang.
Selama ini nelayan tadi masih memakai peralatan yg sangat sederhana. Mari kita kembangkan dunia perikanan pada provinsi mamuju.