Dulu waktu pertama mengenal dunia elektro
Saya mengenal elektronik dalam waktu itu ada yang bermasalah menggunakan radio /tape kompo yang mangkat . Dari situlah aku mulai bertanya-tanya mengenai apa yang membuat sebuah radio sanggup membentuk suara. Rasa bertanya-tanya itu membuat aku ingin membuka radio tadi buat diperbaiki. Namun yang terjadi pada radio tersebut malah tambah parah, yaitu terdapat asap yg mengebul berdasarkan mesin radio tadi. "Hahaha!" .
Waktu berlalu, aku malah tambah penasaran menggunakan elektro. Korban pertama radio, kemudian aku mulai mencari korban baru. Lantaran penasaran aku semakin meningkat, aku menemukan sebuah TV hitam putih merek national milik kakek aku yang kebetulan masih hayati normal namun sudah nir terpakai lagi. pertama membuka TV tujuannya pada waktu itu adalah untuk mengetahui apa isi berdasarkan sebuah pesawat TV. Setelah saya membuka TV tersebut lalu aku membersihkan moboard TV memakai kuas. Lalu yg terjadi dalam ketika aku mencoba menyalakan malah TV tadi tewas total. Perasaan saya mulai bingung dan merasa bersalah. Mulai menurut saat itu saya ingin sekali mengobati rasa bersalah tadi menggunakan cara harus mampu menghidupkan TV national milik kakek saya yang awalnya hidup selesainya aku bersihkan malah mati total. Berhari hari aku oprek namun nir ada output.
Kegagalan menghidupkan TV yang rusak itu menciptakan aku mencari cara bagaimana mengatasi TV meninggal total dengan cara mencari fakta dari sebuah bengkel elektro. Tetapi nir terdapat hasilnya malah tambah parah.
Berbulan Bulan saya membiarkan TV dalam keadaan tewas. Saya terus berfikir mencari solusi menurut permasalah TV mati. Akhirnya aku menemukan sebuah jalan keluar dari masalah ini yaitu mencari sebuah kursus reparasi elektronik. Kebetulan saya menemukan seorang teman yg mengajak buat mencari keterampilan di balai latihan kerja pada kabupaten. Ketemulah sebuah jurusan yg aku harapkan yaitu reparasi elektronik.
Satu Bulan saya belajar di balai, di sana aku mulai mengenal elektronika dasar yang sesungguhnya. Mulai dari mengenal simbol komponen, mengenal berbagai rangkaian, penggunaan AVO Meter. Apabila dulu hanya menggunakan tespen sebagai penanda arus , kini telah mengerti bagaimana mengukur tegangan. Ternyata menggunakan tespen pada rangkaian elektro adalah kesalahan terbesar aku .
Sampailah pada materi yg saya cari selama ini yaitu materi reparasi televisi. Dalam pembelajaran reparasi TV, aku mulai kembali merogoh TV hitam putih yg tewas lantaran kebodohan aku di masa kemudian. Namun menggunakan teori yg terdapat ternyata nir sesuai menggunakan apa yg saya fikirkan. TV yang tewas tadi belum bisa teratasi menggunakan teori yang saya dapatkan pada balai latian kerja jurusan elektro. Ternyata materi yg aku pelajari tidak sesuai dengan praktek.
Setelah aku lulus menurut kursus nir dan merta saya bisa memperbaiki perangkat elektro. Berbagai hambatan saya alami. Hari demi hari aku terus belajar memperbaiki perangkat elektronika. Saya masih ingat saat itu pertama kali mendapat pasien berupa sebuah amplifier merek primo, yang mana ampli tadi gagal saya servis. Akhirnya aku mencoba mengubah mesin power speaker aktive. Solusi yang saya lakukan ini ternyata berhasil. Disitu lah saya mulai mendapat reparasi perangkat elektronik, meski kadang barang yg saya service nir berhasil.
Satu tahun berlalu menggunakan cepat. Trial error saya jalani dengan niscaya kadang terbesit ingin menyerah serta memilih profesi yg lain. Di saat aku ingin menyerah pada usaha, ternyata terdapat sebuah jalan yg pada berikan sang Tuhan yaitu bekerja pada sebuah toko elektronik. Di toko itulah aku belajar dengan seorang teknisi yg sudah berpengalaman selama beberapa puluh tahun bekerja sebaga tuser elektro. Saya belajar banyak hal darinya. Yang paling banyak aku dapat darinya merupakan teknik mereparasi TV.
Di toko terus berdatangan perangkat elektronika dari pengguna, setiap hari aku membantu servis elektro. Dalam jangka saat 1/2 tahun berjalan aku mulai bisa mereparasi TV tanpa bantuan dari rekan tuser.
Ketika saya telah sedikit menguasai teknik reparasi TV aku balik mengambil TV national yg sempat saya tinggalkan beberapa Bulan. Ternyata sesudah saya tahu teknik reparasi TV permasalahan TV national mangkat total ini hanya disebabkan sang retaknya beberapa solderan pada kaki komponen pada area regulator.
Sampai waktu ini TV national menurut kakek aku masih saya simpan menjadi saksi perjuangan saya memperoleh ilmu pengetahuan elektronika. Karena tanpa TV hitam putih merek national saya nir sebagai tukang servis elektronika. Mungkin lain cerita jika TV tersebut nir mati.
Pelajaran yg bisa kita ambil dari kisah saya diatas merupakan, bahwa segala sesuatu membutuhkan ilmu pengetahuan serta pengalaman!!!! Otodidak sebenarnya sanggup tetapi akan terlalu poly biayaya trial error.
Sampai ketika ini, saya masih bergerak pada global elektronik terutama servis TV. Suka dan sedih terus saya jalani. Meski terkadang aku ingin menyerah menggunakan semua itu. Tetapi kini servis elektro, saya jadikan sebagai pekerjaan sampingan buat sedikit menolong tetangga pada desa saya. Ini saya lakukan semata-mata karena hobi, bukan karena uang.
Servis memang membutuhkan kesabaran pada menghadapi segala kerusakan yang terdapat. Apabila dilihat secara prospek bisnis, servis elektronik nir menjanjikan apabila dijadikan pekerjaan utama terutama di desa. Kebetulan aku mengalami hal ini. Tetapi usaha servis elektronika apabila dilakukan menggunakan benar-benar-benar-benar tidak menutup kemungkinan bisnis ini menjanjikan. Terutama di kota-kota akbar, karena pada kota target pasar nya luas.
Sedikit cerita mengenai bagaimana saya memperoleh ilmu servis elektronik di atas mudah-mudahan bisa sebagai pandangan baru buat anda semua. Saya pada sini hanya mengembangkan pengalaman mengenai usaha saya memperoleh ilmu elektronika. Dari kisah yg saya ceritakan dapat disimpulkan bahwa pada pada kehidupan ini segala sesuatu membutuhkan perjuangan, nir terdapat yang instan. Mie instan saja butu usaha untuk membelinya, kemudian setelah mampu di beli wajib dimasak, buat memasaknya saja membutuhkan barah, air. Ya kan?
Thanks!