TEKS LENGKAP SYAIR PERAHU 40 BAIT KARYA HAMZAH FANSURI
Hamzah Fansuri adalah Ulama sekaligus penyair yg hayati di abad 16 di tanah Sumatera, tepatnya di Barus, yang juga dikenal dengan Fansur. Segagai pakar agama, Hamzah Fansuri, pula disemati gelar Syaikh oleh Krtitikus Sastra Indonesia, Abdul Hadi WM, pada Bukunya Kembali ke Akar Kembali ke Sumber.
Hamzah Fansuri disebut sebagai orang yang bertanggung jawab atas banyaknya serapan bahasa Arab ke dalam Bahasa Melayu yg lalu menjadi cikal-bakal bahasa Indonesia. Oleh lantaran, Hamzah Fansuri menjadi orang yg pakar kepercayaan , meniru bentuk sastra Persia yang mirip menggunakan syair. Salah satu Syair Hamzah Fansuri merupakan yang berjudul Syair Perahu.
Syair Perahu karya Hamzah Fansuri nir hanya sebagai objek penelitian para sarjana yg menyelidiki sastra. Syair Perahu juga sebagai media dan bahan ajar buat pendidikan, khsusunya kelas 7 Sekolah Menengah pertama pada pelajaran Bahasa Indonesia. Meskipun sebenarnya yang merasa memiliki Hamzah Fansuri menggunakan Syair Perahu, serta pula Syair-syair karyanya yg lain bukan hanya orang Indonesia, melainkan juga orang Malaysia.
Ketika Hamzah Fansuri hidup dan berkarya, nir terdapat entitas negara serta wilayah yang bernama Indonesia juga Malaysia. Hamzah Fansuri memengaruhi keduanya, (Indonesia serta Malaysia). Lantaran (menurut Abdul Hadi WM), Hamzah Fansuri yang sudah poly menciptakan kata dalam bahasa Melayu yg diserap menurut bahasa Arab.
Perlu diketahui pula bahwa, Syair Perahu yg sebagai bahan ajar murid pada sekolah, adalah potongan syair yang hanya beberapa bait saja. Sebenarnya, Syair Perahu karya Hamzah Fansuri terdiri dari
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu latif,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah
Bait 2
Wahai belia kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat pula kekal diammu.
Bait 3
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi menggunakan pedoman,
alat perahumu juga kerjakan,
itulah jalan membetuli manusia.
Bait 4
Perteguh juga alat perahumu,
hasilkan bekal air serta kayu,
dayung pengayuh taruh pada situ,
supaya laju perahumu itu
Bait 5
Sudahlah output kayu serta ayar,
angkatlah juga sauh serta layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya paripurna jalan yang kabir.
Bait 6
Perteguh juga alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah pada sana ikan serta hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Bait 7
Muaranya pada, ikanpun banyak,
di sanalah bahtera tenggelam serta rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir engkau tersesak.
Bait 8
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun poly tiba menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Bait 9
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan serta rakit
jikalau ada panduan dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba'id.
Bait 10
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat menggunakan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh loka berlabuh.
Bait 11
Lengkapkan pendarat serta tali sauh,
derasmu poly bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yg teguh.
Bait 12
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yg rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat kamu ke pulau itu.
Bait 13
La ilaha illallahu jua yg kamu ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Bait 14
Laut Silan terlalu pada,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang menerima permata nilam.
Bait 15
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar ,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Bait 16
Itulah bahari yg maha latif,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah kamu sempurna musyahadah.
Bait 17
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan serta ribut terlalu 'azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Bait 18
Laut Kulzum terlalu pada,
ombaknya muhit dalam sekalian alam
banyaklah pada sana rusak dan tenggelam,
perbaiki na'am, siang serta malam.
Bait 19
Ingati sungguh siang serta malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Bait 20
Jikalau engkau ingati benar-benar,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yg cabuh
selamat kamu ke pulau itu berlabuh.
Bait 21
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Bait 22
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
"yakin akan Allah" nama pawangnya.
Bait 23
"Taharat serta istinja'" nama lantainya,
"kufur dan masiat" air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Bait 24
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
"Allahu Akbar" nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
Bait 25
"Wallahu a'lam" nama rantaunya,
"iradat Allah" nama bandarnya,
"kudrat Allah" nama labuhannya,
"surga jannat an naim nama negerinya.
Bait 26
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair loka berpindah,
di pada dunia janganlah tam'ah,
di pada kubur berkhalwat telah.
Bait 27
Kenali dirimu pada dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa versus bertutur?
di kembali papan badan terhancur.
Bait 28
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pergi,
janganlah disusahi emas serta uang,
itulah membawa badan terbuang.
Bait 29
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana tiba,
menanyakan apabila ada kamu sembahyang.
Bait 30
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang serta lenyap,
tanpa ada tujuan yg permanen,
Bait 31
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya akbar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Bait 32
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di pulang papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
Bait 33
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati manusia,
siang serta malam jangan dilalaikan.
Bait 34
La ilaha illallahu itu terlalu konkret,
tauhid ma'rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya homogen,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
Bait 35
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-gampang,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da'im serta ka'im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
Bait 36
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang serta malam jangan kau sunyikan,
selama hayati pula engkau pakaikan,
Allah serta rasul jua yang membicarakan.
Bait 37
La ilaha illallahu itu istilah yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa beliau bersungguh-benar-benar.
Bait 38
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma'rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian kasus,
hamba dan Tuhan tiada tidak sinkron.
Bait 39
La ilaha illallahu itu loka mengintai,
medan yg kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
Bait 40
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yg mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
Sudahkah anda baca seluruh Bait pada atas?
Hamzah Fansuri disebut sebagai orang yang bertanggung jawab atas banyaknya serapan bahasa Arab ke dalam Bahasa Melayu yg lalu menjadi cikal-bakal bahasa Indonesia. Oleh lantaran, Hamzah Fansuri menjadi orang yg pakar kepercayaan , meniru bentuk sastra Persia yang mirip menggunakan syair. Salah satu Syair Hamzah Fansuri merupakan yang berjudul Syair Perahu.
Syair Perahu karya Hamzah Fansuri nir hanya sebagai objek penelitian para sarjana yg menyelidiki sastra. Syair Perahu juga sebagai media dan bahan ajar buat pendidikan, khsusunya kelas 7 Sekolah Menengah pertama pada pelajaran Bahasa Indonesia. Meskipun sebenarnya yang merasa memiliki Hamzah Fansuri menggunakan Syair Perahu, serta pula Syair-syair karyanya yg lain bukan hanya orang Indonesia, melainkan juga orang Malaysia.
Ketika Hamzah Fansuri hidup dan berkarya, nir terdapat entitas negara serta wilayah yang bernama Indonesia juga Malaysia. Hamzah Fansuri memengaruhi keduanya, (Indonesia serta Malaysia). Lantaran (menurut Abdul Hadi WM), Hamzah Fansuri yang sudah poly menciptakan kata dalam bahasa Melayu yg diserap menurut bahasa Arab.
Perlu diketahui pula bahwa, Syair Perahu yg sebagai bahan ajar murid pada sekolah, adalah potongan syair yang hanya beberapa bait saja. Sebenarnya, Syair Perahu karya Hamzah Fansuri terdiri dari
Syair Perahu
Karya Hamzah Fansuri
Bait 1Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu latif,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah
Bait 2
Wahai belia kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat pula kekal diammu.
Bait 3
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi menggunakan pedoman,
alat perahumu juga kerjakan,
itulah jalan membetuli manusia.
Bait 4
Perteguh juga alat perahumu,
hasilkan bekal air serta kayu,
dayung pengayuh taruh pada situ,
supaya laju perahumu itu
Bait 5
Sudahlah output kayu serta ayar,
angkatlah juga sauh serta layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya paripurna jalan yang kabir.
Bait 6
Perteguh juga alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah pada sana ikan serta hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Bait 7
Muaranya pada, ikanpun banyak,
di sanalah bahtera tenggelam serta rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir engkau tersesak.
Bait 8
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun poly tiba menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Bait 9
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan serta rakit
jikalau ada panduan dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba'id.
Bait 10
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat menggunakan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh loka berlabuh.
Bait 11
Lengkapkan pendarat serta tali sauh,
derasmu poly bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yg teguh.
Bait 12
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yg rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat kamu ke pulau itu.
Bait 13
La ilaha illallahu jua yg kamu ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Bait 14
Laut Silan terlalu pada,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang menerima permata nilam.
Bait 15
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar ,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Bait 16
Itulah bahari yg maha latif,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah kamu sempurna musyahadah.
Bait 17
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan serta ribut terlalu 'azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Bait 18
Laut Kulzum terlalu pada,
ombaknya muhit dalam sekalian alam
banyaklah pada sana rusak dan tenggelam,
perbaiki na'am, siang serta malam.
Bait 19
Ingati sungguh siang serta malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Bait 20
Jikalau engkau ingati benar-benar,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yg cabuh
selamat kamu ke pulau itu berlabuh.
Bait 21
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Bait 22
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
"yakin akan Allah" nama pawangnya.
Bait 23
"Taharat serta istinja'" nama lantainya,
"kufur dan masiat" air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Bait 24
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
"Allahu Akbar" nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
Bait 25
"Wallahu a'lam" nama rantaunya,
"iradat Allah" nama bandarnya,
"kudrat Allah" nama labuhannya,
"surga jannat an naim nama negerinya.
Bait 26
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair loka berpindah,
di pada dunia janganlah tam'ah,
di pada kubur berkhalwat telah.
Bait 27
Kenali dirimu pada dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa versus bertutur?
di kembali papan badan terhancur.
Bait 28
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pergi,
janganlah disusahi emas serta uang,
itulah membawa badan terbuang.
Bait 29
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana tiba,
menanyakan apabila ada kamu sembahyang.
Bait 30
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang serta lenyap,
tanpa ada tujuan yg permanen,
Bait 31
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya akbar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Bait 32
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di pulang papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
Bait 33
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati manusia,
siang serta malam jangan dilalaikan.
Bait 34
La ilaha illallahu itu terlalu konkret,
tauhid ma'rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya homogen,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
Bait 35
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-gampang,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da'im serta ka'im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
Bait 36
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang serta malam jangan kau sunyikan,
selama hayati pula engkau pakaikan,
Allah serta rasul jua yang membicarakan.
Bait 37
La ilaha illallahu itu istilah yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa beliau bersungguh-benar-benar.
Bait 38
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma'rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian kasus,
hamba dan Tuhan tiada tidak sinkron.
Bait 39
La ilaha illallahu itu loka mengintai,
medan yg kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
Bait 40
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yg mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
Sudahkah anda baca seluruh Bait pada atas?
Comments
Post a Comment