PENGERTIAN ANALISIS ISI MENURUT PARA AHLI
Pengertian Analisis Isi Menurut Para Ahli
Analisis Isi kuantitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest). Lantaran itu tidak dipakai untuk mengetahui isi komunikasi yang tersirat (latent). Misalnya, mengapa surat informasi A memberitakan permasalahan Ambon lebih poly berdasarkan surat liputan lainnya, mengapa RCTI memberitakan info kenaikan BBM menggunakan program tidak selaras menggunakan TRANSTV, dan lainnya. Lantaran itu dibutuhkan suatu analisis isi yg lebih mendalam dan detail buat tahu produk isi media dan mampu menghubungkannnya menggunakan konteks sosial/realitas yg terjadi sewaktu pesan dibentuk. Karena seluruh pesan (teks, symbol gambar dan sebagainya adalah produk social serta budaya rakyat. Inilah yang pada sebut analisis isi kualitatif.
Althieide (1996:dua) mengatakan bahwa analisis isi kuantitatif disebut sebagai Ethnographic Contect Analysis (ECA), yaitu gugusan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya, istilahnya ECA adalah periset beriteraksi menggunakan material – material dokumentasi atau lebih bahkan melakukan wawancara mendalam sebagai akibatnya pernyataan – peryataan yang spesifik bisa diletakkan dalam konteks yg sempurna ntuk dianalisis. Lantaran itu beberapa yang harus diperhatikan sang periset, yaitu :
1. Isi (content) atau situasi sosial seputar dokumen (pesan/teks) yng diriset. Misalnya, periset wajib mempertimbangkan faktor ideologi institusi media, latar belakang wartawan & bisnis, lantaran faktor – factor ini menentukan isi warta berdasarkan media tersebut.
2. Proses atau bagaimana suatu produk media/isi pesannya dikreasi secara actual serta diorganisasikan secara beserta. Misalnya bagaimana warta diproses, bagaimana format pemberitaan TV yg dianalisis tadi diadaptasi menggunakan eksistensi berdasarkan tim pemberitaan, bagaimana empiris objektif diedit ke dalam empiris media massa, serta lainnya.
3. Emergence, yakni pembentukan secara gradual/sedikit demi sedikit menurut makna sebuah pesan melalui pemahaman serta interpretasi. Di sini periset memakai dokumen atau teks buat membantu tahu proses serta makna menurut aktivitas – kegiatan sosial. Dalam proses ini periset akan mengetahui apa serta bagaimana si penghasil pesan dipengaruhi sang lingkungan sosialnya atau bagaimana si penghasil pesan mendentifikasikan sebuah situasi.
(Ida, 2001:148)
Sifat Analisis Isi
Analisis isi kuantitatif ini bersifat sistematis, analisis tapi tidak kaku misalnya pada analisis isi kuantitatif. Kategorisasi digunakan hanya menjadi guide, diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yg lain timbul selama proses riset.saat ini telah banyak metode analisis yang berpijak menurut pendekatan analisis isi kualitatif. Antara lain : analisis framing, analisis wancana, analisis tekstual, semiotik, analisis retorika, serta ideological criticism. Periset pada melakukan analisis bersikap kritis terhadap realitas yg ada dalam teks yg dianalisis.
Pendekatan kritis tersebut dipengaruhi sang pandangan Maxris yg melihat media bukanlah kesatuan yang netral, tetapi media dilihat menjadi indera kelompok dominant buat memanipulasi serta mengukuhkan kekuasaan menggunakan memarjinalkan grup yang tidak dominan. Pada dasarnya analisis isi kualitatif (kritis) memandang bahwa segala macam produksi pesan merupakan teks, seperti kabar, iklan, sinetron, lagu, serta symbol-simbol lain yang nir bias tanggal berdasarkan kepentingan – kepentingan oleh pembantu sang produsen pesan. Berita, contohnya bukanlah empiris sebenarnya. Berita adalah relalitas yang sudah diseleksi dan disusun dari pertimbangan-pertimbangan redaksi istilahnya diklaim “second-hand reality”. Artinya, terdapat factor-faktor subjektivitas awak media pada proses produksi warta. Karena itu fakta tau peristiwa adalah output kontruksi awak media.
Isi media, contohnya menurut Brian McNair (19994:39-58) bisa lebih ditentukan oleh :
1. Kekuatan – kekuatan ekonomi dan politik (the political-economy approach).
2. Pengelolaan media menjadi pihak yg aktif pada proses produksi kabar (organizational approach).
3. Gabungan banyak sekali factor, baik internal media atau pun eksternal media (culturalist approach).
Sedangkan Pamela J. Shoemaker serta Stephen D Reese dalam buku Mediating the Massage : Theories of Infulences on Mass Media Contect (1996) memandang bahwa telah terjadi perseteruan dalam memaknai realitas dalam isi media. Pertarungan itu disebabkan sang aneka macam faktor, yaitu :
· Latar belakang awak media (wartawan, editor, kamerawan, serta lainnya)
· Rutinitas media (media routine), yaitu mekanisme dan proses penentuan keterangan. Misalnya, kabar output investigasi eksklusif akan tidak sinkron menggunakan yg pada beli menurut tempat kerja kabar.
· Struktur organisasi, bahwa media adalah formasi aneka macam jobdescriptions. Misalnya, bagian marketing bisa memengaruhi agar diproduksi isi media yang dapat dijual ke pasar.
· Kekuatan ekstramedia, yaitu lingkungan di luar media (social, budaya, politik, hokum, kebutuhan khalayak, kepercayaan , dan lainnya).
· Ideologi (misalnya ideology Negara).
Media Performance
Media performance diciptakan oleh McQuail pada tahun 1992. Media performance pernah dipakai dewan pers dalam riset tentang pemberitaan 28 surat berita di jawa pada tahun 2004. Alat ukur yang terdapat pada media performance di antaranya sebagai berikut:
1. Faktual (Factualness)
Maint-point (apakah ada pencampuran antara keterangan dan opini), nilai warta (kedalaman kabar), kemudahan buat dipahami (readability), dapat tidaknya dikonfirmasi dengan asal liputan (checkability).
2. Keakuratan (Acuracy)
Verifikasi terhadap keterangan, relevansi sumber liputan, dan akurasi penyajian.
3. Kelengkapan isi keterangan (Completeness)
Mencangkup 5W+1H (what, who, where, why, when, how).
4. Relevansi (Relevance)
Proximity psikografis, proximity geografis, timeless, significance, prominence, dan magnitude (menggunakan kata lain, yg dimaksud relevan adalah berkaitan menggunakan nilai informasi).
5. Keseimbangan (Balance)
Ada atau tidak terdapat “source bias” (penampilan satu sisi pada penampilan, contohnya : tidak seimbang sumber beritanya), ada serta tidak “Slant” (kesamaan/kabar miring), dan ketidakseimbangan.
6. Neurality
Sensasional, junxtaposition (membandingkan dua hal yg tidak sebanding), serta lingkages (membandingkan 2 hal yg tidak relevan).
Comments
Post a Comment