MEMAHAMI ISI PUISI DALAM GELOMBANG KARYA SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA

Memahami Isi Puisi Dalam Gelombang Karya Sutan Takdir Alisjahbana


Teks Puisi


Dalam Gelombang


Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut balik di air gemuruh.


Kami mengalun pada samud'ra-Mu,
Bersorak gembira tinggi membukit,
Sedih mengaduh jatuh ke bawah,
Silih berganti tiada berhenti.

Di dalam senang pada dalam sedih,
Waktu bah'gia waktu merana,
Masa tertawa masa kecewa,
Karni berbuai pada nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya,
Turun naik dalam 'rama-Mu.

St. Takdir Alisjahbana (1984:4)

St. Takdir Alisjahbana saat masih muda
sumbe gambar: id.wikipedia.org
Parafrase Puisi Dalam Gelombang


Parafrase adalah keliru satu teknik tahu puisi dengan menambahkan istilah pada antara beberapa larik puisi sehingga lebih mudah tahu puisi tadi. Hal ini dilakukan karena kata-kata dan pilihan kata dalam puisi biasanya sangat singkat serta padat. Sehingga terdapat beberapa istilah yg nir ditulis sang penyairnya.

Maka berdasarkan itu, perlu menambahkan istilah atau adonan istilah sebagai akibatnya puisi yang singka serta padat dapat menjadi kalimat yg utuh sehingga mempermudah pemahaman terhadap puisi tadi.

Berikut ini merupakan cara lain parafrase puisi yang berjudul Dalam Gelombang karya penyair kenamaan Indonesia angkatan Pujangga Baru yaitu St Takdir Alisjahbana.

(seperti gelombang yg meng)Alun bergulung naik meninggi,
(diikuti gerakan)Turun melembah jauh ke (tempat paling)bawah,
Lidah (ujung) ombak menyerak buih,
(kemudian) Surut balik pada(ikuti bunyi) air (yang ber-)gemuruh.

Kami mengalun (naik turun) pada samud'ra-(kehidupan)Mu (Tuhan),
(terkadang kami)Bersorak gembira (sangat) tinggi membukit,
(jua sering) Sedih (sehingga kami) mengaduh (saat merasakan) jatuh ke bawah,
(keduanya tiba)Silih berganti (terus menerus) tiada berhenti.

Di dalam (kehidupan ada) suka pada pada (kehidupan pula terdapat) duka,
(sesekali )Waktu (merasa) bah'gia (sesekali) saat (merasa)merana,
(ada)Masa tertawa (ada) masa kecewa,
Karni berbuai pada nafasmu,
(kami)Tiada kuasa (kami) tiada berdaya,
(hanya berpasrah ikut) Turun naik pada 'rama(takdirmu)-Mu.
Untuk penerangan lengkap mengenai analisis diksi puisi Dalam Gelombang dapat dibaca pada artikel yang berjudul: Makna Pilihan Kata Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisjahbana

Penjelasan Singkat tentang Puisi Dalam Gelombang milik St Takdir Alisjahbana.

Apa yg digambarkan dalam puisi Dalam Gelombang?

Yang digambarkan pada puisi tersebut merupakan kehidupan. Kehidupan yang misalnya gelombang. Pasang surut (bahagia serta kecewa) tiba silih berganti. Semua datang semata-mata atas kehendak irama yang kuasa.

Yang dimaksud menggunakan kata Mu dalam larik kami mengalun pada samud’ra-Mu adalah Tuhan. Tuhan pemilik lautan dan seluruh alam semesta. Yang dimaksud menggunakan samudera bukan hanya lautan yang luas, tetapi juga semua kehidupan pada global.  Semua pasang surut, naik turun sinkron menggunakan kehendak Tuhan.

Puisi Dalam Gelombang Karya Sutan Takdir Alisjahbana di atas mempunyai keindahan lantaran diungkapkan menggunakan istilah yg singkat dan jelas berkaitan menggunakan keadaan gelombang. Keindahan lainnya merupakan penggunaan kata yang antagonis yg digunakan dalam satu larik puisi.

Berikut ini merupakan daftar kata berlawanan yang digunakan dalam satu baris pada puisi di atas:
Naik – Turun
Pasang – Surut  (pasang merupakan syarat air laut yang naik, sementara merupakan syarat air laut yang turun berdasarkan bagian atas semula)
Bahagia – Sedih
Suka – sedih
Bahagia – Merana
Tertawa – Kecewa

Pada dasarnya, masing-masing kata di atas merupakan sinonim. Sehingga versus pungkasnya jua sinonim menurut istilah yg lain. Contoh pasang sinonimnya naik. Sementara kata turun bersinonim menggunakan surut.

Kata bahagia bersinonim dengan suka serta tertawa. Sementara istilah murung bersinonim menggunakan duka, merana, dan kecewa.

Demikian sedikit penerangan tentang Makna Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana. Semoga bermanfaat.

Comments