BUDHA GAUTAMA EMPAT KEBENARAN MULIA TENTANG ADANYA PENDERITAAN

1. Kebenaran Mulia tentang Adanya Penderitaan

Buddha Gautama menemukan bahwa pelenyapan daripenderitaan dimulai menggunakan mengakui kehidupan pada dunia ini penuh denganpenderitaan. Jika direnungi kehidupan ini akan disadari, bahwa global penuhdengan penderitaan, baik penderitaan secara fisik juga penderitaan secaramental. Penderitaan fisik terwujud pada berbagai bentuk, dimulai saatkelahiran [jati], usia tua [jara], sakit [vyadhi] dan kematian [marana].sedangkan penderitaan mental diantaranya; orang yang pikirannya diliputi dengankebencian, merana, berpisah menggunakan orang yang dicintai, berkumpul menggunakan orangyang nir disenangi, nir tercapai kehidupan yang penuh diliputi olehberbagai harapan dan nafsu yang dirasakan sang Lima Unsur Kemelekatan yangmerupakan obyek yg dicerap sang panca indera [pancarammana/pancalambana]; yaitu obyek bentuk (penglihatan),obyek bunyi (indera pendengaran), obyek bau (penciuman), obyek rasa (pengecapan,perasaan) serta obyek sentuhan (persentuhan) ; termasuk keinginan akan kekayaan,teman yg menyenangkan, kuliner minuman dan ketenaran.
Oleh karena itu, tahu keberadaan penderitaan hanyalahsatu bagian menurut proses. Bagaimana mengakhiri penderitaan, sehingga kita dapatbebas adalah tujuan terakhir mengenai penderitaan dalam Ajaran Sang Buddha. Jikakita bisa memahami dengan kentara penyebab penderitaan itu dan menemukan jalanuntuk mengatasinya, kita akan bebas dari lautan penderitaan yang pada danmenikmati kebahagiaan sejati pada kehidupan ketika ini.
Demikian pula terdapat hakekat timbulnya suatupenderitaan yg ditimbulkan banyak sekali faktor ketidak-harmonisan, antara lain:
- Ketidak-harmonisan antara benda-benda materi menggunakan diri kita.
- Ketidak-harmonisan antara orang-orang menggunakan diri kita.
- Ketidak-seimbangan antara tubuh dengan diri kita.
- Ketidak-seimbangan antara pikiran dengan diri kita.
- Ketidak-harmonisan antara keinginan menggunakan diri kita.
- Ketidak-harmonisan antara pandangan dengan diri kita.
- Ketidak-harmonisan antara alam menggunakan diri kita.
Penderitaan serta kebahagiaan pada hakekatnya seringterjadi lantaran ketidak-harmonisan antara pandangan dengan diri kita sendiri.sudut pandang negatif sering menyebabkan cara berpikir pesimis, sebaliknyasudut pandang positif akan menghasilkan cara berpikir yg optimis, sebagaimanadapat dihayati dalam cerita berikut ini.
Ibunda Yang Risau

Terdapat seorang nenek tua yang mempunyai 2 anak wanita yang menopangkehidupan keluarganya menggunakan masing-masing berjualan payung dan dupa. Anakperempuan pertama selalu mengharapkan hujan agar payungnya lebih laku .sedangkan anak perempuan ke 2 mengharapkan matahari bersinar terperinci supayadupanya bisa terjemur menggunakan kering.

Setiap kali hujan turun, ibunya yg sangat menyayangi ke 2 putrinyatersebut selalu merisaukan putrinya yg berjualan dupa, dan mengharapkan hujansegera berhenti. Sebaliknya kalau matahari bersinar cerah, ibunya jugamerisaukan putrinya yg berjualan payung, serta mengharapkan agar segera hujanturun. Demikianlah kerisauan ibunda ini berjalan terus setiap hari, tanpadisadarinya beliau sudah terlarut pada kesedihan dan penderitaan yg diciptakanoleh pikirannya sendiri.

Sampai suatu hari, datanglah seorang mahabhikshu yang melewatinya danmelihatnya sedang berkeluh-kesah. Mahabhikshu tersebut mulai menanyakannya,"Kenapa Anda bersedih sekali, apakah sudah terjadi sesuatu yang menimpakeluarga Anda?" Ibu yang sangat menghormati kehidupan bhikshu ini terkejutdengan teguran tersebut serta segera menaruh hormat kepada mahabhikshu, danmenceritakan kejadian yang membuatnya hatinya risau serta sedih. Mahabhikshu yangsetelah mengerti duduk kasus yang membuat mak ini risau, maka menasehatinya,"Ibunda yang baik, mulai kini coba Anda memikirkan kebahagiaan putriAnda yg berjualan payung pada saat hujan, sedangkan pada waktu mataharibersinar cerah pikirkanlah kebahagiaan putri Anda yang berjualan dupa. Dengandemikian Anda nir perlu terlarut lagi dalam kesedihan."


Ibunda tersebut menuruti nasehat mahabhikshu, serta mulai memikirkankebahagiaan putrinya yg berjualan payung pada ketika turun hujan, sedangkanpada ketika matahari bersinar cerah dia memikirkan kebahagiaan putrinya yangsedang menjemur dupa. Demikianlah akhirnya ibu ini tidak lagi menderita karenakerisauan pikirannya, tetapi dapat menjalani kehidupannya dengan berbahagiakarena sudut pandang positifnya sendiri.

Comments