BLUNDER TWIT AKUN AHOKCENTER

Sebenarnya malam ini telah mau tidur. Iseng-iseng membuka twitter. Tertarik dengan status keliru satu akun pendukung calon Gubernur DKI, @AhokCenter. Pilihan istilah yg dipakai kurang pas dan justru blunder.
Akan namun sebelum menyebutkan lebih lanjut, terlebih dulu saya jelaskan bahwa aku bukan partisan. Juga bukan masyarakat Jakarta. Hanya tertarik saja membahas pilihan istilah para tokoh di twitter. Ini hanya galat satunya. Bisa dicek yang lain di BAHASA TOKOH
Twit akun @AhokCenter yang dari saya blunder adalah twit yg disertai foto Djarot Syaiful Hidayat. Twitnya berbunyi:
Jakarta perlu pemimpin "cap warga " bukan
"cap intelek" serta bukan juga "cap ningrat"
#BaDjaMerakyat

Twit pada atas diposting dalam hari Minggu malam, 5 Februari 2017 lebih kurang pukul 20.45. Tentu maunya admin akun tersebut mendukung Ahok yg selama ini mengklaim merakyat. Sementara 'Cap Intelek' ditujukan pada 'Anies-Sandi'. Anies Baswedan punya latar belakang pendidik bahkan mantan rektor. Sementara 'Cap Ningrat' sanggup mengarah ke Pasangan Nomor 1, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY merupakan putra mantan presiden.
Tetapi blundernya justru karena satu istilah, yaitu: "cap". Karena satu kata ini, yang awalnya dibangun positif sanggup berubah sebagai negatif.
Kata cap dalam Kamus Besas Bahasa Indonesia Pusat Bahasa mempunyai tujuh arti. Penggunaan kata cap bisa bermakna negatif karena kata itu bernada tuduhan. Namanya saja tuduhan, maka kemungkinan besar hal itu nir benar.
Misalnya istilah cap dalam kalimat: Pada masa Orde Baru, Budiman Sujatmiko dicap sebagai perongrong negara. 

Penggeunaan kata cap dalam kalimat di atas mengandung arti tuduhan. Menandakan bahwa kata cap merupakan bentuk legitimasi kuasa dari penguasa buat menuduh pihak lain.
Nah, penggunaan istilah cap dalam kata cap warga yang dipakai oleh akun @AhokCenter dapat dimaknai sebagai Ahok Cap Rakyat tapi bukan rakyat. Sama halnya menggunakan Budiman cap perongrong negara, padahal bukan.
Mungkin, pilihan istilah yang sempurna adalah cap ningrat. Memang, ialah ningrat merupakan bangsawan. Namun buat sebagai pemimpin sebuah birokrasi memang tidak sempurna bila dipegang oleh orang yg dianggap atau bahkan bertindak ningrat. Bukannya melayani takutnya nanti malah minta dilayani.
Selain penggunaan kata cap. Kata yang pula bisa memantik kontroversi adalah istilah intelek yang ialah terpelajar. Intelek tentu merujuk dalam kata intelektual yang ialah mempunyai kecerdasan tinggi. Nah, antonim atau lawan kata intelek adalah (maaf) bodoh.
Pernyataan akun @AhokCenter justru menyebut bahwa Jakarta tidak membutuhkan pemimpin yg intelek, sedangkan jelas itu merupakan akun milik pendukung Ahok. Jadi, kesimpulannya Ahok tidak intelek? Ahok bukan seorang intelektual? Berarti Ahok .....
Analisis ini adalah analisis berdasarkan logika bahasa. Sekali lagi, ini bukan blog partisan yang mendukung atau membenci keliru satu calon Gubernur DKI Jakarta. Toh selama ini kekuatan massa Ahok jauh lebih besar berdasarkan kedua penantangnya. Padahal didera aneka macam perkara. Sekilas, kemungkinannya Ahok merupakan pemenang, entah satu atau 2 putaran.
Kurang lebihnya minta maaf (lha koyok pidato ae...) Karena.... Kata tidak pernah bohong, insan saja yg membuatnya kehilangan makna. Salam.

Comments