BAHASA JAWA DALAM PILGUB JAWA TIMUR 2018
Pemilihan Gubernur Jawa Timur Memang telah berlangsung. Hasil sementara, menempatkan pasanganan Khofifah Indar Parawansa dan Emil L. Dardak menjadi pemenang. Berdasarkan hitung cepat, pasangan angka urut satu ini menggunakan slogan "Wis Wayahe". Sementara pasangan lawannya, Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno menggunakan jargon 'Kabeh Sedulur Kabeh Makmur'.
Penggunaan bahasa Jawa oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini menunjukkan bahwa mereka ingin dikenal dekat menggunakan rakyat Jawa Timur. Meskipun nir seluruh rakyat Jawa Timur memakai bahasa Jawa sebagai bahasa dialog, tapi hampir dipastikan bahwa orang Jawa Timur mengerti bahasa Jawa ngoko, yang menjadi karakteristik spesial bahasa Jawa pada Jawa Timur - kecuali di daerah mataraman.
Baik jargon 'Wis Wayahe' maupun 'Kabeh Sedulur Kabeh Makmur' merupakan bahasa Jawa yang biasa didengar, bahkan sanggup dimengerti oleh orang yg tidak menuturkan bahasa Jawa sekalipun.
Kesamaan Slogan Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti ada pada beberapa hal lain. Selain sama-sama memakai bahasa Jawa Timur-an juga pula mengandung rima (perulangan bunyi) yang menarik. Juga bila ditelisik dari muatan isinya, memperlihatkan kondisi Jawa Timur.
Sama-sama Bahasa Jawa Ngoko
Seperti sudah disinggung sebelumnya, Jawa Timur merupakan wilayah dengan penutur bahasa Jawa yang khas. Yaitu bahasa yang dipakai merupakan kebanyakan bahasa Jawa dan Madura. Bahasa Jawa yang digunakan, lebih banyak yg ngoko.
Maka, slogan yg digunakan jua bahasa ngoko. Jika memakai bahasa Jawa yang lebih halus, mungkin akan berubah misalnya ini:
Sampun Wancine untuk Wis Wayahe.
Sedanten Sederek Sedanten Makmur Untuk Kabeh Sedulur Kabeh Makmur
Tentu, sangat sulit buat orang Jawa Timur kebanyakan, apalagi yang memakai bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari buat mengucapkan kalimat dalam bahasa Jawa halus tersebut. Sangat jauh berdasarkan kriteria ideal sebagai sebuah slogan. Apalagi slogan politik.
Sama-sama Mengandung Rima
Selain sama-sama menggunakan bahasa Jawa Ngoko, masing-masing jargon pada atas, sama-sama mengandung rima. Baik rima awal maupun rima akhir.
Slogan yg digunakan calon gubernur Jawa Timur dalam tahun 2018 ini, meskipun singkat mengandung rima yg membuat latif dan unik.
Wis Wayahe terdiri menurut dua kata yang sama-sama diawali sang alfabet w. Maka, ini sanggup dianggap menjadi aliterasi. Perulangan bunyi w yg berulang.
Sementara dalam Kabeh Sedulur Kabeh Makmur terdapat iterasi bunyi akhir -ur. Selain itu, pula terdapat repetisi kata kabeh.
Sama-sama Mengandung Arti yg Saling Berkaitan
Nah, kalau persamaan yg satu ini berkaitan menggunakan makna serta output. Misalnya, Wis Wayahe yang menurut output hitung cepat mengungguli Kabeh Sedulur Kabeh Makmur, mampu dikaitkan.
Pancen wis wayahe dadi. Memang sudah waktunya jadi (gubernur).
Kabeh sedulur kabeh makmur. Semua bersaudara semua makmur (maka pilihlah Gus Ipul).
Jika dikaitkan dengan kondisi penghitungan sampai kini , mampu dimaknai: Khofifah pancen wis wayahe dadi gubernur, akan tetapi Gus Ipul kudu dijak mbangun Jawa Timur mergo kabeh sedulur ben rakyate kabeh makmur.
Jadi, terdapat asa akbar. Yang makmur bukan hanya Khofifah, pimpinan partai pendukung, dan para tim suksesnya saja. Tapi semua rakyat sanggup makmur. Termasuk yang tidak memilih Khofifah.
Asyik yo Jawa Timur iki rek!
Penggunaan bahasa Jawa oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini menunjukkan bahwa mereka ingin dikenal dekat menggunakan rakyat Jawa Timur. Meskipun nir seluruh rakyat Jawa Timur memakai bahasa Jawa sebagai bahasa dialog, tapi hampir dipastikan bahwa orang Jawa Timur mengerti bahasa Jawa ngoko, yang menjadi karakteristik spesial bahasa Jawa pada Jawa Timur - kecuali di daerah mataraman.
Baik jargon 'Wis Wayahe' maupun 'Kabeh Sedulur Kabeh Makmur' merupakan bahasa Jawa yang biasa didengar, bahkan sanggup dimengerti oleh orang yg tidak menuturkan bahasa Jawa sekalipun.
Kesamaan Slogan Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti ada pada beberapa hal lain. Selain sama-sama memakai bahasa Jawa Timur-an juga pula mengandung rima (perulangan bunyi) yang menarik. Juga bila ditelisik dari muatan isinya, memperlihatkan kondisi Jawa Timur.
Sama-sama Bahasa Jawa Ngoko
Seperti sudah disinggung sebelumnya, Jawa Timur merupakan wilayah dengan penutur bahasa Jawa yang khas. Yaitu bahasa yang dipakai merupakan kebanyakan bahasa Jawa dan Madura. Bahasa Jawa yang digunakan, lebih banyak yg ngoko.
Maka, slogan yg digunakan jua bahasa ngoko. Jika memakai bahasa Jawa yang lebih halus, mungkin akan berubah misalnya ini:
Sampun Wancine untuk Wis Wayahe.
Sedanten Sederek Sedanten Makmur Untuk Kabeh Sedulur Kabeh Makmur
Tentu, sangat sulit buat orang Jawa Timur kebanyakan, apalagi yang memakai bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari buat mengucapkan kalimat dalam bahasa Jawa halus tersebut. Sangat jauh berdasarkan kriteria ideal sebagai sebuah slogan. Apalagi slogan politik.
Sama-sama Mengandung Rima
Selain sama-sama menggunakan bahasa Jawa Ngoko, masing-masing jargon pada atas, sama-sama mengandung rima. Baik rima awal maupun rima akhir.
Slogan yg digunakan calon gubernur Jawa Timur dalam tahun 2018 ini, meskipun singkat mengandung rima yg membuat latif dan unik.
Wis Wayahe terdiri menurut dua kata yang sama-sama diawali sang alfabet w. Maka, ini sanggup dianggap menjadi aliterasi. Perulangan bunyi w yg berulang.
Sementara dalam Kabeh Sedulur Kabeh Makmur terdapat iterasi bunyi akhir -ur. Selain itu, pula terdapat repetisi kata kabeh.
Sama-sama Mengandung Arti yg Saling Berkaitan
Nah, kalau persamaan yg satu ini berkaitan menggunakan makna serta output. Misalnya, Wis Wayahe yang menurut output hitung cepat mengungguli Kabeh Sedulur Kabeh Makmur, mampu dikaitkan.
Pancen wis wayahe dadi. Memang sudah waktunya jadi (gubernur).
Kabeh sedulur kabeh makmur. Semua bersaudara semua makmur (maka pilihlah Gus Ipul).
Jika dikaitkan dengan kondisi penghitungan sampai kini , mampu dimaknai: Khofifah pancen wis wayahe dadi gubernur, akan tetapi Gus Ipul kudu dijak mbangun Jawa Timur mergo kabeh sedulur ben rakyate kabeh makmur.
Jadi, terdapat asa akbar. Yang makmur bukan hanya Khofifah, pimpinan partai pendukung, dan para tim suksesnya saja. Tapi semua rakyat sanggup makmur. Termasuk yang tidak memilih Khofifah.
Asyik yo Jawa Timur iki rek!
Comments
Post a Comment