MAKALAH SASTRA SUNGAI TIBER JANTUNG KOTA ABADI OLEH CHANTAL TROPEA UNIVERSITAS NAPLES LORIENTALE TERJEMAHAN BAHASA INDONESIANYA

TIBER: JANTUNG KOTA ABADI


CHANTAL TROPEA
B.  Bahasa dan Sastra
Universitas Naples L’Orientale
Bahasa serta Budaya Timur


Abstrak

Tulisan ini membahas mengenai konteksbudaya sungai Tiber bangsa Romawi menjadi bentuk penghargaan terhadap mitologi,cerita, etnologi, serta sastra. Zaman dulu, saat mereka membatasi danmenetapkan, tak jarang sungai-sungai membangun batasan-batasan baik secarasimbolis maupun geografis. Sejak awal puisi menggunakan gambaran alam untukmengungkapkan kebutuhan komunikasi dan simbolisnya, serta mungkin nir terdapat unsurlain yang stigma serta bisa disesuaikan buat mencapai tujuan tadi, sepertimisalnya air, secara instrinsik kekurangan bentuk yg konkret.
Sungai dipilih menjadi sebuah rasakepercaya dirian penyair, sama misalnya sungai yg mampu menjaga rahasiaperistiwa-peristiwa yg sebagai saksi mata. Ciri-ciri utama sungai adalahpergerakannya dan keberlangsungannya menghubungkannya dengan cerita sastra dankonstruksi teks-teks sastra.
Roma diklaim sebagai Kota Abadi karenatakdir  global terlihat berhubungan dengantakdir kota dan tesis  itu diperkuat olehsejarah serta berbagai peristiwa. Roma juga dikenal sebagai Caput Mundi karena sejak dulu kota ini menjadi ibukota “DuniaMediterania”. Kota tak pernah mati bisa diketahui berdasarkan sungai yg telah melahirkannya:sungai Tiber, situs perang, pencapaian teknik mesin, jalan utama perdaganganMediterania. Sumber primer puisi berdasarkan mitologi hingga sastra terbaru adalahmengeratkan hubungan dua kenyataan ini buat menyebutkan kepada kita tentangmitos, puisi, pandangan imajinasi terhadap akhirat, membicarakan perasaan yangberbeda, serta sudut pandang seta selalu menerangkan interaksi yg bertahan lamaantara Roma Cuput Mundi dan SungaiTiber.
Kata kunci: sungai, Tiber, Kota Abadidan Cuput Mundi.


PENDAHULUAN


“Demi hidup serta mangkat itu satu, bahkan seperti sungai danlaut itu”

(Khalil Gibran)
Jika sungaimerupakan loka dimana segala hal mengalir, mengganti danmemperbarui dirinya sendiri ke pada wujud yg tidak terhenti, sangatlah mudahdipahami bahwa disetiap zaman, para penyair menjelaskankembali pada nilai-nilai yg dinamik dankontrastif.hal itu selalu herbi antitesis rasa ingin larisecepatnya dan regenerasi yg dalam setiap tingkatannya (dari sejarah sampai eksistensial, berdasarkan lahiriah hinggafilisofi perubahannya akan menjadi sumberinspirasi.
Sebuahtanda awal kesuburan serta pujian pula sebuah retakan jalur geologis restriksi dan penggabungan alam serta sejarah, lingkungandan peradaban, kehidupan yang menyatu menggunakan bundar hidup serta kematian, sebuahsimbol citra ketidak sadaran. Tetapi, di saat yg sama sebuah gambaranmistis terhadap holistik bulat dominasi kesejarahan di dunia. Jadi,sungai memperlihatkan tidak hanya latar belakang atau ilusi yg gamblang, namun juga tindakan sebagai penengah antara puisi danpenyair. Ini menghubungkan masa lalu serta masa kini , serta genre sungai dapatmembantu atau menjadi bagian dari cerita. Sama halnya daftar nama-nama sungaidan bepergian sungai kemungkinan membangun bagian menurut struktur cerita. Puisidari zaman antik hingga sekarang poly berhutang budi dalam sungai dimana air mereka bisa meramalkan udara serta bumi dalamtulisannya.
Sungaimemiliki nilai simbolis yg penting dengan akar budaya yang kuat berdasarkanpentingnya sungai sebagai sebuah kebutuhan hayati (Prudence, J.2005). Semua peradabanbergantung pada ketersediaan air serta tentu saja sungai-sungai merupakan sumberyang baik pada kehidupan. Sungai-sungai pula menyediakan rakyat zaman duluakses perdagangan bukan hanya barang, tetapijugaide-ide termasuk bahasa, goresan pena serta teknologi. Sungai irigasi bisa digunakanmasyarakat buat tujuan tertentu dan mengembangkannya, bahkan di area yangkekurangan ketersediaan air hujan. Untuk budaya-budaya eksklusif hal itubergantung dalam budaya mereka sendiri, sungai merupakan jantung kehidupan. Di “awalzaman perunggu di Levant Selatan,” di NearEastern Archeology, Suzanne Richard (2003) mengungkapkan bahwa peradaban kunodidasarkan dalam, utamanya, kehidupan sungai dan ke 2 non sungai, (misalPalestina). Anda akan melihat masyarakatnya terhubung menggunakan sungai-sungaiterkenal seperti Tigris, Efrat, Nil, Sungai Kuning, dan Tiber yg menjadi intiperadaban antik (Richard, 2003:87).
Sungai-sungai memiliki sebuah tujuan mistis yangsecara terus menerus berubah meskipun mereka terlihat sama saja. Sungai-sungaijuga tak mampu diprediksi, dan lalu timbul banyak sekali cerita mitologi sungaiyang berubah bentuk, dan beberapa perkara dimana air menjadi agen perubahan.diceritakan bahwa Tiber adalah sungai istimewa yg permanen menjaga kebenarandan mitologi pada sejarah Kota Roma. Keterwakilan kekayaan dan semantiknyamemunculkan kekuatan ganda. Ini merupakan titik awal kekaisaran antik yangterbesar serta berpengaruh, secara berangsur-angsur dibanjiri sang perluasan danpertumbuhan kota itu sendiri di luar perubahan klasik pada abad itu dimanaperistiwa-peristiwa yg lain mengalami kemunduran serta perbaikan, terbengkalaidan pembangunan ulang terhadap bepergian selama berabad-abad lantaran konflikdan ketidakpastian. Sungai adalah cerminan kota yang sensitif serta setia,sungai memberi kehidupan. Mengabadikan sungai pada bentuk goresan pena bukanberarti sebuah pengakuan tetap namun secara langsung mengganti sejarah. Padakenyataannya sungai itu sendiri menciptakan sejarah.

PEMBAHASAN


Pandanganidiologis yg timbul dalam pikiran hanya menjelaskan nama Kota Roma danmengambil maknanya. Apabila kita perhatian air Sungai Tiber gelisah dan mengalirdi bawah jembatan-jembatan kota terus menerus. Semua hal krusial pada sejarahdipersyaratkan terhadap lokasi-lokasi yang berkaitan menggunakan kemenangan Roma,Kota Aeterna, kelompok menengah, menemukansungai sendiri yg sebagai jantung kota itu, alasan umum keberadaannya,konsisten terhadap berbagai aktifitas insan dalam keseharian: yangberhubungan dengan kebertahanan hidup, penggunaan, dan perawatan. Sungaimerupakan interaksi yang tak bisa dilepaskan buat kemanfaatan serta kehidupanmanusia. Lebih baik mengungkapkan daripada yang lain “meneruskan” hal-hal dannilai-nilai pada interaksi eksklusif dan interaktif antara insan danlingkungan hidup itu sendiri.
“Para ilahi serta manusia memilih loka ini buat dijadikankota bukan tanpa alasan: pondok-pondok yang terawat, sungai yg nyaman untukmengirim barang dan mendapat bahan makanan berdasarkan laut, sebuah tempat dekat lautsehingga bisa merogoh manfaat dan kesempatan tetapi bukan buat membuka yangmenimbulkan kerusakan armada-armada asing karena terlalu dekat dengan pusatItalia, sangat sesuai buat peningkatan kota, jumlah yang sama yg akhirnyamenjadi bukti”.
(Cicerone, 54A.D.)
Cicerone,dalam tulisannya De Republica1mengungkapkan bahwa rakyat zaman dahulu sudah waspada bahwa alasan pemilihan suatu tempat didasari oleh alasanekonomi. Keberadaan Sungai Tiber terhadap lahirnya sebuah kota. Servius,komentator Roma yang hayati antara abad keempat dan kelima Masehi menunjukkanbahwa nama Sungai Tiber pada zaman kuno asal berdasarkan kata Rumon atau Rumen  (berdasarkan ruo, atau “gulungan”), kemudiandijadikan nama kota itu, sebagai akibatnya Roma berarti “Kota Sungai” (Pallottino, 1993:61-68).
SungaiTiber (dalam bahasa Italia Fiume Tevere)merupakan sungai bersejarah Eropa serta terpanjangdi Italia sesudah sungai Po, yg terlihat pada lereng Gunung Fumaiolo, puncakutama Appennino Tosco-Emiliano. Sungai inipanjangnya 252 mil (405km), secara generik mengalir ke selatan melewati rangkaian jurang yg indah serta lembah-lembah yg luas. SungaiTiber mengalir melewati kota Roma serta masuk Laut Tyrrhenian Mediterania dekat Ostia Antica.
Sebuah pusaran air yg menggelora serta akbar disebabkanoleh Pulau Tiber mempengaruhi infestasi daerah-daerah sekitarnya yg menandaimulai berdirinya ibukota global. Tiber adalah Roma antik yang berbatasandengan Etruscan warga Latin. Tiber merupakan awal mula dongeng semenjak awalasal muasalnya sebagi titik lintas yang strategis.
Menurut legenda kota Roma didirikan padatahun 753 sebelum masehi pada tepi sungai Tiber kurang lebih 25 km (16 mil) berdasarkan lautdi Ostia. Pulau Tiberina di pusat Roma, antara Trastevere dan sentra kuno,merupakan sebuah situs arungan antik penting yang kemudian di temukan. Dalammitologi Roma, Romulus serta Remus merupakan saudara kembar berjenis kelaminlaki-laki. Peristiwa yang menyebabkan ditemukannya Kota Roma serta Kerajaan Romaoleh Romulus. Pembunuhan Remus yang dilakukan sang saudaranya, kisah lain daricerita mereka, sudah mengilhami para seniman menurut berbagai masa. Sejak zamankuno, gambaran saudara kembar telah disusui oleh serigala betina serta menjadisebuah simbol kota Roma serta bangsa Roma. Meskipun dongeng itu ada sebelummunculnya kota Roma kurang lebih 750 sebelum masehi, cerita awal yang populer darimitos tadi ada sebelum akhir abad ke 3 sebelum masehi. Kemungkinan dasarsejarah cerita tersebut sama halnya dengan mitos Si Kembar yang merupakanbagian mitos Roma asli atau  yg padaakhirnya menjadi bahan yg diperdebatkan.
Romulus serta Remus lahir pada Alba Longa, salahsatu kota-kota Latin antik dekat situs masa depan Roma. Ibu mereka, Rhea Silvia,adalah seseorang perawan dalam mitologi Romadanputri menurut mantan raja , Numitor, yang sudah digantikan oleh saudaralaki-lakinya Amulius. Dalam beberapa asal, Rhea Silvia mengandung merekaketika ayah mereka, Dewa Mars, mengunjunginya di sebuah hutan mini yangkeramat yang dipersembahkan untuknya. Dari silsilah bunda mereka, Si Kembarmerupakan keturunan berdasarkan bangsawan Yunani dan Latin.
Melihat Si Kembar sebagai penghalangkekuasaannya, Raja Amulius memerintahkan buat membunuh mereka serta merekaditinggalkan pada tepi sungai Tiber supaya mangkat . Mereka diselamatkan olehDewa Tiberinus, ayah sungai dan dapat bertahan hidup lantaran dirawat oleh oranglain. Situs tadi dalam akhirnya menjadi Roma. Menurut asal-asal lain,para pendiri Roma, mereka ditinggalkan pada air sungai Tiber dimana mereka diselamatkanoleh serigala betina, Lupa (Richard,J.2000:630).
SungaiTibet melambangkan pandangan Virgil terhadap dongengnya. Dalam epos Virgil Aeneid2, galat satu buku-bukupendirian budaya barat, Tiber dikatakan sudah mengambil balik kekunoannya,“sahih” nama “Albula”, meskipun dengan begitu berarti membayangkan kelanjutansebuah fenomena perang dan perang antar sesama buat Roma.
Ada salah satu sebutan terhormat Tiberdi Georgics3, menjadi penjaga lebah Aristaeus menyelam ke dasar airkerajaan ibunya Cyrene.
“...omnia sub magna labentiaflumina terra spectabat diversa locis, Phasimque Lycumque, et caput unde altusprimum se erumpit Enipeus, unde pater Tiberinus et unde Aniena fluenta…”

(G. IV, 366-369)

Beberapabaris kutipan ini adalah bentuk bagian penjelasan yg lebih akbar, baikpentingnya sungai juga cerita bidadari. Tiberinus digambarkan sebagai pater karena hubungannya dengan Roma.bagian cerita ini dalam pengertian melayani buat menyeimbangkan referensipermohonan pada air menurut georgicpertama. Kedua kiasan tadi ditujukan bagi Tiber serta dewanya yg diperlihatkandalam lakon dramatis yg diperankan oleh sungai dalam penobatan pencapaianpuisi Virgil, dari mula dan bukti diri eposnya.
Sebutanepinimus dewa didengungkan pada pembukaan bagian tengah kedua dari ceritakepahlawanan, ketika para Trojan datang di dekat muara sungai yang diceritakan,pada bagian cerita yg banyak memperlihatkan tradisi-tradisi sejarah serta sastraterdahulu tantang  pendaratan Trojan diHesperia4:
“…atque hic Aeneas ingentem ex aequore lucum

prospicit. Huncinter fluvio Tiberinus amoeno

verticibus rapidiset multa flavus harena

in mareprorumpit…”. (A. VII, 29-32).


Ada sebuahhutan mini serta tepi sungai, sebuah loka yg tenang dan tenteram. Sungai itusendiri juga memendam sebuah kekuatan serta kehidupan yg sangat sesuai untukibukota tak pernah mati dunia sebagaimana adanya (Mynors,1969).  Penting buat diingat bahwa dalam puisi-puisiVirgil sebagian mencoba buat menyebabkan sebuah adegan yang berkaitan denganpendeta serta menyampaikan pandangan penduduk desa tentang peranan sungai-sungaidan mata air pada bulat akivitas pedesaan.
Dalam bukuVIII kisah kepahlawanan Aeneid, adasebuah jarak, hal keduniawian, serta bepergian kesusastraan dimana sungaimerupakan sebuah lencana paripurna menuju ke arah kemajuan.tiber merupakan  titik pemberangkatan perjalanan Aenas diItalia dan juga menyediakan sebuah latihan menulis serta bercerita. Namun, untukmenghargai ramalan populer Tiberinus tentang takdir pencapaian Aenas nir adaperbedaan antara ramalan serta solusinya.
Tiberinusberjanji buat memandu kapal supaya dapat mendayung serta melewati arus tetapi padaakhirnya arus tersebut berkiprah sendiri. Tiberinus berjanji bahwa Trojan akanmampu mendayung ke hulu (sebuah keistimewaan arus bepergian Tiber) serta agarlebih gampang wajib dipastikan dulu bahwa sungainya damai. Tiberinus membantuAenas sesudah kedatangannya pada Italia berdasarkan Troy yg menyarankan kepadanyauntuk mencari sekutu menggunakan Evander Pallene pada peperangan melawan Turnus dansekutunya. Kedewaan sungai muncul  keAenas dalam sebuah mimpi yang mengungkapkan kepadanya bahwa beliau sudah datang dirumahyang sebenarnya. Tiberinus pula menenangkan air sehingga bahtera Aenas mampumencapai kota menggunakan aman (Moroford, Mark, Lenardon, Robert 1971:215).  Dia dipercaya sebagai keliru satu tuhan airterpenting serta orang selalu melarung sesajen diSungai Tiber setiap bulan Mei. Tiberinus diperingati menggunakan 27 boneka jeramiyang dianggap Argei.
Sungaimewakili masa peralihan berdasarkan satu fase kehidupan ke fase yang lain termasuktata cara perjalanan hingga kematian. Sungai Tiber dikutip beberapa kali olehDante Alighieri pada puisi cerita panjang terkenal Divine Comedi, karya yanglebih rupawan dalam sastra Italia dan keliru satu karya yg terbesar pada sastradunia.
Pandanganimajinatif puisi tentang akhirat dipaparkan dalam pandangan global pertengahanseperti yang telah berkembang di Gereja Barat dalam abad ke-14. Pandangan itu dibagi menjadi 3 bagian yakni; neraka,api penyucian, dan surga . Api penyucian mendeskripsikan pengetahuan pertengahan tentangbumi yg berbentuk bola. Dante mereferensi disparitas bintang-bintang yangdapat dilihat pada Hemisphere selatan, pengubahan posisi global, serta menyebarkan macamzona waktu bumi (Richard H., 2000). Berbeda menggunakan perahu Charon yg melintasi Acherondalam Inferno, jiwa-jiwa kaum Kristendikawal sang Malaikat Perahu menurut loka mereka berkumpul dekat Ostia,pelabuhan laut Roma di muara Tiber melewati pilar-pilar Herkules menyeberanglautan menuju Gunung Penyucian dosa.
[...]”Selamatiga bulan ini dia sudah berlayar misalnya yg dingainkan orang. Karena itu dipantai bahari dimana Tiber menjadi air asin, aku sudah menyatu.  Tepat pada belakang muara sungai beliau mulaibersip-siap lagi karena orang yg nir tenggelam pada sungai Acheron akanselalu terkumpul di sana”[...]
Jiwa yang menuju api penyucian berkumpul pada Romadi muara Sungai Tiber serta akan diantar sang malaikat. Orang yang akan menujuneraka akan dikumpulkan di Sungai Ancheron serta diantar sang setan. Malaikatmenggunakan sayapnya serta menerbangkan kapal dengan gembira. Charon menggunakankayuh untuk mengayuh serta kadang-kadang memukul penumpangnya dengan kayuhnya.jiwa-jiwa yg diberkati akan bernyanyi serentak, jiwa yg dikutuk akanmeratap serta memaki secara tepisah (Lindskoog,1997:10).
Penyair membayangkan bahwa jiwa-jiwa yangditakdirkan buat diselamatkan memperindah diri mereka sendiri pada muara SungaiTiber, menunggu buat disambut masuk ke pada kendi malaikat berkulit hitam danmengirim mereka ke pulau api penyucian. Makna kiasan lokalisasi jelas yakni,menjadi penentang sungai Ancheron merupakan sungai terkutuk. Tiber, secarajelas menerangkan keabadian kota Roma menjadi pusat agama Kristen dan sebagaisungai yg mengumpulkan jiwa-jiwa yg berdosa buat ditakdirkan masuk dalampembebasan tak pernah mati.
Sungai-sungai membantu menjelaskan identitasmasyarakat dengan berbagai tempat lantaran mereka merupakan lencana pemandangankarena hal itu menekankan hubungan orang-orang tertentu menggunakan sebuah loka,sebagai akibatnya sungai dapat berarti memisahkan dan menghubungkan. Ini merupakan temayang krusial bagi penulis dan penyair. Sungai Tiber cenderung sebagai sentra komunikasiyang krusial dan menurut seluruh itu dia memiliki kiprah secara emosi dan budaya hidupmasyarakat Roma. Roma adalah kota dimana semuanya saling terhubung. Jeritan para pejalan kakiberpadu menggunakan kenyamanan gedung-gedung bersejarah. Sungai Tiber perlahan-lahanmengalir dan memisahkan. Kekunoan melawan serta menyatukan  pembaharuan dimana disparitas budaya-budayamerupakan hal biasa. Selama berabad-abad Roma adalah sebuah lambang keadaanmanusia seperti sebuah sirene Homeric, suaranya selalu mempesonakan parapenulis dan penyair menurut semua penjuru dunia. Para penulis misalnya Pirandello,Gabriele D’Annunzio, Giuseppe Ungaretti sudah melihat kota abadi dan hubungannya denganTiber dan menginspirasi mereka. Para penulis tadi telah berbagi rasayang berbeda serta menerima bentu-bentuk yg tidak sinkron berdasarkan sungai tadi.melalui sejarah sastra, berdasarkan mitologi hingga awal abad 20, kota Roma dengansungainya mengungkapkan ciri-karakteristik baru.
Pirandello5 melalui puisinya memperlihatkankonsep romantik akhir menurut inti kedinginan. Penyair murka dan kecewa terhadapgambaran baru mengenai kota kekal yg sudah menjadi simbol berdasarkan korupsi dankemerosotan, menyapu keagungannya. Dia tak dapat dihibur. Roma bukan lagisebuah estetika klasik serta runtuh tanpa ada perlindungan sang orang Romasendiri. Roma dirusak sang para kurcaci pengkhianat yg menciptakan korupsi.pirandelo ingin melihat kilauan kenangan Roma antik serta memberantas kejahatanyakni korupsi sosial serta sipil yg mencengkeram kota.
Di tahun 1901 dia menulis Air Mata Tiber (“Pianto delTevere”) yg inspirasinya terlahir menurut banjir Tiber dalam 2 Desember 1900. Banjiritu hampir berisi reruntuhan bangunan sepanjang antara Cestio dan jembatanPalatine dan air yg berlumpur meluber ke kota melewati alun-alun Pantheon.
“Tak lamalagi kau takkan mampu melihatnya, melewati kota Roma, seperti yang kulakukan,suatu hari; Tiber lewat antara pelupuk mata alami yg bergetar [...] sepertisebuah perbukitan serta beliau turun menggunakan keadaan penuh perampokan, hinggatiap-tiap gelombang bisa mengatasi sudut-sudut batas yg menyesakkan, berlarimelewati jalan-jalan bawah tanah, beliau terlihat menuju Pantheon: “Apakah kamumelihat, sisa-sisa Roma kita yg suci? Aku masih di sini: Roma memerlukanpenyucian yang akbar”

(Pianto delTevere,1990)
Penyair menggunakan kata ganti “kami” lantaran diamerasa bagian menurut kota serta “dia” merujuk dalam sungai Tiber lantaran diamengumpamakan sungai menggunakan keabadian kota. Baginya banjir merupakanpemberontakan serta pelaku primer puisi ini merupakan ratapan sungai yg inginmenguasai tepi sungai buat menutupi Roma serta kelemahannya, menghapus sebuahkota yg hanya sebuah sisa-sisa menurut apa yang terjadi.
Sudut pandang yg tidak selaras dibangun pada puisi6Gabriele D’Annunzio. Roma bukan hanya sebuahkota yang antik tetapi ia merupakan sebuah kota yg bersinar menggunakan berbagaihiasan berharga yang dimilikinya serta diantara hiasan-hiasan itu Sungai Tibermenyatu pada dalamnya. Dia tidak peduli dengan korupsi yang terdapat pada Roma yangmembuat Pirandello khawatir namun dia melihat kemunduran yang sama sebagaisebuah keindahan yg agung.

“Roma bersinar pada pagihari pada bulan Mei dalam pelukan mentari , di atas jembatan muncullah arusSungai Tiber yang bersinar, lari diantara tempat tinggal -rumah hijau, sesaat kemudian,pada tanjakan muncullah kota abadi, sangat jelas terukir, misalnya sebuahakropolis, di langit yang biru”

(D’Annunzio, 1889)

D’Annunzio menghubungkan keindahan Sungai Tiber menggunakan kemunculan luasnyaRoma yg datang-datang. Baginya keagungan kota dengan “rasa” epos abadi karenakeindahan Tiber terletak dimana sungai itu lahir, menangkap perhatian pujangga,serta menjadi bagian aktif dari kota yg bersinar.
Setiap ujung kota tersenyum padanya seperti ingin memberi salam yangterakhir bahwa pelaku utama terlihat sangat memohon menggunakan matanya. Pujanggamembaca kota serta Roma membuka matanya sendiri bagi pujangga.
Bagi pujangga Giuseppe Ungaretti7, sungai-sungai selalu sebagai bagian utama dari puisinya, dari empatsungai dalam hidup Ungaretti, ditambah satu lagi “Tiber yang menimbulkanbencana” penonton menurut semua kekejian perang tetapi jua pencerahan barupujangga. Puisi “Sungaiku bahkan kau” merupakan puisi termasyhur serta palingrelijius dimana rasa sakit langsung Ungaretti menanamkan kekhawatiran yangbegitu besar terhadap masyarakat Roma karena rasa sakit dipermalukan terhadappengasingan (Perang Dunia Kedua) pada mana pengakuan terhadap keyakinannyamenjadi lebih dramatis serta tegang.
“Sungaiku, bahkan kau,“Tiber Yang Mematikan”

Ia menusuk hingga kejantungmu

Untuk menimbun rasa sakit

Lelaki itu melimpahkannyake dunia

[...] Hatimu adalah rumahyang dirindukan

Cinta yang tidak sia-sia.

Tangisku yang sunyi taklama lagi bukan milikku”

(Ungaretti, 947)
Dalam puisi ini, Tiber menjadi simbol jalan yang mematikan dari “ketakutan”malam. Sosok Yesus yang penting merupakan saudara laki-laki dari pujangga yangakhirnya memeluk semua kemanusiaannya. Di tahun 1916, Ungaretti menggubahsebuah puisi berjudul “Sungai-Sungai” dimanadia dapat tahu dirinya sendiri melalui sungai-sungai yang beliau temui dalamperjalanan ziarahnya, berdasarkan Mesir, Perancis, sampai Italia. Tiber sebagai sebuahsimbol rasa sakit bahwa cumbuan di malam hari dan memukul yg tidak bersalahdisimbolkan dalam nafsu anak domba [...] sendu yang tak terhingga”. Penderitaanyang terburuk adalah pengharapan dari ketidakpastian itu sendiri dimana penderitaanyang membuat tiap pengungsi merasa tak kondusif. Untuk mengakui situasi ini menjadi“sungai” Ungaretti mengaku bahwa rasa sakit merupakan bagian yg tidak dapatdipisahkan dari pribadinya serta manusia. Secara psikologis hal ini takcukup  buat menerima balik rasasakit buat memberi rasa sakit itu sebuah rasa, tak cukup jua untuk mencatatbukti-bukti yang menciptakan kita tak berdaya, tidak relatif jua jika rasa sakitberlanjut buat membangkitkan rasa sakit yang lebih.

PENUTUP

Sebagai sebuah kekuatan  yang secara tetap dan berubah-ubah bagian daripemandangan alam yang berkiprah, sungai-sungai berinteraksi dengan puisi yangdinamis. Terlepas menurut metafora serta gambaran yg menyenangkan, sebuah sungaidapat menyediakan sebuah inspirasi yang tiba menggunakan meminum air menurut mata airpuitis, menjadi karakteristik dalam sebuah cerita puitis, atau tindakan seperti seorangpenulis, mewakili sebuah kebebasan hidup bercerita dimana penulis dan pembacaikut berpartisipasi.
Tema sungai berhak menerima pengakuan terhadap semakin hilangnya sungaitiap zaman dengan output-output yg tidak sinkron menurut para pujangga yg tidak sama,meminjamkan dirinya sendiri menjadi simbol yg paling tidak selaras serta tafsiran.
Tiap penulis telah menggunakan gambaran sungai dengan cara yang tidak sama,selalu menghubungkan Sungai Tiber dengan Kota Abadi, mengakui ini sebagaijantung kota Roma. Tiber bukan hanya sebuah jalan krusial dalam perdagangan diwilayah Mediterania tetapi juga dipakai dalam puisi serta cerita. Tiber selaludihubungkan dengan sejarah Roma, buat memilih apa yg sastra dapatceritakan kepada kita  tentang Tiber danbagaiman sungai dapat membantu kita berfikir mengenai pengembangan sastra.
Kekuatan besar sungai-sungai seperti Tibermewakili puisi epos, tentu saja seni berpidato tidak bisa dibandingkan denganaliran sungai. Dari mitologi antik yg menceritakan pada kita tentanglahirnya Kota Abadi Roma menggunakan Romulus dan Remus yg diselamatkan olehkedewaan Tiber. Sungai memandu kita melewati insiden-peristiwa epos Virgil Aenid dimana Tiberinus dianggap pater pada hubungannya menggunakan kotaRoma. Pandangan imajinatif Dante Alighieri tentang akhirat menggunakan Tibersebagai sebuah loka awal untuk penyelamatan jiwa-jiwa.
Skenario berubah dengan datangnya sastra modernabad 20 di mana Tiber diibaratkan sebuah asal wangsit sang pujangga modernuntuk mengekspresikan perasaan-perasan yang tidak sama yang dihubungkan denganperubahan Roma. Aliran sungai Tiber dalam puisi penulis membawa khayalan danpemberontakan yang disebabkan oleh kejahatan kota karya  Pirandello. Kemakmuran, kekayaan, dankeduniawian karya D’Annunzio dan aktualisasi diri menyebarkan rasa sakit karya Ungaretti.
Hari ini Sungai Tiber merupakan sebuah jalan air latif yang  melintasi Kota Abadi, menceritakan sejarah,mitos dan puisi melalui alirannya menuju kota tak pernah mati dan ia menjadi bagiannya.
“Pesona Tiber mungkindalam alirannya yg tak pernah putus, tetap terjalin, dalam kesehariannya,menjadi sebuah perwakilan fisik sejarah Roma, menjadi sebuah jalan yang takberubah, jantung kota tak pernah mati. Ini adalah sahih, sungai-sungai merupakan sejarahkehidupan”.

(Tiziano Tiziani)




Catatan:
1 Karya tulis dalam bentuk obrolan politik yang membahasorganisasi politik dan institusi negara dan negara aroma

2 The Aenid merupakan sebuah puisi epos latin, karya Virgilantara 29 dan 9 sebelum masehi, yang menceritakan legenda sejarah Aenas, Trojanyang perjalanan menuju Italia dimana dia sebagai leluhur bangsa Roma

3  The Georgics adalahpuisi karya Latin pujangga Virgil, mungkin diterbitkan abad 29 sebelum masehidan dipercaya sebagai karya utama kedua Virgil.

4 nama dimana orang Yunani mula-mula ditunjuk negeri barat

5 dia merupakan dramawan, penulis, dan pujangga dianugerahiNobel Prize buat sastra tahun 1934. Untuk produksinya, tema-temanyaberhubungan dengan penemuan cerita teater yg dipercaya menjadi pendramaterbesar pada abad 20

6 Dia merupakan penulis, pujangga, jurnalis, dramawan, danprajurit Italia pada Perang Dunia I. Dia menduduki loka terkemuka dalamsastra Italia dari 1889 sampai 1910 serta lalu kehidupan politik dari 1914hingga 1924

7 Giuseppe Ungaretti adalah seseorang pujangga terkini Italia,jurnalis, penulis esai, kritikus, akademisi, dan penerima pengukuhan 1970 Neustadt International Prize untuk bidang sastra. Ketua Ermestimo, beliau adalah salahsatu kontributor terkemuka sastra Italia abad 20




DAFTAR PUSTAKA


Lindskoog, K . 1997. Dante's Divine Comedy: Purgatory: Journey to Joy, Part.Macon: Mercer University Press
Lindskoog, K. 1997. Dante’s DivineComedy. Macon: Mercer University Press
Moroford, Mark and Lenardon, Robert . 1971. Classical Mythology. Oxford: OxfordUniversity Press
Mynors P. 1969. Vergili Maronis Opera Oxford. Oxford:Oxford University Press
Pallottino, M. 1993. Origini e storia primitiva pada Roma.Roma: Bompiani
Prudence, J. 2005.  Reading Rivers in Roman Literature and Culture.lanham, MD: Lexington Books
R. F. Thomas, Reading Virgil and His Texts: Studies in Intertextuality,Ann Arbor, The University of Michigan Press, 1999, 135
Richard H. Lansing, Barolini, T.  2000. TheDante Encyclopedia.  New York:Garland Pub

 Richard,J. A. 2000. Barrington Atlas of the Greek and Roman World: Map-By-MapDirectory.  Princeton, NJ and Oxford, UK: Princeton University Press
Richard, S. NearEastern Archaeology: A Reader.  WinonaLake, IN: Eisenbrauns


* Makalah disampaikan padaSeminar Internasional Sastra Indonesia, Banjarmasin,  6 s.D. 9 Desember 2017

MAKALAH SASTRA SUNGAI : TIBER: JANTUNG KOTA ABADI OLEH CHANTAL TROPEA (Universitas Naples L’Orientale) Terjemahan Bahasa Inggrisnya lihat pada selengkapnya di sini !! 


MAKALAH SASTRA TIBER JANTUNG KOTA ABADI OLEH CHANTAL TROPEA UNIVERSITY OF NAPLES LORIENTALE

Tiber: The Heart ofthe Eternal City *


CHANTAL TROPEA
B.  Languagesand Literature
University of Naples L’Orientale
Oriental Languages and Cultures
Email: chantix.ct@gmail.com



ABSTRACT

This paper deals with thecultural context of river Tiber in the Roman “Eternal City “ in respect ofmythology, narrative, ethnology and literature. In the ancient world, sincethey demarcate and define, rivers often establishing boundaries bothsymbolically and in geographical terms. From the beginning, poetry has alwaysused images of the nature to contoh them according to its communicative andsymbolic needs, and perhaps no others elements are deformable and adaptable tothese aim as is water, intrinsically lacking of a definite form.
Water is chosen as a poet’sconfident, as it is able to keep the secrets of the events which it witnessesand The essential characteristics of a river, that is movement anddirectionality, link it to literary narrative and the construction of literarytexts.
Rome is called the EternalCity because the destinies of the world seemed to be related to the city’sdestiny. And the thesis was strengthened by the history and events. It is alsocalled Caput Mundi because it was forso long the capital of the “Mediterranean world”.
The eternal city is identifiedwith its river that gave it birth: the Tiber river, site of wars, engineeringachievements, major “highway” of the Mediterranean trade, but first of allsource of inspiration for the poetry: from mythology to the terbaru literaturepoets have used the strict linking between this two entities to tell us aboutmyths, poem, imaginative vision of the afterlife, expressing different feelingsand point of view, always showing the lasting connection between Roma Caput Mundi and the Tiber river.

Keywords: river, Tiber,Eternal city and Caput Mundi.


INTRODUCTION

“For life and deathare one, even as the river and the sea are one”
(Khalil Gibran)

I
f the river is the place whereeverything flows, altering and renewing itself into a ceaseless becoming, it iseasy understandable that in every epoch, the main poets have represented in itdynamic and contrastive values, always linked to the antithetical sense offugacity and regeneration that at each level (from historical to existential, from physical to philosophy) the changebecome source of inspiration.
A primordial sign of fertilityand pride but also a geological crack of crossing, demarcation and reunion ofnature and history, environment and civilization, living allegory of the cycleof life and death, a symbolic figure of the unconscious, but at the same time amythical image of entire cycles of historical domination in the world. So, theriver offers not just a vivid background or illustration, but acts as amediator between poetry and poet. It can link the past to the present, and theflow of the river can assist or become part of the narrative. Similarly, rivercatalogues and river journeys may form part of a narrative structure. Poetry,from the ancient to the terbaru one, owe a lot to the rivers, where their waterprefigures in the writing of air and earth.
Rivers have great symbolicvalue, with deep cultural roots based on the importance of water as a necessityof life (Prudence, J.2005).all civilizations depend on available water, and, ofcourse, rivers are a fine source of life. Rivers also provided ancientsocieties with access to trade not only of products, but ideas, includinglanguage, writing, and technology. River-based irrigation permitted communitiesto specialize and develop, even in areas lacking adequate rainfall. For thosecultures that depended on them, rivers were the lifeblood. In "The EarlyBronze Age in the Southern Levant," in Near Eastern Archaeology,Suzanne Richard (2003) calls ancient civilization based on rivers, primary or core,and non-riverine (e.G., Palestine), secondary. You'll see that the societiesconnected with famous  rivers such asTigris, Euphrates, Nile, The Yellow River and Tiber are all qualify as coreancient civilizations (Richard, 2003:87).

Rivers have a mysticalimportance in that while constantly changing they seem to stay the same. Riversare also unpredictable, and hence there are many stories in mythology of riverschanging shape, and cases where water becomes an agent of transformation. Giventhat the Tiber is a special river keeping the truth and the mythology in thehistory of the city Rome, its semantic and representative richness raises to amultiple power. It is the birth point of the largest and most influentialempire of the antiquity, gradually overwhelmed by its own growth and expansion,beyond the classical turn of the century in which the alternate events ofdecadence and recovery, abandonment and rebirth  projected on the journey of entire centuriesof conflict and uncertainty. The river is the faithful and sensitive mirror ofthe city it gave birth. Eternalizing the river in the forms of writing is notmerely a permanent testimony but takes directly the place of history, in factit itself makes the history.


DISCUSSION

The ideological view thatcomes to mind only to mention the name of the city of Rome appears and takes onmeaning if we pay attention to the waters of the river Tiber that run uneasyand perpetual under the ripe and bridges of the city. All the"monumental" that in history was the prerequisite of a triumphallocation of  Rome, the aeterna city, well above the commune,find in its river, which it is its heart, the ordinary reason for itsexistence, a strongly secularized response, consistent with everyday life ofmore human activities: related to survival, use and maintenance.
The river is indissolublylinked to the use and the life of men, expressing better than anything else the“handing down” of things and values within a direct and interactiverelationship between human society and the environment of its life.

"Not withoutreason gods and men have chosen this place to found the city: extremelywell-kept huts, a convenient river through which to transport indoor productsand receive sea supplies, a place near the sea enough to take advantage of theopportunities but not exposed to the dangers of foreign fleets because of the excessiveproximity to the centre of Italy, very suitable for the increase of the city,the same size as the latter is the proof ”.

(Cicerone, 54 A.D.)

Cicerone, in his writing De Republica,[1]showed that the ancients were aware that the reasons for choosing the placeon which the city would arise were of a purely economic nature.
The presence of the Tiber riverwas so important for the birth of the city that Servius (Roman commentatorlived between the 4th and 5th  centuries AD) argued that the ancient name ofthe river Tiber, Rumon or Rumen (whose root derives from ruo, or "scroll "), gave itsname to the city, so that Rome would mean" City of the River" (Pallottino,1993: 61-68).

The river Tiber( in Italian FiumeTevere) is the historic river of Europe and the secondlongest Italian river after the Po,rising on the slope of Mount Fumaiolo, a major summit of the Appennino Tosco-Emiliano. With its 252 miles (405 km) long, twisting in agenerally southerly direction through a series of scenic gorges and broadvalleys, the Tiber flows through the city of Rome andenters the TyrrhenianSea of the Mediterranean near Ostia Antica. 
Avivid and overwhelming vortex generated by the Tiber island invests thesurroundings territories, marking the founding start of the capital of theworld: Tiber is in the archaic Rome the border line between Etruscan and Latinpeople, and  it was, the mythic nucleussince the earliest origins, as well as strategic crossing point.

According to the legend, thecity of Rome was founded in 753 BC on the banks of the Tiber about 25kilometres (16 mi) from the sea at Ostia. The Tiberina island in the centre ofRome, between Trastevere and the ancient centre, was the site of an importantancient ford and was later bridged.
In Roman mythology, Romulusand Remus are twin brothers, whose story tells the events that led to thefounding of the city of Rome and the Roman Kingdom by Romulus. The killing ofRemus by his brother, and other tales from their story, have inspired artiststhroughout the ages. Since ancient times, the image of the twins being suckledby a she-wolf, has been a symbol of the city of Rome and the Roman people.although the tale takes place before the founding of Rome around 750 BC, theearliest known written account of the myth is from the late 3rd century BC.possible historical basis for the story, as well as whether the twins' myth wasan original part of Roman myth or a later development is a subject of an ongoingdebate.

Romulus and Remus were born inAlba Longa, one of the ancient Latin cities near the future site of Rome. Theirmother, Rhea Silvia was a vestal virgin and the daughter of the former king,Numitor, who had been displaced by his brother Amulius. In some sources, RheaSilvia conceived them when their father, the god Mars visited her in a sacredgrove dedicated to him. Through their mother, the twins were descended fromGreek and Latin nobility.
Seeing them as a possiblethreat to his rule, King Amulius ordered them to be killed and they wereabandoned on the bank of the Tiber River to die. They were saved by the godTiberinus, Father of the River and survived with the care of others, at thesite of what would eventually become Rome.
 According to other sources, Rome's founders, wereabandoned on the Tiber’s waters, where they were rescued by the she-wolf, Lupa (Richard, J. 2000:630).

The Tibet river representsVirgil's vision of his own storytelling. In Virgil’s epic Aeneid[2],one of the founding books of the western culture, the Tiber is revealed to havereclaimed its ancient, “true” name of “Albula”, though in a way thatforeshadows the continuing reality of war and internecine strife for Rome.
There is one of the mainmention of the Tiber in the Georgics[3], asthe beekeeper Aristaeus enters the underwater realm of his mother Cyrene:

“…omnia sub magnalabentia flumina terra spectabat diversa locis, Phasimque Lycumque, et caputunde altus primum se erumpit Enipeus, unde pater Tiberinus et unde Anienafluenta…”

(G. IV, 366-369).

 The few lines quoted here form part of alarger description of both significant rivers and storied nymphs. Tiberinus isidentified as pater because of hisconnection to Rome; the passage in a sense serves to  balance the supplicatory reference to theriver from the first georgic. Thesetwo allusions to the Tiber and its god set the stage for the dramatic partplayed by the river in Virgil’s crowning poetic achievement, his epic of Rome’sorigins and identity.
The mention of the eponymousgod is echoed near the opening of the second half of the epic, as the Trojansfinally arrive near the mouth of the storied river, in a passage that owes muchto preceding
literary and historical traditionsabout the Trojan landfall in Hesperia[4]:

“…atque hic Aeneas ingentem ex aequore lucum

prospicit. Huncinter fluvio Tiberinus amoeno

verticibus rapidiset multa flavus harena

in mare prorumpit…”.(A. VII, 29-32).


There is a grove, and ariverbank that is a place of refuge and serenity; the river itself is possessedof a vigor and life that is most fitting for the very eternal capital of theworld, as it were ( Mynors,1969). It is important to remember that in thesepoems Virgil was partly trying evoke a pleasant pastoral scene and convey thecountryman's view of the role of  therivers and springs in the cycle of bucolic activities.
In the Book VIII of Virgil'sepic Aeneid, there is a spatial,temporal and literary journey, where the river is a perfect emblem fordirectional progress. The Tiber is the point of embarkation for Aeneas' travelsin Italy and also provides a course for words and narrative. However, inrespect of the famous prophecy of Tiberinus about Aeneas' destined achievements,there is no 'disparity between the prophecy and its fulfillment'. Tiberinuspromises to guide the ship so that the rowers can overcome the current, butlater it is the river itself that checks its current. Tiberinus simply promisesthat the Trojans will be able row upstream (a feature of traffic on the Tiber)and in due course makes this easier by ensuring that the river is calm. Tiberinushelped Aeneas after his arrival in Italy from Troy, suggesting to him that heseek an alliance with Evander of Pallene in the war against Turnus and hisallies. The river’s deity appeared to Aeneas in a dream, telling him he hadarrived at his true home. Tiberinus also calmed the water so that Aeneas' boatwas able to reach the safely city (Moroford, Mark, Lenardon, Robert 1971:215).he was considered the one of the most important river-gods and people made sureto put offerings in the Tiber River every May. Tiberinus was honored withtwenty-seven straw dummies which were called Argei.



Rivers represents transitionfrom one phase of life to another, including rites of passage and indeed deathitself. Tiber river is quoted so many times by Dante Alighieri, in the famouslong narrative poem Divine Comedy, the preeminent work in Italian literatureand one of the greatest work of world literature.
The poem's imaginative visionof the afterlife is representative of the medieval world-view as it haddeveloped in the Western Church by the 14th century. It is divided into threeparts: Hell, Purgatory and Paradise or Heaven. The Purgatory demonstrates themedieval knowledge of a spherical Earth, with Dante referencing the differentstars visible in the Southern Hemisphere, the altered position of the sun, andthe various timezones of the Earth (Richard H., 2000).
In a contrast to Charon'sferry across the Acheron in the Inferno,Christians’ souls are escorted by an Angel Boatman from their gathering placesomewhere near Ostia, the seaport of Rome at the mouth of the Tiber, throughthe Pillars of Hercules across the seas to the Mountain of Purgatory.

[…]“ For threemonths now he has been easily taking on board all who want the trip. Thereforeat se seashore where the Tiber becomes saltwater, I was gathered in. Right backto that river mouth he has set his wings again because those who do not sinkdown to the river Acheron are always assembled there” […]


The souls that were bound forPurgatory assembled in Rome at the mouth of the Tiber River and were ferried byan angel; those who were bound for Hell assembled by the River Acheron and wereferried by a demon. The angel used his wings and the heavenly boat flew; Charonused an oar to paddle and sometimes hit his passengers with it. The blessedsouls were singing in unison; the damned were wailing and cursing separately(Lindskoog,1997:10)
The poet imagines that thesouls destined for salvation adorn themselves at the mouth of the Tiber,waiting to be welcomed into the jar of the nigger angel and  transport them to the island of Purgatory.
The allegorical significanceof the localization is evident: as opposed to Acheron, the river of the damned,Tiber, which clearly indicates connection with the eternal city Rome, as thecentre of Christianity, is the river at whose mouth (where it sins) collectssouls destined for the eternal deliverance.

Rivers help to define theidentity of peoples and places because they are an emblem of the landscape andtherefore advertise the association of certain people with a place. So riversdivide as well as connect. This is an important theme for writers and poets. TheTiber river tended to be important centres of communications, and above all hada role in the emotional and cultural life of Roman’s communities. Rome is thecity where everything is linked together. The screams of pedestrians blend withthe silence of the historic buildings; the Tiber slowly flows and divides, theancient resists and merges with the innovation where different cultures aredaily compared; a city that has become for centuries a symbol of humanconditions like an Homeric siren, his “voice” has always charmed writers andpoets from all over the world: authors like Pirandello, Gabriele D’Annunzio,Giuseppe Ungaretti, after have been seeing “the eternal city” and itsconnection with the Tiber and have been inspired from it, they have developed  different feelings and got different shapesof it. Through the history of literature, from the mythology until the early 20thcentury, the city of Rome with its Tiber reveals new features.

Pirandello[5]through his poems expresses the late romantic concept of inner coldness. Thepoet is angry and disappointed with the new image of the eternal city, hasalready became a symbol of corruption and decadence, sweeping away its glory.he is no able to be consoled: Rome is no longer a classical beauty and itsruins instead of be protected by the romans, are destroyed by the “dwarftraitors of build corruption”. Pirandello would like to see shimmering thememories of ancient Rome, and to eradicate the wickedness, that is, the civiland social corruption that grips the city.
In 1901 he wrote  Tiber’sTears (“Pianto del Tevere”) whose inspiration was born from the Tiber’sflood on December dua, 1900, barely contained by the wall still underconstruction which collapsed for a long stretch between the Cestio and thePalatine bridge and its muddy waters came into the city through Pantheon’sSquare.

“You will no longersee him , passing through the city of Rome, as I did , one day;

the Tiber, passingbetween his natural shaky lids [...] like a mugging and full of robbery he comesdown, so that every wave is able to overcome the edges of oppressive margins;running through the underground streets, he is shown to the Pantheon: "Doyou see, sacred scraps of our Rome? I am still here: Rome needs a great wash”

(Pianto del Tevere,1990)


The poet uses  the pronoun “our” because he feels part of thecity and “him” referring to the Tiber, because he personifies the river withthe eternal city. For him the flood is a rebellion, and the protagonist of thispoem is the river’s lament who wants to overcome the banks to cover Rome andits wickedness, erasing a city that was just a scrap of what it was.

Different point of view isfounded in Gabriele D’Annunzio’s poetry[6]: Romeis not the city of antiquity, but it is the city that shines with its preciousornaments, and among its ornaments emerges the river Tiber. He does not careabout Rome’s corruption that made worried Pirandello, but he sees the samedecadence as a great beauty.

“Rome shone in themorning of May embraced by the sun,
on the bridgeappeared the shining stream of river Tiber, fleeing among the green houses,

after a while, onthe  uphill the eternal city appeared,

clearly carved,like an acropolis, in the full blue’s sky.

(D’Annunzio, 1889)


D’Annunzio links the beauty ofthe river Tiber to the sudden appearance of the immensity of Rome.
For him, the majesty of thecity, with the epic eternal “flavour” is due to the Tiber’s beauty from whichthe city was born, capturing the attention of the poet,  becoming active part of the shining city. Everycorner of the city is smiling at him, as if to give the last greeting that theprotagonist seems to implore with his eyes. The poet reads the city and Romeopens itself to the poet.

For the poet GiuseppeUngaretti,[7] riversare always been a central part in his poetry. To the four rivers of Ungaretti’slife, is added the fifth one: “the fatal Tiber” spectator of all the atrocitiesof the war but also of a new awareness of the poet.  The Poem “My River even you” is the mostnotorious and most religious poem in which the personal pain of Ungarettiinstill the angst of the Roman people for the humiliating pain of deportations(Second World War), where his confession of faith becomes more dramatic andtense.
“My River, evenyou, “fatal Tiber”

It pierces in yourheart

The sum of the pain

That man is pouringon the earth;

[…]Your heart isthe passionate home

of love is not invain.

My lonely crying isno longer just mine”

(Ungaretti, 1947)

In this poetry, the Tiberbecomes the symbol of the fatal pass of the night of “fear”. The CrucifiedChrist is the brother from whom the Poet finally embraces all of his humanity.in 1916, Ungaretti wrote a poem entitled “The Rivers” in which he couldunderstand himself through the rivers he met on his life’s pilgrimage: fromEgypt, France, to Italy. The Tiber becomes a symbol of the pain that advancesin the "night" and strikes the innocent, symbolized in the "lustof lambs [...] infinite sobs”.
The worse suffering is theexpectation of the unpredictable pain itself, where the anguish make everyrefuge insecure. In recognizing this situation as "his river",Ungaretti admits that pain is inseparable part of his person and of the human.it is not enough to psychologically regain the pain to give it a sense. It isnot enough to take note of the evidence that makes us impotent. It is notenough if the pain continues to generate only more pain.


CONCLUSION

As a forceful, changeable andconstantly moving part of the landscape, rivers interact with the dynamics ofpoetry. Apart from pleasant illustrations and metaphors a river could serve asa means of inspiration, which came though imbibing water from poeticallysignificant springs, be a character in a poetic story, or act as a kind ofnarrator, representing an independently existing narrative in which author andreader participate.

The theme of river deservesthe recognition of having gone through each era with different results fromdifferent poets, lending itself to the most disparate symbolism andinterpretation.
Every author has used theimage of the river in a different way, always linking the Tiber river with theEternal City, recognizing it as the heart of Rome. The Tiber was not only animportant highway for the trade in the Mediterranean area, but it was used inpoetry and narrative, always linked to the history of Rome, to determine bothwhat literature can tell us about Tiber and, conversely, how the river can helpus think about the development of literature.
Big powerful rivers like theTiber represented epic poetry, and of course oratory could be compared to theflow of a river. From the ancient mythology telling about the birth of theEternal city of Rome, with Romulus and Remus rescued by the Tiber’s deity, theriver guides us through the events of the Virgil’s epic Aenid where Tiberinus is considered the pater for its connection to the city of Rome, to the imaginativevision of the afterlife of Dante Alighieri, using the Tiber like a startingplace for the souls’ salvation.
The scenario changed with thearrival of the nearest terkini literature of the XX century, where the Tiber isused like a source of inspiration by  modernpoets to express  different feelingsconnected to the change of  Rome. TheTiber ‘s flows in the author’s poetry bringing delusion, and rebellion causedby the city wickedness with Pirandello, prosperity, richness and worldlinesswith D’Annunzio and expression of sharing pain with Ungaretti.
Today the Tiber River is awonderful waterway that crosses the Eternal City, telling the history, themyths and poetry through its flow of the city that gave birth and of which itwill eternally be part.

“The charm of the Tiber is perhaps in his continuousflow, remaining unchanged, in his departure, being a sort of physicalrepresentation of the history of Rome, being, in an unchanged way, the heart ofthe eternal city. It's really true, rivers are history of life”.
(Tiziano Tiziani)


REFERENCE
Lindskoog, K . 1997. Dante's Divine Comedy: Purgatory: Journey toJoy, Part.Macon: MercerUniversity Press
Lindskoog, K. 1997. Dante’s Divine Comedy. Macon: MercerUniversity Press
Moroford, Mark andLenardon, Robert . 1971. ClassicalMythology. Oxford: Oxford University Press
Mynors P. 1969. Vergili MaronisOpera Oxford. Oxford: Oxford University Press
Pallottino, M. 1993. Origini e storia primitiva di Roma. Roma: Bompiani
Prudence, J. 2005.  Reading Rivers in RomanLiterature and Culture. Lanham, MD: Lexington Books
R. F. Thomas, Reading Virgiland His Texts: Studies in Intertextuality, Ann Arbor, The University ofMichigan Press, 1999, 135
Richard H.lansing, Barolini, T.  2000. The Dante Encyclopedia.  New York: Garland Pub

 Richard, J. A. 2000.barrington Atlas of the Greek and Roman World: Map-By-Map Directory.  Princeton, NJ and Oxford, UK:Princeton University Press
Richard,S. Near Eastern Archaeology: AReader.  WinonaLake, IN: Eisenbrauns

[1]Writtenwork in the form of political dialogue that discussed the politicalorganization and institutions of the state and of the Roman’s State.
[2]The Aeneid is a latinepic poem, written by Virgil between 29 and 19 BC, that tells the legendarystory of Aeneas, a Trojan who travelled to Italy, where he became the ancestorof the Romans.

[3]The Georgics is apoem by Latin poet Virgil, likely published in 29 BC, and considered Virgil’ssecond major work.
[4]Name withwhich the Greeks originally designated the western lands
[5]He was anItalian playwright, writer and poet, awarded the Nobel Prize for Literature in1934. For his production, the themes dealt with and the innovation oftheatrical tale are considered among the greatest playwrights of the twentiethcentury.

[6]He wasan Italian writer, poet, journalist, playwright and soldier during World War I.he occupied a prominent place in Italian literature from 1889 to 1910 and laterpolitical life from 1914 to 1924.

[7]Giuseppe Ungaretti was anItalian modernist poet, journalist, essayist, critic, academic, and recipientof the inaugural 1970 Neustadt International Prize for Literature. A leadingrepresentative of the experimental trend known as Ermetismo, he was one of themost prominent contributors to 20th century Italian literature.

* Disampaikan pada Seminar Internasional Sastra Indonesia, 6 s.D. 9 Desember 2017 di Banjarmasin.

Terjemahan Bahasa Indonesia Makalah Sastra TIBER: JANTUNG KOTA ABADI OLEH CHANTAL TROPEA (University of Naples “ L’Orientale ”)  Baca Selengkapnya di sini !!.

MAKALAH SASTRA PARIS DAN SUNGAI SEINE DALAM PUISI PRANCIS OLEH DR DANNY SUSANTOM.A FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA

Parisdan Sungai Seine pada Puisi Prancis
Oleh : Dr. Danny Susanto, M. A

Dr. Danny Susanto, M. A

Fakultas Ilmu Budaya - UniversitasIndonesia

Depok,Desember 2017




Abstrak


Paris, ibu kotaPrancis mempunyai reputasi sebagai kota terindah serta romantis pada dunia, penuhdengan asosiasi sejarah, serta sangat terkenal dalam budaya, seni, fashion,kuliner serta desain. Berlabel kota yang bermandikan cahaya (la Ville Lumière)serta sentra kota Fashion, memiliki poly ikon menarik, seperti situs wisata yangpaling poly dikunjungi pada global Menara Eiffel, Museum Louvre, KatedralNotre-Dame Arc de Triomphe berakibat Paris sangat populer menjadi tujuanwisata di global dimana kurang lebih 45 juta wisatawan tiba setiap tahunnya.
Paris dengansungai Seine telah mengilhami sejumlah penulis akbar serta penyair menurut seluruhdunia misalnya Voltaire, Victor Hugo, Baudelaire, Hemingway yang sudah mendapatkansumber inspirasi mereka di Paris. Kota ini telah menaklukkan hati para penyair tersebutdan banyak karya sastra mengenai kota ini serta Sungai Seine telah tercipta. Penyair-penyairtersebut termasuk Louis Aragon (1897-1982) (Paris), Maurice Careme (1899-1978)(menara Eiffel / la tour Eiffel), Gérard de NERVAL (1808-1855) (Notre Dame de Paris / NotreDame of Paris), André Laude (1936-1995) (Parisscope), Jacques Charpentreau(1926-2016) (L'embouteillage / kemacetan lalu lintas) serta mengilhami GuillaumeApollinaire (1880-1918) (jembatan Mirabeau / Le pont Mirabeau). Beberapapuisi memuliakan keindahan serta daya tarik kota termasuk monumen penting, sementarapenyair lain menyesalkan stagnasi kemudian lintas serta polusi yg menyelimutikota. Salah satu puisi menceritakan akhir romansa yang nir senang . Citraterdiri berdasarkan tiga elemen (Seine, ketika dan cinta) yang memiliki kecenderungan: berlalu.puisi-puisi tersebut  secara paradoksterhubung dengan Jembatan Mirabeau, yg menunjukan kestabilan.



Parisdan Sungai Seine pada Puisi Prancis


Paris ibukotaPrancis, merupakan galat satu aglomerasi terbesar pada Eropa menggunakan populasi dua,2juta yg tinggal pada daerah sentra dan 12 juta orang tinggal pada kurang lebih wilayahmetropolitan. Terletak pada bagian utara Perancis serta pada tepi Sungai Seine, Parismemiliki reputasi sebagai kota terindah dan romantis pada dunia, penuh denganasosiasi sejarah, serta sangat terkenal pada bidang budaya, seni, mode, makanandan desain. Berlabel kota yang bermandikan cahaya (la Ville Lumière) serta sentra kotaFashion, Paris mempunyai perancang fashion serta kosmetik terbaik dan termewah didunia, seperti L'Oréal, Lancôme, Yves Saint-Laurent, Guerlain Chanel, Clarins,Dior, dll. Sebagian akbar kota, termasuk Sungai Seine, merupakan Situs WarisanDunia UNESCO. Kota ini adalah basis sejumlah restoran Michelin terbesarkedua pada global serta memiliki banyak ikon populer, misalnya situs wisata yangpaling tak jarang dikunjungi di dunia Menara Eiffel, Museum Louvre, KatedralNotre-Dame Arc de Triomphe, Moulin Rouge, dan Lido, menjadikannya tujuan wisatapaling populer di dunia di mana lebih kurang 45 juta wisatawan tiba setiaptahunnya.
Melintasi Parisdi sepanjang sungai Seine dengan mencicipi seribu petualangan di sungai, tepiansungai, jembatan dan pulau, siang dan malam, tepi kiri atau kanan sungai.dengan bahtera, berjalan kaki, bersepeda, bersantai-santai, berjalan kaki, ataubersantap, menari dan tentu saja berbelanja!
Beberapa tempatwisata sepanjang sisi sungai Seine meliputi: Pelabuhan Arsenal, PiscineJoséphine Baker, Jardin Tino-Rossi, penjual kitab yg khas di tepi SungaiSeine, Dari Jembatan Royal  hinggaJembatan Sully, Lapangan Vert-Galant, jembatan Paris Tiga puluh tujuh jembatanParis memperlihatkan panorama panorama kota yg terlihat berdasarkan sungai, Museum Orsay

Paris:pada jejak para penulis besar
Paris menggunakan SungaiSeine sudah mengilhami sejumlah besar penulis dan penyair menurut seluruh dunia.berkat Académie Française, Comédie Française dan Grande Sorbonne, Paris telahmenjadi ibu kota sastra Prancis serta bersinar di semua Eropa. Penulis danpenyair legendaris seperti. Voltaire, Victor Hugo, Baudelaire, Hemingway telahmenemukan asal inspirasi mereka pada Paris. Kota yg latif serta romantis initelah menaklukkan hati para penyair ini dan banyak karya sastra mengenai kotaini sudah diciptakan.

"Geliat Paris, menjaga jiwamu," begitu kata Victor Hugo. Banyak loka di Paris yang menjadi titikpertemuan para penulis saling bertemu satu sama lainuntuk saling membuatkan dan menulis.
 Latin Quarter di Paris, masih ada Quai Lanzun, di 17 Quaid'Anjou, tempat yg menampung "klub perokok ganja" di mana penyairtermasuk Balzac atau Baudelaire tak jarang menghabiskan waktu senggang mereka.

Di arondisemen ke-6, terdapat Café Procope (13Ancienne Comedie street) kafe tertua pada Paris tempat Franklin dan Voltaire sebagai pengunjung setia. Di Café de Flore atau Au deux magots(di Saint Germain des Pres, pada seberang gereja) tempat gagasan filosofis serta subversif Sartre, Beauvoir, Camus, Vian serta Prévertlahir. Albert Camus pernah tinggal sementara waktu di HotelMadison, 143 Boulevard Saint Germain.

Montparnasse, di Closerie des Lilas, tak jarang dikunjungi sang Hemingway yangmenulis "The sun also rises" selama enam minggu. Bagi penulis Amerika ini, "Parisadalah sebuah pesta!"
Masyarakat yg ingin memberikanpenghargaan kepada beberapa penulis terbesar, dapat mengunjungi pemakamanMontparnasse pada mana jasad Sartre, Beckett,Huysmans, Baudelaire serta Maupassant dimakamkan.

Paris serta sungai Seine dalam puisi


Berikut adalah beberapa puisi paling populer mengenai Paris yangditulis oleh beberapa penyair yang luar biasa: Kitamemulai dengan Leouis Aragon (1897-1982) surealis, yang menulis puisi"Paris" dalam usia 47. Ditulis denganseksama dalamquintain, penyair tadi mengagungkan kota Paris pada baris pertama padastanza pertama serta menggambarkannya menjadi kota dimana segala hal dalam keadaan baik-baik saja meski dalam masa-masa sulit.

Où fait-il bon même au coeur de l'orage
Où fait-il clair même au coeur dela nuit
(Dimanapun rasa nyaman bahkan pada jantung badai
Dimanapunterasa jelas bahkan di jantung malam.)



Terlepas daripenderitaan dan penghinaan dan terlepas berdasarkan perang dan penghancuran akibatpendudukan Jerman, Paris permanen teguh:

« carreaux cassés l’espoir encore y luit « (Ubin yg pecah berharap masihbersinar di sana)

Kekuatan Parisselanjutnya diungkapkan dalam bait ketiga:

Rien n'a l'éclat de Paris dans la poudre
Rien n'est si pur que anak depan d'insurgé
Rien n'est ni fort ni le feu ni la foudre
Que mon Paris défiant les bahaya
Rien n'est si beau que ce Paris que j'ai.

(Tak terdapat kecemerlangan Paris pada bubuk itu
Tak ada yang begitu murni misalnya barisan pemberontaknya
Tak ada yang kuat baik barah juga petir
Mungkinkah Paris ku  menentang bahaya
Tidak ada yg seindah aku alami di Paris ini.)

Berbagikekaguman Aragon mengenai kota Paris, Maurice Careme (1899-1978) seorangpenyair asal Belgia jua menaruh penghormatannya pada kota ini melaluipuisinya: la tur Eiffel (menara Eiffel), memfokuskan pada monumen kota yangpaling terkenal, menara Eiffel yg dibangun sang Gustave Eiffel dalamkesempatan Pameran Universal Paris tahun 1889. Monumen ini telah menjadi simbolibukota Prancis, dan salah satu lokasi wisata primer. Melalui puisinya, "latour Eiffel" (menara Eiffel), ditulis pada satu stanza tunggal dengan 18 baris,Careme menggunakan metafora buat mendeskripsikan menara serta membandingkannyadengan jerapah di baris pertama.

Mais oui, je suis une girafe,
M'a raconté la tour Eiffel,
Et si ma tête est dans le ciel,
C'est menuangkan mieux brouter les nuages,

(Ya, aku jerapah,
Menara Eiffel mengatakannya kepada ku,
Dan bila kepalaku ada di langit,
Lebih baik merumput pada awan),
Careme juga mengangkat beragam aspek yg ditawarkan sang kota Paris danmereka yg berkunjung ke Paris selalu mempunyai beberapa hal yang perludilakukan, beberapa hal buat dikagumi, beberapa hal buat dinikmati. Sungai Seinejuga muncul pada puisi ini:
Mais j'ai quatre pieds bien assis
Dans une courbe de la Seine.
Di ne s'ennuie pas à Paris:

(Tapi saya mempunyai empat kaki yg kokoh
Di lekuknya Sungai Seine.
Kami nir bosan pada Paris.)

Pemujaanterhadap kelebihan monumen Paris pula digambarkan oleh Gérard deNERVAL(1808-1855) pada puisinya "Notre Dame de Paris" yang menunjukkankatedral gothik Prancis, Notre Dame di Paris), dibangun pada tahun 1345.disusun pada sektet ganda, puisi tadi sebuah penghormatan terhadap monumentersebut buat daya tariknya yg bertenaga yang dapat diamati di baris pertama dankedua berdasarkan stanza ke 2:
Bien des hommes, tous les membayar de la terre
Viendront, tuangkan contempler cette ruine austère,

(Banyak orang dari aneka macam negara pada muka bumi
Akan datang, buat merenungkan kehancuran yg dahsyat,)

Namun, penyairini membicarakan kegelisahannya bahwa monumen ini nir bertahan terhadapujian ketika pada baris: 2, tiga, 4, 5:
Mais, dans quelque mille ans, le Temps fera broncher
Comme un loup fait un bœuf, cette carcasse lourde,
Tordra ses nerfs de fer, et puis d'une dent sourde
Rongera tristement ses vieux os de rocher!

(Tapi dalam seribu tahun, Waktu akan bergemuruh
Seperti serigala sebagai seekor lembu, bangkai yg beratini,
Akan memelintir saraf bajanya dan lalu dengan gigikusam
Akan mengkonsumsi tulang-tulang batunya yang renta!)

Di sisi lain,dalam puisi "Pariscope", sebuah puisi yg disusun oleh penyair AndréLaude (1936-1995), menggunakan satu stanza yang cukup panjang berisi 23 baris,menentang 2 aspek ibukota. Pertama, (pada baris 1 dan dua) dia berbicaratentang monumen-monumen akbar dan lalu melanjutkan (baris tiga) dengan senanghati orang-orang Paris berjalan di kota yg latif itu:

C'est la parade des grandands monuments
Tour Eiffel Notre-Dame
La foule va et vient baguenaude des Champs-Elysées à laDéfense,

(Ini lah parade monumen besar
Menara Eiffel Notre-Dame
Kerumunan tiba dan pergi menurut Champs-Elysees ke laDefense)

Tapi puisi itu tiba-tibamengecam kehadiran kendaraan beroda empat dan polusi yg dihasilkannya (baris 7, 8, 9,10, 11,12, 13):

Dansles voitures il y a des gens qui habitent
dansde grandes wisata le long des grands boulevards
dansebagainya
etpuis vont flarier le usang des quais
tuangkanoublier les fumées des usines
quipolluent la Seine
ettuent les légumes dans les jardins de banlieue.

(Didalam kendaraan beroda empat terdapat orang yang tinggal
dimenara akbar sepanjang jalan-jalan besar
danyang yg membeli seribu barang di toserba
dankemudian pergi berjalan-jalan pada dermaga
untukmelupakan asap pabrik
yangmencemari Sungai Seine
danmematikan sayuran di kebun yg terdapat disekitarnya)

Penyairtersebut jua melakukan protes terhadap rakyat konsumen, menentangberhala-berhala palsu masa sekarang, menentang dewi Mesir Karomama (baris 16 sampai21):
Lemétro conduit aux musées
onderrière les vitrines lumineuses
lareine Karomama asam avec ses lèvres orientales
etdes jeunes mengisi rêveuses
vontacheter à la FNAC un album plein de photographies
dedieux et d'idoles qu'elles contemplent avec des yeux tristes

(Subwaymengarah ke museum
tempatdi balik cahaya pertunjukan
RatuKaromama tersenyum dengan bibir orientalnya
dangadis-gadis yg termenung
akanmembeli di FNAC album yg penuh dengan foto
dewadan berhala mereka renungi menggunakan mata suram)

Sisi kota Parisyang tidak menyenangkan ini juga dikemukakan dalam puisi L'embouteillage(stagnasi kemudian lintas), yg juga memiliki satu stanza tunggal menggunakan 22 barisolehJacques Charpentreau (1926-2016) yg dia sesalkan tetang lalu lintas padatyang diderita kota Paris:
Lesvoitures stoppent.
Blanches,grises, vertes, bleues,
Penyesalanà la queue leu leu,
Jaunes,rouges, beiges, noires,
Tortuestêtues Tintamarre!
Karkasdan vos carapaces
Regardez-moibien: je passe!
Thecars stop.

(Putih,abu-abu, hijau, biru,
Kura-kuraberiringan satu demi satu,
Kuning,merah, krem, hitam,
Kura-kurabising yg keras ketua!
Tetahandi cangkangmu
Lihatlahaku: saya lewat!)

Dan akhirnya,sungai Seine di Paris mengilhami Guillaume Apollinaire (1880-1918) untukmenulis puisi terkenalnya Le pont Mirabeau (jembatan Mirabeau) yg mengacupada keliru satu jembatan pada kota tadi. Puisi itu memiliki 4 quatrain serta 4 kuplet.ditulis sehabis perpisahannya menggunakan pelukis, Marie Laurencin, oleh penyairmenceritakan kisah cintanya yg berakhir menggunakan menyedihkan.
Le Pont Mirabeau

Sous le pont Mirabeau coule la Seine
Et nos amours
Faut-il qu'il m'en souvienne
La joie venait toujours après la peine
Vienne la nuit sonne l'heure
Les jours s'en vont je demeure
Les mains dans les mains restons face à face
Tandis que sous
Le pont de nos bras passe
Des éternels regards l'onde si lasse
Vienne la nuit sonne l'heure
Les jours s'en vont je demeure
L'amour s'en va comme cette eau courante
L'amour s'en va
Comme la vie est lente
Et comme l'Espérance est violente
Vienne la nuit sonne l'heure
Les jours s'en vont je demeure
Passent les jours et passent les semaines
Ni temps passé
Ni les amours reviennent
Sous le pont Mirabeau coule la Seine
Vienne la nuit sonne l'heure
Les jours s'en vont je demeure

JembatanMirabeau


Di bawahJembatan Mirabeau mengalir Sungai Seine
dengan semuacinta kami,
yang wajib sayaingat,
sukacitaselamanya mengiringi rasa sakit.

Malam membunyikansuara jam, hari berngganti, aku tetap sama.


Bergandengantangan ayo kita saling berhadapan
sementara dibawah
jembatan lengankami berlalu
mata kami yangterkunci saat pada gelombang rasa malas.

Malam membunyikansuara jam, hari berlalu, aku tetap sama.

Dan cintamengalir seperti air ini mengalir,
cinta mengalir,
tentu sebagaikehidupan menyeret,
Tentu sebagaikekuatan asa.

Malam membunyikansuara jam, hari berlalu, aku tetap sama.

Hari-hari bergantimenjadi minggu yg berlalu.
Tidak hanyawaktu yg berlalu
atau cintaku yangkembali
Di bawahjembatan Mirabeau mengalir Sungai Seine.
Malam membunyikansuara jam, hari berlalu, aku tetap sama.
Meskipun gambaran yg dipakai Apollinaire pada"jembatan Mirabeau" mungkin tampak sederhana, namun gambaran-gambarantersebut diperbarui sang penyair. Yang satu ini memecahkan struktur klasikperbandingan, umumnya terdiri berdasarkan yg dibandingkan serta pembanding. Di sini, citraterdiri dari 3 elemen (Sungai Seine, saat dan cinta) yg memilikikesamaan: berlalu. Elemen-elemen tadi secara lawan asas terhubung denganJembatan Mirabeau, yang mendeskripsikan stabilitas. Masing-masing elemen ini padasaat bersamaan sebagai pembanding dan yg dibandingkan pada antara keduanya:penyair membangun perbandingan berkecimpung serta tidak tetap, menurut tigakomponennya.
Apollinairemenawarkan kita "The Mirabeau Bridge" sebuah puisi terbaru yang kokoh,terlepas menurut penampilannya. Apollinaire merogoh tema serta termasuk puisi tradisionaluntuk peluncuran yang lebih baik terhadap gambaran terbalik menggunakan memperbaruinya.penyair demikian setia dalam pendekatan avant garde pada awal abad ini yangmenginginkan pemecahan puitis.




Kesimpulan


Paris serta SungaiSeine selalu menjadi sentra daya tarik pengunjung yg tiba menurut seluruhdunia.demikian juga, Paris dan Sungai Seine pula sebagai sumberinspirasi karya sastra termasuk puisi.banyak penyair,baik Prancis maupun non Prancis sudah menulis puisi legendaris serta menakjubkantentang Paris serta Sungai Seine.kebanyakan memuja keindahan kotatermasuk monumen dan keanekaragamannya. Akan namun sebagian menyesalkan sisinegatifnya termasuk kemudian lintas, polusi dan konsumerisme rakyatnya.sungaiSeine secara spesifik telah mengilhami Apolines untuk menceritakan perpisahannyadengan kekasihnya pada salah satu karya besarnya, le pont Mirabeau (jembatanMirabeau) menampilkan pemisahan ganda: pemisahan cinta dan pemisahan puitisyang menunjukan bahwa beliau adalah salah satu pelopor puisi avant-garde di masanya.



Referensi
Bancquart M-C. (1996) La poésie française du surréalismeà nos jours, Paris: Ellipses..
Delaveau P. (1988) La poésie française au tournant des années quatre-vingt.paris: Corti.
Gleize J-M. (1992) A noir : poésie et littéralité : essai, Paris: Seuil.
Lepape P. (2003) Le Pays de la littérature, Paris: Seuil.
Maulpoix J-M. (2009) Du lyrisme, Paris: J. Corti.
Orizet J. (1988) Anthologie de la poésie française : les poètes et les oeuvres,les mouvements et les écoles. Paris: Larousse, 639.
Pinson J-C. (1995) Habiter en poète : essai sur la poésie contemporaine,Seyssel: Champ Vallon.
Reynaud-Paligot C. (2001) Parcours politique des surréalistes: 1919-1969:JSTOR.
Sapiro G. (2010) L'autonomie de la littérature en question. In: Martin J-P (ed)Bourdieu et la littérature. Nantes: Cécile Defaut, 45-61.
Speller JRW. (2011) Bourdieu and literature: Open Book Publishers.
Vercier B and Viart D. (2005) La littérature française au présent, Paris:Bordas.



* Makalah ini dipersembahkan dalam Seminar InternasionalSastra Indonesia, Banjarmasin, 6 s.D. 9 Desember 2017.

MAKALAH SASTRA : PARIS DAN SUNGAI SEINE DALAM PUISI PRANCIS OLEH Dr. DANNY SUSANTO,M.A (Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Indonesia)..Terjemahan Dalam Bahasa Inggris lihat serta Baca Selengkapnya di sini!!