SENTRA PRODUKSI AGROINDUSTRI SERTA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN AGROINDUSTRI PISANG DI PROVINSI JAWA TIMUR

Sentra Produksi, Agroindustri serta Kebijakan Pengembangan Komoditas serta Agroindustri Pisang di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data Dinas Pertanian, flora pisang  ditemukan pada 37 kabupaten di Jawa Timur menggunakan jenis sangat beragam mencakup pisang yg dikonsumsi segar juga yg bisa diolah.  Beberapa kabupaten yang adalah penghasil pisang terbesar adalah Bojonegoro, Jember, Malang, Pasuruan, Lumajang serta Banyuwangi.  Kabupaten Lumajang termasuk salah satu berdasarkan lima kabupaten/kota sentra produksi pisang pada Jawa Timur.  Kabupaten Lumajang memproduksi beberapa jenis pisang yg sebagai unggulan, yaitu : 
  1. Pisang Mas Kirana adalah pisang segar unggulan yg sudah dipasarkan secara meluas menggunakan sistem kemitraan; dan 
  2. Pisang Agung yg khas buat industri pengolahan pisang sebagai keripik.
Kebijakan pembangunan pertanian pada Provinsi Jawa Timur bertujuan: 
  1. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yg berbasis dalam kemampuan produksi, keragaman sumberdaya bahan pangan, serta kelembagaan serta budaya lokal; dan 
  2. Mengembangkan agribisnis yg berorientasi global menggunakan menciptakan keunggulan kompetitif produk-produk wilayah berdasarkan kompetensi serta keunggulan komparatif sumberdaya alam serta sumberdaya manusia.  


Kebijakan ini diharapkan  sanggup menaikkan donasi pertanian  Jawa Timur terhadap perekonomian nasional. 

Khusus untuk  agroindustri, yg menerima prioritas pengembangan adalah : 
  1. Industri pengolahan serta pengalengan ikan; 
  2. Industri Pengolahan kayu; 
  3. Industri pengolahan coklat; 
  4. Industri pengolahan buah-buahan;
  5. Industri pengolahan kelapa; 
  6. Industri pengolahan tembakau serta 
  7. Industri mesin serta alat-alat pengolahan komoditas agro. 


Strategi pokok pengembangan diarahkan dalam peningkatan dayasaing melalui peningkatan nilai tambah, produktivitas, efisiensi serta pendalaman struktur.  Strategi operasional pengembangan dilaksanakan secara perlahan serta diarahkan pada pengembangan lingkungan yang kondusif dengan pendekatan kluster serta penyebaran industri hingga ke daerah terpencil serta kepulauan yang ada di Jawa Timur.  

Industri pengolahan pisang umumnya  masuk dalam kelompok industri kecil serta rumah tangga. Komoditas ini bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan yang layak diperdagangkan seperti kripik pisang, pisang sale, pisang molen, ledre, tepung pisang, serta pasta.  Lokasi Industri ini menyebar di beberapa daerah antara lain: kripik pisang banyak dihasilkan di Lumajang,  Blitar, Kediri, Banyuwangi, serta Malang;  pisang sale banyak diproduksi di Pacitan, Banyuwangi serta Kediri;  pisang molen diproduksi di Banyuwangi; ledre serta tepung pisang banyak di produksi di  Bojonegoro, sementara pasta pisang banyak di produksi di Mojokerto.

Di Kabupaten Lumajang terdapat tiga sentra industri kecil keripik.  yakni Kecamatan Klakah, Senduro, serta Pasrujambe.  Pengembangan agroindustri kripik pisang di Lumajang menggunakan bahan baku pisang Agung serta Embuk yang mempunyai kekhasan dalam ukuran, warna serta rasa.   Secara intensif reguler Dinas Pertanian serta Dinas Perindustrian serta Perdagangan melakukan pembinaan terhadap petani maupun pengusaha pengolahan terkait teknik budidaya, manejemen usahatani serta usaha, kemampuan/ketrampilan pengolahan serta bantuan teknologi yang diharapkan berfungsi sebagai stimulasi pengembangan usaha serta menejemen pemasaran.  Hingga kini pemasaran masih merupakan kendala utama.  Salah satu cara yang dinilai cukup efektif melalui pameran-pameran serta pasar lelang. 


Mata Rantai serta Nilai Tambah Agroindustri Pisang

Rantai nilai agroindustri pisang relatif sama dengan komoditas kopi, terdiri atas : penyediaan baku,  proses pengolahan, serta jaringan usaha.

Penyediaan Bahan Baku

Pemasok bahan baku agroindustri pisang yaitu petani serta pedagang pisang.  Peran penyedia teknologi (pemerintah) berupa peralatan pengupasan, pemotongan pisang,  serta penggorengan beserta seluruh penyedia jasa dalam proses pengadaan bahan di industri hulu bersifat mendukung serta penting.

Sampai saat ini, komoditas pisang belum merupakan usaha pokok petani, budidaya belum intensif, lokasi terpencar-pencar.  Petani bisa menjual langsung pada pengolah atau melalui pedagang pengumpul. Pisang yang sudah matang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.  Namun sebagian petani masih menjual pisang yang belum matang serta menjual ke pedagang pengumpul desa. Pedagang desa menjual pisang dengan sistim borongan serta kualitas yang beragam. Ke depan, apabila ada kemitraan antara pengolah dengan kelompok tani pisang, kualitas pisang akan terpenuhi serta petani akan efisien dalam memasarkan.  Nilai tambah penjualan pisang dengan kematangan optimum serta langsung ke pengolah adalah memperoleh harga yang lebih tinggi serta meningkatkan pengetahuan tentang kualitas pisang yang didasarkan pada tingkat kematangan pisang.

Proses Pengolahan

Proses pengolahan keripik pisang meliputi pengupasan, perajangan, pencucian/perendaman, pemberian pemanis serta pewarna (tidak dilakukan oleh semua pengolah), penggorengan serta pemberian rasa. Ada tiga jenis pengolahan yang ditemui di lokasi yaitu : 
  1. Pengolahan di taraf pabrik dengan melakukan semua proses pengolahan seperti tersebut pada atas; 
  2. Pengolahan di tingkat rumah tangga yang bergabung dalam kelompok usaha, serta bermitra dengan pabrik. Pengolahan yang dilakukan di tingkat rumah tangga hanya sampai penggorengan; 
  3. Pengolahan di taraf rumah tangga, yg melakukan semua proses pengolahan misalnya tersebut pada atas. 


Kualitas keripik pisang sangat ditentukan tingkat kematangan pisang, ada tidaknya tambahan pemanis serta atau pewarna, serta kualitas minyak goreng.

Nilai tambah secara kuantitatif pada proses pengolahan adalah besaran laba yang diterima pengusaha pada skala usaha perusahaannya, sekitar Rp 6 600 per 1 kg keripik pisang.  Beberapa nilai tambah yang tidak dapat dihitung secara numerik  meliputi peluang kerja yang terbuka dengan adanya agroindustri (terhitung sebagai  keuntungan ekonomi serta sosial  lingkungan) , peningkatan ketrampilan pekerja serta pengusaha sendiri, jaringan usaha serta akses pada beragam pendidikan,teknologi serta peluang pasar yang terakumulasi menjadi suatu investasi berharga di tingkat individu maupun daerah.

Jaringan Usaha Agroindustri dari Sisi Pemasok Bahan Baku serta Pemasaran Produk

Kesinambungan industri utama kripik pisang sangat ditentukan oleh industri hulu (pemasok bahan baku) serta industri hilir (sisi pemasaran produk).  Fungsi utama pemasok bahan baku melangsungkan kesinambungan industri utama dalam berproduksi.  Setidaknya ada empat jalur yang dilakukan pengusaha keripik dalam perolehan bahan baku yakni : 
  1. Membeli pribadi menurut petani; 
  2. Membeli eksklusif pada pasar pisang  Senduro; 
  3. Membeli melalui pedagang pengumpul desa; serta 
  4. Membeli melalui pedagang pengumpul kecamatan. 
Permasalahan lain yg dirasakan pengusaha keripik pada saat harga pisang meningkat yaitu kualitas pisang menurun.  Menghadapi situasi ini pengusaha berusaha  membangun jaringan dengan pihak pemasok.  Tetapi nir ditemukan pola kemitraan pengusaha industri menggunakan pemasok.  Sebagian akbar pengusaha membangun jaringan menggunakan sistem berlangganan permanen ke pedagang.  Tujuan utamanya lebih kepada menjaga kecukupan ketersediaan bahan standar.  Bagi pemasok, jaringan ini penting bagi kelancaran usahanya menggunakan adanya penampung pisang dalam jumlah yang besar . 

Teritorial pembelian bahan baku oleh pengusaha yang bermukim di luar sentra produksi relatif lebih luas, namun tidak sampai keluar kabupaten .  Jaringan dibangun lebih banyak dengan pedagang pengumpul atau pihak yang punya akses luas serta cepat dengan pasar pisang.   Meski tidak ada perjanjian tertulis mengenai keterjaminan harga namun kepastian pembelian selama spesifikasi kualitas memenuhi syarat, sudah mengarah pada hubungan semi kemitraan. 

Ada perusahaan pengolahan yang membangun jaringan dengan kelompok KUWAM (Kelompok Usaha Wanita).  Perusahaan memberikan jaminan menampung produksi setengah jadi serta melakukan pengolahan lanjutan, pengemasan serta penjualan.  Sementara kelompok memberikan jaminan ketersediaan bahan setengah jadi dalam jumlah volume serta kualitas yang disepakati.  Hubungan ini lebih mendekati hubungan kemitraan usaha.

Pada sisi pemasaran, pengusaha membangun jaringan usaha dengan warung pengecer, agen di dalam maupun di luar daerah serta menjual langsung pada konsumen.  Sistem pembayaran yang diterapkan dengan sistem bayar langsung serta tunai, bayar tunda serta tunai, konsinyasi serta titip jual bagi pengusaha.

Pengusaha juga membangun jaringan dengan lembaga keuangan serta Dinas Perindagkop. Lembaga keuangan membantu menyediakan permodalan dalam bentuk pinjaman lunak, sedangkan Dinas Perindagkop membantu promosi melalui pameran, pasar lelang, menelusuri pasar serta memediasi pengusaha dengan pembeli.  Pada kasus pengusaha besar disinyalir sudah ada yang melakukan ekspor dengan sebutan asal kota lain (Jakarta)  Dalam jangka panjang, hubungan ini diharapkan bisa membuka jalan untuk perluasan pasar hingga ke tingkat ekspor.

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG AGUNG

Analisis Usaha serta Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Pisang Agung
Pengembangan agroindustri adalah keliru satu upaya buat menaikkan nilai tambah produk primer komoditas pertanian yg sekaligus dapat membarui sistem pertanian tradisional sebagai lebih maju (BPTP,2003). Kabupaten Lumajang memiliki potensi yang besar buat dikembangkan agibisnis keripik pisang agung mengingat pada kabupaten ini sebagai pusat tanaman pisang, dari  data menurut Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kabupaten Lumajang.

Kelebihan Pisang agung menurut produk hortikultura lainnya yang terdapat di kabupaten Lumajang adalah selain adalah varietas orisinil Lumajang, pisang agung termasuk galat satu produk hortikultura yg paling banyak diperdagangkan dan termasuk komoditi “mewah” (luxury) dibandingkan dengan komoditi yang lain seperti nangka dan umbi-umbian. Kegunaam primer berdasarkan pisang agung adalah menjadi makanan ringan (snack) dan juga mampu sebagai campuran dalam industri tepung atau industri roti (baking industri).

Pengembangan agroindustri kripik pisang agung di Kabupaten Lumajang masih dihadapkan dalam beberapa kendala misalnya kapital yg masih terbatas, tingginya porto produksi, serta pemasaran yg masih terbatas di daerah kabupaten Lumajang serta teknologi yg digunakan masih tradisional. Hal itu mengakibatkan kuantitas produksi dan kontinyuitas produksi kripik pisang agung masih rendah sehingga keuntungan yang diperoleh belum optimal. Dengan melihat fenomena yg ada dimana agroindustri kripik pisang agung di Kabupaten Lumajang masih belum optimal maka perlu diadakan penelitian buat mngkaji sejauh mana efisiensi usaha dan taraf laba serta tentang prospek pembangunan agroindustri kripik pisang dengan kendala kendala yg terdapat dalam menjaga keuntungan, pertumbuhan serta kelangsungan bisnis melalui taktik yg tepat.

Berdasarkan Uraian diatas, tujuan berdasarkan penelitian ini merupakan Tujuan penelitian ini merupakan:(1) Menganalisis besarnya nilai tambah berdasarkan agroindusrti keripik pisang agung, (dua) Menganalisis tingkat laba serta efisiensi usaha berdasarkan agroindustri kripik pisang agung, (tiga) merumuskan taktik pengembangan pada upaya untuk pengembangan agroindustri kripik pisang agung.

Kegunaan peneltian ini adalah menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pengusaha keripik pisang agung dalam mengembangkan usahanyadan menjadi bahan liputan bagi penelitian selanjutnya yg berkaitan menggunakan analisis usaha serta taktik pengembangan agroindustri keripik pisang.

Kerangka Pemikiran

Agroindutri kripik pisang agung adalah industri yg memasak buah dari pisang agung menjadi kripik pisang agung. Pengolahan tadi bisa dilakukan lantaran adanya potensi yg dimiliki sang komoditi pisang agung, dimana komoditi tadi bisa dimanfaatkan menjadi produk olahan seperti kudapan manis basah, sale pisang, dan kripik pisang.

Melihat berdasarkan potensi pisang yang ada, salah satu upaya dalam memberikannilai tambah, penerimaan dankeuntungan terhadap komoditi pisang merupakan melalui industrialisasi berbasis pertanian (agroindustri) dengan memanfaatkan teknologi serta kekuatan asal daya alam dan asal daya insan. Dengan pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus membangun pemerataan pembangunan (Hidayat, 2007). Banyak jenis makanan olahan berbahan baku pisang yg bisa kita jumpai, seperti sale pisang, keripik pisang, serta lain sebagainya. Salah satu makanan olahan berbahan standar pisang yg dapat kita jumpai pada Kabupaten Lumajang merupakan keripik pisang agung dimana poly masih ada agroindustri keripik pisang agung disana.

Agroindustri keripik pisang agung yg terdapat adalah agroindustri skala mini yg memiliki nilai tambah, hal ini sanggup dilihat menurut perbandingan  harga jual pisang agung tanpa olahan dengan pisang agung yg telah diolah menjadi keripik. Selain itu menjual pisang agung tanpa olahan diniliai belum efektif. Selain itu karakteriktik butir pisang yang nir mempunyai daya simpan yang lama . Nilai tambah tergantung dalam teknologi yg dipakai dalam proses pengolahan dan perlakuan produk tadi. Produk yg memberikan nilai tambah tinggi memberikan pengertian bahwa produk tersebut layak dikembangkan serta memberikan laba. Dimana laba adalah selisish antara penerimaan total dengan biaya yang dipakai buat mendapatkan keuntungan bisnis yang diinginkan. Selanjutnya, efisiensi usaha pengolahan keripik pisang bisa diukur menggunakan analisis R/C ratio. Pada R/C ratio = 1 bisa diartikan bahwa perusahaan tidak buat serta nir rugi atau menggunakan kata lain impas. R/C > 1 bisa dikatakan bahwa perusahaan telah efisien serta menguntungkan buat dikembangkan.

Namun tampaknya permintaan yg tinggi terhadap produk olahan, nir hanya direspon sang satu agroindustri saja, akan namun juga oleh pihak lain yang ingin menerima keuntungan dari proses pengolahan output pertanian sebagai akibatnya munculah banyak sekali agroindustri. Dengan makin banyaknya keberadaan agroindustri akan menyebabkan terjadinya persaingan pasar baik antar agroindustri homogen maupun agroindustri lain yang mana mereka berusaha menarik perhatian konsumen. Perusahaan tidak dapat bertahan hayati tanpa disertai menggunakan kerja keras supaya dapat berhasil di pasar. Dikarenakan saat ini konsumen/pembeli menghadapi poly pilihan dalam usaha memuaskan kebutuhan mereka, sehingga mereka mencari mutu yg terunggul dan biaya yang layak apabila melakukan pembelian produk.

Agar suatu agroindustri bisa permanen bertahan ditengah persaingan pasar yg makin ketat, maka diharapkan adanya taktik yg sempurna lantaran dengan adanya taktik bisa memberikan arah pada upaya pengembangan perusahaan. Strategi dapat dipakai menjadi indera/cara dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai secara aporisma. Dalam upaya pengembangan agroindustri perlu dilakukan analisis terhadap lingkungan perusahaan yang meliputi lingkungan internal dan eksternal perusahaan.selanjutnya berdasar analisis SWOT dapat ditentukan strategi yang tepat serta dibutuhkan bisa memperkuat posisi perusahaan sehingga kemajuan bisnis dapat tercapai. Berdasar uraian diatas maka bisa digambarkan menggunakan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Metode Penentuan Lokasi serta Penentuan Responden

Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten Lumajang. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive)lantaran Lumajang merupaka pusat komoditi pisang agung di Kabupaten Lumajang. Waktu penelitian dilaksanakan dalam bulan Maret  sampai April 2011. Penentuan responden dari penghasil digunakan metode random sampling. Sedangkan buat pengambilan responden yang asal berdasarkan konsumen dipakai metode “snow ball sampling”.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yg digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi secara langsung pada obyek penelitian. Pada penelitian ini memakai dua macam data, yaitu: (1). Data Primer. Untuk menerima data primer dalam penelitian ini, bisa dilakukan dengan melakukan observasi lapang dan wawancara eksklusif dengan pembuat serta konsumen menggunakan memakai daftar pertanyaan yg sudah disiapkan. (dua). Data Sekunder. Data sekunder pada penelitian ini dapat diperoleh berdasarkan literatur-literatur, Kantor Desa atau instansi yang terkait dalam hal ini Dinas Pertanian serta Perdagangan dan Badan Pusat Statistik,serta jurnal berdasarkan internet. Data sekunder yang didapat nantinya akan dipakai menjadi data pelengkap menurut data-data utama.

Metode Analisis Data

Metode Analisis data yg digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis nilai tambah menurut Hayami, analisis usaha dan efisiensi, serta analisis SWOT 

SENTRA PRODUKSI AGROINDUSTRI SERTA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN AGROINDUSTRI PISANG DI PROVINSI JAWA TIMUR

Sentra Produksi, Agroindustri dan Kebijakan Pengembangan Komoditas dan Agroindustri Pisang di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data Dinas Pertanian, tumbuhan pisang  ditemukan pada 37 kabupaten di Jawa Timur dengan jenis sangat beragam mencakup pisang yg dikonsumsi segar maupun yang mampu diolah.  Beberapa kabupaten yang adalah penghasil pisang terbesar merupakan Bojonegoro, Jember, Malang, Pasuruan, Lumajang dan Banyuwangi.  Kabupaten Lumajang termasuk salah satu dari lima kabupaten/kota sentra produksi pisang di Jawa Timur.  Kabupaten Lumajang menghasilkan beberapa jenis pisang yg menjadi unggulan, yaitu : 
  1. Pisang Mas Kirana merupakan pisang segar unggulan yg sudah dipasarkan secara meluas menggunakan sistem kemitraan; serta 
  2. Pisang Agung yg spesial buat industri pengolahan pisang menjadi keripik.
Kebijakan pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Timur bertujuan: 
  1. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yg berbasis pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya bahan pangan, dan kelembagaan serta budaya lokal; serta 
  2. Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membentuk keunggulan kompetitif produk-produk daerah menurut kompetensi dan keunggulan komparatif sumberdaya alam dan sumberdaya insan.  


Kebijakan ini dibutuhkan  bisa meningkatkan donasi pertanian  Jawa Timur terhadap perekonomian nasional. 

Khusus buat  agroindustri, yg mendapat prioritas pengembangan adalah : 
  1. Industri pengolahan serta pengalengan ikan; 
  2. Industri Pengolahan kayu; 
  3. Industri pengolahan coklat; 
  4. Industri pengolahan buah-buahan;
  5. Industri pengolahan kelapa; 
  6. Industri pengolahan tembakau serta 
  7. Industri mesin dan peralatan pengolahan komoditas agro. 


Strategi utama pengembangan diarahkan dalam peningkatan dayasaing melalui peningkatan nilai tambah, produktivitas, efisiensi dan pendalaman struktur.  Strategi operasional pengembangan dilaksanakan secara perlahan serta diarahkan dalam pengembangan lingkungan yg kondusif menggunakan pendekatan kluster dan penyebaran industri hingga ke daerah terpencil dan kepulauan yg terdapat di Jawa Timur.  

Industri pengolahan pisang umumnya  masuk dalam kelompok industri mini serta tempat tinggal tangga. Komoditas ini bisa diolah menjadi berbagai jenis kuliner yang layak diperdagangkan misalnya kripik pisang, pisang sale, pisang molen, ledre, tepung pisang, serta pasta.  Lokasi Industri ini menyebar pada beberapa daerah antara lain: kripik pisang banyak didapatkan pada Lumajang,  Blitar, Kediri, Banyuwangi, dan Malang;  pisang sale poly diproduksi di Pacitan, Banyuwangi dan Kediri;  pisang molen diproduksi di Banyuwangi; ledre dan tepung pisang banyak pada produksi di  Bojonegoro, ad interim pasta pisang poly di produksi pada Mojokerto.

Di Kabupaten Lumajang masih ada tiga pusat industri mini keripik.  yakni Kecamatan Klakah, Senduro, dan Pasrujambe.  Pengembangan agroindustri kripik pisang di Lumajang memakai bahan baku pisang Agung dan Embuk yg memiliki kekhasan dalam berukuran, rona dan rasa.   Secara intensif reguler Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian serta Perdagangan melakukan pelatihan terhadap petani juga pengusaha pengolahan terkait teknik budidaya, manejemen usahatani serta bisnis, kemampuan/ketrampilan pengolahan serta donasi teknologi yg dibutuhkan berfungsi menjadi stimulasi pengembangan usaha dan menejemen pemasaran.  Hingga sekarang pemasaran masih adalah kendala utama.  Salah satu cara yg dievaluasi cukup efektif melalui pameran-pameran serta pasar lelang. 


Mata Rantai serta Nilai Tambah Agroindustri Pisang

Rantai nilai agroindustri pisang nisbi sama menggunakan komoditas kopi, terdiri atas : penyediaan baku,  proses pengolahan, dan jaringan usaha.

Penyediaan Bahan Baku

Pemasok bahan baku agroindustri pisang yaitu petani dan pedagang pisang.  Peran penyedia teknologi (pemerintah) berupa alat-alat pengupasan, pemotongan pisang,  serta penggorengan beserta seluruh penyedia jasa pada proses pengadaan bahan pada industri hulu bersifat mendukung dan penting.

Sampai saat ini, komoditas pisang belum merupakan usaha utama petani, budidaya belum intensif, lokasi terpencar-pencar.  Petani bisa menjual pribadi pada pengolah atau melalui pedagang pengumpul. Pisang yang telah matang memiliki nilai jual yg lebih tinggi.  Namun sebagian petani masih menjual pisang yang belum matang dan menjual ke pedagang pengumpul desa. Pedagang desa menjual pisang menggunakan sistim borongan serta kualitas yang beragam. Ke depan, bila ada kemitraan antara pengolah dengan kelompok tani pisang, kualitas pisang akan terpenuhi dan petani akan efisien pada memasarkan.  Nilai tambah penjualan pisang dengan kematangan optimum dan eksklusif ke pengolah adalah memperoleh harga yg lebih tinggi dan menaikkan pengetahuan tentang kualitas pisang yg didasarkan pada taraf kematangan pisang.

Proses Pengolahan

Proses pengolahan keripik pisang mencakup pengupasan, perajangan, pembersihan/perendaman, anugerah pemanis dan pewarna (tidak dilakukan sang semua pengolah), penggorengan dan hadiah rasa. Ada 3 jenis pengolahan yang ditemui pada lokasi yaitu : 
  1. Pengolahan pada tingkat pabrik menggunakan melakukan semua proses pengolahan seperti tersebut pada atas; 
  2. Pengolahan pada taraf tempat tinggal tangga yang bergabung dalam gerombolan bisnis, serta bermitra menggunakan pabrik. Pengolahan yang dilakukan di tingkat tempat tinggal tangga hanya hingga penggorengan; 
  3. Pengolahan pada tingkat tempat tinggal tangga, yang melakukan semua proses pengolahan seperti tadi di atas. 


Kualitas keripik pisang sangat ditentukan tingkat kematangan pisang, terdapat tidaknya tambahan pemanis dan atau pewarna, serta kualitas minyak goreng.

Nilai tambah secara kuantitatif dalam proses pengolahan merupakan besaran laba yang diterima pengusaha dalam skala usaha perusahaannya, kurang lebih Rp 6 600 per 1 kg keripik pisang.  Beberapa nilai tambah yang nir bisa dihitung secara numerik  meliputi peluang kerja yg terbuka menggunakan adanya agroindustri (terhitung menjadi  laba ekonomi serta sosial  lingkungan) , peningkatan ketrampilan pekerja serta pengusaha sendiri, jaringan bisnis serta akses dalam beragam pendidikan,teknologi serta peluang pasar yang terakumulasi menjadi suatu investasi berharga pada taraf individu juga wilayah.

Jaringan Usaha Agroindustri dari Sisi Pemasok Bahan Baku serta Pemasaran Produk

Kesinambungan industri primer kripik pisang sangat dipengaruhi oleh industri hulu (pemasok bahan baku) dan industri hilir (sisi pemasaran produk).  Fungsi primer pemasok bahan standar melangsungkan kesinambungan industri utama pada berproduksi.  Setidaknya terdapat empat jalur yg dilakukan pengusaha keripik pada perolehan bahan baku yakni : 
  1. Membeli eksklusif berdasarkan petani; 
  2. Membeli pribadi pada pasar pisang  Senduro; 
  3. Membeli melalui pedagang pengumpul desa; serta 
  4. Membeli melalui pedagang pengumpul kecamatan. 
Permasalahan lain yang dirasakan pengusaha keripik pada ketika harga pisang semakin tinggi yaitu kualitas pisang menurun.  Menghadapi situasi ini pengusaha berusaha  membentuk jaringan menggunakan pihak pemasok.  Namun nir ditemukan pola kemitraan pengusaha industri menggunakan pemasok.  Sebagian akbar pengusaha membentuk jaringan menggunakan sistem berlangganan tetap ke pedagang.  Tujuan utamanya lebih pada menjaga kecukupan ketersediaan bahan baku.  Bagi pemasok, jaringan ini penting bagi kelancaran usahanya dengan adanya penampung pisang dalam jumlah yang akbar. 

Teritorial pembelian bahan baku sang pengusaha yg bermukim pada luar pusat produksi nisbi lebih luas, tetapi nir sampai keluar kabupaten .  Jaringan dibangun lebih poly dengan pedagang pengumpul atau pihak yg punya akses luas serta cepat menggunakan pasar pisang.   Meski tidak terdapat perjanjian tertulis mengenai keterjaminan harga tetapi kepastian pembelian selama spesifikasi kualitas memenuhi syarat, telah mengarah pada interaksi semi kemitraan. 

Ada perusahaan pengolahan yang membentuk jaringan dengan gerombolan KUWAM (Kelompok Usaha Wanita).  Perusahaan memberikan agunan menampung produksi setengah jadi dan melakukan pengolahan lanjutan, pengemasan dan penjualan.  Sementara grup menaruh jaminan ketersediaan bahan 1/2 jadi pada jumlah volume serta kualitas yg disepakati.  Hubungan ini lebih mendekati hubungan kemitraan usaha.

Pada sisi pemasaran, pengusaha membentuk jaringan usaha dengan warung pengecer, agen di pada maupun pada luar wilayah dan menjual pribadi pada konsumen.  Sistem pembayaran yang diterapkan dengan sistem bayar eksklusif serta tunai, bayar tunda dan tunai, konsinyasi serta titip jual bagi pengusaha.

Pengusaha jua membangun jaringan menggunakan lembaga keuangan serta Dinas Perindagkop. Lembaga keuangan membantu menyediakan permodalan dalam bentuk pinjaman lunak, sedangkan Dinas Perindagkop membantu promosi melalui pameran, pasar lelang, menelusuri pasar dan memediasi pengusaha menggunakan pembeli.  Pada masalah pengusaha besar disinyalir telah ada yang melakukan ekspor dengan sebutan dari kota lain (Jakarta)  Dalam jangka panjang, hubungan ini diperlukan mampu membuka jalan buat ekspansi pasar sampai ke taraf ekspor.

ANALISIS USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG AGUNG

Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Pisang Agung
Pengembangan agroindustri adalah keliru satu upaya buat menaikkan nilai tambah produk utama komoditas pertanian yg sekaligus bisa membarui sistem pertanian tradisional sebagai lebih maju (BPTP,2003). Kabupaten Lumajang mempunyai potensi yg besar buat dikembangkan agibisnis keripik pisang agung mengingat di kabupaten ini sebagai pusat tanaman pisang, berdasarkan  data menurut Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kabupaten Lumajang.

Kelebihan Pisang agung menurut produk hortikultura lainnya yang ada di kabupaten Lumajang adalah selain merupakan varietas orisinil Lumajang, pisang agung termasuk galat satu produk hortikultura yang paling banyak diperdagangkan serta termasuk komoditi “mewah” (luxury) dibandingkan dengan komoditi yang lain seperti nangka dan umbi-umbian. Kegunaam utama berdasarkan pisang agung adalah menjadi kudapan (snack) serta jua sanggup menjadi campuran dalam industri tepung atau industri roti (baking industri).

Pengembangan agroindustri kripik pisang agung pada Kabupaten Lumajang masih dihadapkan pada beberapa kendala misalnya kapital yg masih terbatas, tingginya porto produksi, dan pemasaran yang masih terbatas pada daerah kabupaten Lumajang dan teknologi yang digunakan masih tradisional. Hal itu mengakibatkan kuantitas produksi dan kontinyuitas produksi kripik pisang agung masih rendah sehingga laba yg diperoleh belum optimal. Dengan melihat kenyataan yang ada dimana agroindustri kripik pisang agung pada Kabupaten Lumajang masih belum optimal maka perlu diadakan penelitian buat mngkaji sejauh mana efisiensi usaha dan taraf laba dan mengenai prospek pembangunan agroindustri kripik pisang menggunakan hambatan hambatan yg terdapat pada menjaga laba, pertumbuhan serta kelangsungan usaha melalui strategi yang sempurna.

Berdasarkan Uraian diatas, tujuan dari penelitian ini merupakan Tujuan penelitian ini merupakan:(1) Menganalisis besarnya nilai tambah menurut agroindusrti keripik pisang agung, (2) Menganalisis tingkat laba serta efisiensi bisnis dari agroindustri kripik pisang agung, (tiga) merumuskan taktik pengembangan dalam upaya buat pengembangan agroindustri kripik pisang agung.

Kegunaan peneltian ini merupakan sebagai bahan pertimbangan serta masukan bagi pengusaha keripik pisang agung pada membuatkan usahanyadan sebagai bahan liputan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan menggunakan analisis bisnis serta taktik pengembangan agroindustri keripik pisang.

Kerangka Pemikiran

Agroindutri kripik pisang agung merupakan industri yg memasak buah berdasarkan pisang agung menjadi kripik pisang agung. Pengolahan tersebut dapat dilakukan karena adanya potensi yang dimiliki oleh komoditi pisang agung, dimana komoditi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan seperti kudapan manis basah, sale pisang, dan kripik pisang.

Melihat berdasarkan potensi pisang yang terdapat, galat satu upaya dalam memberikannilai tambah, penerimaan dankeuntungan terhadap komoditi pisang adalah melalui industrialisasi berbasis pertanian (agroindustri) menggunakan memanfaatkan teknologi serta kekuatan asal daya alam serta sumber daya manusia. Dengan pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan (Hidayat, 2007). Banyak jenis makanan olahan berbahan standar pisang yg bisa kita jumpai, seperti sale pisang, keripik pisang, dan lain sebagainya. Salah satu kuliner olahan berbahan standar pisang yg dapat kita jumpai pada Kabupaten Lumajang merupakan keripik pisang agung dimana poly masih ada agroindustri keripik pisang agung disana.

Agroindustri keripik pisang agung yg ada adalah agroindustri skala mini yg memiliki nilai tambah, hal ini sanggup dipandang menurut perbandingan  harga jual pisang agung tanpa olahan dengan pisang agung yg telah diolah menjadi keripik. Selain itu menjual pisang agung tanpa olahan diniliai belum efektif. Selain itu karakteriktik butir pisang yang nir memiliki daya simpan yg lama . Nilai tambah tergantung dalam teknologi yang digunakan dalam proses pengolahan dan perlakuan produk tadi. Produk yang memberikan nilai tambah tinggi menaruh pengertian bahwa produk tadi layak dikembangkan dan memberikan laba. Dimana keuntungan adalah selisish antara penerimaan total menggunakan biaya yg dipakai buat menerima laba usaha yg diinginkan. Selanjutnya, efisiensi usaha pengolahan keripik pisang bisa diukur memakai analisis R/C ratio. Pada R/C ratio = 1 dapat diartikan bahwa perusahaan tidak buat dan nir rugi atau dengan istilah lain impas. R/C > 1 dapat dikatakan bahwa perusahaan telah efisien serta menguntungkan buat dikembangkan.

Namun sepertinya permintaan yg tinggi terhadap produk olahan, nir hanya direspon oleh satu agroindustri saja, akan namun jua sang pihak lain yang ingin mendapatkan laba menurut proses pengolahan hasil pertanian sebagai akibatnya munculah banyak sekali agroindustri. Dengan makin banyaknya eksistensi agroindustri akan menyebabkan terjadinya persaingan pasar baik antar agroindustri sejenis maupun agroindustri lain yang mana mereka berusaha menarik perhatian konsumen. Perusahaan nir dapat bertahan hayati tanpa disertai menggunakan kerja keras supaya dapat berhasil pada pasar. Dikarenakan ketika ini konsumen/pembeli menghadapi poly pilihan dalam bisnis memuaskan kebutuhan mereka, sebagai akibatnya mereka mencari mutu yg terunggul dan porto yg layak apabila melakukan pembelian produk.

Agar suatu agroindustri bisa permanen bertahan ditengah persaingan pasar yg makin ketat, maka dibutuhkan adanya taktik yang sempurna lantaran menggunakan adanya strategi dapat memberikan arah pada upaya pengembangan perusahaan. Strategi dapat digunakan sebagai indera/cara pada rangka pencapaian tujuan perusahaan baik tujuan jangka pendek juga jangka panjang sebagai akibatnya tujuan perusahaan dapat tercapai secara maksimal . Dalam upaya pengembangan agroindustri perlu dilakukan analisis terhadap lingkungan perusahaan yg meliputi lingkungan internal dan eksternal perusahaan.selanjutnya berdasar analisis SWOT bisa ditentukan strategi yang tepat serta dibutuhkan dapat memperkuat posisi perusahaan sehingga kemajuan usaha bisa tercapai. Berdasar uraian diatas maka dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran menjadi berikut:

Metode Penentuan Lokasi serta Penentuan Responden

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lumajang. Lokasi penelitian ini dipengaruhi secara sengaja (purposive)lantaran Lumajang merupaka pusat komoditi pisang agung pada Kabupaten Lumajang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret  hingga April 2011. Penentuan responden dari produsen dipakai metode random sampling. Sedangkan buat pengambilan responden yg berasal dari konsumen dipakai metode “snow ball sampling”.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan dengan melakukan studi secara langsung pada obyek penelitian. Pada penelitian ini menggunakan 2 macam data, yaitu: (1). Data Primer. Untuk mendapatkan data utama pada penelitian ini, bisa dilakukan menggunakan melakukan observasi lapang serta wawancara langsung menggunakan produsen serta konsumen dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. (dua). Data Sekunder. Data sekunder pada penelitian ini dapat diperoleh berdasarkan literatur-literatur, Kantor Desa atau instansi yang terkait dalam hal ini Dinas Pertanian serta Perdagangan serta Badan Pusat Statistik,dan jurnal berdasarkan internet. Data sekunder yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data pelengkap menurut data-data utama.

Metode Analisis Data

Metode Analisis data yg digunakan pada penelitian ini merupakan metode analisis nilai tambah menurut Hayami, analisis usaha serta efisiensi, dan analisis SWOT