SENTRA PRODUKSI AGROINDUSTRI SERTA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN AGROINDUSTRI PISANG DI PROVINSI JAWA TIMUR
Sentra Produksi, Agroindustri dan Kebijakan Pengembangan Komoditas dan Agroindustri Pisang di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data Dinas Pertanian, tumbuhan pisang ditemukan pada 37 kabupaten di Jawa Timur dengan jenis sangat beragam mencakup pisang yg dikonsumsi segar maupun yang mampu diolah. Beberapa kabupaten yang adalah penghasil pisang terbesar merupakan Bojonegoro, Jember, Malang, Pasuruan, Lumajang dan Banyuwangi. Kabupaten Lumajang termasuk salah satu dari lima kabupaten/kota sentra produksi pisang di Jawa Timur. Kabupaten Lumajang menghasilkan beberapa jenis pisang yg menjadi unggulan, yaitu :
- Pisang Mas Kirana merupakan pisang segar unggulan yg sudah dipasarkan secara meluas menggunakan sistem kemitraan; serta
- Pisang Agung yg spesial buat industri pengolahan pisang menjadi keripik.
Kebijakan pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Timur bertujuan:
Kebijakan ini dibutuhkan bisa meningkatkan donasi pertanian Jawa Timur terhadap perekonomian nasional.
- Mengembangkan sistem ketahanan pangan yg berbasis pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya bahan pangan, dan kelembagaan serta budaya lokal; serta
- Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membentuk keunggulan kompetitif produk-produk daerah menurut kompetensi dan keunggulan komparatif sumberdaya alam dan sumberdaya insan.
Kebijakan ini dibutuhkan bisa meningkatkan donasi pertanian Jawa Timur terhadap perekonomian nasional.
Khusus buat agroindustri, yg mendapat prioritas pengembangan adalah :
Strategi utama pengembangan diarahkan dalam peningkatan dayasaing melalui peningkatan nilai tambah, produktivitas, efisiensi dan pendalaman struktur. Strategi operasional pengembangan dilaksanakan secara perlahan serta diarahkan dalam pengembangan lingkungan yg kondusif menggunakan pendekatan kluster dan penyebaran industri hingga ke daerah terpencil dan kepulauan yg terdapat di Jawa Timur.
- Industri pengolahan serta pengalengan ikan;
- Industri Pengolahan kayu;
- Industri pengolahan coklat;
- Industri pengolahan buah-buahan;
- Industri pengolahan kelapa;
- Industri pengolahan tembakau serta
- Industri mesin dan peralatan pengolahan komoditas agro.
Strategi utama pengembangan diarahkan dalam peningkatan dayasaing melalui peningkatan nilai tambah, produktivitas, efisiensi dan pendalaman struktur. Strategi operasional pengembangan dilaksanakan secara perlahan serta diarahkan dalam pengembangan lingkungan yg kondusif menggunakan pendekatan kluster dan penyebaran industri hingga ke daerah terpencil dan kepulauan yg terdapat di Jawa Timur.
Industri pengolahan pisang umumnya masuk dalam kelompok industri mini serta tempat tinggal tangga. Komoditas ini bisa diolah menjadi berbagai jenis kuliner yang layak diperdagangkan misalnya kripik pisang, pisang sale, pisang molen, ledre, tepung pisang, serta pasta. Lokasi Industri ini menyebar pada beberapa daerah antara lain: kripik pisang banyak didapatkan pada Lumajang, Blitar, Kediri, Banyuwangi, dan Malang; pisang sale poly diproduksi di Pacitan, Banyuwangi dan Kediri; pisang molen diproduksi di Banyuwangi; ledre dan tepung pisang banyak pada produksi di Bojonegoro, ad interim pasta pisang poly di produksi pada Mojokerto.
Di Kabupaten Lumajang masih ada tiga pusat industri mini keripik. yakni Kecamatan Klakah, Senduro, dan Pasrujambe. Pengembangan agroindustri kripik pisang di Lumajang memakai bahan baku pisang Agung dan Embuk yg memiliki kekhasan dalam berukuran, rona dan rasa. Secara intensif reguler Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian serta Perdagangan melakukan pelatihan terhadap petani juga pengusaha pengolahan terkait teknik budidaya, manejemen usahatani serta bisnis, kemampuan/ketrampilan pengolahan serta donasi teknologi yg dibutuhkan berfungsi menjadi stimulasi pengembangan usaha dan menejemen pemasaran. Hingga sekarang pemasaran masih adalah kendala utama. Salah satu cara yg dievaluasi cukup efektif melalui pameran-pameran serta pasar lelang.
Mata Rantai serta Nilai Tambah Agroindustri Pisang
Rantai nilai agroindustri pisang nisbi sama menggunakan komoditas kopi, terdiri atas : penyediaan baku, proses pengolahan, dan jaringan usaha.
Penyediaan Bahan Baku
Pemasok bahan baku agroindustri pisang yaitu petani dan pedagang pisang. Peran penyedia teknologi (pemerintah) berupa alat-alat pengupasan, pemotongan pisang, serta penggorengan beserta seluruh penyedia jasa pada proses pengadaan bahan pada industri hulu bersifat mendukung dan penting.
Sampai saat ini, komoditas pisang belum merupakan usaha utama petani, budidaya belum intensif, lokasi terpencar-pencar. Petani bisa menjual pribadi pada pengolah atau melalui pedagang pengumpul. Pisang yang telah matang memiliki nilai jual yg lebih tinggi. Namun sebagian petani masih menjual pisang yang belum matang dan menjual ke pedagang pengumpul desa. Pedagang desa menjual pisang menggunakan sistim borongan serta kualitas yang beragam. Ke depan, bila ada kemitraan antara pengolah dengan kelompok tani pisang, kualitas pisang akan terpenuhi dan petani akan efisien pada memasarkan. Nilai tambah penjualan pisang dengan kematangan optimum dan eksklusif ke pengolah adalah memperoleh harga yg lebih tinggi dan menaikkan pengetahuan tentang kualitas pisang yg didasarkan pada taraf kematangan pisang.
Proses Pengolahan
Proses pengolahan keripik pisang mencakup pengupasan, perajangan, pembersihan/perendaman, anugerah pemanis dan pewarna (tidak dilakukan sang semua pengolah), penggorengan dan hadiah rasa. Ada 3 jenis pengolahan yang ditemui pada lokasi yaitu :
Kualitas keripik pisang sangat ditentukan tingkat kematangan pisang, terdapat tidaknya tambahan pemanis dan atau pewarna, serta kualitas minyak goreng.
- Pengolahan pada tingkat pabrik menggunakan melakukan semua proses pengolahan seperti tersebut pada atas;
- Pengolahan pada taraf tempat tinggal tangga yang bergabung dalam gerombolan bisnis, serta bermitra menggunakan pabrik. Pengolahan yang dilakukan di tingkat tempat tinggal tangga hanya hingga penggorengan;
- Pengolahan pada tingkat tempat tinggal tangga, yang melakukan semua proses pengolahan seperti tadi di atas.
Kualitas keripik pisang sangat ditentukan tingkat kematangan pisang, terdapat tidaknya tambahan pemanis dan atau pewarna, serta kualitas minyak goreng.
Nilai tambah secara kuantitatif dalam proses pengolahan merupakan besaran laba yang diterima pengusaha dalam skala usaha perusahaannya, kurang lebih Rp 6 600 per 1 kg keripik pisang. Beberapa nilai tambah yang nir bisa dihitung secara numerik meliputi peluang kerja yg terbuka menggunakan adanya agroindustri (terhitung menjadi laba ekonomi serta sosial lingkungan) , peningkatan ketrampilan pekerja serta pengusaha sendiri, jaringan bisnis serta akses dalam beragam pendidikan,teknologi serta peluang pasar yang terakumulasi menjadi suatu investasi berharga pada taraf individu juga wilayah.
Jaringan Usaha Agroindustri dari Sisi Pemasok Bahan Baku serta Pemasaran Produk
Kesinambungan industri primer kripik pisang sangat dipengaruhi oleh industri hulu (pemasok bahan baku) dan industri hilir (sisi pemasaran produk). Fungsi primer pemasok bahan standar melangsungkan kesinambungan industri utama pada berproduksi. Setidaknya terdapat empat jalur yg dilakukan pengusaha keripik pada perolehan bahan baku yakni :
- Membeli eksklusif berdasarkan petani;
- Membeli pribadi pada pasar pisang Senduro;
- Membeli melalui pedagang pengumpul desa; serta
- Membeli melalui pedagang pengumpul kecamatan.
Permasalahan lain yang dirasakan pengusaha keripik pada ketika harga pisang semakin tinggi yaitu kualitas pisang menurun. Menghadapi situasi ini pengusaha berusaha membentuk jaringan menggunakan pihak pemasok. Namun nir ditemukan pola kemitraan pengusaha industri menggunakan pemasok. Sebagian akbar pengusaha membentuk jaringan menggunakan sistem berlangganan tetap ke pedagang. Tujuan utamanya lebih pada menjaga kecukupan ketersediaan bahan baku. Bagi pemasok, jaringan ini penting bagi kelancaran usahanya dengan adanya penampung pisang dalam jumlah yang akbar.
Teritorial pembelian bahan baku sang pengusaha yg bermukim pada luar pusat produksi nisbi lebih luas, tetapi nir sampai keluar kabupaten . Jaringan dibangun lebih poly dengan pedagang pengumpul atau pihak yg punya akses luas serta cepat menggunakan pasar pisang. Meski tidak terdapat perjanjian tertulis mengenai keterjaminan harga tetapi kepastian pembelian selama spesifikasi kualitas memenuhi syarat, telah mengarah pada interaksi semi kemitraan.
Ada perusahaan pengolahan yang membentuk jaringan dengan gerombolan KUWAM (Kelompok Usaha Wanita). Perusahaan memberikan agunan menampung produksi setengah jadi dan melakukan pengolahan lanjutan, pengemasan dan penjualan. Sementara grup menaruh jaminan ketersediaan bahan 1/2 jadi pada jumlah volume serta kualitas yg disepakati. Hubungan ini lebih mendekati hubungan kemitraan usaha.
Pada sisi pemasaran, pengusaha membentuk jaringan usaha dengan warung pengecer, agen di pada maupun pada luar wilayah dan menjual pribadi pada konsumen. Sistem pembayaran yang diterapkan dengan sistem bayar eksklusif serta tunai, bayar tunda dan tunai, konsinyasi serta titip jual bagi pengusaha.
Pengusaha jua membangun jaringan menggunakan lembaga keuangan serta Dinas Perindagkop. Lembaga keuangan membantu menyediakan permodalan dalam bentuk pinjaman lunak, sedangkan Dinas Perindagkop membantu promosi melalui pameran, pasar lelang, menelusuri pasar dan memediasi pengusaha menggunakan pembeli. Pada masalah pengusaha besar disinyalir telah ada yang melakukan ekspor dengan sebutan dari kota lain (Jakarta) Dalam jangka panjang, hubungan ini diperlukan mampu membuka jalan buat ekspansi pasar sampai ke taraf ekspor.
Comments
Post a Comment