LITERASI MENATA MASA DEPAN
Literasi Menata Masa Depan
Literasi Menata Masa Depan - Tahun 2017 menandai tahun ketiga pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan yg diawali dengan Permendikbud no 23/2015 yg menggagas kegiatan 15 mnt ini sudah mengalami banyak hal dalam kurun saat tiga tahun ini. Pada tahun 2016, Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan menyelenggarakan tes INAP (Indonesian National Assessment Programme) buat siswa pada kelas 4 SD. Hasilnya nir terpaut jauh dengan tes internasional PISA (Programme of International Student Assessment): kecakapan literasi siswa pada bidang baca tulis, sains, serta numerasi masih tertinggal. Selain itu, sekalipun performa Indonesia pada tes PISA tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan, peringkat kita masih nisbi bodoh dibandingkan negara-negara jiran. Hal ini menunjukkan bahwa Gerakan Literasi Sekolah memiliki pekerjaan rumah yang berat serta krusial, keliru satunya merupakan bagaimana menumbuhkan gerakan literasi yang berkesinambungan, konsisten, dan masif, supaya dampaknya terjadi secarasistematis. Terutama, literasi perlu tak hanya dimaknai menjadi aktivitas membaca 15 menit semata, tetapi harus lebih terintegrasi menggunakan kegiatan pembelajaran.
Untuk itu, pengajar-pengajar perlu berbagi metode inovatif dan kreatif buat mengembangkan pembelajaran dengan strategi literasi. Hal ini diharapkan buat mendampingi proses pemahaman murid terhadap materi pembelajaran, berbagi akal budi kritis mereka, juga buat mengakibatkan proses pembelajaran menyenangkan.
Sekalipun belum berperan signifikan pada peningkatan peringkat asesmen literasi internasional, Gerakan Literasi Sekolah disambut menggunakan baik oleh satuan pendidikan. Hal ini menandai tumbuhnya pencerahan tentang literasi menjadi jantung pendidikan. Apabila peserta didik literat, mereka akan tumbuh sebagai pembelajar sepanjang hayat. Menumbuhkan kecakapan literasi siswa tentu membutuhkan dukungan lingkungan sekolah dan sekolah yg kaya literasi serta sikap guru serta tenaga pendidikan yang ilterat. Kedua upaya inilah yang tersaji oleh kitab deretan praktik baik ini.
Baca Juga:
Buku ini merekam jejak usaha pengajar-guru menghidupkan gerakan literasi di sekolah mereka. Kreativitas inimerupakan upaya yang patut kita syukuri dan apresiasi. Guru-pengajar ini merespon maraknya warta mengenai ketertinggalan prestasi literasi Indonesia pada kancah internasional dengan upaya-upaya kreatif buat menciptakan kegiatan literasi berkelanjutan serta menyenangkan. Seiring dengan aktivitas literasi itu, guru-guru ini menanamkan penguatan karakter dengan sebagai figur teladan bagi anak didik-murid mereka. Upaya ini perlu sebagai wangsit bagi satuan pendidikan serta anggota rakyat lainnya. Penguatan pendidikan karakter dan gerakan literasi sekolah adalah dua kegiatan yang tidak hanya dilakukan di sekolah. Keluarga dan masyarakat perlu mendukung upaya itu melalui partisipasi aktif dan kegiatan kolaboratif dengan sekolah.
Akhir kata, semoga praktik baik pada sekolah ini menginspirasi serta menyemangati satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Selamat membaca.
Salam literasi
Baca selengkapnya pada menu berikut
Demikian semoga berguna.