PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR

Parameter Fisika Kualitas Air - Faktor ekamatra air merupakan variabel kualitas air yg penting karena bisa mensugesti variabel kualitas air yg lainnya. Faktor ekamatra yang besar pengaruhnya terhadap kualitas air merupakan cahaya mentari serta suhu air. 

Kedua faktor ini berkaitan erat, dimana suhu air terutama tergantung menurut intensitas cahaya surya yg masuk ke dalam air. Cahaya matahari serta suhu air merupakan faktor alam yang sampai saat belum sanggup dikendalikan.

1. Cahaya Matahari
Cahaya matahari memiliki peranan yang sangat besar terhadap kualitas air secara keseluruhan, lantaran dapat menghipnotis reaksi-reaksi yang terjadi pada air. 

Penetrasi cahaya mentari ke pada air terutama dipengaruhi oleh sudut jatuh cahaya terhadap garis vertikal. Semakin akbar sudut jatuhnya, maka penetrasi cahaya mentari semakin menurun. 


Cahaya akan berubah kualitas spektrumnya serta turun intensitasnya sehabis menembus massa air disebabkan lantaran dispersi serta absorpsi yang berbeda-beda oleh lapisan air. 

PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR

Pada air murni kira-kira 53% menurut cahaya yang masuk akan ditransformasi ke pada bentuk panas serta selanjutnya akan padam pada kedalaman kurang berdasarkan satu meter (Boyd, 1990). 

Cahaya dengan panjang gelombang panjang (merah serta jingga) serta panjang gelombang pendek (ultra violet serta violet) lebih cepat padam dibandingkan menggunakan panjang gelombang sedang atau intermediate (biru, hijau serta kuning).


Turbiditas (kekeruhan) akan menurunkan kemampuan air buat meneruskan cahaya kedalamnya. Di kolam, turbiditas serta warna air disebabkan sang koloid dari partikel-pertikel lumpur, organik tcrlarut serta yg paling besar ditimbulkan oleh densitas plankton (Hargreaves, 1999). 

Cahaya mentari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan air sebagai sumber energi buat melakukan fotosintesis. 

Sebagai penghasil utama, tumbuhan hijau melakukan fotosintesis buat membuat oksigen serta bahan organik, yg akan dimanfaatkan sang hewan yg lebih tinggi tingkatannya pada rantai kuliner (Ghosal et al. 2000).

2. Suhu Air

Suhu air ditentukan oleh : radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca serta lokasi. Radiasi mentari merupakan faktor primer yg menghipnotis naik turunnya suhu air. 

Sinar matahari mengakibatkan panas air di bagian atas lebih cepat dibanding badan air yang lebih dalam. 


Densitas air turun dengan adanya kenaikan suhu sehingga bagian atas air serta air yang lebih dalam tidak dapat tercampur dengan sempurna. 


Hal ini akan mengakibatkan terjadinya stratifikasi suhu (themal stratification) dalam badan air, dimana akan terbentuk 3 lapisan air yaitu : epilimnion, hypolimnion serta thermocline.
  • Epilimnion merupakan lapisan atas yang suhunya tinggi.
  • Hypolimnion adalah lapisan bawah yg suhunya rendah.
  • Thermocline merupakan lapisan yg berada di antara epilimnion serta hypolimnion yg suhunya turun secara drastis (Boyd, 1990). Dalam kolam budidaya, kondisi semacam ini dapat diatasi menggunakan pengadukan air oleh aerator atau kincir (paddle wheel).

Air mempunyai kapasitas yang akbar buat menyimpan panas sebagai akibatnya suhunya nisbi kontinu dibandingkan dengan suhu udara (boyd, 1990). 

Perbedaan suhu air antara pagi serta siang hari hanya sekitar 2°C, misalnya suhu pagi 28°C suhu siang 30°C. Energi cahaya matahari sebagian besar diabsorpsi di lapisan permukaan air. Semakin ke dalam energinya semakin berkurang. 


Konsentrasi bahan-bahan terlarut di dalam air akan menaikkan penyerapan panas. Terjadinya transfer panas dari lapisan atas ke lapisan bawah tergantung dari kekuatan pengadukan air (angin, kincir, serta sebagainya).

Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia maupun biologi dalam air. Reaksi kimia serta biologi naik dua kali setiap terjadi kenaikan 10⁰C. 

Aktivitas metabolisme organisme akuatik juga naik serta penggunaan oksigen terlarut menjadi dua kali lipat. Penggunaan oksigen terlarut dalam penguraian bahan organik juga meningkat secara drastis (Howerton, 2001).

Berdasarkan pada penelitian Wasielesky (2003), suhu mempengaruhi metabolisme udang putih (L. vannamei). Pada suhu 23⁰C, 27⁰C serta 30⁰C, menunjukkan bahwa nafsu makan udang paling tinggi terjadi pada suhu 30oC. 

Sedangkan berdasarkan penelitian Jackson serta Wang (1998), pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon) pada suhu 30⁰C dengan umur 180 hari mencapai 34 g serta pada suhu 20⁰C hanya mencapai 20 g pada umur yang sama.

3. Kecerahan

Kecerahan (transparancy) perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur serta pasir (Hargreaves, 1999).
Dalam kolam budidaya, kepadatan plankton memegang peranan paling akbar pada memilih kecerahan meskipun partikel tersuspensi pada air juga berpengaruh. 

Plankton tersebut akan memberikan warna hijau, kuning, biru-hijau, serta coklat pada air (Boyd, 2004a). Selanjutnya dikatakan bahwa kedalaman air yang dipengaruhi oleh sinar matahari (photic zone) di danau atau tambak sekitar dua kali nilai pengamatan dengan menggunakan secchi disk


Semakin kecil kecerahan berarti semakin kecil sinar mentari yang masuk hingga dasar tambak yang bisa mensugesti aktvitas biota di wilayah tadi.



4. Muatan Padat Tersuspensi

Muatan padatan tersuspensi (MPT) berasal dari zat organik serta anorganik. Komponen organik terdiri dari fitoplankton, zooplankton, bakteri serta organisme renik lainnya. Sedangkan komponen anorganik terdiri dari detritus partikelpartikel anorganik (Hargreaves,1999). 

Selanjutnya dikatakan bahwa MPT berpengaruh terhadap penetrasi cahaya surya ke pada badan air. Hal ini berpengaruh pada tingkat fotosintesis tumbuhan hijau sebagai penghasil primer yg memanfaatkan sinar mentari sebagai tenaga utama. 


Kekeruhan karena plankton jika tidak berlebihan bermanfaat bagi ekosistem tambak. Jika densitas plankton terlalu tinggi akan menyebabkan fluktuasi beberapa kualitas air seperti pH serta oksigen terlarut.
Sumber : Blog penyuluh perikanan

Semoga Bermanfaat...