SEBAB AKIBAT YANG SALING BERGANTUNGAN DAN KEKOSONGAN
Pada permulaan topik ini telah digambarkan bagaimana kecambah serta nyalalampu minyak tergantung pada suatu kombinasi karena serta syarat untukkeberadaannya. Ini berarti bahwa kecambah serta nyala lampu, misalnya jua hallainnya, tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan hal tadi karena adanyahubungan dengan hal lain. Ini yg dinamakan relativitas atau `kekosongan'pada pengertian Buddhisme yg merupakan aspek lain tentang Sebab - Akibat.
baca juga: sebab dampak kebenaran
baca juga: sebab dampak kebenaran
Relativitas atau ` kekosongan ' berarti bahwa nir ada suatu hal yangberdiri sendiri serta nir bisa berubah. Tidak ada seseorang yang tiba-tibamenjadi seseorang ayah. Seorang laki-laki menjadi ayah karena hubungannya terhadapanaknya. ` Kekosongan ' bukan berarti nir ada berapa. Sebaliknya ` kekosongan' bisa berarti keterbukaan dan kepastian yang nir terbatas. Setiap anaklelaki bisa sebagai seorang ayah, jika terjadi kombinasi yg sahih darisebab serta syarat. Demikian pula setiap orang bisa mencapai pencerahan, jikadia melaksanakan Delapan Ruas Jalan Kemuliaan, yaitu : (1). Tingkah-laris Baik(Perkataan benar, Perbuatan benar, Mata Pencaharian benar), (dua). PerkembanganMental (Usaha benar, Kesadaran benar, Konsentrasi benar) serta Kebijaksanaan,(3). (Pandangan benar, Pikiran sahih).
Kebenaran utama tentang Hukum Sebab-Akibat merupakan inti ajaran SangBuddha. Dengan memahami Hukum Sebab-Akibat, Sang Buddha mencapai Pencerahan.beliau bersabda, "Kebenaran yang sebenarnya merupakan Hukum Sebab Akibat. Tanpa menyadari kebenaranpokok tersebut, maka orang akan menjadi rumit misalnya sebuah bola benang, tidakmampu buat menghentikan penderitaan dan kelahiran balik ."
Uraian tentang konsep kekosongan ini bisa ditemui pada naskah Sanskertasebagaimana tercatat pada Prajnaparamita Hrdaya Sutera (Sin-Cing), Avalokitesvara Bodhisattvamengungkapkan pengertian Kekosongan tersebut secara sempurna kepada Y.A.sariputra, "Dalamhal ini, O , Sariputra, wujud (rupa) merupakan kekosongan (sunyata), dankekosongan itu sendiri merupakan wujud; kekosongan tidak tidak selaras berdasarkan wujud, danwujud juga nir tidak sama dari kekosongan; apapun yang adalah wujud, ituadalah kekosongan, apapun yg merupakan kekosongan itu merupakan wujud. Begitupun halnya menggunakan vedana (perasaan), samjna (pencerapan/persepsi), samskara(dorongan pikiran/bentuk-bentuk mental), serta vijnana (kesadaran). Demikianlah,O, Sariputra, segala sesuatu (dharma) bercorak kekosongan (sunyata); mereka takmuncul, juga tak berakhir; tidak kotor, pula tidak murni bersih; tidak kurang,tidak lengkap atau bertambah."
Sedangkan pada naskah Pali masih ada sabda berikut: "Beginilah, menggunakan cara yg sama, O parasiswa, seseorang bhikkhu wajib memandang seluruh rupa (bentuk jasmani), vedana(perasaan), sanna (pencerapan/persepsi), sankhara (doronganpikiran/bentuk-bentuk mental), dan vinnana (kesadaran), tidak peduli dari jamanlampau, dari jaman kini atau pun menurut jaman yang akan tiba, jauh ataudekat. Dan ia mengamat-amatinya serta menelitinya secara cermat, serta setelahditeliti menggunakan cermat, semua itu tertampak kepadanya sebagai sesuatu yangkosong , hampa dan tanpa diri." (Samyutta Nikaya XXI : lima-6).
Lihat juga: bekerjanya karma
lokasi foto: Arca Wairocana di kuil Tōdai-ji pada Nara, Jepang
Lihat juga: bekerjanya karma
lokasi foto: Arca Wairocana di kuil Tōdai-ji pada Nara, Jepang
Comments
Post a Comment