PENGERTIAN DAN FUNGSI SKALA PENGUKURAN MENURUT AHLI

Pengertian Dan Fungsi Skala Pengukuran
Skala dapat diartikan garis atau titik tanda yg berderet-berderet serta sebagai­nya yang sama jarak antaranya, dipakai buat mengukur atau memilih strata atau banyaknya sesuatu . Jadi skala adalah prosedur pemberian nomor -nomor atau symbol lain pada sejumlah karakteristik dari suatu objek

Pengukuran merupakan proses, cara perbuatan mengukur yaitu suatu proses sistimatik pada menilai dan membedakan sesuatu obyek yg diukur atau hadiah angka terhadap objek atau kenyataan menurut anggaran tertentu. Pengukuran tadi diatur menurut kaidah-kaidah eksklusif. Kaidah-kaidah yg tidak sinkron menghendaki skala serta pengukuran yg tidak sama juga. Misalnya, orang dapat digambarkan dari beberapa karakteristik: umur, taraf pendidikan, jenis kelamin, tingkat pendapatan.

Tiga buah istilah kunci yang diharapkan dalam memberikan definisi terhadap konsep pengukuran. Kata-istilah kunci tersebut merupakan nomor , penetapan, serta anggaran. Pengukuran yang baik, harus memiliki sifat isomorphism menggunakan realita. Prinsip isomorphism, adalah masih ada kecenderungan yg dekat antara empiris sosial yang diteliti menggunakan ”nilai” yang diperoleh menurut pengukuran. Oleh karenanya, suatu instrumen pengukur dipandang baik jika hasilnya bisa merefleksikan secara tepat empiris dari fenomena yang hendak diukur.

Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diharapkan buat mengkuantitatifkan data berdasarkan pengukuran suatu variable. Dalam melakukan analisis statistik, disparitas jenis data sangat berpengaruh terhadap pemilihan contoh atau alat uji statistik. Tidak sembarangan jenis data dapat dipakai oleh alat uji eksklusif. Ketidaksesuaian antara skala pengukuran menggunakan operasi matematik /peralatan statistik yang dipakai akan menghasilkan konklusi yg bias serta tidak tepat/relevan.

Macam-macam Skala Pengukuran
a) . Skala Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan buat menklasifikasi obyek, individual atau gerombolan ; menjadi model mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal pada atas dipakai nomor -nomor menjadi symbol. Jika kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik dipakai untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan pada bentuk persentase. Sebagai contoh kita mengklaisfikasi variable jenis kelamin sebagai sebagai berikut: pria kita beri simbol angka 1 dan perempuan nomor dua. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan nomor -angka tadi, lantaran angka-angka tersebut hanya menerangkan keberadaan atau ketidak-adanya karaktersitik eksklusif. Skala nominal akan membentuk data yang disebut data nominal atau data diskrit, yaitu data yg diperoleh berdasarkan dikategorikan, memberi nama serta menghitung keterangan-warta berdasarkan objek yang diobservasi

Skala Nominal adalah skala yg paling lemah/rendah di antara keempat skala pengukuran. Sesuai menggunakan nama atau sebutannya, skala nominal hanya mampu membedakan benda atau peristiwa yg satu dengan yg lainnya menurut nama (predikat). Sebagai contoh, penjabaran barang yang didapatkan pada suatu proses produksi menggunakan predikat cacat atau tidak stigma. Atau, bayi yang baru lahir sanggup laki-laki atau wanita. Tidak jarang dipakai nomor -angka yang dipilih sekehendak hati menjadi pengganti nama-nama atau sebutan-sebutan, buat membedakan benda-benda atau peristiwa-insiden menurut beberapa ciri.. Skala nominal umumnya pula dipakai jika peneliti berminat terhadap jumlah benda atau insiden yang termasuk ke pada masing-masing kategori nominal. Data semacam ini tak jarang diklaim data hitung ( count data) atau data frekuensi. Contoh lain yg bisa mendekatkan pemahaman kita terhadap skala pengukuran nominal dapat dipandang menjadi berikut : Pertama Penggunaan nomor “1” buat menyebut grup barang yg stigma dari suatu proses produksi serta angka “0” buat menyebut gerombolan barang yg nir cacat menurut suatu proses produksi, Kedua :Jawaban pertanyaan berupa 2 pilihan “ya” serta “tidak” yg bersifat kategorikal bisa diberi symbol angka-nomor sebagai berikut: jawaban “ya” diberi nomor 1 serta “nir” diberi nomor dua.

b) . Skala Ordinal (Ranking) 
Skala Ordinal terjadi apabila obyek yg terdapat pada satu katagori suatu skala nir hanya tidak sama dengan obyek-obyek itu, namun juga memiliki hubungan satu dengan yang lain. Hubungan yang ada biasa kita jumpai diantara kelas-kelas merupakan : lebih tinggi, lebih disenangi, lebih sering, lebih sulit, lebih dewasa dan sebagainya

Skala pengukuran ordinal memberikan kabar tentang jumlah relatif ciri tidak sama yg dimiliki oleh obyek atau individu eksklusif. Tingkat pengukuran ini memiliki fakta skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif eksklusif yg memberikan fakta apakah suatu obyek mempunyai karakteristik yang lebih atau kurang namun bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.

Pengukuran yg dilakukan dalam skala ordinal merupakan obyek dibedakan berdasarkan persamaanya serta menurut urutannya. Jadi dapat dibentuk urutan atau rangking yang lengkap dan teratur diantar kelas-kelas. 

Skala Ordinal merupakan skala yg merupakan taraf ukuran kedua, yang berjenjang sesuatu yang sebagai ‘lebih’ atau ‘kurang’ menurut yang lainnya, ukuran ini digunakan buat mengurutkan objek dari yg terendah hingga tertinggi dan sebaliknya yang berarti peneliti telah melakukan pengukuran terhadap variable yg diteliti. Contoh : mengukur kejuaraan olah raga, prestasi kerja, senioritas pegawai. Misalnya : Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat nir putusan bulat, nir sepakat, netral, putusan bulat serta sangat putusan bulat dapat diberi symbol nomor 1, dua,tiga,4 dan lima. Angka-nomor ini hanya adalah simbol peringkat, nir mengekspresikan jumlah.

Skala ordinal, lambang-lambang sapta hasil pengukuran menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur berdasarkan ciri yg dipelajari. Misal, kita ingin mengetahui preferensi responden terhadap merek indomie goreng: merek Sarimi, Indomie, Mie Sedap, Gaga Mie lalu responden diminta buat melakukan ranking terhadap merek mie goreng menggunakan memberi nomor 1 buat merek yg paling disukai, angka dua buat rangking kedua, dst. Rangkuman output Rangking Merek mie goreng menjadi berikut : Indomie = 1 , Mie Sedap = dua, Sarimi = tiga, Gaga Mie = 4

Tabel ini memberitahuakn bahwa merek Indomie lebih disukai daripada Mie Sedap, merek Mie Sedap lebih disukai daripada Sarimi, dsb. Walaupun perbedaan nomor antara preferensi satu menggunakan lainnya sama, tetapi kita nir bisa memilih besarnya nilai preferensi dari suatu merek terhadap merek lainnya. Uji statistik yg sinkron adalah modus, median, distribusi frekuensi dan statistik non-parametrik seperti rank order correlation.

Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan tak jarang pula dianggap dengan skala peringkat. Hal ini lantaran pada skala ordinal, lambang-lambang bilangan output pengukuran selain menerangkan pembedaan jua menunjukkan urutan atau strata obyek yg diukur menurut ciri tertentu. Misalnya tingkat kepuasan seorang terhadap produk. Bisa kita beri nomor menggunakan 5=sangat puas, 4=puas, 3=kurang puas, dua=nir puas serta 1=sangat tidak puas. Atau contohnya pada suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya.

Dalam skala ordinal, tidak misalnya skala nominal, waktu kita ingin mengubah nomor -angkanya, harus dilakukan secara berurut berdasarkan akbar ke mini atau berdasarkan kecil ke akbar. Jadi, tidak boleh pada untuk 1=sangat puas, dua=tidak puas, 3=puas dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, dua=puas, 3=kurang puas dstnya.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal merupakan meskipun nilainya telah mempunyai batas yang kentara tetapi belum memiliki jarak (selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan berdasarkan nir puas ke kurang puas. Dengan istilah lain jua, walaupun sangat puas kita beri angka lima dan sangat nir puas kita beri angka 1, kita tidak sanggup menyampaikan bahwa kepuasan yg sangat puas 5 kali lebih tinggi dibandingkan yg sangat tidak puas.

Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga nir bisa menerapkan operasi matematika baku (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yg sinkron dengan skala ordinal juga adalah alat-alat statistik yg berbasiskan (menurut) jumlah dan proporsi misalnya modus, distribusi frekuensi, Chi Square serta beberapa alat-alat statistik non-parametrik lainnya

c) . Skala Interval 
Skala interval memiliki karakteristik misalnya yang dimiliki sang skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek menggunakan lainnya. Disparitas karakteristik antara obyek yg berpasangan menggunakan lambang bilangan satu dengan lambang bilangan berikutnya selalu tetap. Jika pada pengukuran preferensi responden terhadap merek indomie goreng tadi diasumsikan bahwa urutan kategori menunjukkan preferensi yang sama, maka kita dapat mengungkapkan bahwa disparitas indomie goreng merek urutan ke 1 dengan dua adalah sama dengan disparitas merek dua dengan lainnya. Namun demikian, kita nir mampu mengatakan 3 bahwa merek yg menerima ranking lima nilainya 5 kali preferensi daripada merek 1. Uji statistik yg sinkron adalah semua uji statistik kecuali uji yg mendasarkan pada rasio misalnya koefisien variasi.

Dengan demikian, skala interval sudah mempunyai nilai intrinsik, sudah mempunyai jeda, namun jarak tadi belum merupakan kelipatan. Pengertian “jeda belum merupakan kelipatan” ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak. Angka 0 (nol) buat thermometer memiliki makna yang sangat berpengaruh serta bukan berarti dapat diabaikan. 

Misalnya dalam pengukuran suhu. Kalau terdapat 3 daerah menggunakan suhu wilayah A = 10oC, daerah B = 15oC dan wilayah C=20oC. Kita bisa berkata bahwa selisih suhu wilayah B, 5oC lebih panas dibandingkan wilayah A, serta selisih suhu daerah C dengan daerah B merupakan 5oC. (Ini memberitahuakn pengukuran interval sudah memiliki jarak yang tetap). Tetapi, kita tidak bisa mengungkapkan bahwa suhu wilayah C 2 kali lebih panas dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Kenapa ? Lantaran dengan pengukuran yang lain, misalnya menggunakan Fahrenheit, di wilayah A suhunya merupakan 50oF, pada daerah B = 59oF serta wilayah C=68oF. Artinya, menggunakan pengukuran Fahrenheit, daerah C nir dua kali lebih panas dibandingkan daerah A, dan ini terjadi lantaran dalam derajat Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan pada derajat Celcius titik nolnya pada 0. 

d) . Skala Rasio
Skala rasio adalah skala data menggunakan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapa seluruh ciri skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah menggunakan sifat adanya nilai nol yg bersifat absolut. Nilai nol mutlak ini adalah adalah nilai dasar yg nir mampu diubah meskipun memakai skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah memiliki nilai perbandingan/rasio. Pengukuran ratio umumnya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek eksklusif menggunakan lainnya. Pengukuran-pengukuran dalam skala rasio yang acapkali dipakai adalah pengukuran tinggi dan berat. Misalnya Berat : Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2. Atau berat benda A merupakan 30 kg, sedangkan benda B adalah 60 kg. Maka bisa dikatakan bahwa benda B 2 kali lebih berat dibandingkan benda A.

Dua skala Pengukuran Pertama (Nominal serta Ordinal) merupakan skal pengukuran Kualitatif karena karakteristiknya tidak namuric, (model : Jenis Kelamin, pekerjaan, serta lain-lain). Sedangkan dua skala terakhir (Interval dan Rasio) merupakan skala kuantitatif yang diekspresikan lewat numeric (contoh : berat, tinggi, biaya , pendapatan dan lain-lain)

Macam-macam Skala Pengukuran Untuk Instrument
Keempat skala diatas jika akan dipakai dalam kuisioner bisa dilakukan menggunakan pendekatan, contohnya Skala Likert , Skala Guttman, dan Semantic Differential, Rating Scale

1 . Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur perilaku, pendapat, serta persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai kenyataan sosial. Dengan Skala Likert, variabel yg akan diukur dijabarkan sebagai indikator variabel. Kemudian indikator tadi dijadikan menjadi titik tolak buat menyusun item-item instrumen yang bisa berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang memakai Skala Likert memiliki gradasi menurut sangat positif hingga sangat negatif, yang dapat berupa kata-istilah diantaranya: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP). Untuk penilaian ekspektasi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi skor, contohnya: Sangat Penting (SP) = 5, Penting (P)= 4, Ragu-ragu (R) : tiga, Tidak Penting (TP) : 2 , Sangat Tidak Penting (STP) : 1. Sedangkan buat penilaian persepsi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Sangat Baik (SB) : lima, Baik (B) : 4, Ragu-ragu (R): 3, Tidak Baik (TB) : dua Sangat Tidak Baik (STB) : 1

Instrumen penelitian yang memakai skala Likert dapat dibentuk pada bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Keuntungan skala Likert adalah :
a. Mudah dibuat serta diterapkan
b. Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan mesih sesuai menggunakan konteks permasalahan
c. Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sebagai akibatnya informasi mengenai item tersebut diperjelas.
d. Reliabilitas pengukuran mampu diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas

2) Skala Guttman 
Skala pengukuran menggunakan tipe ini akan dihasilkan jawaban yg tegas. Antara lain : ‘ya’ dan ‘nir’; ‘sahih-galat’, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (2 cara lain ). Jadi, bila pada Skala Likert terdapat 1,2,tiga,4,5 interval, dari kata ‘sangat setuju’ hingga ‘sangat nir putusan bulat’, maka dalam Skala Guttman hanya ada dua interval yaitu ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’. Penelitian menggunakan Skala Guttman dilakukan bila ingin menerima jawaban yg tegas terhadap suatu konflik yang ditanyakan.

3) Skala Thurstone
Pernyataan yg diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone buat tidak terlalu b-anyak, diperkirakan antara 5 hingga 10 butir pertanyaan atau pernyataan. Pembuatan skala Thurstone bisa dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut.
1) Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 strata yang merepresentasikan secara luas disparitas taraf, disenangi, netral, serta tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yg hendak diteliti.
2) Pernyataan ini diberikan dalam sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar bisa menentukan ke pada 11 strata kategori tadi. Kategori A terdiri atas pernyataan yg dianggap disenangi atau favorit, E F netral, serta J K adalah kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
3) Klasifikasi pernyataan ke pada kategori, menggunakan pertimbangan penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang disediakan.
4) Pernyataan yg nilainya menyebar dibuang, serta pernyataan yg memiliki nilai bersamaan digunakan buat pembuatan skala.

Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat berpretensi terhadap sifat yg ingin diteliti. Skor terendah berarti responden memiliki sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.

Skala Thurstone nir terlalu poly dipakai menjadi instrumen di bidang pendidikan lantaran model ini memiliki beberapa kelemahan yang di antaranya misalnya berikut.
a) Memerlukan terlalu poly pekerjaan buat membuat skala.
b) Nilai dalam skala yang telah dibuat memungkinkan dalam skor sama mempunyai sikap tidak selaras.
c) Nilai yg dibuat dipengaruhi oleh perilaku para juri atau penilai. D. Memerlukan tim penilai yang objektif.

4). Semantic Differential 
Skala ini adalah galat satu menurut skala factor yang dikembangkan buat menganalisis 2 perkara :
Pengukuran populasi dan multidimensional 
Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui 

Metode skala ini dikembangkan khususnya buat mengukur arti psikologis berdasarkan suatu objek pada mata seorang. Metode ini didasarkan dalam proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi pengertian konotatif yang berada dalam ruang cirri multidimensi yang disebut ruang semantic.

Metode ini dibuat menggunakan menempatkan 2 (2) skala penilaian pada titik ekstrim yg berlawanan yang biasa dianggap bipolar. Biasanya di antara titik ekstrim di dadapati lima atau 7 tititk-titik butir skala dimana responden menilai suatu konsep atau lebih pada setiap buah skala.

Untuk lebih jelasnya tampilan butir-butir skala semantic diffrensial sebagai berikut :
Baik —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Buruk
Lambat —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Cepat

Skala pengukuran yg berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan buat mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, namun tersusun dalam satu garis kontinu yg jawaban “sangat positifnya” terletak pada bagian kanan garis, dan jawaban “sangat negatif” terletak pada bagian kiri garis, atau kebalikannya. Data yang diperoleh adalah data interval, serta biasanya skala ini dipakai untuk mengukur perilaku/karakteristik eksklusif yg dipunyai sang seseorang.

Comments