KONSEP ANALISIS DAN PENDEKATAN SISTEM

Konsep, Analisis Dan Pendekatan Sistem
A. KONSEP SISTEM
Di dalam kehidupan sehari-hari setiap orang niscaya menghadapi berbagai kasus, mulai berdasarkan perkara yang paling sederhana hingga dengan masalah yang paling rumit dan kompleks. Masalah yg rumit serta kopleks adalah tantangan potensial yg wajib dipecahkan oleh orang yg menghadapi kasus itu. Oleh karenanya, setiap orang akan berusaha buat mengatasi dan memecahkan masalahnya.

Dengan melihat dan menganalisis situasi serta syarat suatu masalah serta tujuan yang hendak dicapainya, seorang dapat memakai atau mencari cara atau pendekatan yg dapat memecahkan perkara yang dihadapinya. Untuk menerapkan suatu pendekatan dalam memecahkan suatu masalah pada samping pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah itu, pula bergantung dalam persepsi tentang kasus yang dihadapi.

Untuk menerapkan kosep sistem, ada baiknya kita pahami lebih dahulu mengenai pengertian atau definisi sistem. Beberapa orang pakar teori manajemen mengungkapkan pendapatnya tentang sistem, menjadi berikut:
1. Churchman (1968); sistem merupakan seperangkat bagian yg terkoordinasi buat merampungkan seperangkat tujuan.
2. Fiicks (1972); menyatakan bahwa sistem merupakan seperangkat unsur-unsur yg saling berkaitan, saling bergantung, dan saling berinteraksi atau suatu usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, dalam bisnis buat mencapai satu tujuan pada suatu lingkungan yang kompleks.
3. Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973), tiga pakar teori manajemen menyatakan bahwa sistem merupakan suatu tatanan yg kompleks serta menyeluruh. Lebih luas lagi pendapat Kast serta Rosenzweig (1974), yaitu sistem dipahami menjadi suatu tatanan yg menyeluruh dan terpadu terdiri atas 2 bagian atau lebih yg saling tergantung serta ditandai sang batas-batas yang tegas berdasarkan lingkungan supra sistemnya.
4. Huberman (1978); mendefinisikan sistem menjadi suatu kumpulan unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya secara signifikan.
5. Romiszowski (1982); merupakan deretan komponen yang saling berinteraksi buat mencapai tujuan.
6. Bactiar (1988), seorang pakar sosiologi, mengemukakan bahwa sistem merupakan: ”sejumlah satuan yang saling bekerjasama satu menggunakan lainnya sedemikian rupa sebagai akibatnya membentuk suatu kesatuan yang biasanya berusaha buat mencapai tujuan eksklusif”. Pada bagian yang sama, Bactiar jua menambahkan bahwa sistem adalah seperangkat pandangan baru atau gagasan, asas, metode, dan prosedur yg disajikan menjadi satu tatanan yg teratur.
7. Cleland dan King (1988) yang menyatakan bahwa sistem merupakan sekelompok sesuatu yang secara tetap saling berkaitan dan saling bergantungan sehingga membangun suatu keseluruhan yg terpadu.
8. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: dinyatakan bahwa sistem merupakan: (1) Seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga menciptakan suatu totalitas; (dua) susunan yang teratur menurut pandangan, teori, Asas, serta sebagainya; serta (3) metode atau cara buat melakukan sesuatu.

Dan poly lagi pakar-pakar teori manajemen yg mengemukan teori mengenai sistem.
Didasarkan pada aneka macam tipe sistem yg terdapat di alam semesta ini, Boulding (1956) menyajikan suatu penjabaran sistem yang terdiri atas: Pertama: sistem yg berstruktur tidak aktif atau strata yg berbentuk kerangka; kedua, sistem bergerak maju sederhana yg ditetapkan sebelumnya, sistem ini bisa diumpakan misalnya cara kerja sebuah jam; ketiga, sistem sibernetik (cybernetic), atau nama panggilannya sistem termostat - sistem ini secara otomatis memelihara keseimbangannya sendiri; keempat, sistem terbuka; kelima, sistem genetik misalnya tumbuh-tubuhan; keenam, sistem hewani; ketujuh, sistem insani menjadi mahluk hidup; kedelapan, sistem sosial atau sistem kehidupan sosial; dan kesembilan, sistem kesinambungan.

Dari kalsifikasi Boulding tadi, tampak bahwa tingkat pertama, ke 2, serta ketiga termasuk pada golongan yang bersifat fisik atau sistem mekanis yg merupakan landasan ilmu pengetahuan alam. Sementara itu, tingkat keempat, kelima, dan keenam merupakan sistembiologik, seperti ilmu hayat, ilmu tumbuh-flora, dan ilmu hewan. Tingkat ke 7, kedelapan dan kesembilan merupakan sistem-sistem yg berkaitan dengan manusia serta sistem sosial.

Di dalam suatu sistem yang kompleks misalnya sistem sosial termasuk pada dalamnya sistem kesehatan, kejelasan hierarki atau struktur sistem sangat krusial. Kejelasan istilah-kata yg dipakai pada satu sistem perlu disepakati sang sekelompok orang yg akan menyusun hierarki atau struktur sistem, gerombolan penyusun atau tim wajib menyepakati dahulu suatu kerangka hierarki atau struktur sistem, sub sistem, komponen, dimensi, dan variabel menurut suatu masalah.

Hubungan Internal dan Eksternal
Sesuatu bisa dinamakan sistem apabila terjadi interaksi atau interrelasi serta interdependensi baik internal juga eksternal antar subsistem. Disebut hubungan internal apabila terjadi interaksi, interrelasi, dan interdependensi. Jika antar sistem terjadi interaksi, interrelasi serta interdependensi dianggap interaksi eksternal.

Hubungan deterministik dan nondeterministik
Disebut interaksi diterministik bila hubungan antar subsistem/komponen pada mana hubungan itu terjadi dengan sendirinya serta tergantung dalam subsistem komponen lain. Sebaliknya, bila interaksi itu tidak pasti bahwa sesuatu itu dapat berfungsi, maka suatu komponen tidak perlu bergatung pada suatu komponen yang lain. Hubungan yg demkian ini diklaim nonditerministik. Contoh: Bola lampu mempunyai akibat deterministik terhadap penerangan, lantaran tanpa bola lampu menggunakan berbagai jenis serta bentuknya akan mengakibatkan kegelapan. Namun jelas serta gelap lampu nir ada hubungannya menggunakan kipas angin.

Hubungan Fungsional dan Disfungsional
Bila masih ada impak yg menunjang, memperkuat, mempercepat fungsi perubahan atau pertumbuhan suatu sistem atau subsistem, maka interaksi itu diklaim hubungan fungsional. Sebaliknya, apabila akibat berdasarkan interaksi itu mengakibatkan dampak yang merusak atau mencegah, maka hubungan itu disebut disfungsional.

Sistem Tertutup serta Sistem Terbuka
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas 2 sistem, yaitu sistem tertutup serta sistem terbuka. 

Sistem tertutup: di dalam proses kerjanya nir ditentukan oleh lingkungannya, menggunakan demikan sistem ini nir memperoleh masukan berdasarkan lingkungan sistemnya. 

Sistem terbuka: pada pada proses kegiatannya memperoleh masukan atau bekerjasama secara dinamik dengan sistem yang lain pada luar lingkungan sistemnya, dengan demikian sistem ini terjadi suatru proses yg bergerak maju, yaitu sistem dipengaruhi sang sistem yang berada di luarnya serta pada gradasi eksklusif eksklusif atau tidak eksklusif keluaran suatu sistem terbuka bisa mempengaruhi sistem terbuka lainnya.

Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah batas antara satu sistem menggunakan sistem lainnya. Makin terbuka suatu sistem, makin perilakunya terpengaruhi sang lingkungannya. Lingkungan suatu sistem merupakan pembeda antara satu sistem menggunakan sistem yang lain. Konsep lingkungan yang merupakan batas suatu sistem bisa membantu buat lebih memahami disparitas antara sistem tertutup dan sistem terbuka.

Konsep Interfase
Pendapat Kast dan Rosenzweig tentang konsep interfase, merupakan suatu konsep yang mendeskripsikan persatuan atau pertemuan antara satu sistem menggunakan sistem yg lain. Makin terbuka suatu sistem seperti sistem kesehatan, makin banyak daerah persentuhannya.

Konsep Entropy
Kata entropy tidak ada terjemahan yg tepat, istilah ini diambil menurut kajian ilmu termodinamika, yang menggambarkan suatu keadaan yg nir teratur dalam suatu sistem. Melalui istilah entropy bisa dipahami kemampuan dan keterbatasan suatu sistem dalam mencapai fungsi dan tujuan.

Menurut Eddington yang dikuti Bertalanffy , dikutip kembali oleh Endang (2000), entropy adalah ”panah waktu” (the arrow of time). Misalnya tanpa entropy di alam semesta ini maka nir bisa dibedakan antara masa lalu dan masa yang akan tiba.

Konsep Keseimbangan
Salah satu konsep yang erat kaitannya dengan entropy merupakan konsep ekuilibrium dinamik. (Van Gigch, 1974). Konsep kesimbangan dinamik adalah kemampuan serta ketangguhan menurut suatu sistem dalam mempertahankan kelangsungan keberadaannya. 

Konsep Haemostat
Konsep keseimbangan dinamik ini erat kaitannya dengan konsep haemostat Konsep ini yg menjaga agar suatu sistem permanen terpelihara kseimbangannya antara berbagai komponen yang masih ada di dalam sistem.

Prosedur kerja suatu sistem (yang selanjutnya akan diklaim sistem terbuka) mengubah atau memproses masukan yang diperoleh dari lingkungannya atau dari sistem lain sebagai keluaran , yang selajutnya akan dijadikan masukan oleh sistem lain. 

Agar suatu sistem bisa bertahan hidup dan dapat mempertahankan keberadaannya diharapkan ketangguhan, kemampuan serta keseimbangan dalam menjaga hubungannya menggunakan lingkungan. Untuk itu, sebuah sistem harus mempunyai kemampuan untuk dapat menyesuaikan dirinya serta mempunyai mekanisme dan dapat memelihara keseimbangan. Hal ini penting mengingat pertama: supaya permanen terpeliharanya keadaan ekuilibrium, pada mana berbagai sistem selalu berada dalam keseimbangan dan seluruh sistem tetap serasi menggunakan lingkungannya; ke 2, mekanisme adaptasi dibutuhkan agar tercipta suatu ekuilibrium yg bergerak maju berdasarkan sebuah sistem.

Konsep Umpan Balik
Salah satu konsep yang harus diperhatian pada dalam suatu sistem yg erat kaitannya, baik menggunakan Konsep ekuilibrium dinamik juga konsep hierarki adalah konsep umpan balik  

Melalui proses umpan pulang (baik yang bersifat positif juga negatif), suatu sistem yg teratur , secara berkesinambungan sebuah sistem akan tetap memperoleh berita yg seksama pada menyesuaikan keberadaannya.

B. ANALISIS SISTEM
Analisis sistem merupakan cara berfikir menurut teori umum sistem (General System Theory). Teori generik sistem, berdasarkan para ahli teori manajemen, memberikan pengertian/definisi, sebagai berikut:
  • Boulding, analisis sistem adalah merupakan kerangka ilmu pengetahuan (skeleton of science) yang dapat menyajikan suatu struktur teoritik secara sistematis, di mana banyak sekali disiplin diarahkan, diintetegrasikan, dan didayagunakan secara produktif. 
  • Dalam konteks yang sama Berthalanffy (1979), mengemukakan bahwa : teori umum sistem adalah ” adalah suatu konsep yg bersifat menyeluruh yang memandang sesuatu secara keseluruhan, di mana holistik itu lebih penting artinya daripada jumlah bagian-bagiannya”. 
  • Dalam kaitan itu, menurut Berthalanffy minimal terdapat lima tujuan utama teori generik sistem , yaitu: (1) terdapat kecenderungan pengintregrasian aneka macam ilmu alamiah dan ilmu sosial; (2) pengintregasian itu tampaknya berpusat dalam teori umum sistem ; (3) teori-teori di atas mungkin adalah instrumen penting pada bidang ilmu non fisik; (4) berbagi prisip-prinsip buat menyatukan berbagai bidang ilmu; serta (lima) dampak menurut hal-hal tersebut diharapkan pengintegrasian banyak sekali bidang ilmu dalam proses pendidikan.
  • Siagian (1988), mengatakan analisis sistem dewasa ini merupakan keliru satu indera bantu yg makin luas penggunaannya pada analisis keputusan. Selanjutnya Siagian mengemukakan bahwa tidak selaras model-model matematis yang mengunakan angka-nomor buat mengungkapkan situasi tertentu, analisis sistem sesungguhnya adalah sikap mental seorang pada menghadapi dan menyelesaikan masalah.
  • Quade (1968), karakteristik analisis sistem adalah suatu pendekatan yg sistimatik yg dapat membantu pimpinan (pengambil keputusan) dalam memilih seperangkat tindakan melalui penelaahan yg menyeluruh serta membandingkannya dengan banyak sekali konsekwensi. 
  • Subrahmanyam (1971), pendapatnya mengenai analisis sistem: Di dalam mencari mufakat , pertimbangan dari nilai-nilai eksklusif merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis sitem. Analisis sistem hanyalah adalah suatu teknik pengambilan keputusan. Pada dasarnya analisis sitem adalah forum obrolan yang berkesinambungan antara pengambil keputusan serta analis pada mana si pengambil keputusan meminta banyak sekali alternatif pemecahan masalah. 
  • Dua pakar manajemen Cleland serta King (1988), menyatakan bahwa analisis sitem merupakan suatu proses ilmiah, atau metodologi yang bisa mendeskripsikan dengan kentara hubungan masalah menggunakan unsur-unsurnya. Pada bagian lain mereka menambahkan bahwa analisis sistem merupakan suatu metodologi buat menganalisis dan memecahkan perseteruan melalui suatu pengujian yang sistimatik dan sistemik dan membandingkan banyak sekali altenatif dari asal-sumber pembiayaan serta keuntungan yang berkaitan menggunakan setiap altenatif. 
Dan poly lagi pendapat para pakar teori manajemen tentang pengertian analisis sistem ini.
Kajian analisis sistem ditujukan buat menghindari banyak sekali kesalahan yang berskala akbar serta memberikan atau membicarakan suatu daftar pilihan pada pengambilan keputusan yg mendeskripsikan berbagai ramuan keefektifan perician biaya buat dijadikan pertimbangan pada memilih pilihan.

Teknik riset operasi berupaya menerapkan rumus-rumus matematika untuk memaksimumkan atau meminimumkan hambatan-kendala suatu obyek. Riset operasi berorientasi pada banyak sekali masalah di mana unsur perhitungan sangat dominan. Oleh karenanya, pada riset operasi penggunaan konsep aplikasi ilmu matematika memegang peranan yang sangat mayoritas dan bukan hanya sekedar indera bantu buat menentukan keputusan. Sebaliknya, analisis sistem mengembangkan berbagai teknik buat menentukan menganalisis aneka macam masalah yang kompleks begitu rupa, sedangkan perhitungan matematika hanyalah merupakan dukungan terhadap keputusan yg telah diambil atau ditetapkan.

Untuk mengaplikasikan pendekatan sistem, menurut Quade (1968) dan Subrahmanyam (1971) harus dilakukan melalui sebuah contoh lantaran contoh adalah hal yang paling esensial pada penerapan pendekatan sistem. Langkah-langkah mengaplikasikan pendekatan sistem berdasarkan Suriasumantri (1977) sangat sederhana. Langkah-langkah itu terdiri atas:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai;
2) Mengembangkan banyak sekali alternatif yang mungkin bisa dilakukan dalam mencapai tujuan;
3) Menetapkan kriteria buat melihat cara lain yg terbaik dari seperangkat cara lain yg diajukan;
4) Memilih alternatif terbaik berdasarkan kriteria yg sudah ditetapkan menurut seperangkat alternatif yang diajukan tersebut.

Guna mendukung ke 4 (empat) langkah dalam pengkajian Sistem Analisis, teknik yang digunakan buat membuatkan alternatif-cara lain dalam mencapai suatu tujuan eksklusif bisa bersifat analitik atau intuitif. Dalam hal-hal tertentu maka proses kreatif dianjurkan buat menemukan alternatif yg bersifat baru serta segar. Sistem analisis sering bersifat nir efektif, apabila alternatif yg diajukan bersifat itu-itu juga.

Teknik-teknik berfikir kreatif seperti brainstorming, disarankan buat dipergunakan pada membuatkan cara lain yg benar-benar baru. Walaupun demikian pada menentukan alternatif-cara lain yg diajukan tadi kita permanen berpegang kepada prinsip-prinsip ekonomi dalam mengalokasikan sumber-asal hemat secara efisien. Salah satu teknik yg digunakan buat melakukan seleksi tersebut dipinjam menurut ilmu ekonomi yakni Cost and Benefit Analysis (CBA). Teknik ini mempergunakan moneter, umpamanya rupiah, menjadi alat pengukur input serta out put.

Dengan membandingkan ratio input dan hasil menurut banyak sekali yang ditinjau alternatif, maka kita bisa tetapkan ratio cara lain mana yg dipandang menurut prinsip ekonomi bersifat paling efisien. CBA adalah galat satu teknik ekonomi yg telah dikenal.

Sekitar tahun 1950 sang RAND Corporation, yg pula menyebarkan konsep Sistem Analisis, diciptakan suatu teknik baru yang dianggap Cost Effectiveness Analysis (CEA). Teknik ini mempergunakan besaran moneter buat mengukur input namun mempergunakan besaran lain buat mengukur output. Atau meminjam perkataan Hovey: ”CEA adalah model pada mana input diberi harga namun hasil tidak”.

Pada mulanya , saat Sistem Analisis dipergunakan buat menyebarkan sistem persenjataan Amerika Serikat, (CEA) ini memakai satu variabel untuk mengukur efektivitas suatu cara lain , umpamanya efektivitas suatu sistem persenjataan buat membunuh manusia per unit sistem persenjataan itu. Jadi jika masih ada 2 sistem persenjataan yang mempunyai ongkos yg sama buat membuatnya, tetapi sistem X mempunyai efektivitas pembunuh 1000/unit, sedangkan sisten Y 1200/unit, maka dari pengkajian CEA yg menggunkan prinsip ekonomi akan dipilih sistem Y sebagai altenatif yang lebih baik.

Tetapi waktu Planning-Programing – Budgeting – System (PPBS), yg mempergunakan sistem analisis menjadi komponennya, diterapkan pada sistem anggaran Pemerintah Federal Amerika Serikat pada tahun 1965, ditemui banyak sekali kesulitan dalam menerapkannya. Salah satu kesukarannya adalah bahwa dalam berbagai program , terutama acara dibidang sosial, kegunaan suatu acara nir bersifat tunggal melainkan jamak. Oleh karena itu maka dikembangkanlah CEA di mana efektivitas berdasarkan sebuah cara lain nir diukur oleh satu variabel tetapi sang seperangkat variabel yang relevan menggunakan kegunaan acara tersebut. Dalam hal ini, umpamanya, suatu program transmigrasi nir saja diukur berdasarkan banyaknya penduduk yang bisa ditransmigrasikan, tetapi juga dimasukan kedalam pengukuran efektivitasnya pengaruh positif tehadap perkembangan ekonomi, sosial-budaya, pemerataan pendidikan dan ketahanan nasional. Demikian juga, dalam memperhitungkan ongkosnya, yakni harga input yang harus dibayar, kita nir sekedar menghitung besaran dimensi ekonomis yg diinvestasikan, namun sekaligus jua ongkos-ongkos lain, umpamanya ongkos (resiko) kestabilan politis. Namun buat memudahkan analisis, maka resiko misalnya ini tidak dibebankan pada input, melainkan pada hasil, tentu saja dengan penafsiran yg terbalik.

Sebuat input yang mengandung resiko negatif bukan berarti suatu laba (benefit atau efectiveness) melainkan suatu kerugian. Dengan membandingkan jumlah dimensi moneter dalam satu pihak , menggunakan seperangkat kegunaan program tadi pada pihak lain, maka secara sistematis dan analistis, kita sanggup membandingkan posisi nisbi program tadi terhadap cara lain acara-program yg lain. 

Tentu saja pengukuran seperangkat dimensi non ekonomis memiliki implikasi lain yakni pertama, variabel non-ekonomis sukar diukur dengan eksak , ke 2, bagaimana caranya kita memilih posisi nisbi variabel yg satu menggunakan variabel yang lain. Katakan saja kita memiliki sebuah program yg efektifitasnya diukur menggunakan 10 variabel; maka kasus yang dihadapi merupakan : bagaimana menggabungkan dimensi 10 variabel tersebut menjadi satu dimensi yang komposit yang memungkinkan dilakukan perbandingan secara rasional dengan dimensi input?

Salah satu cara yg dapat dilakukan buat memecahkan kasus ini merupakan menggunakan menaruh bobot kepada tiap-tiap variabel, yg demikian, memungkinkan kita menciptakan dimensi komposit secara sistemats dan rasional. Tetapi dalam pendektan misalnya ini masih masih ada kesukaran, yakni, bahwa tidak seluruh variabel non ekonomi dapat diukur secara kuantitatif. Namun hal seperti ini nir usah membuat kita pesimis, bahwa seakan-akan analisis berdasarkan sekian variabel non hemat yg sukar diukur adalah tidak mungkin dilakukan. Secara kreatif kita kembangkan teknik analisis yg sinkron dengan pertarungan. Sistem Analisis tidak bermaksud buat menggantikan peranan bisikan hati dan pertimbangan dalam menarik suatu konklusi menggunakan formula matematika.

Analisis dari Fisher, bertujuan buat lebih mempertajam intuisi dan pertimbangan pada pengambilan keputusan.
Demikan jua upaya yang dipaksakan buat mengkuantifikasikan variabel kualitatif yang tidak mungkin buat diukur secara kuantitatif, bukan saja merupakan upaya yang ”dibuat-buat” namun juga berbahaya, yang akan menghambat konklusi analisis secara keseluruhan. Beberapa variabel misalnya kesetabilan politik atau tingkat moral sukar buat diukur dengan akurat, serta sang karena itu, usahakan permanen dibiarkan dalam dimensi kualitatif.

Beberarapa analis, karena kesukaran misalnya di atas, cenderung buat menghilangkan variabel-variabel yang sukar diukur secara kuantitatif. Seorang analis yang baik, berdasarkan Rowen , mempunyai tiga ciri yakni: (1). Tidak ”memberikan” nomor kepada unsur yg nir bisa dikuantifkasikan; (2) tidak melupakan unsur-unsur yg tersirat (intangibel); serta (tiga) tidak mengenyampingkan penilaian yg bersifat subyektif serta pertimbangan yg matang.

Langkah-langkah dalam Sistem Analisis bersifat sistematik, analitik, rasional dan tersurat. Pada tahap-tahap tertentu pada Sistem Analisis penelitian ilmiah bisa membantu analisis menggunakan menaruh masukan yg kemudian digunakan menjadi premis atau liputan bagi analisis selanjutnya. 

Tentu saja berdasarkan sifat sistematik, rasional, analitik serta tersurat berdasarkan kepada data atau liputan yang obyektif permanen adalah kerangka dasar pengkajian Sistem Analisis; namun hal ini dilakukan dengan semangat kerjasama dan demokratis yg adalah jiwa dari pengambilan keputusan dalam organisasi yang terkini. 

Wright, umpamanya , menolak tuduhan bahwa Sistem Analisis bersifat otokratik; bahkan kebalikannya, beliau menjawab, Sistem Analisis merupakan keliru satu aktivitas intelektual yang sangat demokratis, dengan bersedia buat mempergunakan metode mana saja, yang berguna buat sampai pada kesimpulan yang sempurna. Memang pada era komputerisasi Sistem Analisis dengan mengenyampingkan variabel-variabel kualitatif serta pertimbangan yg bersifat intuitif, Sistem Analisis dalam bentuk personal komputer print – out sebagai penentu keputusan. Tetapi belajar menurut kesalahan, para analis telah lebih dewasa, mereka mau mendengarkan aneka macam pendapat dan keterangan yang relevan dengan persoalan yang diajukan, utuk dikaji serta diperdebatkan. Dan Sistem Analisis ini, meminjam perkataan Enthoven, menyediakan anggaran-anggaran yg logis untuk debat yg bersifat konstruktif dan bermanfaat.

Secara teoritis tidak ada permasalahan dalam proses Sistem Analisis yg tidak bisa dipecahkan; lewat nalar sehat, berfikir logis, serta kalau dirasa perlu; mengadakan penelitian ilmiah mengenai sesuatu hal yg diperdebatkan.

Tetapi justru pada sini jua terletak kelemahan berdasarkan Sistem Analisis. Quade, umpamanya, menuduh Sistem Analisis sarat dengan bisikan hati serta pertimbangan-pertimbangan, yg jauh menurut bersifat obyektif , cenderung untuk bersifat parokial, partisan, dan terbelenggu sang kepercayaan yang kita agungkan. Kelemahan Sistem Analisis yang utama terletak dalam kemungkinan bahwa cara lain yang sahih-benar paling baik nir termasuk kedalam serangkaian alternatif yang diajukan.

Kesalahan yang biasa dilakukan dalam menerapkan Sistem Analisis diberikan sang Mc Kean, menjadi berikut:
1) Melupakan akbar absolut dari biaya atau tujuan;
2) Merumuskan tujuan yang salah atau akbar tujuan yg keliru;
3) Melupakan ketidak pastian;
4) Melupakan impak acara terhadap aktivitas-aktivitas lainnya;
5) Mengambil konsep yg galat mengenai biaya ;
6) Melupakan dimensi saat;
7) Mempergunakan test yang dipaksakan; serta 
8) Menerapkan kriteria yang baik terhadap pertarungan yang salah .

Disamping itu, dari Quade, acapkali terjadi ”isyu” sampingan dijadikan sebagai kriteria serta kealpaan buat nir menilai proses analisis.

Sistem Analisis tak jarang nir bisa diterapkan sepenuhnya dalam mencari pemecahan kasus, terutama yg menyangkut keputusan politis, pada mana seperti dikatakan Schlesinger: bahwa daerah politis mempunyai nalar tersendiri yg tidak sama dengan Sistem Analisis.

Comments