HAKIM KALIGRAFER MESIR TANPA LENGAN


Menulis kaligrafi tanpa menggunakan lengan..? Bagaimana mampu... Bagaimana caranya orang tanpa lengan memegang alat tulis... Bagaimana mungkin orang itu sanggup membentuk karya yang kaligrafi. Siapa sih orangnya...?  Siapa yg menunjuki dia supaya sebagai seseorang kaligrafer. 

Wajar apabila pertanyaan pertanyaan ini berkeliaran difikiran kita. Kaligrafi merupakan seni menulis. Dan menulis merupakan pekerjaan tangan. Bagaimana mungkin terdapat orang nir punya tangan mampu menulis kaligrafi. 

Pertanyaan pertanyaan engkau akan menemukan jawabannya sehabis membaca postingan ini Insya Allah. Berikut ini merupakan kisah inspiratif menurut seorang yg begitu keras berjuang bertahan hidup, menggunakan menekuni profesi yg nir terfikirkan. Kisah ini mungkin akan membuat kita sedikit membuat malu, sebagai orang yg dianugerahi anggota tubuh lengkap namun nir bisa membentuk apa-apa.  Mudah mudahan kisah ini bermanfaat.

Mungkin yg anda cari merupakan Kaligrafi Muhammad

Ahmad Hakim, Kaligrafer Tanpa Tangan


Ahmad Hakim Al Murri merupakan seorang kaligrafer dari Iskandariyah Mesir. Bukan kaligrafer biasa, melainkan kaligrafer terkenal. Tulisan tulisan kaligrafinya memang bukan karya seni yang dipamerkan diberbagai ajang pameran. Ia lebih poly menulis kaligrafi menjadi wahana publikasi terutama di surat berita. Karya karyanya kebanyakan berupa brosur, pamflet, lambang toko, bahkan poster poster yang dibawa oleh para demonstran ketika turun ke jalan.


Dengan bantuan kuas yg diikat ditangannya (atau kadang kadang dengan mulutnya), Hakim menulis karya karya kaligrafi terutama Riq'ah serta Diwani. Kebetulan sekali pada masanya, surat kabar surat keterangan banyak memasang iklan dalam alfabet alfabet riq'ah. Maka tenaga dan keahlian orang orang yang bisa menulis indah, sangat diperlukan lantaran keterbatasan tekhnologi percetakan dalam masa itu. Hakim merupakan galat satu kaligrafer yang menekuni bidang itu meski stigma badannya. 

Kisah Hakim Kehilangan Tangannya

Hakim kehilangan dua buah tangannya dan satu butir kakinya, sang sebuah peristiwa yang sangat menyakitkan. Peristiwa itu terjadi ketika beliau berumur kurang lebih tujuh tahun. Ia mengisahkan, bahwa ia tinggal dekat menggunakan Stasiun Mesir, dimana angkutan massal homogen kereta yang pada sebut "Trem" dioperasikan. Setiap pergi sekolah, beliau dijemput sahabat temannya buat bermain pada trem itu. Ia memainkan permainan berbahaya. Ia akan berlomba mengejar trem yang sedang berjalan, lalu melompat kedalamnya. Bila trem itu bersalipan menggunakan trem yg lain, beliau pun melompat buat pindah trem. 


Sebenarnya orang tuanya memahami dan telah melarangnya. Tetapi lantaran memaklumi kenakalan masa kanak kanak, - apalagi selama ini aman aman saja - maka orang tuanya tidak terlalu keras melarangnya. 

Namun hari itu, ibunya (Hanim) melarangnya keras buat bermain trem. Ia mengurung Hakim dibawah pengawasan oleh saudara tertua. Namun ternyata Hakim kabur lewat ventilasi menuju stasiun. Disana, teman temannya sudah menunggu serta permainan lompat trem pun dimulai. Tetapi kali ini lompatan Hakim kurang jauh. Saat ia hendak melompat pindah trem, beliau terjatuh dibawah kolong trem. Orang orang mendapatinya tidak sadar dan bersimbah darah. Ayahnya yang tiba menolong, mendapati 2 tangan dan satu kakinya telah terpisah menurut badannya.

Hakim dibawa ke tempat tinggal sakit dalam keadaan koma. Dokter tidak yakin akan keselamatannya. Ia mengungkapkan pada sang ayah, "besok siapkan kain kafan". Sang ayah menuruti istilah istilah dokter. Ia siapkan kain kafan. Setiap kali menjenguk anaknya, beliau memandangi kain kafan itu, kemudian berdoĆ” serta mencium kening anaknya. Ternyata oleh anak bertahan selama 20 hari pada keadaan koma. Setelah itu oleh anak sadar, dan kondisinya berangsur angsur membaik. 

Berguru Kepada Hasan Salamah

Bukan hanya kehilangan anggota badannya. Ada yang lebih jelek menurut itu..ia kehilangan kepercayaan dirinya. Ia terkucil dari pergaulan. Sang ayah menetapkan buat menyekolahkan beliau pada sekolah spesifik keterampilan penderita disabilitas (SLB) yaitu sekolah Muhammad Ali yg dikelola Yayasan Urwatul Wutsqa. Sekolah ini adalah satu satunya di Mesir. Disekolah ini murid anak didik diberi keterampilan kerja. Sementara dia nir memahami apa yg harus dilakukan serta dipelajari. Ia merasa teman temannya nir separah dirinya. Ia pun hampir ditolak oleh sekolah ini karena kondisinya. Administrator sekolah ini mengungkapkan : apa yg sanggup dilakukan oleh orang yang buntung tangan serta kakinya.
Akhirnya berkat campur tangan Deputi Departemen Sosial waktu itu, Zahiah Marzuq, dia diterima di sekolah keahlian, serta dipersilahkan menentukan keahlian yang diminatinya.

Ternyata beliau berminat pada kelas seni, lalu diarahkan kepada seni lukis. Disana beliau melihat seorang pelukis yang membuat karya karya menakjubkan, dan keadaannya sama dengan dirinya. Namanya Ustadz Hasan Salamah. Beliau merupakan gurunya yang paling berpengaruh. Hasan Salamah yang mengajarinya memegang kuas dengan lisan. Lalu pelan pelan ia mengajarinya menggambar burung, pohon, dan kaligrafi. Pertama berjumpa, Hakim pernah bertanya pada Hasan Salamah : Apa yg terjadi menggunakan tanganmu..? Sang Guru menjawab : Aah bukan apa apa. Kereta api membawa lari tanganku waktu saya tidur..jawabnya sambil tersenyum.

Mulai Menulis Kaligrafi

Umur 16 tahun, beliau lulus dari sekolah keahlian tersebut. Dengan semangat baru, beliau mencoba berbaur menggunakan masyarakat normal, sembari mencari peluang, pekerjaan apa yg bisa menghidupinya. Ia berkeliling pasar, mendatangi kios demi kios pedagang buah. Lalu dia menawarkan pada mereka, untuk menuliskan daftar harga menggunakan tulisan yg rupawan, pada selembar kertas akbar supaya pembeli bisa melihat.. Jeruk harganya sekian, apel sekian, dan seterusnya. Ternyata para pemilik kios suka menggunakan caranya menulis, juga hasil pekerjaannya. Maka dia mulai menerima penghasilan yg cukup dari pekerjaannya itu.


Kemudian dia mencoba melukis wajah orang. Keadaannya yg buntung segera menarik perhatian orang. Kemampuannya melukis paras dalam syarat seperti itu, membuat dia menerima banyak pesanan. Ada kurang lebih 19 paras yang ia lukis. Tetapi setelah itu ia mendengar fatwa ulama, bahwa melukis makhluq hidup itu terlarang. Maka beliau menghentikannya meskipun berdasarkan situ ia menerima pemasukan bagus.

Setelah bekerja pada pasar, umumnya beliau mangkal di Stasiun Mesir, tempatnya kehilangan lengan. Disitu beliau bekerja menjadi seniman. Ia memasang tulisannya besar akbar : Nimar Tramway (Macan Trem). Pelan pelan namanya mulai dikenal orang. Banyak pemilik toko yg mencarinya buat dibuatkan banner bagi tokonya.

Pada umur 20 tahun, ia menemukan pengumuman bahwa Divisi Iklan sebuah surat kabar pemerintah yg berpusat pada Kairo, membutuhkan seorang kaligrafer buat korannya. Hakim melihat ini sebagai peluang karir. Maka ia mengambil ijazahnya, dan membuat satu contoh tulisan kemudian beliau pergi kekantor iklan tersebut pada Iskandariyah.


Assalamu alaikum, aku Ahmad Hakim dan saya merupakan seseorang kaligrafer... Ucapnya. Orang orang dikantor itu, memandanginya dengan aneh. Lalu menggunakan nada meremehkan, sang direktur menyampaikan : Taro disitu contoh tulisanmu, besok aku kirim ke Kairo. Ahmad Hakim menggunakan tegas berkata : "Tidak...saya sendiri yg akan mengantarnya ke Kairo. 

Ia berangkat ke Markas Pusat Koran Pemerintah pada Mesir. Ia menemui manajer bernama Khadir Abdussalam, yang menatapnya dengan pandangan aneh. "Saya Ahmad Hakim. Saya dari Iskandariyah, Dan aku merupakan kaligrafer. Saya bermaksud melamar sebagai kaligrafer disini.

Khadir Abdussalam mengungkapkan : engkau becanda..? Hakim menyampaikan : wahai ustadz, saya nir bercanda, silahkan uji saya. Manajer itu lalu mengontak Kepala Divisi Iklan Ahmad Halmuni, yg menyuruh oleh kaligrafer dihadapkan. Maka Hakim dibawa keruang direktur Iklan, diiringi tatapan semua orang. Para pekerja kasak kusuk, karena Hakim menuju ruang divisi iklan. Apa kira kira yang akan dikerjakan. Mereka mengikutinya menurut belakang. 

Sampai diruang direksi, Halmuni mengatakan dengan nada meragukan : engkau kaligrafer..? Silahkan tulis apa saja di kertas ini. Kemudian menggunakan caranya yg khas, Hakim menulis : ADCO Pharmaceutical pada bahasa Arab. Sang direktur menelan ludah semenjak Hakim menggoreskan alfabet pertama. Setelah Hakim selesai menggunakan karyanya, datang tiba terdengar gemuruh tepuk tangan menurut orang orang yang semenjak tadi mengintip dibelakangnya. Mereka bertepuk tangan salut dan takjub. 

Demikianlah karir Ahmad Hakim melejit pada dunia periklanan.

Hakim meniti tempat tinggal tangganya sebesar dua kali serta sudah dianugerahi beberapa putra putri. Sekarang diusia tuanya (65 tahun), Hakim menikmati hayati. Setiap hari beliau bangun pagi, minum teh lalu bercermin sambil berdo'a :  

bismillahi maasyaa Allah. Tabaarokal khollaq fiima kholaq.

Diantara kata kata motivasinya : 
saya murung melihat orang yg tidak berbuat apa apa tetapi memohon kepada Allah supaya diberi lebih. 
Demikian kisah kaligrafer Ahmad Hakim Al Murri yg bertangan buntung. Semoga bermanfaat. Sayangnya tidak banyak karya karya dia yg sanggup kami dapatkan. Berikut ini video Kaligrafer Ahmad Hakim Al Murry : 



Sumber :
//felesteen.ps/details/news.html

Comments