CINTA KASIH BRAHMAVIHARA DHARMA KELUHURAN

BRAHMAVIHARA - Latihan pengembangan diri lebih lanjut dalam Buddhisme yang adalah suatu pengembangan Kebajikan Luhur Tidak Terbatas atau Tidak terukur, dalam bahasa Sanskerta dianggap Apramanaya [Appamanna] atau sering diklaim pula Cara Bertingkah Laku Yang Luhur, sebagaimana Sikap Kediaman Brahma [Brahmavihara]. Terdapat empat sifat luhur yg harus dikembangkan serta dipancarkan kepada semua makhluk tanpa batas atau disparitas. Kebajikan luhur ini yg mana merupakan pencerminan sifat seseorang Bodhisattva, merupakan keadaan yang telah terbebaskan dari kemarahan, kebencian, kekejaman, iri-hati serta disparitas. Keempat Sifat Luhur tersebut terdiri dari Cinta Kasih, Kasih Sayang, Simpati serta Keseimbangan.

Cinta Kasih [Maitri/Metta] berdasarkan BRAHMAVIHARA

Sifat Cinta Kasih merupakan sifat luhur yang memuliakan seseorang lantaran sudah terbebas berdasarkan kebencian, kemarahan, serta nafsu cita-cita. Cinta Kasih ini tidaklah terbatas dalam makhluk hayati tertentu saja, tetapi sifat ini haruslah dipancarkan kepada semua makhluk hayati tanpa adanya suatu batasan. Dengan sifat Cinta Kasih yg dipancarkan setiap ketika kepada seluruh makhluk hayati, maka seseorang itu akan bergembira dalam kebaikan sebagai akibatnya kemanapun dia melangkah tidak akan mempunyai musuh baik yang kelihatan ataupun nir kelihatan.
Sang Buddha bersabda, "Bagi orang yg penuh perhatian murni, selalu terdapat kebaikan. Bagi orang yang penuh perhatian murni, kebahagiaannya bertambah. Bagi orang yg penuh perhatian murni, segala sesuatunya sebagai lebih baik, meskipun beliau belum bebas berdasarkan para musuh. Tetapi dia yg siang serta malam bergembira pada dalam kebaikan, membagi Cinta Kasih kepada semua makhuk hayati, orang demikian tidak mempunyai permusuhan dengan siapapun." (Samyutta Nikaya I, 208).
Seseorang yg telah berhasil menyebarkan sifat Cinta Kasih ini akan memperlihatkan kebajikan menjadi sifat utamanya dimana senantiasa tertarik untuk memajukan kesejahteraan orang lain tanpa melihat kejelekan orang tersebut. Pengembangan Cinta Kasih yg berkelanjutan akan menghasilkan berkah, antara lain: - Tidur dengan senang tanpa gelisah serta mimpi jelek - Bangun tidur menggunakan kesejukan serta wajah yang berseri - Selalu dicintai juga sang orang lain. - Tidak pernah disakiti sang makhluk apapun jua. - Selalu dilindungi oleh para Dewa. - Cepat larut pada meditasi yang mendalam [samadhi]. - Aura wajah yang memancarkan sinar yg memikat. - Tidak terdapat barah, racun serta senjata yang bisa melukainya. - Mampu memancarkan suatu pengaruh daya tarik yg baik bagi orang lain walaupun pada jeda yg jauh. - Pada waktu tewas bisa dilakukan dengan tenang dan senang serta yg mana akan dilahirkan pada alam yg senang .
Untuk melatih sifat Cinta Kasih ini dapat dilakukan menggunakan cara selalu mengkonsentrasikan pikiran secara positif, suatu kondisi pikiran yg penuh kedamaian serta kebahagiaan dimana sudah terbebaskan dari segala bentuk penderitaan, kebencian, kesusahan, dan kemarahan, sehingga seseorang itu senantiasa damai, tabah dan bahagia. Penting sekali diperhatikan bahwa pada awalnya training sifat Cinta Kasih itu harus dikembangkan pada diri sendiri dulu, dengan berkonsentrasi dalam, misalnya, "Semoga aku berbahagia dan terbebas berdasarkan penderitaan" atau "Semoga saya terhindar berdasarkan permusuhan, kesakitan dan kekhawatiran; dan hayati berbahagia". Pengembangan diri sendiri ini penting untuk dilakukan karena konsepsi pikiran kita terhadap orang lain adalah mencerminkan bagaimana kita memandang diri kita sendiri.
Sang Buddha bersabda, "Ketika menjelajahi segenap penjuru dengan pikiran; Orang tidak menemukan seorang pun lebih disayang dari dirinya sendiri; Begitu jua setiap orang memandang dirinya sendiri yg tersayang; Lantaran itu beliau yang mencintai dirinya sendiri sebaiknya tidak mencelakai orang lain." (Samyutta Nikaya i, 75; Udana 47)
Setelah memperoleh sifat Cinta Kasih tersebut pada diri kita, maka kita akan bisa mematahkan seluruh bentuk permusuhan dan pikiran negatif yang ada. Berdasarkan pikiran yang positif pada diri kita sendiri tersebut, selanjutnya kita pancarkan sifat Cinta Kasih pada orang-orang yang dekat dengan kita menggunakan mengingat segala kebaikan yang pernah dibuatnya, lalu pada orang-orang jauh dari kita, sahabat ataupun musuh dan seterusnya kepada seluruh makhluk tanpa perbedaan.
"Dengan cara yang sama, hendaknya kamu mengembangkan pikiran Cinta Kasih pada sahabat dan versus tanpa perbedaan. Setelah mencapai kesempurnaan dalam Cinta Kasih, engkau akan mencapai pencerahan." (Jataka Nidanakatha, 169)
"Memancarkan ke satu jurusan menggunakan hati penuh Cinta Kasih, ..., ke atas, ke bawah serta ke sekeliling; semua loka serta secara merata beliau memancarkan ke semua dunia menggunakan hati yg penuh cinta kasih, melimpah, agung, tak terukur, bebas menurut permusuhan, dan bebas dari kesakitan" (Digha Nikaya , i,250).
Sesudah kita dapat berbagi sifat Cinta Kasih tadi, maka latihan tadi haruslah senantiasa diulang sampai tercapai keadaan tanpa disparitas terhadap diri sendiri, orang yang dikasihi, orang yg netral dan musuh. Ciri dari seorang yg sudah mencapai sifat Cinta Kasih ini dapat digambarkan pada cerita ini dia.
Tidak Seorangpun Yang Boleh Dibawa
Seandainya dia sedang duduk di sebuah loka beserta orang yang disayangi, netral, musuh serta dirinya sendiri menjadi orang keempat, kemudian bandit-bandit tiba kepadanya serta mengatakan, "Tuan, berikan salah seseorang berdasarkan kalian", serta ketika ditanya mengapa, mereka menjawab, "Agar kita dapat membunuhnya dan menggunakan darah dari tenggorokannya menjadi persembahan", serta jika dia berpikir, "Biarlah mereka membawa orang ini, atau orang itu", beliau belum menghancurkan penghalang. Dan juga apabila dia berpikir, "Biarlah mereka membawa saya serta bukan ketiga orang lainnya", dia juga belum menghilangkan penghalang. Mengapa? Karena dia mencari celaka dirinya sendiri yang dia harapkan buat dibawa dan mencari keselamatan berdasarkan hanya orang-orang lain. Tetapi saat beliau tidak melihat seseorang pun di antara keempat orang tersebut buat diberikan pada bandit, maka dia sudah mengarahkan pikirannya secara tidak memihak terhadap dirinya dan ketiga orang lainnya, dan dia sudah menghancurkan penghalang.
Bagi orang yg belum menghilangkan subordinat terhadap keempat orang ini maka beliau hanya dijuluki "Ramah terhadap Makhluk-makhluk", namun bagi yg sudah menghilangkannya maka beliau dijuluki "Mahir" atau "Mempunyai Rasa Persahabatan Sekehendaknya"
"Sifat mulia dari Cinta Kasih harus direnungkan seperti ini, 'Seseorang yang hanya memberikan perhatian dalam kesejahteraan dirinya, tanpa menaruh perhatian pada kesejahteraan orang lain, nir akan bisa mencapai keberhasilan pada global ini ataupun kebahagiaan pada masa mendatang. Lalu bagaimanakah seorang yg ingin menolong seluruh makhluk namun tidak memiliki Cinta Kasih dalam dirinya berhasil mencapai Nibbana? Dan bila engkau ingin memimpin semua makhluk ke Nibbana, engkau seharusnya mulai menggunakan mengharapkan kesejahteraan duniawi bagi mereka pada sini serta sekarang.'.
Orang seharusnya merenung, 'Aku nir dapat menaruh kesejahteraan dan kebahagiaan bagi makhluk lain hanya menggunakan mengharapkannya. Aku wajib melakukan suatu upaya buat mencapainya.'
Orang seharusnya merenung, 'Sekarang aku menyokong mereka menggunakan menaikkan kesejahteraan serta kebahagiaan bagi mereka, serta nanti mereka akan sebagai sahabatku dalam Dhamma.'
Lalu orang seharusnya merenung, 'Tanpa makhluk-makhluk ini, aku tidak dapat mengumpulkan hal-hal yg dibutuhkan buat mencapai Penerangan Sempurna. Karena mereka merupakan alasan buat mempraktekkan serta menyempurnakan semua kemampuan seseorang Buddha, makhluk-makhluk ini bagiku merupakan ladang laba terbesar, landasan yang tiada taranya untuk menanamkan akar-akar yang bermanfaat, serta dengan demikian, merupakan obyek akhir dari kemuliaan.'
Jadi, seorang seharusnya membangkitkan suatu kesamaan yang bertenaga yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan seluruh makhluk.
Dan mengapa Cinta Kasih terhadap semua makhluk seharusnya dikembangkan? Lantaran hal itu adalah landasan dari Kasih Sayang. Lantaran ketika seorang bergembira dalam mengusahakan kesejahteraan serta kebahagiaan bagi makhluk lain menggunakan batin yg tidak terikat, maka cita-cita buat melenyapkan kesusahan dan penderitaan mereka menjadi terbentuk secara bertenaga serta tetap. Dan Kasih Sayang adalah sifat yang sangat unggul dalam Kebuddhaan, adalah dasar, pijakan, akar, kepala serta pimpimpin Kebuddhaan." (Cariyapitaka Atthakatha 292)

Comments