KENAPA POHON BAOBAB BERUSIA 2500 TAHUN DI AFRIKA TIBATIBA MATI

Seiring syarat buruknya lingkungan ditambah pemanasan global yang semakin mengkhawatitkan ketika ini, ada banyak kekayaan alam yg juga terkena dampaknya dan mulai mengalami kepunahan satu persatu, baik itu hewan maupun tumbuh-flora langka.
Termasuk galat satu pohon paling langka, adalah pohon Baobab yg sudah berusia sekitar 2500 tahun di Afrika itu tiba-datang sekarat serta meninggal. Diduga hal ini merupakan impak dari gangguan konstan tangan-tangan insan yang terus-menerus mencemari lingkungan.
Pohon Baobab memiliki nama lain yg dikenal sebagai "pohon terbalik" atau "upside down tree". Alasan hadiah nama nama yang unik tadi adalah karena pada cabang-cabang pohonnya muncul sebagai simpul akar. Pohon-pohon ini sangat unik dan hanya ada di Afrika, serta bisa hidup selama ribuan tahun. Bahkan dilaporkan bahwa galat satu pohon Baobab di Afrika telah hayati selama 6.000 tahun.
Manfaat Istimewa Pohon Baobab 
Pohon Baobab diyakini mempunyai lebih dari 300 manfaat atau kegunaan. Daunnya kaya akan zat besi. Daunnya sanggup direbus dan dimakan misalnya bayam. Terlepas dari itu, benihnya pula dapat dipanggang serta dipakai menjadi pengganti kopi. Selain itu, benihnya pula dapat diperas minyaknya buat dipakai memasak atau bahkan bahan kosmetik dan masih ada banyak lagi kegunaan lainnya berdasarkan semua pohon baobab.

Pohon Baobab Dibawah Penelitian Selama Bertahun-tahun 
Dilaporkan bahwa para peneliti telah memakai teknik penanggalan karbon buat menilai usianya dan karakteristik lain yg sudah merusak siklus biologis pohon tadi.
Menurut laporan, berdasarkan tiga belas pohon, sembilan pohon sudah hancur dan karena adalah pencaplokan insan pada alam karena poly pakar botani telah mengutak-atik pohon-pohon baobab ini untuk bereksperimen dan menemukan usia dan faktor-faktor lain berdasarkan pohon.
Alasan Mengejutkan Kematian Pohon Baobab
Tanaman kuno ini baru saja mengering menggunakan sangat cepat menurut usia seharusnya yg diperkirakan. Yang mengejutkan merupakan para peneliti menemukan bahwa tidak terdapat penyakit epidemi berbasis tanaman yg menyebabkan kematian pohon-pohon ini.
Hal ini tentunya sanggup menjadi peringatan krusial bagi insan supaya berpikir ulang mengenai pemanasan dunia dan terus berupaya pada menyelamatkan dunia. Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal dan bagian menurut hayati kita ketika ini, bila bumi rusak maka manusia serta kehidupan pada dalamnya jua akan menerima akibatnya.

Comments