INI PENJELASAN ILMIAH KENAPA DANAU KELIMUTU BISA BERUBAH WARNA

Indonesia termasuk galat satu negara paling vulkanis aktif di dunia karena adanya ketidakstabilan tektoniknya. Tetapi di sisi lain, tanahnya pula sangat subur lantaran adanya kegiatan gunung berapi itu sendiri. Pulau-pulau di Indonesia memiliki ratusan gunung, sebagian besar adalah gunung berapi aktif dan tidak aktif. Salah satu yang paling terkenal adalah Kelimutu, gunung berapi yg terkenal menggunakan 3 danau di puncaknya yang bisa berubah-ubah warna dari hijau sebagai biru, hitam atau merah.
Kelimutu adalah gunung vulkanik degassing pasif yang terletak di sentra Pulau Flores Indonesia. Tingginya 1.690 meter (5.544 kaki) pada bagian puncaknya
Kelimutu dekat menggunakan kota mini yang dikenal menjadi Moni dan berada sekitar 50 kilometer sebelah timur Ende. Wisata danau gunung Kelimutu adalah bagian berdasarkan Taman Nasional Kelimutu. Taman wisata ini mempunyai tumbuhan misalnya pinus, casuarinas, redwood, serta Edelweiss, yg hampir tidak ditemukan di loka lain di Pulau Flores.
Ada bagian menarik berdasarkan gunung kelimutu, yaitu pada galat satu sisinya ditutupi hutan pinus ad interim sisi lainnya kering menggunakan pasir dan tanah yg sangat tidak stabil. Gunung Kelimutu dianggap sakral oleh masyarakat setempat dan dianggap mampu memberi kesuburan pada alam.
Kelimutu populer dengan tiga puncak danau kawahnya yang menarik baik bagi wisatawan juga pakar geologi lantaran keunikan warnanya yg sanggup berubah-ubah meskipun terletak pada atas gunung berapi yang sama
Yang paling barat berdasarkan tiga danau tersebut merupakan, Tiwu Ata Mbupu (TAM) atau "Danau tempatnya jiwa Orang Tua yg telah tewas," yang umumnya berwarna biru. Dua danau lainnya, "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" (TiN), atau yang berarti “Danau tempatnya para jiwa Pria dan Wanita Muda,” serta Tiwu Ata Polo (TAP), atau “tempatnya jiwa orang-orang mati yg semasa hidupnya sering melakukan kejahatan,” dipisahkan oleh dinding kaldera yang menjulang menggunakan ketinggian minimum 35 meter (115 kaki) di atas permukaannya. Air pada danau tadi umumnya berwarna hijau atau masing-masing merah.
Warna danau bervariasi atau berubah-ubah secara terencana serta merupakan daya tarik wisata yg sangat populer. Menurut pengelola Taman Nasional Kelimutu serta kitab panduan wisata, perubahan rona danau adalah hasil menurut reaksi kimia yang terjadi karena mineral yang terdapat di air serta gas dari gunung berapi. Penjelasan ini, bagaimanapun, dipercaya kurang tepat dan sanggup menyesatkan menurut para pakar geologi.
Penelitian paling awal tentang danau Kelimutu dilakukan sang naturalis Perancis LeRoux yang menaruh deskripsinya pada catatan perjalanannya pada tahun 1896. Tidak terdapat studi signifikan lebih lanjut yang dilakukan buat memahami kenyataan ini selanjutnya hingga akhir abad ke-20
Setelah LeRoux, pakar geologi kolonial Belanda, Kemmerling melakukan survei geologis serta topografi yg lebih komprehensif mengenai Kelimutu pada tahun 1920 saat beliau melakukan bepergian menyusuri Pulau Flores. Dia melaporkan aktivitas vulkanik yg terlihat pada bentuk uap serta gas pada atas garis pantai TiN. Dia pula melaporkan bahwa 70 tahun sebelum kunjungannya, dinding kaldera yang memisahkan TAP serta TiN setinggi tepi kaldera sekitarnya namun sudah terkikis.
Para ilmuwan berdasarkan Wesleyan University, Connecticut, melakukan survei geokimia pada danau dan menemukan bahwa air pada setiap danau ditemukan tidak sama secara kimia sehingga membuat rona yg bervariasi
Selama survei, suhu, pH, dan kandungan oksigen terlarut diambil termasuk pula sampel airnya. TAM adalah danau kaldera volkanik sulfat-asam yang lebih aktif dalam tahun 1970-an daripada sekarang. TAP adalah danau asam-garam serta bersifat intermediate pada kegiatan vulkanik. Perubahan warna yang acapkali terjadi adalah lantaran perubahan pada keadaan oksidasi air.
TiN cenderung dingin atau sejuk, acide-brine (air asin berasam), danau kaldera dengan senyawa sulfur eksotis serta mungkin terdapat sejumlah mineral kaya tembaga pada sedimen. TiN mempunyai aktivitas gunung berapi terbesar yang meliputi fluks kurang lebih 85 ton sulfur dioksida per hari.
Sederhananya, menurut Dr. Gregory B. Pasternack dari University of California, perubahan rona danau seperti dengan bagaimana rona darah terlihat melalui kulit kita. Ketika terjadi kekurangan oksigen, air terlihat hijau seperti urat pada pergelangan tangan. Demikian pula, saat danau kaya oksigen, maka akan tampak merah atau kehitam-hitaman.

Comments